Di susun oleh :
Mutiah Fahrurroziana 20160210019
Yogawati Printarani Yahwidhi 20160210022
Zakaria Egam 20160210023
Mitha Apriliana 20160210024
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tingginya nilai ekspor Indonesia dalam komoditi karet berbanding
lurus dengan luasnya perkebunan karet di Indonesia. Berdasarkan data dari
Ditjenbun Deptan menyebutkan bahwa luas perkebunan karet di Indonesia
pada tahun 2011 mencapai 3,4 juta ha, dari nilai tersebut yang berperan
penting dalam menunjang nilai ekspor adalah perkebunan milik rakyat yang
mencapai 85 % dari total semuanya. Hal ini mengindikasikan bahwa betapa
banyaknya masyarakat yang menggantungkan hidupnya dengan
membudidayakan tanaman keras ini.
Peningkatan jumlah perkebunan karet serta peremajaan karet pada
saat ini masih marak dilakukan. Banyak kendala yang dihadapi oleh para
perkebun khususnya perkebun rakyat dalam melakukan penanaman
ataupun peremajaan kebun karet, salah satu kendala yang dihadapi adalah
mahalnya biaya yang dibutuhkan untuk pemeliharaan perkebunan mulai
dari penanaman bibit sampai menuju masa produksi. Dibutuhkan suatu
inovasi yang dapat membantu para perkebun untuk meringankan beban
yang ditanggung. Salah satu solusi yang di ajukan adalah optimalisasi lahan
yang berada dibawah tegakan perkebunan karet yang belum produksi.
Optimalisasi lahan di perkebuan karet belum produksi dapat
dilakukan dengan melihat besarnya potensi lahan dibawah tegakan kebun
karet yang tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Salah satu program
optimalisasi lahannya adalah melakukan sistem tumpangsari. Tumpangsari
adalah penanaman dua atau lebih dari satu jenis tanaman, baik tanaman
semusim dengan tanaman semusim atau tanaman tahunan dengan tanaman
semusim didalam suatu bidang lahan (Pusat Data dan Informasi Pertanian).
Pada perkebunan dataran tinggi ini memiliki potensi untuk ditanam
tanaman karet menurut Basyit, 2018 dapat dikatakan dilereng perbukitan
lebih potensial, memiliki tanah yang tidak terlalu lembab.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman karet (Havea brasiliensis) berasal dari negara Brazil. Tanaman ini
merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Tanaman karet pada
pertama kali hanya tumbuh di Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali-
kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di
mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan; sekarang Asia merupakan
sumber karet alami (Webster, 1989).
Dosis (gram/pohon)
Umur
Urea Rock MOP Kleresit
(Bulan)
Pospat
Pupuk
dasar - 200 - -
2–3 75 150 50 50
7–8 75 150 50 50
12 100 175 62 50
18 100 175 62 50
24 250 400 150 100
36 275 400 200 100
48 300 400 200 100
5. Pemeliharaan Tanaman Penutup Tanah
Tabel Waktu Dosis dan Cara Pemupukan Tanaman Penutup Tanah
Waktu Dosis Cara Pemberian
A. Teknologi Budidaya
1. Penyiapan lahan/pengolahan
a. Pembersihan lahan
Pembersihan lahan dilakukan dengan Cara membersihan gulma dan
ranting-ranting yang mengganggu tanaman karet nantinya yang akan di tanam
dilahan tersebut, hal tersebut dapat dilakukan dengan cara yang manual seperti
pembersihan gulma menggunakan sabit dan cangkul.
Karena lahan bapak Rudianto ini tidak berada di satu area tetapi terpisah-
pisah dalam 4 tempat HKO yang diperkejakan pada lahan tersebut sekitar 1-2
orang dalam 1 lahan dengan jangka waktu pekerjaan sekitar 10 hari.
b. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah pada budidaya tanaman karet milik pak Rudianto dengan
cara menngemburkan lahan menggunakan traktor dan cangkul. Dengan HKO
yang dikerjakan 2 orang dengan janggka waktu 10 hari.
c. Bahan tanam
Bahan tanam yang digunakan oleh bapak Rudianto merupakan bibit
yang sudah distek dengan jenis PB 260,bapak Rudianto membeli bibit ksret
tersebut dari PTP Sembawa Palembang. Dalam satu sengah hektar bapak
Rudianto membutuhkan 500-600 bibit karet yang sudah distek. Untuk harga
bibit karet jenis PB 260 ini bapak Rudianto membeli dengan harga Rp. 7000-
7500/batang.
d. Penanaman dan sistem tanam
Jarak tanam untuk tanaman karet bapak Rudianto menggunakan jarak
tanam sekitar 3×4 meter karena keadaan lahan yang berbukit dan terasering.
Tetapi untuk lebih efektif berukuran 4×4 untuk lahan yang datar. Pola tanam
dan sistem tanam yang digunakan dalam menanam karet ini yaitu tumpangsari
dengan tanaman pangan seperti kacang panjang, kedelai padi dan apabila bibit
tanaman karet sudah tinggi bisa ditanami jagung. Dengan sistem tanam sejajar.
Waktu tanam dilakukan pada awal musim penghujan dan belum banyak
curah hujan karena apabila terlalu banyak curah hujan akan mengakibatkan
busuk batang pada bagian stek, apabila awal penanaman dilakukan pada musim
kemarau akan mempengaruhi pertumbuhannya tanaman karet sendiri. Dalam
penanam sendiri HKO yang diperlukan 2-4 orang dalam 4 lahan yang berbeda.
e. Pemeliharaan
f. Pengairan
Pengairan yang dilakukan pada tanaman karen tergantung pada curah
hujan, karena dalam budidaya tanaman karet ini tidak diperlukan penyiraman
secara rutin.
g. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan pada umur 2 tahun di ambil sekitar 2-2.5 meter,
bertujuan agar cabang dan daunnya banyak karena banyaknya cabang dan daun
berpengaruh pada produksi karetnya banyaki. Dilakukan pemangkasan juga
agar kulit tanaman karet lebih tebal. Pamangkasan dilakukan dengan manual
menggunakan gergaji dan sabit. HKO yang diperkejakan 1 orang.
h. Pemupukan
Pemupukan dilakukan pada umur 3-4 tahun tetapi yang paling efektif yaitu
setiab bulan setelah hujan. Pupuk yang digunakan yaitu NPK mutiara karena
efektif sekali dan untuk pertumbuhan awal sangat bangus, dengan dosis 1-2
sendok makan, sedikit tetapi berpengaruh besar pada pertumbuha tanaman
karet yang sangat bagus. Digunakan juga pupuk organik yaitu kotoran ayam
tetapi untuk awal pertumbuha tidak terlalu berpengarug atau efektif untuk
pertumbuhan tanaman karet. Tatapi apabila tanaman laret sudah produktif
pemberian pupuk kandang ini akan efektif pada umur 5 tahun keatas. Untuk
dosis pupuk kandang sendiri diberikan 1 karung dengan menggunakan media
kulit padi pupuk kandang untuk 1 pohon karet dengan cara melubangi secara
memutar disekitar setengah meter dari tanaman karet. Karena apabila pupuk
kandang diberikan tepat di pohon karetnya akan mengakibatkan tumbuh jamur
pada panggal batang dan rayab mengakibatkan busuk batang. Pemupukan
hanya memerlukan HKO 1 orang.
i. Pengendalian OPT
Dalam budidaya tanaman karet ini tidak ada hama yang menyerang, tetapi
ada penyakit yang Pak Rudianto sebut dengan jamur akar, apabila tanaman
karet sudah terserang jamur akar tanaman karet akan mati dan jika tidak segera
dibrantas akan merembet atau menyebar ketanaman karet yang lain.
Jika jamur akar ini sudah tidak bisa dikendalikan lagi lubangi atau dibikin
parut sekitar tanaman karet secara memutar agar akar yang terserang tanaman
karet tidak menyentuh akar karet yang lainnya.
Pengendaliannya menggunakan antrakol, dolomit dan untuk
mengatasinya menggunakan kapur. Dengan cara disebarkan disekitar tanaman
karet yang terserang jamur akar.
j. Panen
Pemanenan dapat dilakukan pada umur 6-7 tahun, Kriteria karet yang
bagus pada saat dipanen yaitu tidak bercampur dengan air, kotoran seperti
daun, pengentalannya secara alami, dan warnanya putih.
Cara memanen karetnya sendiri dengan memberi luka memutar pada
batang tanaman karet dengan menggunakan pisau kusus (pisau sadap) dan
untuk menampung karet menggunakan mangkuk kecil.
Hasil dari 500-600 batang karet dikumpulkan selama 2 bulan sebanyak
2-5 kuintal karet. Langsung dijual pada toke-toke yang datang ke rumah Bapak
Rudianto.
k. Analisis Usaha Tani
HARGA/
URAIAN VOLUME SATUAN JUMLAH
SATUAN
Lahan 1.5 hektar - -
A. Bahan :
Benih atau Bibit 600 batang Rp. 8000/ batang Rp. 4800000
B. Pupuk :
NPK Mutiara 200 kg Rp. 490000/ 50 kg Rp. 1960000
C. Pestisida
Fungisida (Antacol) 1 kg Rp. 120000/ kg Rp. 120000
D. Alat :
Cangkul 2 unit Rp. 55000/ unit Rp. 110000
Sprayer 1 unit Rp. 215000/ unit Rp. 215000
Pisau Sadap 8 unit Rp. 25000/ unit Rp. 200000
Mangkok 600 unit Rp. 700/ unit Rp. 420000
E. Tenaga Kerja
Pengolahan Tanah 4 HKO RP. 30000/ HKO Rp. 120000
Penanaman 1 HKO RP. 30000/ HKO Rp. 30000
Pemeliharaan :
- Pemupukan 4 HKO RP. 30000/ HKO Rp. 120000
- Penyulaman 4 HKO RP. 30000/ HKO Rp. 120000
- Penyiangan 4 HKO RP. 30000/ HKO Rp. 120000
- Pembubunan 4 HKO RP. 30000/ HKO Rp. 120000
- Penyemprotan 1 HKO RP. 30000/ HKO Rp. 30000
Panen 4 HKO RP. 30000/ HKO Rp. 120000
Pasca Panen 1 HKO RP. 30000/ HKO Rp. 30000
TOTAL Rp. 8635000
l. Pembahasan
Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan lateks yang
banyak jika diperhatikan syarat-syarat tumbuh dan lingkungan yang diinginkan
tanaman ini. Apabila tanaman karet ditanam pada lahan yang tidak sesuai dengan
habitatnya maka pertumbuhan tanaman akan terhambat. Lingkungan yang kurang
baik juga sering mengakibatkan produksi lateks menjadi rendah. Sesuai habitat
aslinya di Amerika Selatan, terutama Brazil yang beriklim tropis, maka karet juga
cocok ditanam di Indonesia, yang sebagian besar ditanam di Sumatera dan
Kalimantan. Akan tetapi, tanaman karet milik bapak Rudianto ditanam pada dataran
rendah yaitu di daerah Mangunan, Yogyakarta. Tanaman karet milik bapak tersebut
dapat tumbuh dengan baik karena faktor lingkungan yang mendukung, tetapi hasil
produksi tidak sebaik pada daerah Sumatra dan Kalimantan.
Pada saat awal penanaman, bapak Rudianto menanam bibit tanaman karet
yang sudah di okulasi. Hal ini sesuai dengan GAP (Good Agriculture Practices),
tujuan dilakukan okulasi adalah untuk mempercepat pertumbuhan dan
perkembangan tanaman karet. Okulasi adalah menempelkan mata tunas suatu
tanaman ke tanaman lain, sehingga keduanya menjadi satu tanaman baru. Okulasi
karet biasanya dilakukan apabila tanaman karet sudah berumur 8- 18 bulan.
Ada dua jenis penanaman karet, yaitu penanaman baru (newplanting) dan
peremajaan (replanting). Newplanting adalah usaha penanaman karet di areal yang
belum pernah dipakai untuk budi daya karet. Sementara itu, replanting adalah usaha
penanaman ulang di areal karet karena tanaman lama sudah tidak produktif lagi.
Sedangkan, bapak Rudianto menanam tanaman karet dengan jenis penanaman baru.
Oleh karena itu, diperlukan pengolahan lahan dengan cara membabat pepohonan
yang tumbuh. Tentunya, pada newplanting jenis pohon yang tumbuh di areal
relatif banyak dengan ketinggian dan diameter batang beragam. Pada awal
penanaman tanaman karet bapak Rudianto menggunakan sistem tumpang sari
dengan jarak tanam antara tanaman karet 3 x 4 meter. Sedangkan menurut GAP,
sebaiknya tanaman karet ditanam pada jarak tanam 3 x 7 meter dan apabila
menggunakan sistem tumpangsari aka jarak tanam diusahakan jangan terlalu dekat
agar tidak terjadi perebutan unsur hara antar tanaman. Dalam penanaman dengan
sistem tumpangsari umumnya para petani karet menggunakan jarak tanam pagar.
Artinya, tanaman tumpangsari berfungsi sebagai pagar atau mengapit tanaman
utama. Dalam cara ini jarak tanam dalam barisan dibuat rapat dan jarak tanam antar
barisan renggang. Cara seperti ini memungkinkan tanaman mendapat sinar
matahari secara optimal.
Cara pemupukan tanaman karet bapak Rudianto pada masa produksi sampai
dengan masa sebelum produksi sesuai dengan GAP, yaitu pupuk dimasukkan ke
dalam lubang yang digali melingkar dengan jarak 1 – 1,5 meter dari pohon. Bisa
juga pupuk dimasukkan ke dalam alur berbentuk garis di antara tanaman dengan
jarak 1,5 meter dari pohon. Sehingga, unsur hara pada pupuk dapat terserap dengan
sempurna oleh tanaman. Sebelum pemupukan dilakukan, harus dipastikan tanah
sudah bebas dari gulma. Jenis pupuk yang digunakan oleh bapak Rudianto adalah
pupuk majemuk NPK Mutiara, sehingga dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan
unsur hara tanaman karet.
Pada tanaman karet milik bapak Rudianto terdapat penyakit cendawan akar
putih. Penyebabnya adalah cendawan Fomes lignosu, dengan gejala daun kusam,
menguning, layu dan akhirnya gugur. Tanaman bila dibongkar pada akar terdapat
cendawan berwarna putih kekuningan. Pengendaliannya dapat dilakukan secara
mekanis saat pembukaan lahan tunggul dan akar harus dibongkar. Namun, beliau
mengendalikannya dengan langkah awal pemberian dolomit pada sekitar akar yang
terinfeksi. Apabila sudah parah maka diberikan fungisida Antracol.
IV. PENUTUP
Kesimpulan
Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh optimal di
dataran rendah, yakni pada ketinggian sampai 200 meter di atas permukaan laut.
Makin tinggi letak tempat, pertumbuhannya makin lambat dan hasilnya lebih
rendah. Waktu tanam dilakukan pada awal musim penghujan dan belum banyak
curah hujan karena apabila terlalu banyak curah hujan akan mengakibatkan busuk
batang pada bagian stek, apabila awal penanaman dilakukan pada musim kemarau
akan mempengaruhi pertumbuhannya tanaman karet sendiri. Sesuai habitat aslinya
yang beriklim tropis, maka karet juga cocok ditanam di Indonesia, yang sebagian
besar ditanam di Sumatera dan Kalimantan. Akan tetapi, tanaman karet milik bapak
Rudianto ditanam pada dataran rendah yaitu di daerah Mangunan, Yogyakarta.
Sehingga tanaman karet milik bapak rudianto dapat tumbuh dengan baik karena
faktor lingkungan yang mendukung, tetapi hasil produksi tidak sebaik pada daerah
Sumatra dan Kalimantan.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Chairil. 2006. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Makalah pada
pelatihan “Tekno Ekonomi Agribisnis Karet”. Tanggal 18 Mei 2006 di
Jakarta. PT. FABA Indonesia Konsultan.
Azwar R, I. Suhendry. 1998. Kemajuan pemuliaan karet dan dampaknya terhadap
peningkatan produktivitas. Pros. LokakaryaPemuliaanKaret 1998 dan
Diskusi Nas. Prospek Karet Alam Abad 21; Medan, 8 - 9 Desember.
Medan : Puslit Karet.