PENDAHULUAN
1
Matematika adalah ilmu yang memanfaatkan perhitungan berupa
penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian untuk memperoleh hasil
yang diinginkan. Salah satu cabang ilmu matematika yang sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari adalah trigonometri
Menurut Sullivan (2012: 504) menyatakan bahwa trigonometri adalah
sebuah cabang matematika yang berhadapan dengan sudut segitiga dan fungsi
trigonometrik. Sudah banyak Penerapan Konsep matematika trigonometri dalam
kehidupan sehari-hari seperti salah satunya pada arsitektur modern. Sudut yang
didapat dalam perhitungan trigonometri dapat digunakan dalam persamaan
percepatan sudut. Sehingga dapat memudahkan petani karet dalam proses
penyadapan karet.
Berdasarkan penjabaran diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
pengaruh penerapan konsep matematika berupa trigonometri ke dalam proses
penyadapan pohon karet.
1.3. Tujuan
Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan yang dicapai dalam penelitian
ini adalah.
1. Mendeskripsikan Penerapan trigonometri pada proses penyadapan getah
karet pada pohon karet
2. Teridentifikasinya pengaruh penerapan konsep trigonometri terhadap hasil
getah karet yang dihasilkan.
2
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi penyadap karet, penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman
dalam menyadap pohon karet terutama bagi pemula.
2. Bagi Guru, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan contoh aplikasi ilmu
matematika dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Bagi siswa, penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk lebih memahami
aplikasi rumus matematika pada kehidupan sehari-hari.
4. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan kajian awal untuk melakukan
penelitian secara akumulatif.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
rata–rata kurang dari 20°C, maka tanaman karet tidak cocok di tanam di daerah
tersebut. Pada daerah yang suhunya terlalu tinggi, pertumbuhan tanaman karet
(Hevea brasiliensis) tidak optimal.
Menurut Azis ( 2018 ), tanaman karet (Hevea brasiliensis) dapat
tumbuh dengan baik pada ketinggian antara 1–600 m dari permukaan laut
dengan Curah hujan yang cukup tinggi antara 2000–2500 mm setahun. Akan
lebih baik lagi apabila curah hujan itu merata sepanjang tahun. Derajat
keasaman yang paling cocok adalah 5–6. Batas toleransi pH tanah bagi pohon
karet adalah 4–8. Tanah yang agak masam masih lebih baik dari pada tanah
yang basa. Topografi tanah sedikit banyak juga mempengaruhi pertumbuhan
tanaman karet. Akan lebih baik apabila tanah yang dijadikan tempat
tumbuhnya pohon karet datar dan tidak berbukit–bukit (Ditjenbun, 2013).
5
Arah dan sudut kemiringan irisan sadap Arah irisan sadap harus dari
kiri atas ke kanan bawah, tegak lurus terhadap pembuluh lateks.
Panjang irisan sadap Panjang irisan sadap adalah 1/2s (irisan miring
sepanjang ½ spiral atau lingkaran batang).
Letak bidang sadap Bidang sadap harus diletakkan pada arah yang
sama dengan arah pergerakan penyadap waktu menyadap.
a.2 Pemasangan Talang dan Mangkuk Sadap
Talang sadap terbuat dari seng selebar 2,5 cm dengan panjang sekitar 8
cm. Talang sadap dipasang pada jarak 5 cm – 10 cm dari ujung irisan sadap
bagian bawah. Mangkuk sadap umumnya terbuat dari plastik, tanah liat atau
aluminium. Mangkuk sadap dipasang pada jarak 5-20 cm di bawah talang
sadap. Mangkuk sadap diletakkan di atas cincin mangkuk yang diikat dengan
tali cincin pada pohon.
b. Pelaksanaan penyadapan
Kedalaman irisan sadap Penyadapan diharapkan dapat dilakukan
selama 25 – 30 tahun. Kedalaman irisan sadap dianjurkan berkisar 1-
1,5 mm dari kambium.
Ketebalan irisan sadap Ketebalan irisan sadap yang dianjurkan adalah
berkisar antara 1,5 mm – 2 mmsetiap penyadapan, agar penyadapan
dapat dilakukan selama kurang lebih 25 – 30 tahun.
Frekuensi penyadapan Frekuensi penyadapan adalah jumlah
penyadapan dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Dengan panjang
irisan ½ spiral (1/2 s), frekuensi penyadapan adalah 1 kali dalam 3
hari (3/d) untuk 2 tahun pertama penyadapan, dan kemudian diubah
menjadi 1 kali dalam 2 hari (d/2) untuk tahun selanjutnya.
Waktu penyadapan Penyadapan sebaiknya dilakukan sepagi mungkin
yaitu antara jam 05.00 – 07.30 pagi.
2.2 Trigonometri
2.2.1. Definisi Trigonometri
6
Trigonometri adalah metode dalam perhitungan untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan perbandingan-perbandingan pada bangun
geometri, khususnya dalam bangun yang berbentuk segitiga. Trigonometri
juga dapat dikatakan sebagai salah satu ilmu yang berhubungan dengan besar
sudut, dimana bermanfaat untuk menghitung ketinggian suatu tempat tanpa
mengukur secara langsung sehingga bersifat lebih praktis dan efisien
(Teguh,2004:17).
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa trigonometri
merupakan cabang ilmu matematika yang mempelajari tentang perbandingan
ukuran sisi suatu segitiga apabila ditinjau dari salah satu sudut yang terdapat
pada segitiga tersebut dan konsep trigonometri dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari- hari terutama dalam proses penyadapan karet guna
mendapatkan hasil yang maksimal.
2.2.2. Rumus Umum Trigonometri
Teguh (2004:18-19) menuliskan bahwa misalkan diketahui ?ABC
merupakan segitiga siku-siku di A. Titik D dan F terletak pada ruas garis
AC dimana D? F ? A ? C, titik E dan G terletak pada ruas garis BC dimana
E ? G ? B ? C, sedemikian hingga DE // FG // AB . Untuk lebih jelasnya
coba diperhatikan gambar di samping ini:
Panjang ? ABC, ? FGC dan ? CDE
m? ACB = m? FCG = m? DEC….(Berimpit)
Sumber: Trigonometri
Gambar 1
Model segitiga pada
sistem trigonometri
m? BAC = m? GFC = m? EDC….(900)
m? ABC = m? FGC = m? DEC ….(Dua sudut lain yang bersesuaian
sama besar)
sehingga menyebabkan: ?ABC? ? FGC ? ?CDE
Akibatnya: sisi-sisi yang bersesuaian perbandingannya selalu dan
tetap.
7
1.
CD CE CF CG CD CF CA sisi siku ? siku di depan sudut ?
= = = ? = = =
CF CG CA CB CE CG CB Sisi miring segitiga
Perbandingan ini disebut sinus dari sudut ? ditulis sin ?
2.
CD CE DE FG DC CF AB sisi siku−siku? disamping sudut ?
= = = ? = = =
CF CG FG AB CE CG CB Sisi miring segitiga
Perbandingan ini disebut cosinus dari sudut ? ditulis cos ?
CD CF CA Sisi siku siku di depan sudut ?
3. = = =
CE FG CB Sisi miring segitiga
Perbandingan ini disebut Tangen dari sudut ? ditulis tan ?
Selain tiga perbandingan di atas, disepakati juga perbandingan kebalikan yaitu
cotangen, secen, dan cosecen yang secara berurutan disingkat ctg, sec dan
cosec (csc) dengan ketentuan sebagai berikut:
1 1 1
Ctg ?= ; Cosec ?= ; Sec ?=
tg? sin ? cos ?
Untuk mempermudah dalam menghafal, cara yang dapat dipakai sebagai berikut:
Depan Miring
Sinus= (DeMi) Cosec= (MiDe)
Miring Depan
Samping Miring
Cosinus= ( SaMi) Sec= ( MiSa)
Miring Samping
Depan Samping
Tangen= (DeSa) cot= (SaDe)
Samping Depan
Sudut-sudut yang didapat pada persamaan diatas dapat dimasukkan kedalam
persamaan percepatan sudut fisika berupa g sin θ=a
8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
9
3.6 Teknik Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan memasukkan berbagai angka-angka sudut
yang didapatkan pada persamaan diatas ke dalam persamaan-persamaan yang
digunakan dalam penelitian ini. Persamaan-persamaan yang digunakan yaitu
g sin θ=a
3.7 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan setelah
mengumpulkan referensi dengan membuat
skema penyadapan karet terlebih dahulu seperti
gambar disamping.
Keterangan :
A = Lingkar Batang
B = Jarak sadapan dalam 1
Sumber : Penulis K= Keliling
Gambar 2. K B> K A Setelah dibuat
Skema penyadapan karet
skema tersebut,
kemudian batang
karet tersebut dapat diumpamakan
sebagai segitiga seperti gambar
disamping ini.
Keterangan
M = Lingkar Batang
10
pada lateks saat menuruni sayatan yang dibuat oleh sang penyadap karet.
Penelitian ini akan dijelaskan lebih lanjut pada bab IV.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari hasil penghitungan penulis, maka terdapat hubungan antara sudut
yang dibentuk dengan percepatan. Berikut adalah tabel yang menunjukkan :
11
m
No Sudut yang dibentuk Percepatan( )
s2
1 300 5
0
2 34 5,6
0
3 40 6,4
4 45
0
7
Sumber : Penulis
Tabel 2
Hubunganyang
Berikut perubahan percepatan sudutdialami
dengan percepatan
oleh lateks. Jika sudut yang
digunakan merupakan sudut terbesar maka kecepatan lateks mencapai maksimal.
Seperti yang disajikan pada grafik berikut:
Sumber: Penulis
Grafik 1
B. Pembahasan Hubungan sudut dengan percepatan pada lateks
Dalam penyadapan karet, kita harus membuat atau membutuhkan sudut yang
sesuai agar lateks keluar dengan maksimal. Panjang lingkar batang atau keliling
batang pohon tanaman karet yang siap disadap ialah 45 cm atau lebih.
12
Sumber : Penulis
Gambar 4
Dari gambar tersebut, dapat diketahui bahwa l > m. Dengan m bernilai 45
Perumpamaan penyadapan menjadi sebuah segitiga
cm. Lalu, dilanjutkan dengan menghitung nilai dari cos θ .
m
cos θ= … … . (1)
l
Panjang l lebih dari 1m dan harus kurang dari 1,5m. Oleh karena itu dapat
dibuat selang/interval antara 1,1m < l < 1,5m.
Untuk l = 1,2m
m
cos θ=
l
m
cos θ=
1,2m
1
cos θ=
1,2
cos θ=0,8333
0
θ ≈ 34
Untuk l = 1,3m
m
cos θ=
l
m
cos θ=
1,3 m
1
cos θ=
1,3
13
cos θ=0,7692
0
θ ≈ 40
Untuk l = 1,4m
m
cos θ=
l
m
cos θ=
1,4 m
1
cos θ=
1,4
cos θ=0,71428
0
θ ≈ 45
Saat lateks keluar, lateks akan bergerak menuju tempat penampungan yang
berada beberapa cm dari permukaan tanah. Ketika bergerak, lateks mengikuti
sayatan yang dibuat oleh penyadap karet, sehingga lateks dapat menuju tempat
penampungan. Akan tetapi, jalan ditempuh oleh lateks ini bukan bidang datar
melainkan bidang miring. Sehingga berlaku Hukum II Newton pada bidang
miring. Dengan formula :
Namun, gaya gesek pada lateks bernilai 0 (nol). Hal ini dikarenakan lateks
merupakan fluida. Sehingga,
W sin θ−F k =m. a
W sin θ−F k =m. a
W sin θ=m. a
m . g sin θ=m. a
g sin θ=a … … . … …. (2)
Hal yang pertama kita lakukan adalah menghitung besar sudut yang
diperlukan dalam penyadapan karet yang telah didapat pada persamaan (1).
Kemudian mensubtitusikannya ke persamaan (2) untuk mencari besar nilai
percepatan yang dialami oleh lateks.
14
Pada tinjauan pustaka didapat bahwa kemiringan saat menyadap karet
adalah sebesar 300 . Namun dari hasil analisa didapat bahwa kemiringan sudut
sebesar 34 0 , 400 , dan sudut maksimumnya sebesar 450. Jadi, besar sudut yang
didapat secara keseluruhan dan digunakan dalam mencari nilai percepatan
tertinggi ialah 300 , 340 , 40 0 dan 450 ,
0 m
Untuk θ=30 , g=10
s2
g sin θ=a
m
10 2
sin30 0=a
s
m 1
10 . =a
s 2
2
m
a=5 2
s
0 m
Untuk θ=34 , g=10
s2
g sin θ=a
m 0
10 2
sin34 =a
s
m
10 .0,56=a
s2
m
a=5,6 2
s
0 m
Untuk θ=40 , g=10
s2
g sin θ=a
m 0
10 2
sin 40 =a
s
m
10 .0,64=a
s2
m
a=6.4 2
s
0 m
Untuk θ=45 , g=10
s2
15
g sin θ=a
m
10 2
sin 450=a
s
m
10 2
.0,70=a
s
m
a=7
s2
Hasil perhitungan diatas merupakan penjabaran dari hasil yang penulis
paparkan pada awal bab IV ini.
Dari analisa di atas dapat kita ketahui bahwa semakin besar sudut yang
dibentuk maka semakin bertambah kecepatan lateks ke tempat penampungannya.
Akan tetapi, sudut maksimal yang dapat dibuat adalah 45 0 tidak lebih dari itu dan
sudut minimal yang dapat dibuat adalah 300 .Sehingga dapat kita buat
selang/interval dalam pembuatan sudut ketika akan menyadap karet dengan
0 0
30 ≤θ ≤ 45 .
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Trigonometri dapat diterapkan pada penyadapan karet
2) Penggunaan trigonometri menunjukkan sudut ideal pada tanaman karet
adalah 300 ≤ x ≤ 450
16
2) Mencari sumber referensi terpercaya yang dapat digunakan untuk
penelitian lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Tanaman Karet. Diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Para_(pohon) pada tanggal 30 Maret 2018 pukul
20.30 WIB
Anonim. 2017. Produksi dan Ekspor Karet Indonesia. Diakses dari
https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/karet/item185?
Pada tanggal 29 Maret 2018 pukul 17.00 WIB
Purwanta,Jamhari Hadi. 2009. Teknologi Budidaya Karet. Jakarta: Agro Inovasi
Sullivan, Michael. 2012. Algebra and Trigonometry. Chicago: Chicago State
University.
Syakir,M. 2010. Budidaya Tanaman Karet. Medan: PT Agromedia Pustaka
Teguh,Mega. 2004. Trigonometri Kode Mat.09. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
17
LAMPIRAN
Lampiran 1.
18
Lampiran 2.
Lampiran 3.
M = Lingkar Batang
19