Anda di halaman 1dari 33

REFERAT

Benjolan Lipat Paha

Oleh:
Rizka Nuzula Wardani
122011101003

Pembimbing
dr. Adi Nugroho, Sp.B

LAB/SMF ILMU BEDAH RSD dr. SOEBANDI JEMBER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER


2017
1
PENDAHULUAN
- Benjolan pada lipat paha dominan massa pada regio
inguinal  sering didiagnosis dengan hernia.
- Pada regio inguinalis mempunyai struktur anatomis yang
lain  menyebabkan benjolan pada lipat paha seperti
lipoma, hematoma, abses, serta limfadenitis.
- Kejadian hernia sekitar 75% terjadi disekitar lipat paha
berupa hernia inguinalis direk, indirek, serta hernia
femoralis.
- Dari data tersebut, banyak klinisi menyingkirkan diagnosis
hernia dengan diagnosis yang lain pada durante operasi

2
Anatomi Kanalis Inguinalis

Putz R., Pabst R. 2007. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Jilid 2.


4
Putz R., Pabst R. 2007. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Jilid 2.
DIAGNOSIS BENJOLAN LIPAT PAHA

 Anamnesis
 Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Penunjang
- USG : aneurisma femoralis, variks safena, abses psoas,
dan testis ektopik
- CT-scan : abses psoas
- Herniografi

Grace P.A., Borley N.R. 2006.At a Glance Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EMS.
Diagnosis Tanda Pemeriksaan
Hernia inguinalis sering dijumpai Benjolan di atas atau medial dari
selali dimulai diatas atau medial tuberkulum pubikum, bisa medial
dari tuberkulum pubikum. atau lateral.
HI direk: tidak dikontrol oleh
tekanan pada cincin internal.
HI indirek: dikontrol oleh tekanan
yang melewati cincin internal.

Hernia femoralis Benjolan lebih ramping, sering Lokasi dibawah ligamentum


pada wanita tua, dan sering terjadi inguinalis, lateral dan inferior dari
strangulasi atau obstruksi. tuberkulum pubicum.
Sulit dibedakan dengan hernia Benjolan jatuh diantara anterior
femoralis dan limfadenitis iliaca spine dan pubis.
Dari pemeriksaan nyeri tekan dan
tidak meluas, tidak dapat mengecil,
garis-haris lipat paha menghilang.

Grace P.A., Borley N.R. 2006.At a Glance Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EMS.
Undensessus testis Banyak pada anak kecil, Dilakukan pemeriksaan
gagalnya bertumbuhan penunjang USG atau CT-scan,
hemiskrotum dengan tidak MRI lebih sensitive.
didapatkan testis pada sisi Didapatkan massa pada
tersebut. cincin eksternal atau canalis
inguinalis.

Limfadenopathy Pembesaran limfe yang mungkin Pada pemeriksaan fisik didapatkan


berhubungan dengan trauma, massa keras, nodul menyebar,
infeksi, atau malignansi. sering multiple atau massa yang
Tidak berhubungan dengan batuk tidak tegas.
lama. Dilakukan pemeriksaan USG
Limfadenopathy hampir sama didapatkan internal echo pada
dengan hernia strangulasi, sonogram, jika itu hernia
perbedaan jika limfadenopathy memperlihatkan abnormal
mobile ballooning pada anteroposterior
dari diameter canalis inguinalis.

Grace P.A., Borley N.R. 2006.At a Glance Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EMS.
Aneurysma femoral Didapatkan pulsasi Pada pemeriksaan fisik,
benjolan meluas,
berdenyut mungkin
terdapat thrill dan bruit.
Membedakan pulsasi pada
aneurysma dengan normal
pulsasi dari a.femoralis
dengan USG duplex

Abses Psoas Diikuti keluhan nyeri belakang Pada pemeriksaan fisik, massa
dan demam. lunak, berfluktuasi, dan dapat
Pernah pengobatan atau kontak ditekan.
dengan pasien TB Pemeriksaan dengan MRI dan
Sering berada di lateral a. CT-scan
femoralis

Grace P.A., Borley N.R. 2006.At a Glance Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EMS.
Variks safena Terjadinya dilatasi yang Pada pemeriksaan fisik,
besar vena safena benjolan dapat meluas
diperberat oleh batuk,
terdapat thrill pada perkusi
vena safena distal.
Hidrokel Terdapat disekitar testis dan Dapat dikonfirmasi dengan
tidak berhubungan dengan USG
cavum peritoneal.
Sering pada usia pertengahan
atau usia tua.
Transiluminasi (+)
Lipoma Tidak ada factor pencetus dan Pada pemeriksaan fisik, massa
tidak membesar ketika lunak seperti daging, tidak
dilakukan valsava manuever bertransiluminasi atau
berfluktuasi
USG menunjukkan gambaran
massa padat ekoik.

Grace P.A., Borley N.R. 2006.At a Glance Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EMS.
HERNIA INGUINALIS
 Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan
 Factor penyebab yang berpera pada hernia inguinalis:
- pembentukan pintu masuk hernia di annulus internus yang
cukup lebar
- proses vaginalis yang terbuka
- peninggian tekanan di dalam rongga perut, seperti batuk
kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, dan asites
- kelemahan otot dinding perut karena usia

Sjamsuhidajat R, Jong WD. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit EGC.
6
Klasifikasi
 Hernia Inguinalis Medialis/ Direk
Peninggian tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan
otot dinding di trigonum Hesselbach.
 Hernia Inguinalis Lateralis/ Indirek
Penonjolan perut bagian lateral pembuluh darah epigastrika
inferior, keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu annulus
dan kanalis inguinalis.

Sjamsuhidajat R, Jong WD. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit EGC.
Manifestasi Klinik
Gejala dan tanda klinis ditentukan oleh keadaan isi hernia
- benjolan hernia reponible muncul saat berdiri, batuk,
bersin, atau mengedan dan menghilang ketika berbaring
- nyeri viseral epigastrium atau paraumbilikal karena
regangan mesenterium sewaktu segmen usus halus masuk
ke kantong hernia.
- nyeri disertai mual muntah menunjukkan tanda inkarserata
- jika pada anak atau bayi menunjukkan gejala sering gelisah,
sering menangis, dan perut kembung

Sjamsuhidajat R, Jong WD. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit EGC.
Diagnosis
 Anamnesis
- Pemeriksaan Fisik
Inspeksi: kesimetrisan pada kedua sisi lipat paha, skrotum
atau labia pada posisi berdiri atau berbaring serta
mengedan.
Palpasi: diraba kosistensinya, mencoba mereposisi hernia,
menentukan letak hernia dimana jika ujung jari
menyentuh hernia inguinalis lateralis
jika menyentuh bagian sisi jari hernia inguinalis medialis.

Sjamsuhidajat R, Jong WD. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit EGC.
Terapi
 Konservatif
Pengobatan konservatif  tindakan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan reposisi
tersebut.
Reposisi dikontraindikasikan pada hernia inguinalis
strangulate kecuali pada pasien anak-anak.
Sebelum dilakukan tindakan reposisi, diberikan sedative dan
kompres es. Jika reposisi tidak berhasil dalam waktu 6 jam
harus dilakukan operasi.

Sjamsuhidajat R, Jong WD. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit EGC.
 Operatif
Tindakan operatif memiliki prinsip, yaitu
- Herniotomi: dilakukan pembebasan kantong hernia hingga
ke lehernya.
- Hernioplasti: dilakukan tindakan memperkecil annulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis.
Terdapat dua metode, yaitu
 Metode Bassini
 Metode Lotheissen-McVay

Sjamsuhidajat R, Jong WD. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit EGC.
Komplikasi
 Perforasi  peritonitis
 Abses local
 Fistel

Sjamsuhidajat R, Jong WD. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit EGC.
HERNIA FEMORALIS
 Epidemiologi
Perempuan tua insidensinya 4x dari laki-laki.

 Etiologi
- Kenaikan tekanan intraabdomen mengangkat barang
atau batuk
- Multipara
- Obesitas
- Degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut
- Komplikasi herniorafi pada hernia inguinalis

Sjamsuhidajat R, Jong WD. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit EGC.
 Patofisiologi
Peninggian tekanan intraabdomen akan mendorong lemak
preperitoneal ke dalam kanalis femoralis menjadi terbuka.

 Gejala Klinis
Benjolan pada lipat paha jika melakukan aktivitas yang
menyebabkan tekanan intraabdomen meningkat, dan hilang
saat berbaring.

Sjamsuhidajat R, Jong WD. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit EGC.
Diagnosis
 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik
Benjolan lunak dibawah ligamentum inguinale dimedial vena
femoralis dan lateral tuberkulum pubicum

Diagnosis banding: hernia inguinalis, limfadenopati femoral,


limfadenitis, lipoma, abses dingin.

Sjamsuhidajat R, Jong WD. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit EGC.
Terapi
 Hernia femoralis memerlukan tindakan operatif.
- Herniotomi dengan eksisi komplit dari kantong hernia
- Hernioplasti dengan reparasi defek fasia transversalis dengan
ligamentum Cooper atau mesh untuk mempersempit anulus
femoralis. Pendekatan hernioplasti pada hernia femoralis yaitu
 Pendekatan krural dimana dilakukan penjaitan pada ligamentum
inguinale ke ligamentum Cooper
 Pendekatan inguinalis dimana dilakukan penkaitan ligamentum
inguinale ke ligamentum lakunare Gimbernati.
 Pendekatan kombinasi dipilih pada hernia femoralis inkarserata,
hernia residif, atau kombinasi dengan hernia inguinalis.

Sjamsuhidajat R, Jong WD. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit EGC.
LIPOMA
 Definisi
 Lipoma adalah tumor jinak
yang berasal dari jaringan
adipose.

Wronski K. 2013. Surgical Treatment Giant Spermatic Cord Lipoma-Case Report. Department of Oncology, Faculty of
Medicine University of Warmia and Mazury.
 Epidemiologi
Insidensi lipoma pada spermatic cord sebesar 22,5% pada
hernia inguinal post pembedahan. Frekuensi terjadinya
lipoma pada usia dewasa muda dan sering pada laki-laki.

 Etiologi
Belum diketahui tetapi diduga merupakan komplikasi dari
proses pembedahan pada hernia.

Wronski K. 2013. Surgical Treatment Giant Spermatic Cord Lipoma-Case Report. Department of Oncology, Faculty of
Medicine University of Warmia and Mazury.
 Manifestasi Klinik
Gejala yang muncul adalah pembengkakan pada daerah lipat
paha tanpa adanya nyeri seperti pada hernia.

 Diagnosis
Secara klinis sering salah diagnosis dengan hernia inguinalis.
Oleh karena itu, lipoma pada inguinalis sering didapatkan
ketika dilakukan pembedahan dengan diagnosis awal hernia
inguinalis.

 Tatalaksana
Eksisi tumor
Wronski K. 2013. Surgical Treatment Giant Spermatic Cord Lipoma-Case Report. Department of Oncology, Faculty of
Medicine University of Warmia and Mazury.
LIMFADENOPATHY
 Definisi
Pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih
besar dari 1 cm. Terabanya kelenjar getah bening
supraklavikula, iliaca, dan poplitea dengan ukuran berapapun
merupakan keadaan abnormal.

 Epidemiologi
Kelenjar getah bening normal teraba pada neonatal.
Limfadenopathy pada pasien berusia 40 tahun atau lebih
mempunyai resiko keganasan sekitar 4%, sedangkan pada
usia dibawah 40 tahun resiko sebesar 0,4%.
Oehadian A. 2013. Pendekatan Diagnosis Limfadenopati. Bandung: Sub Bagian Hematologi-Onkologi Medik Universitas
Padjajaran.
 Klasifikasi
- Generalisata : limfadenopathy pada 2 atau lebih regio
- Lokalisata : limfadenopathy pada 1 regio

 Etiologi
MIAMI: Malignancy, Infeksi, Autoimmune disorders, Miscellaneous
and unusual conditions, Iatrogenic causes. Penyebab yang lain bisa
berasal dari obat-obatan, seperti alopurinol, atenolol, captopril,
carbamazepin, penisilin, fenitoin, trimetoprim-sulfametoksazol.
Faktor resiko keganasan: usia tua, karakteristik kelenjar keras,
terfiksasi, berlangsung lebih dari 2 minggu, dan berlokasi di
supraklavikula.
Oehadian A. 2013. Pendekatan Diagnosis Limfadenopati. Bandung: Sub Bagian Hematologi-Onkologi Medik Universitas
Padjajaran.
Oehadian A. 2013. Pendekatan Diagnosis Limfadenopati. Bandung: Sub Bagian Hematologi-Onkologi Medik Universitas
Padjajaran.
Diagnosis
 Anamnesis
1. Umur pasien dan lamanya limfadenopathy
2. Pajanan
Riwayat kontak seksual penting dalam menentukan penyebab limfadenopathy inguinal dan servikal.
3. Gejala yang menyertai

 Pemeriksaan Fisik
1. Karakteristik dan ukuran kelenjar getah bening
a. Kelenjar getah bening yang keras dan tidak nyeri : keganasan atau penyakit granulomatosa
b. Kelenjar getah bening terfiksasi dan terlokalisir dengan konsistensi kenyal : Limfoma Hodgkin tipe sklerosa
nodular
c. Kelenjar getah bening bilateral, dapat digerakkan, tidak nyeri, berbatas tegas : Limfadenopathy karena virus
d. Kelenjar getah bening konsistensi lunak dan nyeri : Infeksi
2. Lokasi limfadenopathy
Limfadenopathy reaktif jinak dan infeksi penyebab tersering pada daerah inguinal.

 Biopsi
Tindakan biopsi dilakukan jika kelenjarnya besar, paling dicurigai, dan paling mudah diakses dengan pertimbangan
nilai diagnostiknya. Kelenjar getah bening inguinal mempunyai nilai diagnostik paling rendah 6.

Oehadian A. 2013. Pendekatan Diagnosis Limfadenopati. Bandung: Sub Bagian Hematologi-Onkologi Medik Universitas
Padjajaran.
ABSES
 Definisi
Abses adalah akumulasi dari pus pada kulit.

 Etiologi
Abses pada inguinal biasanya dikarenakan adanya infeksi bakteri yang mengenai kulit tersebut.

 Manifestasi Klinik
Nyeri, kaku, indurasi, dan eritema
Palpasi akan teraba fluktuasi. Tanda yang lain yaitu deman dan adanya leukositosis.

 Diagnosis
Diagnosis pasti dari abses pada inguinal dengan pungsi

 Tatalaksana
- Insisi dan drainase dengan local anastesi.
- Pemberian antibiotic7.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai