132010101019
Sumber: Ilmu Penyakit Mata FK UI; Vaughan dan Asbury Oftalmologi Umum Edisi 17;
4. Atrofi iris
Atrofi iris merupakan kelainan progresif yang sangat jarang terjadi pada mata yang ditandai
dengan pupil tidak pada tempatnya, daerah distorsi degenerasi pada iris (atrofi), atau adanya
lubang pada iris. Kelainan ini biasanya terjadi hanya pada satu mata (unilateral) dan
berkembang sangat lama. Adanya sinekia anterior perifer antara iris dan kornea akan
menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler yang selanjutnya dapat menyebabkan
glaukoma sekunder, selain itu peningkatan tekanan intraokuler yang sangat tinggi dapat
menyebabkan terjadinya iskemia sehingga dapat terjadi iskemia sectoral dari iris. Atrofi iris
adalah satu dari tiga gejala iridocorneal endothelial (ICE) syndrome. Sindorma ICE terdiri
dari essential iris athrophy, chandler syndrome, dan cogan-reese syndrome yang gejalanya
saling tumpeng tindih dan sulit dibedakan satu sama lain.
Gejala utama iris atrofi meliputi distorsi pupil, degenerasi (atrofi) iris yang merata, atau
adanya lubang pada iris. Tepi pupil dapat berubah kea rah luar (ectropion uvea). Gambatan
lain dari iris atrofi adalah perlekatan iris ke kornea (sinekia anterior perifer), edema kornea,
atau kelainan pada endotel kornea. Perubahan ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intraokuler yang menyebabkan glaukoma sekunder.
Penyebab terjadinya atrofi iris sampai saat ini belum diketahui dengan pasti (idiopatik).
Atrofi iris diduga terjadi akibat kelainan primer dari membrane seluler yang disekresikan
oleh sel-sel endotel yang abnormal. Membrane ini menutupi iris dan sudut drainase,
kontraksi membrane akan menyebabkan terbentuknya sinekia anterior perifer yang akan
menyebabkan glaukoma sekunder. Selain itu, penelitian lain juga menyebutkan bahwa
peradangan atau infeksi kronis juga bisa menjadi penyebab terjadinya atrofi iris.
Sumber: National Organization for Rare Disorder acknowledges Sawat Salim, MD, FACS,
Professor of Ophtalmology Medical College of Wisconsin