Anda di halaman 1dari 16

1

TUGAS
PEMBANGUNAN PERTANIAN RAWA LEBAK

MENGANALISIS
PERMASALAHAN PEMBANGUNAN PERTANIAN KEBUN
KARET DESA BATA, KECAMATAN JUAI

DOSEN PENGAMPU: NURUL WAHDAH, SP. MP.

DISUSUN OLEH:
1. Wiliyati NPM. 2022020006
2. Fitri Ayu Handayani NPM. 2022020015
3. Aiga NPM. 2022020017
4. Ismawati NPM. 2022020025
5. Normila NPM. 2022020026
6. Antak Budhi Mitha NPM. 2022020031
7. Sarmila NPM. 2022020039
8. Norhana NPM 2022020053

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN
AMUNTAI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Pembangunan
Pertanian Rawa Lebak di Program Studi Agribisnis Sekolah Tinggi Ilmu
Pertanian Amuntai.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Kami ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Ibu Nurul Wahdah,
SP., MP., selaku dosen pengampu mata kuliah Pembangunan Pertanian Rawa
Lebak yang telah memberikan materi, bimbingan, arahan, saran, dan motivasi
kepada Kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, Kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Kami khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya.
Amuntai, November 2023
Penyusun

Kelompok 5
3

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................

Latar belakang ....................................................................................................................


Rumusan Masalah ..............................................................................................................
Tujuan dan Manfaat ...........................................................................................................

BAB 11 PEMBAHASAN .................................................................................................

Pengertian usaha tani karet .................................................................................................


a. Usaha Tani Karet.....................................................................................................
b. Faktor produksi.......................................................................................................
Faktor Staregisis Lingkungan yang berpengaruh terhadap pengembangan
agribisnis.............................................................................................................................
Permasalahan Pembangunan Pertanian Karet.....................................................................
a. Sub Sektor Hulu........
b. Sub Sektor Usaha Tani
c. Sub Sektor Hilir.........
d. Sub Sektor Pemasaran .........
e. Sub Sektor Penunjang

BAB III PENUTUP ............


Kesimpulan ..........................
Saran......................................
Daftar Pustaka.......................
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Karet merupakan tanaman perkebunan tahunan berupa pohon


berbatang lurus. Tanaman karet merupakan salah satu komoditas terpenting di
Indonesia dan juga bagi lingkup Internasional. Karet merupakan salah satu
hasil pertanian yang banyak menunjangn perekonomian Negara. Di Indonesia,
sebagian besar perkebunan yang ada merupakan perkebunan rakyat.
Perkebunan karet di Indonesia adalah salah satu urutan nomor dua terbesar
dalam produksi ekspornya setelah Negara Thailand, khususnya pada pertanian
yang ada di daerah Balangan.
Pemanfaatan karet alam yang sangat terbatas menjadi hal penting yang
harus dijadikan fokus utama. Kondisi demikian dapat terjadi dikarenakan
mutu karet di Indonesia rendah akibat pengolahan tanaman karet yang kurang
baik. Oleh karena itu sangat dibutuhkan pengetahuan tentang teknologi
pengolahan karet secara khusus. Galingging (2017:456) menyatakan bahwa
lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang
dikeluarkan oleh pohon karet. Lateks terdapat pada bagian kulit , daun dan
integument biji karet. Lateks merupakan suatu larutan koloid dengan pertikel
karet dan bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu media yang banyak
mengandung bermacam-macam zat. Lateks berwarna putih susu sampai
kuning. Permasalahan karet di Indonesia adalah rendahnya produktivitas dan
mutu karet diperkebunan masyarakat sebagian yang dihasilkan, khususnya
oleh petani karet rakyat. Terlihat pada statistik perkebunan karet di Indonesia
tahun 2015-2017 bahwa produktivitas getah karet yang dihasilkan oleh petani
karet rakyat mengalami penurunan dari tahun 2013-2017, pada tahun 2013
mengahsilkan produktivitas mencapai 1.022 sedangkan pada tahun 2017
hanya 994 kg/Ha, (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2016). Hal ini disebabkan
oleh teknik budidaya dan sistem eksploitasi yang masih kurang baik. Proses
5

yang dihasilkan getah karet ini akan melimpah apabila kita melakukan
beberapa cara yang bisa membuat pohon karet bisa menghasilkan getah yang
banyak, seperti melakukan perawatan yang sesuai dan memberikan obat atau
pupuk untuk tanaman karet tersebut, seperti yang kita ketahui tanaman karet
itu bisa mengeluarkan getah yang lancar apabila daun yang ada pada pohon-
pohon tersebut masih tumbuh subur dan selain itu juga dapat dilakukan
dengan cara pemberian obat pada bagian-bagian yang ada pada kayu
tersebut, para petani karet menyebutnya dengan pupuk poles.
Kehidupan sehari-hari banyak petani karet yang sangat
mengharapkan hasil karetnya selalu menghasilkan jumlah getah yang
melimpah, agar mendapatkan hasil yang memuaskan para petani karet saat ini
selalu menggunakan produk-produk yang ditawarkan oleh masyarakat untuk
proses tersebut dan para petani tidak memikirkan dampak yang akan
didapatkan untuk beberapa tahun ke depan pada pohon karetnya. Dampak
tersebut bisa terjadi apabila terlalu sering menggunakan produk tersebut dan
apabila terlalu sering menggunakan maka pohon lama-lama justru tidak akan
mengeluarkan getah kembali atau batang pohonnya akan kering dan mati dan
juga pada bagian daunnya akan gugur.
Stimulan berbahan aktif etilen dengan berbagai merek dagang seperti
Ethrel, ELS dan Cepha, bahan aktif ini mengeluarkan gas etilen yang jika
diaplikasikan akan meresap ke dalam pembuluh lateks. Di dalam pembuluh
lateks gas tersebut menyerap air dari sel-sel yang ada di sekitarnya. Penyerapan
air ini menyebabkan tekanan turgor naik yang diiringi dengan derasnya aliran
lateks. Sistem ekploitasi tanaman karet adalah system pengambilan lateks yang
mengikuti aturan-aturan tertentu dengan tujuan memperoleh produksi tinggi.
Bahan perangsang yang biasa dipakai untuk perangsangan dengancara oles
adalah stimulan. Penggunaan stimulant bertujuan untuk meningkatkan produksi
lateks.
Perumusan Masalah

Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang dihadapi petani dalam


usahatani Karet di Kecamatan Juai maka dirumuskan beberapa permasalahan,
yaitu :
1. Apa yang dimaksud Usahatani Karet, Faktor Produksi, dan Teori
Produksi?
2. Faktor-faktor strategis lingkungan apa yang berpengaruh terhadap
pengembangan agribisnis karet di Desa Bata Kecamatan Juai?
3. Apa permasalahan pembangunan pertanian pada Usahatani karet di Desa
Bata Kecamatan Juai pada lima sub sektor Hulu, Usaha Tani, Hilir,
Pemasaran, hingga Penunjang?

Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari makalah ini adalah:

1. Mengetahui apa yang dimaksud Usahatani Karet, Faktor Produksi, dan

Teori Produksi

2. Mengetahui faktor strategis lingkungan yang berpengaruh terhadap

pengembangan agribisnis karet di Desa Bata Kecamatan Juai

3. Mengetahui Permasalahan pembangunan pertanian Usaha Tani Karet di

Desa Bata, Kecamatan Juai.


7

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Usaha Tani Karet, Faktor Produksi, dan Teori Produksi

a. Usahatani Karet

Usahatani Karet Komoditas karet (Hevea brasiliensisMuell Arg.) merupakan


salah satu komoditas utama andalan Indonesia. Pengembangan perkebunan karet
memberikan peranan penting bagi perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber
devisa, sumber bahan baku industri, sumber pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat serta sebagai pengembangan pusat-pusat pertumbuhan perekonomian
di daerah dan sekaligus berperan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup
(Ditjenbun, 2010). Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan dengan
nilai ekonomis tinggi. Oleh karena itu, tidak salah jika banyak yang beranggapan
bahwa tanaman karet adalah salah satu kekayaan Indonesia. Karet yang diperoleh
dari proses penggumpalan getah tanaman karet (lateks) dapat diolah lebih lanjut
untuk menghasilkan lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah
(crumbrubber) yang merupakan bahan baku industri karet (Suwarto, 2010).

Ilmu Usahatani Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari cara-cara


menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan factor-
faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga produksi pertanian
menghasilkan pendapatan petani yang lebih besar. Ilmu usahatani juga
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang
mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu (soekartawi,2011).
Ilmu usahatani juga didefinisikan sebagai ilmu mengenai cara petani
mendapatkan kesejahteraan (keuntungan), menurut pengertian yang dimilikinya
tentang kesejahteraan. Jadi ilmu usahatani mempelajari cara-cara petani
menyelenggarakan pertanian (Tohir, 1991).
b. Faktor Produksi

Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar
tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baiengan istilah
input dan korbanan produksi dan memang sangat menentukan besar-kecilnya
produksi yang diperoleh. Faktor produksi dibagi menjadi empat yaitu:

1. Tanah (land)
Tanah sebagai salah satu faktor produksi merupakan pabrik hasil-hasil
pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan dari mana hasil
produksi keluar. Faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling
penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah
dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya (Mubyarto,2008). Potensi
ekonomi lahan pertanian dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang berperan
dalam perubahan biaya dan pendapatan ekonomi lahan. Setiap lahan
memiliki potensi ekonomi bervariasi (kondisi produksi dan pemasaran),
karena lahan pertanian memiliki karakteristik berbeda yang disesuaikan
dengan kondisi lahan tersebut. Secara umum, semakin banyak perubahan dan
adopsi yang diperlukan dalam lahan pertanian, semakin tinggi pula resiko
ekonomi yang ditanggung untuk perubahan-perubahan tersebut. Kemampuan
ekonomi suatu lahan dapat diukur dari keuntungan yang didapat oleh petani
dalam bentuk pendapatannya. Keuntungan ini bergantung pada kondisi-
kondisi produksi dan pemasaran. Keuntungan merupakan selisih antara hasil
(returns) dan biaya (cost).
2. Tenaga Kerja (labour)
Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan
perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup bukan
saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam
tenaga kerja perlu pula diperhatikan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
pada faktor produksi tenaga kerja adalah :
a. Tersedianya tenaga kerja setiap proses produksi diperlukan jumlah
kerja yang cukup memadai. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
9

perlu disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga


jumlahnya optimal.
b. Kualitas tenaga kerja dalam proses produksi, apakah itu proses
produksi barang-barang pertanian atau bukan, selalu diperlukan
spesialisasi. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi dalam bidang
pekerjaan tertentu seperti mengolah tanah, dan tenaga kerja wanita
mengerjakan penanaman, pemupukan dan pemanenan.
c. Tenaga kerja musiman pertanian ditentukan oleh musim, maka
terjadilah penyediaan tenaga kerja musiman dan pengangguran
tenaga kerja musiman.
3. Modal (capital)
Setelah tanah dan tenaga kerja, yang tidak kalah pentingnya dalam proses
produksi adalah modal, oleh karena itu yang menjadi modal petani tidak
hanya tanah, melainkan juga barang-barang di luar tanah. Modal petani yang
berupa barang di luar tanah contohnya ternak beserta kandangnya, cangkul,
bajak, dan alat-alat pertanian lain, bibit, pupuk, dan hasil panen yang belum
di jual. Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha, demikian
pula dengan usahatani. Tanah serta alam sekitarnya dan tenaga kerja adalah
faktor produksi asli, sedangkan modal dan peralatan merupakan substitusi
faktor produksi tanah dan tenaga kerja. Dengan modal dan peralatan, faktor
produksi tanah dan tenaga kerja dapat memberikan manfaat yang jauh lebih
baik bagi manusia. Dengan modal dan peralatan, maka penggunaan tanah
dan tenaga kerja juga dapat dihemat. Oleh karena itu sifat modal dapat dibagi
menjadi dua yaitu land saving dan labour saving capital (Suratiyah, 2008).
Modal dikatakan land saving jika dengan modal tersebut dapat menghemat
penggunaan lahan, tetapi produksi dapat dilipat gandakan tanpa harus
memperluas areal. Contohnya pemakaian pupuk, bibit unggul, pestisida, dan
intensifikasi. Modal dikatakan labour saving capital jika modal tersebut
dapat menghemat penggunaan tenaga kerja. Contohnya pemakaian traktor
untuk membajak. Dalam arti ekonomi perusahaan, modal adalah barang
ekonomi yang dapat dipergunakan untuk memproduksi kembali, atau modal
adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan
atau meningkatkan pendapatan (Suratiyah,2008).
Modal dapat dibedakan menjadi dua bagian menurut sifatnya, yaitu:
1. Modal Tetap
Modal tetap dapat diartikan sebagai m al tetap dapat mengalami
penyusutan berdasarkan jenis dan waktu, modal tetap meliputi tanah dan
bangunan.
2. Modal Bergerak
Modal bergerak adalah modal yang habis di pakai atau di anggap habis
dalam satu periode proses produksi. Modal bergerak meliputi: alat-alat,
bahan, uang tunai, piutang di bank, tanaman, ternak dan lain-lain.

4. Manajemen (science dan skill)


Manajemen terdiri dari merencanakan, mengorganisasikan,
danmelaksanakan serta mengevaluasi suatu proses produksi. Karena proses
produksi ini melibatkan sejumlah orang (tenaga kerja) dari berbagai
tingkatan, maka manajemen berarti pula bagaimana mengelola orang-orang
tersebut dalam tingkatan atau dalam tahapan proses produksi
(Soekartawi,2008). Faktor manajemen dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
pengalaman berusaha tani, skala usaha, besar kecilnya kredit, dan macam
komoditas. Menurut Sinaga (2008) menyatakan bahwa ketersediaan air tanah
merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi produktivitas
tumbuhan dibandingkan faktor lainnya seperti kesuburan tanah maupun
intensitas sinar matahari dimana ketersediaan air yang cukup akan digunakan
oleh tumbuhan yang pada fase pertumbuhan vegetative akan melangsungkan
proses pembelahan dan pembesaran sel yang dapat dilihat pada pertambahan
tinggi tumbuhan, diameter, perbanyakan daun dan pertumbuhan akar.

Teori Produksi

a. Produksi
Produksi merupakan hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi dengan
memanfaatkan beberapa masukan (input). Dengan demikian kegiatan
11

produksi tersebut adalah mengkombinasikan berbagai input untuk


menghasilkan output (I Gusti Ngurah Agung, DKK,1994)
b. Fungsi Produksi
Produksi adalah suatu kegiatan mengubah input menjadi output. Kegiatan
tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi
produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari
pemakaian sejumlah input (Sugiarto, dkk, 2007). Fungsi produksi adalah
hubungan teknis antara faktor produksi dengan barang produksi yang
dihasilkan dalam proses produksi, kegiatan produksi menyangkut dua
persoalan penting yaitu, pertama mengenai input atau masukan yang
dimasukkan kedalam proses produksi. Input terdiri dari faktor-faktor
produksi seperti tanah, modal, tenaga kerja dan kewirausahaan. Kedua
mengenai output atau keluaran yang dihasilkan dari proses produksi. Dengan
demikian fungsi produksi merupakan hubungan fungsional antara input
dengan output(Suwiaty, dkk, 2009).

Menurut Pindyck dan Rubinfeld (2008) perusahaan dapat mengubah input


menjadi output dengan berbagai cara, dengan menggunakan variasi tenagakerja,
bahan-bahan produksi dan modal. Kita dapat menjelaskan hubungan antara input
produksi, proses dan produk yang dihasilkan dalam sebuah fungsi produksi.

2. Faktor Strategis Lingkungan yang Berpengaruh Terhadap Pengembangan


Agribisnis Karet Desa Bata Kecamatan Juai

Faktor-faktor strategis lingkungan eksternal yang berpengaruh terhadap


pengembangan agribisnis karet rakyat di Desa Bata, Kecamatan Juai terdiri dari
Peluang (opportunities) dan Ancaman (Threats).

Faktor-faktor strategis yang menjadi peluang adalah :

 Perkembangan harga karet alam,


 Kemitraan dan peranan mitra di sektor hulu dan di sektor hilir/industri
pengolahan karet,
 Globalisasi perdagangan,
 Tingkat persaingan dengan komoditi kelapa sawit dan
 Tingginya permintaan pasar/peningkatan konsumsi dan eksport karet
alam.

Sedangkan faktor-faktor yang menjadi ancaman meliputi :

 Kondisi sosial, ekonomi, politik dan keamanan, kepastian hukum belum


sepenuhnya kondusif,
 Minimnya keberpihakan lembaga keuangan/perbankan dalam
pengembangan agribisnis tanaman karet,
 Keterbatasan infrastruktur, sarana dan prasarana pendukung (di subsektor
hulu dan hilir),
 Tingkat persaingan dengan komoditi kelapa sawit,
 Terbatasnya informasi pasar, jaringan pemasaran produk yang belum
transparan dan rantai pemasaran /tata niaga hasil panen karet rakyat yang
masih relatif panjang,
 Serangan penyakit Jamur Akar Putih.

Faktor-faktor strategis Lingkungan internal yang berpengaruh Terhadap


pengembangan agrinisnis karet Rakyat di Desa Bata Kecamatan Juai terdiri
dari kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weaknesses). Faktor-faktor
Strategis yang menjadi kekuatan adalah :

 Potensi sumber daya lahan potensial untuk pengembangan perkebunan,


 Tersedianya sumberdaya petani karet
 Potensi kayu karet karet tua sebagai bahan baku industri.

Di lain pihak faktor-faktor strategis yang merupakan kelemahan pengembangan


agrinisnis karet rakyat di Desa Bata Kecamatan Juai adalah:

 Rendahnya produktifitas tanaman


 Keterbatasan daya beli petani dan keterbatasan akses permodalan petani
dalam melaksanakan intensifikasi, perluasan dan peremajaan tanaman,
13

 Keterbatasan ketersediaan sarana produksi dan bibit karet klon unggul


pada sentra pertanaman karet rakyat,
 Dukungan kebijakan pemerintah untuk Menumbuh kembangkan dunia
usaha Perbenihan dan sarana produksi (termasuk pemberian subsidi)
masih Belum optimal,
 Rendahnya Pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran Petani di bidang
budidaya, manajemen, pasca panen dan pengolahan hasil tanaman karet,
 Belum berfungsinya kelembagaan petani (Kelompok tani, Gapoktan dan
APRAKINDO) secara Optimal.

3. Permasalahan Pembangunan Pertanian Karet di Desa Bata Kecamatan Juai


a. Sub Sektor Hulu

Permasalahan pembangunan pertanian karet pada subsektor pertanian hulu di


Desa Bata Kecamatan Juai menghadapi permasalahan, yaitu semakin
berkurangnya ketersediaan lahan pertanian karet akibat alih fungsi lahan untuk
keperluan non-pertanian yang dapat mengakibatkan penurunan produksi karet.
Masalah lain yaitu ketersediaan benih unggul, pupuk, dan pestisida yang kurang
memadai.

b. Sub Sektor Usaha Tani

Permasalahan pembangunan pertanian karet pada subsektor pertanian usaha tani


di Desa Bata Kecamatan Juai, yaitu budidaya tanaman karet menghadapi
tantangan seperti menurunnya minat generasi muda untuk menjadi petani,
sehingga dapat menyebabkan kurangnya sumber daya manusia di sektor
pertanian. Petani karet juga menghadapi kendala seperti teknologi pertanian
untuk bertani karet yang tidak maju, praktik pertanian yang tidak efisien, dan
kurangnya pengetahuan petani tentang praktik terbaik. Pengelolaan lahan,
penggunaan pupuk dan pestisida, serta teknik panen karet yang kurang tepat juga
merupakan permasalahan dalam pembangunan pertanian karet.

c. Sub Sektor Hilir


Permasalahan pembangunan pertanian karet pada subsektor pertanian hilir di
Desa Bata Kecamatan Juai, dapat dilihat dari menurunnya kualitas produk karet
akibat penggunaan teknologi pengolahan yang sudah ketinggalan zaman.
Masalah dapat timbul dalam pemrosesan karet, seperti kurangnya fasilitas
pengolahan yang modern atau kurangnya pelatihan untuk peningkatan kualitas
hasil.

d. Sub Sektor Pemasaran

Permasalahan pembangunan pertanian karet pada subsektor pertanian pemasaran


di Desa Bata Kecamatan Juai, yaitu menghadapi tantangan seperti kurangnya
akses pasar dan rendahnya posisi tawar petani, yang dapat menyebabkan
rendahnya harga produk karet. Petani karet juga menghadapi kesulitan dalam
pemasaran produk mereka, seperti akses ke pasar yang terbatas, kurangnya
integrasi pasar, atau kurangnya strategi pemasaran yang efektif. Tantangannya
biasanya adalah mencari pasar yang tepat dan mengatur distribusi.

e. Sub Sektor Penunjang

Permasalahan pembangunan pertanian karet pada subsektor pertanian penunjang


di Desa Bata Kecamatan Juai adalah subsektor penunjang pertanian karet
menghadapi tantangan seperti kurangnya prasarana dan sarana pendukung
pengembangan pertanian karet, seperti sistem irigasi dan sarana transportasi.
Kurangnya akses ke pembiayaan atau dukungan teknis, pelatihan dan pendidikan
juga bisa menjadi hambatan.
15

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan dengan nilai ekonomis


tinggi. Pengembangan perkebunan karet memberikan peranan penting
bagi perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, sumber bahan
baku industri, sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Faktor
produksi pada tanaman karet terdiri dari jenis bibit, pupuk, tenaga kerja,
pestisida, modal dan manajemen pengelolaan usahatani karet. Produksi
merupakan hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi dengan
memanfaatkan beberapa masukan (input).
2. Ada 11 faktor-faktor strategis eksternal dan 9 faktor-faktor strategis
internal yang mempengaruhi pengembangan agribisnis karet rakyat di
Desa Bata Kecamatan Juai.
3. Permasalahan pembangunan pertanian karet di Desa Bata Kecamatan Juai
pada lima sub sektor tersebut adalah permasalahan pengembangan
pertanian karet antara lain disebabkan oleh konversi lahan, kurangnya
sumber daya manusia, teknologi yang ketinggalan jaman, kurangnya
akses terhadap pasar, serta infrastruktur dan fasilitas yang belum
memadai.

Saran

Mengingat pentingnya peranan karet sebagai mata pencaharian sebagian besar


masyarakat dan sumber pendapatan daerah serta sumber devisa Negara maka
pelaksanaan prioritas strategi yang telah dipilih pada prinsipnya harus
dilaksanakan secara terpadu karena Saling terkait untuk mendukung
Pengembangan agribisnis karet rakyat di Desa Bata Kecamatan Juai.
DAFTAR PUSTAKA

Aidi, D.S. 2007.Pengembangan Agribisnis Karet Berbisnis Lateks dan Kayu.


Balai Penelitian Karet Sungai Putih. Medan. Di akses pada tanggal 10 November
2023.

Amy palupy. K. 1998. Produksi Bahan Tanaman Karet, pp 31-44. Dalam:


Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Balit Sembawa-Puslit Karet. Palembang. Di
akses pada tanggal 10 November 2023.

Daslin, A. 2AA2. Produktivitas Klon Karet Anjuran dan Kesesuaiannya pada


Berbagai Kendala Lingkungan. Warta Pusat Penelitian Karet. 2l:l-3. Di akses
pada tanggal 10 November 2023.

Ditjenbun. 2007. Pedoman Umum Program Revitalisasi Perkebunan (Kelapa


Sawit, Karet dan Kakao). Direktorat Perkebunan, Deptan. Jakarta. Di akses pada
tanggal 10 November 2023

Sumastuti Efriyani. 2011. Prospek Pengembangan Agribisnis dalam Mewujudkan


Ketahanan Pangan. Di akses pada tanggal 12 November 2023, melalui
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jejak/article/download/4650/3862

Anda mungkin juga menyukai