Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PROSPEK DAN PENGEMBANGAN KARET ALAM


DI INDONEISA

Dosen pengampu : Heri Purwanto

DI SUSUN OLEH :

Dimas Napitupulu (2101134)


Dimas Rizki Wardana (2101135)
Dio Armana Barus (2101136)
Fadel Muhammad Pardede (2101137)

BUDIDAYA PERKEBUNAN

INSTITUT TEKNOLOGI SAWIT INDONESIA

MEDAN

2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidyah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ PROSPEK DAN
PENGEMBANGAN KARET ALAM DI INDONESIA “. Dimana penyusunan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah yaitu Pengolahan Hasil Perkebunan. Kami berharap dapat
menambah wawasan dan pengetahuan khusunya dalam bidang Perkebunan. Serta pembaca dapat
mengetahui tentang bagaimana prospek dan perkembangan Karet di indonesia saat ini.
Menyadari banayak nya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karna itu, kami sangat
mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dankesalahan dari
maklah ini.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak- pihak yang telah membantu selama proses
penyusunan makalah ini .

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG ................................................................................................................................... 1

Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 2


Tujuan .....................................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................................ 3
2.1. PROSPEK PENGEMBANGAN KARET ALAM ...................................................................................... 3
PERKEMBANGAN HARGA KARET ALAM ............................................................................ 5
PENGEMBANGAN KARET BERKELANJUTAN ............................................................................ 5
UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KARET ...................................................................... 6
BAB III .................................................................................................................................................................... 8
PENUTUP ................................................................................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................................. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia.
Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditi penghasil getah ini. Karet tak hanya diusahakan
oleh perkebunan-perkebunan besar milik negara yang memiliki areal mencapai ratusan ribu hektar seperti
PTPN V, tetapi juga diusahakan oleh swasta dan rakyat. Total luas perkebunan karet di Indonesia mencapai 3
Juta hektar lebih, terluas di Dunia. Malaysia dan Thailand yang merupakan pesaing utama Indonesia memiliki
luas lahan yang jauh dibawah jumlah tersebut.
Sayangnya lahan karet yang luas di Indonesia tidak diimbangi dengan pengelolaan yang memadai. Hanya
beberapa perkebunan besar milik negara dan beberapa perkebunan swasta saja yang pengelolaannya sudah
lumayan. Sedangkan kebanyakan perkebunan karet milik rakyat dikelola seadanya, bahkan ada yang tidak dirawat
dan hanya mengandalkan pertumbuhan alami. Akibatnya, produktivitas karet menjadi rendah. Bahkan, produksi
karet alam Indonesiapertahunnya di bawah Malaysia dan Thailand yang memiliki luas lahan jauh lebih sedikit.

Karet merupakan komoditi Ekspor yang mampu memberikan kontribusi didalam upaya peningkatan
devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari
1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 2.0
juta ton pada tahun 2005. devisa dari komoditi ini pada semester pertama tahun 2006 mencapai US$2.0 milyar,
dan diperkirakan nilai Ekspor karet pada tahun 2006 akan mencapai US $ 4,2 milyar (Kompas, 2006).

Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet,

sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area Perkebunan karet tahun 2005tercatat
mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85%
merupakan Perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% Perkebunan besar negara serta 8% Perkebunan besar
milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa
ditingkatkan lagi dengan melakukan peremajaan dan memberdayakan lahanlahan pertanian milik petani serta
lahan kosong tidak produktif yang sesuai untuk Perkebunan karet. Dengan memperhatikan adanya peningkatan
permintaan dunia terhadap komoditi karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatakan
pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang
efektif untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan modal

1
bagi petani atau pekebun swasta untuk membiayai pembangunan Kebun karet dan pemeliharaan tanaman secara
intensif.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana Prospek Perkembangan karet alam

2. Pengembangan Karet Berkelanjutan

3. Bagaimana upaya meningkatkan produktivitas karet

Tujuan

1. Untuk menegtahui perkembangan Karet yang ada di indonesia

2. Untuk mengetahui aspek aspek yang membuat karet berkembang di indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PROSPEK PENGEMBANGAN KARET ALAM

Kebutuhan karet alam terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar hidup manusia dan
mobilitas manusia serta barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendraan,
conveyor belt, sabuk transmisi, sepatu dan sandal karet. Secara fundamental harga karet alam dipengaruhi oleh
permintaan (konsumsi) dan penawaran (produksi) serta stock/cadangan dan masing masing faktor.

1. Pertumbuhan Konsumsi Karet Alam

Konsumsi karet alam dunia dalam dua dekade terakhir meningkat secara drastis, walaupun terjadi resesi
ekonomi dunia. Kurun waktu 1980-2005 konsumsi karet alam mengalami pertumbuhan yang menurun dan
stagnan di Eropa, dan di Jepang pada priode 1990 juga mengalami stagnan akan tetapi di China dan negara
berkembang mengalami pertumbuhan yang tinggi ( IRSG, 2004). Menurut

International Rubber Study Group (IRSG) diperkirakan akan terjadi kekurangan pasokan karet alam pada priode
dua dekade ke depan. Kondisi ini akan mempengaruhi pihak konsumen, terutama pabrik-pabrik ban mobil
seperti Bridgestone, Goodyear dan Michelin. Oleh karena itu pada tahun 2004, IRSG melakukan studi
tentang permintaan dan penawaran karet alam dan sintetik dunia. Hasilstudi menyatakan bahwa permintaan
karet alam dan sintetik adalah sebesar 31,3 juta ton pada tahun 2035 untuk industri ban dan non ban dimana 15
juta diantaranya adalah karet alam. Produksi karet alam pada tahun 2005 sebesar 8,5 juta ton . Berdasarkan
studi ini diproyeksikan pertumbuhanproduksi karet Indonesia akan mencapai 3 % pertahun, sedangkan Thailand
hanya 1 % dan Malaysia2% ( IRSG, 2004). Pertumbuhan produksi Indonesia ini dapat dicapai melalui
peremajaan atau

penanaman baru karet yang cukup luas dengan perkiraan produksi pada tahun 2020 sebesar 3,5 jutaton dan tahun
2035 sebesar 5,1 juta ton (Anwar Chairil, 2006)

2. Pertumbuhan Produksi Karet Alam di Indonesia

Penawaran karet dunia meningkat lebih dari tiga persen per tahun dalam dua dekade terakhir, dimana
mencapai 8,81 juta ton pada tahun 2005 (Chairil Anwar, 2006). Pertumbuhan tersebut berasal dari negara
produsen Thailand, Indonesia, Malaysia, India, China dan lainnya. Sejaktahun 1991 Malaysia tidak lagi
menjadi produsen utama karet alam dunia tetapi digeser oleh Thailand, sementara Indonesia tetap sebagai
negara produsen kedua. Thailand memproduksi lebih dari 33% karet alam dunia pada tahun 2005, sementara
Indonesia dengan pangsa produksi 26% danMalaysia tinggal 13%. Menurut Susila, W,R (2010) proyeksi yang
berkaitan dengan karet alam

3
Indonesia dibagi menjadi tiga skenario yaitu skenario optimis (SO), skenario pasimis (SP dan skenariomoderat
(SM) dengan pertumbuhan produksi untuk SO,SP dan SM adalah masing-masing 3,5 % , 2,0% dan 2,2 % per
tahun.

3. Keseimbangan Penawaran dan Permintaan Karet Alam

Secara teoritis menunjukkan bahwa ketidakseimbangan (imbalance) penawaran dan permintaan akan
bereaksi terhadap harga. Dimana kenaikan harga terjadi karena defisit penawaran dan turunnya harga karena
surplus penawaran. Berdasarkan data IRSG (2004), ketidakseimbangan penawaran dan permintaan karet alam
mulai terlihat sejak tahun 1990 an dan berpengaruh terhadap cadangan (stock) karet alam dunia. Menurut Ng
(1986), tidak berpengaruhnya surplus/defisit pasokan dan cadangan terhadap harga karet dunia disebabkan
adanya imperfect knowledge terhadap penawaran dan permintaan global karet alam pada waktu tertentu
serta adanya kegiatan spekulasi dan hedging pada kegiatan pemasaran karet alam dunia seperti forword
purchase, future contract, dan longterm arrangement. Target pengembangan karet harus didukung dengan
berbagai faktor antara lain:

a. Seluruh sentra produksi mempunyai komitmen untuk pengembangan karet pada

wilayahnya masing-masing

b. Penyediaan benih/bibit karet sesuai permintaan setiap wilayah pengembangan c.

Petugas penyuluh perkebunan yang menangani karet

d. Sumber daya manusia dan sarana petani untuk pemelihaaraan kebun dan penangananpasca panen.

e. Dukungan perbankan berupa dana untuk pemeliharan dan pengelolaan kebun.

Pengembangan perkebunan karet dilakukan secara tradisional dan masih memegang kuat ketentuan-ketentuan
adat khususnya terkait dengan konservasi sumberdaya alam. Hal ini mereka
lakukan karena mereka hidup di lingkungan alam pegunungan dengan kemiringan yang cukup tajamdan
membutuhkan pengelolaan yang baik agar tidak terjadi bencana. Karena itu penentuan lokasi kebun karet dan
cara pengelolaan oleh petani dilakukan dengan sangat hati-hati, sehingga pengembangan perkebunan karet
dapat dikatakan tidak menimbulkan permasalahan lingkungan yang berarti.

Lebih lanjut, pengembangan perkebunan karet di Indonesia hampir seluruhnya diusahakan oleh petani

(PR) seluas 2.935.081 ha (84,75 %), kemudian perkebunan besar nasional seluas 239.132ha( 6,97 %), dan

275.931 ha (8,28 %) yang dikelola oleh perkebunan besar swasta (Statistik

4
Perkebunan, Karet 2010), sehingga permasalahan sosial khususnya yang terkait dengan lahan tidak pernah terjadi.
Kehadiran tanaman karet sebagai tanaman perkebunan telah memberikan manfaat sosial yang positif khususnya
dalam menyediakan kesempatan kerja dan berusaha. Oleh karena itu biaya dan manfaat lingkungan maupun biaya
dan manfaat sosial dalam pengembangan perkebunan karet bernilai positf. Ekspor karet Indonesia meningkat dari
1.874.3.241 ton pada tahun 2004

menjadi 2.295.456 ton pada tahun 2008 dan menurun menjadi 1.991.262 pada tahun 2009 dengannilai US $
3.241.533. Kenaikan volume dan nilai ekspor tersebut memberikan peluang yang besar
untuk pengembangan karet alam Indonesia.

PERKEMBANGAN HARGA KARET ALAM

Karet sintetik sebagai produk hasil industri harganya relatif lebih stabil dibandingkan dengan karet
alam. Selain itu karet sintetik yang umumnya diproduksi dan dikonsumsi negara industri, harganya cendrung
naik sejalan dengan harga bahan baku. Hal ini sangat berbeda dengan harga karet alam yang berfluktuasi dan
dipengaruhi oleh kondisi alam (Anwar Chairil. 2006). Untuk menghindari kerugian karena gejolak harga karet
alam, pasar berjangka (future trading) karet menyediakan sarana dan mekanisme lindung nilai (hedging). Pasar
berjangka karet alam yang saat ini menjadi panutan/pedoman dunia adalah Singapura (SICOM) dan Jepang
(TECOM), serta yang relatif baru di Thailand (AFET) dan China SHFE). Sedangkan pasar fisik (physical) karet
alam selain di Singapura dan Jepang juga terdapat di negara produsen seperti Malaysia dan Thailand. Pada pasar
karet global, Singapura dan Kuala Lumpur dikenal sebagai pasar dari kawasan produsen. Sementara di London,
New York dan Tokyo sebagai pasar dari kawasan konsumen. Beberapa faktor yang mempengaruhi tren harga
karet alam adalah pasar luar negeri, permintaan, dan penawaran (ekspor dan cadangan), situasi politik dan
ekonomi internasional, tren nilai tukar, harga karet sintetik, dan pertumbuhan ekonomi global. Menurut
Honggokusumo, cadangan yang dipunyai pabrik ban ( afloat

stock) dan kualitas ban akan mempunyai peran yang besar pada keputusan perusahaan apakah memakai lebih
besar karet alam atau karet sintetik (IRSG, 2004) Menurut Budiman , 2004,
permintaan karet alam dan sintetik akan terus bertumbuh didorong perkembangan industri automotif dan ban.
Secara ekonomi permintaan karet alam dan sintetik ditentukan oleh kondisi sekarang dan perkembangan
kedepan dari industri otomotif. Dengan perkembangan ekonomi yang pesat dan peningkatan standar kehidupan
dari negaranegara padat penduduknya, maka permintaan
jenis ban akan meningkat di masa yang akan datang.

PENGEMBANGAN KARET BERKELANJUTAN

Pengembangan karet berkelanjutan, perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruh arah


strategi pengembangan karet yang berkelanjutan, sebagai berikut.

5
1. Identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh

Dalam proses produksi pertanian yang dilakukan petani (termasuk petani karet), sebagaimana
dikemukakan Kautsky dalam Hasyim (1998), lahan menjadi modal produksi penting karena di atas lahan itulah
kegiatan produksi komoditas penghasil dimulai dan kemudian lahan akanmenjadi sumber penghasilan rumah
tangga petani.Begitu juga struktur penghasilan petani dikaitkan

dengan status sosial petani (berdasarkan penguasaan lahan),tampak bahwa peranan lahan dalam bentuk
pengelolaan usaha tani (on farm) sangat menonjol pada status petani pemilik yaitu sebesar72 %.

2. Strategi Pengembangan Perkebunan Karet Berkelanjutan

Strategi dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian tindakan yang ditujukan untuk mencapai sasaran
jangka panjang berdasarkan kajian dan penelitian yang sudah dilakukan, maka strategi pengembangan sistem
agribisnis komoditas harus dilakukan formulasi efisiensi dan integrasi simpul-simpul pada setiap subsistem
agribisnis. (Damanik,.2007). Sasaran pembangunan perkebunan karet di Indonesia adalah: meningkatkan
pendapatan petani khususnya dari perkebunan karet dan menjadikan Indonesia sebagai sentra produksi utama
perkebunan karet dunia. Mengingat berbagai faktor strategis saat ini umumnya berada pada kondisi moderat dan
beberapa berada pada kondisi minim dalam memberikan dukungan bagi terlaksananya pembangunan
perkebunan karet yang berkelanjutan maka diperlukan kerja keras dan perubahan yang cukup besar dalam
perencanaan maupun pelaksanaan kegiatan pembangunan sub sektor perkebunan karet Indonesia. Pada tahun
2008, produktivitas perkebunan karet Indonesia rata-rata 989 kg/ha/tahun atau meningkat dibanding tahun-
tahun sebelumnya. Meskipun demikian, produktivitas perkebunan tersebut masih di bawah potensi yang
mungkin dicapai. Potensi produktivitas perkebunan karet di Indonesia diperkirakan dapat mencapai 2.000
kg/ha/tahun, tetapi dengan kondisi bahan tanam yang ada saat ini dan kemampuan petani mengelola kebun
karetnya, maka produktivitas yang mungkin dicapai beberapa tahun ke depan diperkirakan dapat mencapai 1.250
kg/ha/tahun.

UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KARET

Untuk mencapai peningkatan produktivitas ratarata sekitar 25% tersebut diperlukan berbagai upaya.
Berikut ini akan diuraikan secara singkat arahan kebijakan dan langkah operasional yang perlu dilakukan oleh
pemerintah dan pelaku agribisnis perkebunan karet, sebagai berikut :

1. Penyediaan teknologi mutakhir secara lokal

Kondisi ini menuntut agar lembaga penelitian nasional melakukan uji lokasi dan kesiapan lembaga
penyuluhan serta dinas terkait untuk segera menyebarluaskan hasil-hasil penelitian yang

6
telah melalui uji lokasi. Pada saat ini kinerja berbagai lembaga yang terkait dengan penyediaan teknologi
umumnya masih rendah karena berbagai kendala terutama keterbatasan dana dan tenaga profesional, serta
kejelasan tugas dan fungsi masing-masing lembaga/ instansi terkait. Dukungan kebijakan dan ketersediaan dana
sangat dibutuhan untuk membenahi kondisi faktor strategis ini.
Inovasi teknologi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian.2.

Tenaga pembina dan kelembagaannya

Adanya program revitalisasi telah mendorong penambahan tenaga pembina di lapangan dan
hal ini cukup membantu untuk menyiapkan petani untuk mengikuti program revitalisasi. Tetapi upaya
penambahan tenaga pembina tersebut belum menjamin kesinambungan pembinaan petani karena kegiatan
revitalisasi terkendala oleh belum dicairkan dana dari perbankan. Disamping itu tenaga tambahan tersebut masih
bersifat sementara dengan system kontrak kerja dan dukungan dana sangat minim. Oleh karena itu perlu
dirumuskan model kelembagaan petani karet yang bersifat permanent, Keberadaan kelembagaan koperasi di
masyarakat petani karet sangat strategis baik sebagai organisasi pemasaran maupun pembiayaan.

3. Kegiatan pelatihan dan penyuluhan

Pengetahuan dan pengalaman petani melakukan budidaya karet perlu ditingkatkan. Oleh karena itu
diperlukan upaya pelatihan/ pembinaan dan penyuluhan secara intensif untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan petani karet. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan perlu dilakukan secara bersamasama
melalui kelompok tani hamparan dengan metode sekolah lapang. Melalui sekolah lapang diharapkan lahir
kebersamaan petani untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi. Pembenahan faktor strategis ini juga
menuntut dukungan kebijakan dan pendanaan yang memadai.

4. Dukungan kebijakan pemerintah

Dukungan kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah merupakan faktor strategis yang sangat
dibutuhkan perannya dalam menciptakan kondisi faktor strategis lain ke posisi yang dapat memberikan
dukungan secara optimal bagi terlaksananya pembangunan perkebunan karet berkelanjutan di Indonesia.
Dukungan kebijakan yang sangat diperlukan terutama dalam mempersiapkan tenaga pembina agar menjadi
tenaga yang profesional, penyediaan dana untuk penyuluhan dan pembinaan petani, penyediaan kredit bunga
bersubsidi untuk modal kerja petani serta memperbaiki berbagai infrastruktur dan prasana penunjang lainnya
seperti jalan, jembatan, terminal dan pelabuhan.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengembangan perkebunan karet yang ada di indonesia di pengaruhi oleh beberapafaktor


pendukung seperti, tersedia nya teknologi yang mutakhir untuk membantu serta mempermudah petani karet
dalam mengelola perkebunannya, dan dukungan dari kebijakan
pemeintah dengan mempersiapkan pebinaan pada masyrakat yang tidak atau kurang padam dalam mengelola
perkuebunan karet

8
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, M.O. 2005. Lintasan dan Marka jalan Menuju Ketahanan Pangan Terlanjutkan Dalamrangka

Perdagangan Bebas, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor, Indonesia. 35 hlm

Anwar Chairil 2006. Perkembangan Pasar dan Prospek Agribisnis Karet Di Indonesis, Lokakarya Budidaya

Tanaman Karet, tgl 4-6 September 2006 di Medan. 19 hlm.

Anda mungkin juga menyukai