Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

Oleh:

AGNESIA PANGGABEAN

NIM : 1554201004

PRODI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LANCANG KUNING

PEKANBARU

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga dapat
menyelesaikan laporan ini yang berjudul “Makalah Tumpangsari Tanaman Perkebunan Karet
dengan Tanaman Jagung” untuk memenuhi tugas mata kuliah Agribisnis Tanaman Perkebunan di
Universitas Lancang Kuning.

Dan harapan saya semoga tugas laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi laporan agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam laporan ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

           

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Tujuan Praktikum

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Karet

2.2. Tanaman Jagung

BAB III. PEMBAHASAN

3.1. Budidaya Tanaman Karet

3.2. Budidaya Tumpangsari Jagung

BAB IV.PENUTUP

4.1. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup
penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah.
Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam
bidang teknologi budidayanya (Anwar, 2001).
Provinsi Jambi merupakan daerah penanaman karet rakyat terluas kedua di Indonesia
setelah Sumatera Selatan (Rosyid, MJ et al, 2004).Luas areal pertanaman karet di Provinsi Jambi
mencapai 557.042 ha.Pertanaman karet terdapat pada semua Kabupaten, namun Kabupaten yang
terluas pertanaman karetnya adalah Kabupaten Sarolangun, Merangin, Batang Hari dan Tebo
(Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2005).
Karet merupakan komoditas unggulan Provinsi Jambi, karena sebagian besar masyarakat
Jambi menggantungkan hidupnya dari komoditas ini. Disamping itu, tanaman merupakan
sumber devisa daerah dan penyerap tenaga kerja di pedesaan ( Dinas Perkebunan Provinsi
Jambi, 2005).
Komoditas ini akan semakin penting artinya karena semakin meningkatnya permintaan,
dan kecenderungan naiknya harga karet alam. Republik Rakyat Cina (RRC) membutuhkan
sebanyak 4 juta ton/tahun sampai tahun 2020 (Rosyid et a.,l. 2004.). Kenaikan harga lateks di
tingkat petani mencapai 150% pada lima tahun terakhir (Adri et al., 2005).
Namun demikian produktivitas karet rakyat masih rendah bila dibandingjan dengan
produktivitas yang telah dicapai oleh Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebyunan Besar
Negara (PBN).Rata-rata produktivitas karet rakyat di Provinsi Jambi adalah 714 KKK
100%/ha/th. Sedangkan rata-rata hasil klon unggul mencapai 1.600 kg/ha/th (KKK 100%).
Rendahnya hasil akan menyebabkan rendahnya pendapatan dan kesejahteraan petani.
Agar pendapatan petani meningkat tentunya produktivitas juga harus ditingkatkan.Upaya
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani juga dapat dilakukan penanaman tanaman
sela di gawangan karet yang belum menghasilkan atau lazim disebut pola tumpangsari.
Bermacam jenis tanaman yang dapat ditumpangsarikan dengan tanaman karet seperti
tanaman padi, jagung, kedelai, nenas, semangka, cabe, jahe dan pisang (Wibawa, et al, 2000 dan
Adri, et al, 2005).Tanaman tersebut dapat diusahakan sebelum tanaman karet menghasilkan.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman tanaman sela diantara tanaman
karet (gawangan) memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman karet dan
tanaman sela dapat memberikan penghasilan bagi keluarga petani.Memang tidak semua tanaman
yang dapat ditumpangsarikan pada perkebunan karet, karena ada jenis tanaman tertentu bahkan
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan karet seperti; tanaman ubi kayu, ubi jalar, dan
tanaman satu famili lainnya, karena tanaman ini dapat menjadi inang bagi Jamur Akar Putih
(JAP).
Pola-pola usahatani karet rakyat yang selama ini belum memasukan komponen teknologi
budidaya karet dan teknologi tumpangsari dilahan kering tersebut diatas merupakan potensi yang
dapat dikembangkan jika kedalam pola tersebut dimasukkan unsur teknologi budidaya, baik
terhadap tanaman tahunan maupun terhadap tanaman tumpangsari.Modifikasi dan perbaikan
teknologi tradisional dapat meningkatkan produktifitas lahan dan tenaga kerja yang berdampak
positif terhadap perbaikan ekonomi keluraga.

1.2. Tujuan
Untuk mengetahui cara dan manfaat melakukan tumpangsari tanaman perkebunan karet
dengan tanaman jagung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Karet


Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan (dikenal sebagai
lateks), diperoleh dari getah beberapa jenis tumbuhan pohon karet.  Sumber utama lateks yang
digunakan untuk menciptakan karet adalah pohon karet (Hevea brasiliensis Moel.), diperoleh
dengan cara melukai kulit pohon sehingga pohon akan memberikan respons dengan
mengeluarkan getah/lateks.
Tanaman karet berasal dari hutan sepanjang sungai Amazone, Amerika Selatan dan
mulai dikenal oleh bangsa Eropa pada tahun 1736 setelah Charles Martie de la Condomine
mengirim contoh tanaman karet dari Peru ke Perancis. Mulai masuk ke Indonesia pada tahun
1876 dan ditanam di kebun Raya Bogor, namun perkebunan karetnya sendiri baru dibuka pada
tahun 1902 di Sumatera dan tahun 1906 di Jawa.
Jenis-jenis karet alam di antaranya: bahan olah karet (bokar), karet konvensional
(sheet, crepe, dan compo), lateks pekat, karet spesifikasi teknis (crumb rubber) dan karet siap
olah. Karet alam banyak digunakan sebagai bahan baku dalam industri barang antara lain: ban
kendaraan, sepatu karet, sabuk penggerak mesin, pipa karet, isolator, bahan pembungkus logam,
dsb., dihasilkan oleh tidak kurang dari 20 negara di dunia; tiga di antaranya yaitu Malayasia,
Indonesia, dan Thailand, merupakan penghasil karet terbesar yang menguasai lebih dari 83 %
pasar karet dunia.
Karet alam merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting di Indonesia karena
banyak menunjang perekonomian negara.  Pasar ekspor karet alam Indonesia di antaranya
Amerika Serikat, Singapura, Eropa Barat, Uni Soviet dan Jepang.   Luas areal perkebunan karet
di Indonesia (tahun 2008) mencapai lebih dari 3,4 juta hektar dengan produksi 2,7 juta ton, yang
sebagian besar (85%) merupakan tanaman karet rakyat.  Oleh sebab itu, peran karet tidak hanya
sebagai penghasil devisa, juga memiliki arti sosial bagi petani yang mengusahakannya.
2.2. Tanaman Jagung
Jagung budidaya dianggap sebagai keturunan langsung sejenis tanaman rerumputan mirip
jagung yang bernama teosinte (Zea mays ssp.parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang
berlangsung paling tidak 7 000 tahun lalu oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari
subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk
menggambarkan semua spesiesdalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses
domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat
hidup secara liar di alam.
Kondisi tanah tempat tumbuh jagung manis sangat menentukan pertumbuhan dan
produksivitas tanaman. Pada tanah PMK jagung manis dapat tumbuh dengan baik bila bahan
organik tanah mencukupi (Lidar dan Surtinah, 2012). Pengolahan tanah yang baik dan
pemberian bahan organic pada tanah dapat meningktakan pertumbuhan dan produksi jagung
manis, seperti yang dilaporkan oleh Yassi dan Rezkiani ( 2011) bahwa pengolah
tanahmaksimum memberikan potensi pertumbuhan dan produksi yang lebih baik terhadap
jagung manis dan kacang hijau.
Budidaya jagung manis pada tanah PMK yang diberi bahan organik yang cukup dapat
meningkatkan pertumbuhan dan produksi, pemberian bahan organik harus diiringi dengan
pemberian pupuk anorganik, yang karena tanaman jagungmanis merupakan tanaman yang
membutuhkan unsur hara makro N, P, dan K dalam jumlah cukup untuk pertumbuhan vegetatif
maupun generatif (Surtinah, 2012).
Waktu pemanenan untuk jagung manisdapat dilakukan setelah tanaman memasuki usia 2
bulan atau 60 hari. Surtinah ( 2008 ) melaporkan bahwa umur panen 70 hari setelah tanam
menunjukkan kadar gula biji jagung manis yang paling tinggiyaitu 15.78% untuk varietas sweet
Boy.Tinggi TanamanPertumbuhan vegetatif tanaman jagung manis meliputi tinggi tanaman dan
jumlah daun.Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang diamati dan sering digunakan
sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil
sidik ragam 5%menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata atas perlakuan terhadap parameter
tinggi tanaman.Panjang dan berat tongkol berkelobot berbeda tidak nyata yang dilaporkan dari
suatu penelitian, fenomena ini bisa saja disebabkan oleh faktor vegetatif tanaman jagung manis
dan faktor lingkungan yang diasumsikan homogeny (Surtinah., 2013)
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Budidaya Tanaman Karet


Tanaman karet memiliki perakaran yang ekstensif, akar tunggangnya mampu tumbuh
menembus tanah sampai 2 m, sedangkan  akar lateralnya menyebar sepanjang lebih dari 10 m.
Tanaman karet berbentuk pohon dengan tinggi 15-25 m, tipe pertumbuhan tegak dan
memperlihatkan pola pertumbuhan berirama (ritme), yakni terdapat masa tumbuh (flush) dan
masa istirahat (latent) yang bergantian dalam periode sekali dalam dua bulan. Batangnya
berkayu, dengan susunan dari luar ke dalam sebagai berikut:
1)      kulit keras, terdiri dari lapisan gabus, kambium gabus, lapisan sel batu;
2)      kulit lunak, di dalamnya terdapat floem dan pembuluh lateks;
3)      kambium;
4)      kayu/xylem.
Pembuluh lateks melingkar di dalam jaringan floem seperti spiral, membentuk sudut
3,7o - 5o terhadap garis vertikal dari kanan (atas) ke kiri (bawah).Daun tanaman karet merupakan
daun majemuk, dimana satu tangkai daun umumnya memiliki 3-5 anak daun. Tangkai daun
panjangnya 3-20 cm, anak daun eliptis memanjang dengan ujung runcing, tepi rata dan
gundul. Daun tumbuh pada buku-buku membentuk karangan daun yang disebut
payung. Termasuk tanaman decidious, menggugurkan daunnya pada musim kering.
Bunga tersusun dalam rangkaian (malai) berbentuk seperti kerucut. Termasuk
tanaman monoceous (bunga jantan dan betina letaknya terpisah dalam satu malai), bunga jantan
terletak di bagian bawah/pangkal dari cabang-cabang malai sedangkan bunga betina terletak di
ujung malai. Bunga betina memiliki 3 bakal buah yang beruang 3 dengan kepala putik yang
duduk, bunga jantan memiliki 10 benang sari yang bersatu membentuk tiang, serbuk sari
lengket, kecil dengan diameter 25-30 mikron.
Buah karet mempunyai garis tengah antara 3-5 cm, dengan bagian ruang yang berbentuk
setengah bola;  biji besar, berbercak/bernoda (khas dan beracun). Masak buah yang normal
sekitar 5 bulan, buah masak pecah dengan kuat menurut ruang.
Persyaratan Tumbuh tanaman karet:
a)      Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150
LU.Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga
terlambat (Suhendry, I. 2002).
Suhu yang dibutuhkan untuk tanaman karet 25° C sampai 35 ° C dengan suhu optimal
rata-rata 28° C. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan intensitas matahari yang cukup antara
5 sampai 7 jam (Santosa. 2007.).    
b)     Curah Hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000
mm/tahun, dengan hari hujan berkisar antara 100 sampai dengan 150 HH/tahun. Namun
demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang (Radjam, Syam. 2009.).
c)      Tinggi Tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200
m dari permukaan laut.Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh
tanaman karet (Nazaruddin dan F.B. Paimin.1998.).
d)     Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman
karet.Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang besar.Tinggi pohon
dewasa mencapai 15 - 25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan
yang tinggi di atas.
e)      Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan
sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya.Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah
agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah
dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya (Aidi dan Daslin, 1995).
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah
vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika
yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya,
tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial
biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi
tanah berkisar antara pH 3,0-pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat
tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
1.      Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
2.      Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
3.      Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
4.      Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
5.      Reaksi tanah dengan pH 4,5 – pH 6,5
6.      Kemiringan tanah < 16% dan
7.      Permukaan air tanah < 100 cm

3.2. Budidaya Tumpangsari Jagung


Tanaman jagung ( Zea mays L )sudah lama diusahakan oleh petani di Indonesia dan
merupakan tanaman pokok kedua setelah padi. Kebutuhan jagung dalam negeri selalu meningkat
dari tahun ke tahun. Meningkatnya permintaan akan jagung disebabkan banyaknya permintaan
untuk pakan, pangan dan industri. Bahkan pada tahun-tahun tertentu terjadi impor jagung.
Sebagai tanaman palawija jagung cocok diusahakan dalam gawangan karet sebelum karet
berproduksi, karena tanaman jagung mempunyai sifat fisiologis dan anatomis yang sesuai
diusahakan pada gawangan karet.
Jagung merupakan tanaman berumah satu diamana letak bunga jantan terpisah dengan
bunga betina pada satu tanaman.Jagung termasuk tanaman C4 yang mampu beradaptasi baik
pada faktor-faktor pembatas pertumbuhan dan hasil.Daun tanaman C4 sebagai agen penghasil
fotosintetat yang kemudiaan didistribusikan, memiliki sel-sel seludang, pembuluh yang
mengandung khlorofil.Didalam sel ini terjadi dekarboksilasi malat dan aspartat yang
menghasilkan CO2 yang kemudian memasuki siklus Calvin membentuk pati dan
sukrosa.Ditinjau dari segi kondisi lingkungan, tanaman C4 teradaptasi dengan adanya faktor
pembatas seperti intensitas radiasi surya tinggi dengan suhu siang dan malam tinggi, curah hujan
rendah dengan cahaya musiman tinggi dan disertai suhu tinggi serta kesuburan tanah yang relatif
rendah. Sifat yangmenguntungkan dari jagung sebagai tanaman C4 antara lain aktifitas
fotosintesis pada kedaan normal relatif tinggi, foto respirasi rendah, transpirasi serta serta efisien
dalam penggunaan air. Sifat-sifat tersebut merupakan sifat fisiologis dan anatomis yang sangat
menguntungkan dalam kaitaannya dengan hasil (Muhadjir, 1988).
0
Suhu optimal bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah 24 – 30 C dan curah hujan yang
dikehendaki jagung agar dapat tumbuh dan berproduksi baik adalah 200 mm/bln, terutama saat
pertumbuhan dan pembungaan dan pengisian biji (Sutoro, et al, 1988)
Varietas jagung akan ditanam dalam gawangan karet adalah jagung dengan sifat toleran
pada pH rendah. Hal ini diperlukan karena umumnya karet ditanam pada tanah PMk yang
miskin unsur hara dan tinggi Al dan Fe yang dapat menghambat pertumbuhan dan produksi
tanaman.Jenis jagung tersebut bisa jagung Hibrida bisa juga jagung komposit.Jagung Hibirida
seperti C7, Pioner dan jagung komposit seperti Sukmaraga, Arjuna dan Bisma.
Jarak tanam jagung 80 x 20 cm, sehingga dalam satu gawangan karet terdapat 6 baris
tanaman jagung atau dengan populasi sekitar 50.000 tanaman/ha. Jarak barisan jagung terluar
dengan tanaman karet adalah 1 m. Penanaman dilakukan dengan cara tugal pada kedalaman 2-3
cm satu biji/lubang tanam. Jumlah benih 12 kg/ha.Pemupukan menggunakan Urea 150 kg/ha,
SP-36 100 kg/ha dan KCl 100 kg/ha.Penyiangan dan pembumbunan dilakukan pada umur 4
minggu setelah tanam. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan pemberian insektisida
dan fungisida.
Apabila curah hujan kurang atau terjadi kekeringan sebaiknya menggunakan
mulsa.Peranan mulsa bagi tanaman semusim didaerah lahan kering beriklim basah adalah sangat
penting seperti untuk mencegah erosi, mengurangi kehilangan air melalui evaposari, menambah
bahan organik tanah yang sangat penting di tanah PMK, dan menghambat pertumbuhan gulma.
Pamanfaatan oleh tanah konservasi pada tumpangsari berbasis karet dapat dilakukan
dengan cara menyiapkan lahan sedini mungkin menjelang musim tanam. Gulma yang tumbuh
diatas lahan disemprot dua minggu sebelum tanah dengan herbsida yang mudah terdekomposisi
dan tida k menimbulkan kerusakan tanah dan sumberdaya lingkungan lainnya.Jika herbisida
yang digunakan memakai teknologi supratec maka kematian gulma dapat dipercepat empat hari
sampai satu minggu setelah aplikasi.
Pengolahan tanah dapat dilakukan secara minimal, misalnya dibajak dan digaru masing –
masing sekali atau pengolahan tanah hanya pada barisan tanam, atau tanpa olah tanah sama
sekali, disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan diusahakan sebagai tanaman sela.
Penanaman tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai, kacang tunggak dilakukan setelah
gulma yang disemprot dengan herbisida mati secara merata.
Secara teknis tanaman tumpangsari yang dipelihara secara intensif akan sangat membantu
tanaman karet. Tanaman tumpangsari yang banyak memakai input produksi berupa pupuk
kandang atau bahkan organik lainya, seperti pada budidaya cabe dan semangka akan sangat
berguna dalam memperbaiki struktur dan sifat kimia tanah. Kondisi antara penggunaan pupuk
kandang dan pupuk organik pada lahan podsolik merah kuning mendorong pesatnya
pertumbuhan bagi tanaman tumpangsari maupun tanaman karet ( Wibawa, et al, 2000).
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dimana tanaman tumpang diantara tanaman karet akan memberikan manfaat :
(1) efisiensi pemanfaatan hara tanaman, air dan cahaya ,
(2) memperkecil peluang serangan hama dan penyakit tanaman,
(3) mengurangi resiko kegagalan panen, ketidak pastian dan fluktuasi harga,
(4) pemeliharaan kebun lebih intensif, meningkatkan produktifitas lahan,
(5) membantu percepatan peremajaan karet (petani tidak kehilangan sumber pendapatan) dan
(6) mendistribusikan sumberdaya secara optimal dan merata sepanjang tahun serta menambah
peluang lapangan kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Lidar, S. "Surtinah.(2012). Respon Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata, Sturt)
Akibat Pemberian Tiens Golden Harvest." Jurnal Ilmiah Pertanian 8.2: 1-5.
Rosyid, M.J., Thomas Wijaya., M.Lasminingsih., Shinta dan Lina. 2004. Potensi Usahatani
Karet di Propinsi Jambi. Pusat Penelitian Karet, Balai Penelitian Sembawa. Sembawa
Surtinah, Susi, N., Lestari, S.U.(2015). Komparasi Tampilandan Hasil Lima Varietas
Jagung Manis (Zea mays saccharata, Sturt) di Kota Pekanbaru.Pekanbaru. Jurnal
Ilmiah Pertanian, Vol. 13 (1),31 - 37.
surtinah. “WAKTU PANEN YANG TEPAT MENENTUKAN KANDUNGAN GULA BIJI
JAGUNG MANIS ( Zea Mays Saccharata ).” Open Science Framework, 23 Apr. 2018.
Web
Yassi, A., N. Rezkiani, 2011. Respon tumpangsari tanaman jagung manis dan kacang hijau
terhadap sistem olah tanah dan pemberian pupuk organik. Jurnal Agronomika Vol.
1(1): 13-18.
Wibawa, G., M. Jahidin Rosyid, dan Anang Gunawan.2000. Pola Tumpangsari Pada
Perkebunan Karet. Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa.

Anda mungkin juga menyukai