Anda di halaman 1dari 3

TRAUMA

Anatomi, Histologi dan Fisiologi


1. Scalp
2. Tulang tengkorak : trauma akselerasi dan deselerasi
a. Lesi coup : lesi searah dengan arah trauma
b. Lesi countercoup: lesi berlawanan arah dgn arah trauma
3. Selaput otak
a. Duramater
b. Arachnoid mater
c. Piamater
4. Otak
a. Serebrum
- Frontal : fungsi eksekutif, emosi,motoric, pusat bicara
- Parietal: sensorik, orientasi ruang
- Temporal: memori
- Oksipital: pengelihatan
b. Brainstem
- Midbrain dan pons: reticular activating system
- Medulla: kardiorespirasi
c. Serebellum: keseimbangan
5. Sistem Ventrikel
6. Kompartemen Intrakranial
- Tentorium
- Hiatus tentorium (Noch)
- Falks Serebri
Fisiologi
- - TIK normal: 10 mmHG TIK >20 mmHG perfusi
serebral iskemia serebral
- - Doktrin Monroe-Kellie: volume total isi intracranial harus
selalu konstan, cranium adalah ruangan yang rigid dan tidak
bisa mengembang yang dikeluarkan dulu adalah LCS dan
darah vena
- - CPP = MAP ICP

Trauma
- Tujuan utama penatalaksanaan : mencegah terjadinya cedera otak sekunder oksigenisasi dan perfusi otak
a. A. Fraktur cranium
b. supra orbita:raccoon eyes, rhinorea
c. basis cranii: battle sign, othore,
gangguan nervus VII dan VIII
d. B. Lesi intracranial
e. difus: kontusio ringan-hipoksi berat
f. fokal : lesi terlokalisir

- Tatalaksana trauma otak


Cedera Otak Ringan (COR) Cedera Otak Sedang (COS) Cedera Otak Berat (COB)
Head 300+ O2 masker 6-8 lpm Primary Survey : Resusitasi airway, breathing Primary Survey : Resusitasi
Infus 0,9 NS 1,5 ml/kgBB/jam. dan sirkulasi Pemakaian masker airway, breathing dan
Untuk anak < 2 tahun : D5 oksigen dengan flow O2 6-8 lpm, Pasang sirkulasi Intubasi +
NS 80-100 cc/kgBB/24 jam collar brace kontrol ventilasi (PCO2 35
Analgetik kuat Bila shock, berikan cairan isotonis (RL, 40 mmhg, PaO2 : 80 200
H2 antagonist atau Gastric NaCl, atau koloid atau darah). Cari mmHg atau SpO2 >97 %),
Protector penyebab,atasi,pertahankan tensi > 90 pasang pipa lambung
Anti muntah, jika ada muntah mmHg. mirip COS
Antibiotik sesuai indikasi Ada tanda-tanda TIK meningkat dan tidak Secondary Survey : mirip COS
Puasa 6 jam ada hipotensi atau gagal ginjal dan atau Pemeriksaan refleks batang
Operatif : Jika dari CT Scan gagal jantung, manitol 20% 200 ml bolus otak Hati-hati pada
ditemukan fraktur kalvaria dalam 20 menit atau 5 ml/kgBB, pemeriksaan reflek
atau lesi yang terindikasi dilanjutkan 2 ml/ kgBB dalam 20 menit oculocephalik
operasi setiap 6 jam, jaga osmolalitas darah <320 Pasang ICP monitor,
mOsm pertahankan tekanan <15
Bila kejang : Diazepam 10 mg iv pelan, mmhg.atau<22 cm H2O
dapat ditambah hingga kejang berhenti pada pasien yang tidak ada
dilanjutkan phenitoin bolus15-20 mg/kgBB indikasi operasi lesi
encerkan dengan aqua steril 100 ml NaCl intrakranial.
0,9% iv pelan, dilanjutkan 8 mg/kgBB Evaluasi kesadaran dengan
Secondary Survey: Infus cairan isotonis (NaCl ketat
0,9 %) 1,5 ml/kgBB/jam pertahankan
euvolume,pemasangan CVP, Pemeriksaan
lab, Anamnesis, Pemeriksaan fisik umum
dan neurologis
Obat simptomatik IV atau supp dan
antibiotika sesuai indikasi
Pasang kateter, catat keadaan dan
produksi urine
Tanda vital stabil : CT scan kepala, coli lat,
thorak AP
Evaluasi kesadaran dengan ketat
Operatif: Jika dari CT Scan ditemukan fraktur
kalvaria atau lesi yang terindikasi operasi
-
Hematom Intrakranial
Karakteristik Epidural Hematoma (EDH) Subdural Hematoma (SDH) Intracranial Hematoma (ICH)
Etiologi arteri meningea media vena ruang arachnoid kontusio serebri, cedera
fossa temporalis pembuluh dara dasar otak
Onset Cepat lama, hari-minggu cepat lama
3 fase: akut (hari pertama-
ketiga), subakut (hari ketiga-
minggu ketiga), dan kronis
(>minggu ketiga)
Gejala TIK : mual, muntah, nyeri TIK : mual, muntah, nyeri TIK : mual, muntah, nyeri
Neurologi kepala, penurunan kepala, penurunan kesadaran kepala, penurunan kesadaran,
kesadaran, pupil mata Higroma subdural: SDH lama yg
ipsilateral anisokor disertai cairan LCS di ruang
(+) interval lucid subdural robeknya selaput
arachnoidmater
Radiologis bikonveks mengikuti permukaan serebri berada di sepanjang serebri
- Tatalaksana Medikamentosa untuk cedera kepala
1. Cairan Intravena : normalsalin ex: RL kadar Natrium lebih tinggi
2. Hiperventilasi : PaCO2 dan menyebabkan vasokonstriksi serebral TIK
3. Manitol : TIK mannitol 20% (20 gr dalam 100ml pelarut) bolus mannitol 1 gr/kg dalam 5 menit
4. Cairan salin hipertonis : TIK NaCl 3%-23,4% terutama untuk pasien hipotensi
5. Barbiturat : TIK pada pasien normotensi
6. Antikonvulsan : fenitoin atau fosfenitoin (dosis 1 gr IV dengan kecepatan tidak lebih dari 50 mg/menit),
diazepam atau lorazepam
- Tatalaksana Pembedahan
1. Luka pada scalp debridement dan penjahitan luka
2. Fraktur impresi operasi trepanasi
3. Lesi masa intracranial trepanasi : a) craniotomy : dengan pengangkatan calvaria lalu pengangkatan massa
dan dikembalikan lagi pada saat itu, b) craniectomy : pengangkatan calvaria dilanjutkan pengangkatan massa
tetapi calvaria disimpan sementara diatas peritoneum untuk dikembalikan lagi melalui prosedur c) cranioplasti
terutama terdapat kecenderungan perdarahan berulang
4. Cedera tembus pada otak operasi trepanasi
- Brain death (MBO) : tidak ada kemungkinan perbakan dari fungsi otak
ciri : 1) GCS=3, 2) pupil nonreaktif, 3) hilangnya refleks batang otak, 4) tidak ada usaha nafas spontan
Trauma Medula Spinalis
- Lesi medulla spinalis dapat berupa memar, kontusio, lesi
transvesa, laserasi dengan atau tanpa perdarahan kelainan
sekunder yang muncul berupa hipoksemia dan iskemia
- Syok spinal : terjadi karena kerusakan mendadak medula spinalis
karena hilangnya rangsangan yang berasal dari pusat. Ciri :
kelumpuhan flaksit, anesthesia, arefleksia, hilangnya prespitasi,
gangguan fungsi rectum dan VU, bradikardi, dan hipotensi. Setelah
syok spinal pulih akan terdapat gejala hiperefleksi dan gangguan
saraf otonom.

- Karakteristik trauma medulla spinalis


Lokasi Lesi Karakteristik
1. Lesi transvesa - hilangnya fungsi sensorik dan motoric kaudal dari tempat kerusakan
- disertai syok spinal
2. Sindrom medulla - kelumpuhan otot lurik dibawah tempat kerusakan
spinalis anterior - hilangnya sensari suhu dan nyeri kedua sisi
- sensasi raba dan posisi tidak terganggu
3. Sindrom medulla - Tetraparese parsial ekstremitas atas lebih berat
spinalis sentral - Daerah perianal tidak terganggu
4. Sindrom medulla - Gangguan sensasi raba, vibrasi, dan proprioseptif/posisi dibawah segmen kerusakan
spinalis posterior - Fungsi motoric, sensasi nyeri, dan suhu tidak terganggu
5. Sindrom Brown- - Oleh kerusakan paruh lateral medulla spinalis
Sequard - Gangguan motoric dan hilangnya rasa raba pada posisi ipsilateral
- Hilangnya sensasi suhu dan nyeri di kontralateral
6. Sindrom Konus - Lesi di L1-L2
Medularis - Anastesia perianal, gangguan fungsi defekasi, fungsi miksi, impotensi, refleks anal
dan bulbokavernosus
7. Sindrom Kauda - Kompresi pada radiks lumbosacral setinggi konus medularis
Equina - Kelumpuhan dan anastesi daerah lumbosacral

Anda mungkin juga menyukai