Disusun oleh:
LABORATORIUM AGRONOMI
JUSUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan akhir Teknologi Produksi
Tanaman Pangan, dengan judul pengaruh sistem tanaman jajar legowo terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman padi (Oryza sativa L.). Adapun laporan ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman Pangan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Ir. Marwanto, M.Sc selaku
dosen mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman Pangan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Penulis berharap laporan akhir ini dapat menjadi bahan referensi bagi masyarakat
luas agar dapat dimengerti dan menambah wawasan tentang pengaruh sistem tanaman jajar
legowo terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi (Oryza sativa L.) Penulis menyadari
laporan akhir ini masih jauh dari kata sempurna, dan masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
dapat menjadi evaluasi bagi penulis dalam membuat penulisan selanjutnya.
Penulis mengucapkan mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan akhir
ini, baik penulisan maupun tata bahasa. Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir
kata, terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
1.2 Tujuan........................................................................................................ 2
4.1 Hasil............................................................................................................ 11
4.2. Pertumbuhan Tanaman Padi dengan Sistem Jajar Legowo 3:1 ................ 15
BAB V PENUTUP......................................................................................... 16
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
iv
memberikan peningkatan produktivitas padi sawah paling tinggi dibandingkan dengan
perlakuan jarak tanam lainnya dengan luas lahan yang sama (Satria, 2017).
Menurut Marlina, padi (Oryza sativa) merupakan tanaman pangan rumput berumpun.
Padi sawah Oryza Sativa ini termasuk jenis rumput-rumputan dan berakar serabut. Seperti
tanaman jenis rumput-rumputan lainnya, padi beranak melalui tunas yang tumbuh dari
pangkal batang sehingga membentuk rumpun. Setiap batang padi umumnya dapat
beranaklebih dari satu batang. Tetapi tidak semua anak padi ini menghasilkan buah padi
yang berkualitas, dalam arti untuk digunakan sebagai bibit (Marlina,2013).
Menurut BPS (2018) penduduk Indonesia akan terus mengalami peningkatan, di
perkirakan pada tahun 2030 penduduk Indonesia terproyeksiakan berjumlah 294,1 juta
jiwa dan pada tahun 2045 akan mencapai 318,9 juta jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk
akan meningkatkan pula kebutuhan pangan. Menurut data BPS luas panen padi pada 2019
diperkirakan sebesar 10,68 juta hektar atau mengalami penurunan sebanyak 700,05 ribu
hektar atau 6,15% dibandingkan tahun 2018, hal ini mengakibatkan produksi padi
mengalami penurunan. Pada tahun 2018 produksi beras setara dengan 33,94 juta ton.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
Memahami dan terampil melakukan produksi tanaman sawah
Mengetahui pengaruh berbagai pola tanam jajar legowo terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman padi.
v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
vi
dari batang disebut daun bendera. Daun tanaman padi memiliki ciri khas, yaitu terdapat sisik
dan telinga daun (Makarim et al., 2017).
Daun padi tumbuh pada batang dan 8 tersusun berselang-seling pada tiap buku. Tiap daun
terdiri atas helaian daun, pelepah daun yang membungkus ruas, telinga daun dan lidah daun.
Daun teratas disebut daun bendera yang posisi dan ukurannya tampak berbeda dari daun
yang lain. Satu daun pada awal fase tumbuh memerlukan waktu 4-5 hari untuk tumbuh
secara penuh, sedangkan pada fase tumbuh selanjutnya diperlukan waktu yang lebih lama,
yaitu 8-9 hari (Rosadi,2013).
viii
Pada prinsipnya sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi dengan cara
mengatur jarak tanam. Sistem tanam ini juga memanipulasi tata letak tanaman, sehingga
rumpun tanaman sebagian besar menjadi tanaman pinggir. Tanaman padi yang berada di
pinggir akan mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak, sehingga menghasilkan gabah
lebih tinggi dengan kualitas yang lebih baik (Ikhwani, et al., 2013).
Menurut Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP, 2013) tipe sistem tanam jajar legowo
terbagi kedalam lima tipe yaitu tipe 2:1, tipe 3:1, tipe 4:1, tipe 5:1 dan tipe 6:1. Pengertian
dari tipe legowo 2:1 adalah cara tanam yang memiliki dua barisan kemudian diselingi oleh
satu barisan kosong dimana pada setiap baris pinggir mempunyai jarak tanam setengah kali
jarak tanam antar barisan. Adapun pengertian dari jajar legowo 4:1 adalah cara tanam yang
memiliki empat barisan kemudian diselingi oleh satu barisan kosong dimana setiap baris
pinggir memiliki jarak tanam dua kali jarak tanam pada barisan tengah, demikian pula pada
tipe jajar legowo 3:1, 5:1, dan 6:1 (BKP3K Gorontalo, 2012)
ix
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu pelaksanaan
Waktu praktikum di lakukan di pada setiap hari sabtu jam 08:00 dan tempat praktikum
di lakukan di zonper atau zona pertanian .
3.2 Alat dan Bahan :
3.2.1 Alat
1. Traktor mini
2. Cangkul
3. Pancang kayu
4. Bambu
5. Para neet (warring)
6. Jaring
7. Mistar stainless stell
8. Timbangan
9. Peralatan tulis
10. Alat hitung (calculator)
3.2.2 Bahan
1. Bibit padi varietas ciherang
2. Pupuk urea
3. TSP
4. KCL
3.3 Metode Pelaksanaan
Pola tanam yang digunakan adalah system jajar legowo sebagai perlakuan yaitu (2:1), (3:1),
(4:1), dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm. 1).
1. Shift A1 dan A2 menggunakan sestem jajar legowo (2:1)
Sistem tanam legowo 2:1 akan menghasilkan jumlah populasi tanaman per ha sebanyak
213.300 rumpun, serta akan meningkatkan populasi 33,31% dibanding pola tanam tegel
(25x25) cm yang hanya 160.000 rumpun/ha. Dengan pola tanam ini, seluruh barisan
tanaman akan mendapat tanaman sisipan.
2. Shift B1 dan B2 menggunakan sestem jajar legowo (3:1)
Sistem tanam legowo 3:1 merupakan pola tanam legowo dengan keseluruhan baris
mendapat tanaman sisipan. Pola ini cocok diterapkan pada kondisi lahan yang kurang
subur. Dengan pola ini, populasi tanaman mencapai 30% lebih banyak dengan
peningkatan populasi sebesar 60% dibanding pola tegel (25x25) cm.
x
3. Shift C1dan C2 menggunakan sestem jajar legowo (4:1)
Sistem tanam legowo 4:1 tipe 1 merupakan pola tanam legowo dengan keseluruhan
baris mendapat tanaman sisipan. Pola ini cocok diterapkan pada kondisi lahan yang
kurang subur. Dengan pola ini, populasi tanaman mencapai 256.000 rumpun/ha dengan
peningkatan populasi sebesar 60% dibanding pola tegel (25x25) cm
3.4 Cara Kerja
1) Persiapan lahan
Lahan sawah digenangi setinggi 2-5 cm di atas permukaan selama 2-3 hari sebelum
tanah dibajak,
Pembajakan tanah pertama sedalam 15-20 cm menggunakan traktor bajak singkal,
kemudian tanah diinkubasi selama 3-4 hari,
Perbaikan pematang yang dibuat lebar untuk mencegah terjadinya rembesan air dan
pupuk; sudut petakan dan sekitar pematang dicangkul sedalam 20 cm; lahan digenangi
selama 2-3 hari dengan kedalaman air 2-5cm,
Pembajakan tanah ke dua bertujuan untuk pelumpuran tanah, pembenaman gulma dan
aplikasi biodekomposer, dan
e. Perataan tanah menggunakan garu atau papan yang ditarik tangan, sisa gulma
dibuang, tanah dibiarkan dalam kondisi lembab dan tidak tergenang
2)Pembibitan/Pesemaian
Persemaian diawali dengan perendaman dan pemeraman benih padi masing-masing selama 24
jam kemudian ditiriskan, lalu benih dicampur dengan pupuk hayati dengan takaran 500
gram/25 kg benih, atau setara untuk 1 ha lahan. Benih disebarpada pinggiran pematang yang
telah disiapkan.
3) Penanaman
Penanaman dilakukan serentak untuk semua shif pada hari yang telah ditentukan. Semua
praktikan wajib ikut menanan dalam shifnya, sesuai dengan perlakuan yang telah di tetapkan.
Tanamlah bibit padi lahan yang telah disiapkan sebanyak 3 bibit/rumpun dengan jarak tanam
25 cm x 25 cm. Apabila terjadi kehilangan rumpun tanaman akibat serangan OPT maupun
faktor lain, maka lakukanpenyulaman untuk mempertahankan populasi tanaman pada tingkat
optimal. Penyulaman harus selesai 2 minggu setelah tanam (MST), atau sebelum pemupukan
dasar.
xi
4) Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan dosis Urea 300 kg/ha, TSP 100/ha, dan KCl 100 kg/ha yang
dilakukan tiga kali yaitu 1/3 pada umur 7-10 HST, 1/3 bagian pada umur 25-30 HST, dan 1/3
bagian pada umur 40-45 HST. Kecukupan N dikawal dengan bagan warna daun (BWD)
setiap 10 hari hingga menjelang berbunga.
5) Pemeliharaan
Lakukan pemeliharaan tanaman yang meliputi penyiangan gulma serta pengelolaan organisme
pengganggu tanaman (OPT). Sebelum melakukan tindakan khusus pengelolaan OPT, harus
dikonsultasikan dengan Co-Ass dan/atau Dosen Pembimbing Praktikum.
xii
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
xiii
Pada tanggal 26 November 2022 kami melakukan pengamatan Minggu ke 7 yang di
mana kami melakukan pengamatan pada tanaman padi ,Kami masih sama melakukan
pengmamatan kami di fase generatif ini kami melakukan pengamatan panajang malai dan
jumlah malai disini juga kami di beri intruksi catat hama yang menyerang tanaman padi.
Pada tanggal 3 Desember 2022 tahun terakhir yaitu Minggu ke-8 yang di mana Di sini
kami melakukan pasukan dari jumlah mata air dan panjang memakai pada setiap sampel
yang kami dan kami disini di beri intruksi mengenai laporan yang akan kami buat aturan
mengenai pembuatan laporan.
4.1.2 Hasil Pengamatan Tanaman Padi
Pengamatan Pada fase Vegetative
Tinggi Tanaman
Grafik 1. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman
80
70
Sampel 1
60
Sampel2
50 Sampel 3
Sampel 4
40 Sampel 5
Sampel 6
30 Sampel 7
Sampel 8
20 Sampel 9
Sampel 10
10
0
Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7
Pada grafik di atas bisa di lihat bahwa tinggi tanaman setiap minggu mengalami
peningkatan tinggi tanaman.bisa di lihat bahwa pada sampel 1-10 tinggi tanaman terus
meningkat setiap minggunya dan hal ini dapat mem pengaruhi hasil produksi tanaman
padi hal ini juga sejalan dengan apa yang di katakan Suprihatno (2012) bahwa tinggi
rendahnya batang tanaman dipengaruhi oleh sifat atau ciri yang dapat mempengaruhi
daya hasil produksi suatu varietas tanaman.Berdasarkan karakteristiknya, varietas
suatu tanaman yang memiliki batang yang lebih tinggi ataupun batang yang lebih
pendek dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti faktor iklim ataupun faktor
lainnya.Semakin tinggi tanaman maka semakin tinggi pula kecenderungan untuk
rebah. Varietas tanaman yang memiliki batang yang pendek akan lebih banyak
xiv
menyerap sinar matahari dibandingkan dengan penyerapan sinar matahari oleh
varietas yang memiliki batang yang tinggi. Dengan batang yang tinggi, intensitas sinar
matahari yang menembus kanopi (tajuk) pertanaman kebagian bawah pertanaman
diatas permukaan tanah akan jauh berkurang karena sudah ternaungi oleh daun-daun
tanaman
Jumlah Daun
Gambar 2. Grafik Jumlah Daun Tanaman Padi
16
14
12 Sampel 1
Sampel 2
10 Sampel 3
Sampel 4
8 Sampel 5
Sampel 6
6 Sampel 7
Sampel 8
4 Sampel 9
Sampel 10
2
0
Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7
Pada grafik 2 di atas bisa di lihat bahwa jumlah daun pada tanaman padi dengan
sitem jajar legowo selelu meningkat dari setiap pengamatan mulai dari sampel 1
sampai sampel 10 bisa di lihat terus bertambah hal ini juga di pengaruhi oleh Jarak
tanam pada tanaman padi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan
kualitas dan kuantitas hasil. Berbeda jarak tanam akan memberikan capaian hasil yang
berbeda akibat populasi tanaman yang tidak sama (Abdulrachman et al., 2013). Hal ini
juga berkaitan dengan jumlah daun pada tanaman padi dimana jumlah daun di
pengaruhi dengan jarak tanam karena jarak tanam membut daun biasa berfotositesis
dan kekurangan unsur hara itu juga dapat membuat tanaman padi mengalami
gangguan dalam pertumbuhanaya di fase vegetatif.
xv
Jumlah Anakan
Gambar 3. Grafik Jumlah anakan Tanaman Padi
10
9
8
Sampel 1
7 Sampel 2
Sampel 3
6
Sampel 4
5 Sampel 5
Sampel 6
4
Sampel 7
3 Sampel 8
Sampel 9
2
Sampel 10
1
0
Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7
Pada Grafik 3 di atas bahwa jumlah anakan pada tanaman padi dengan sistem jajar
legowo meningat setiap minggu pada setiap pengamatan pada setip sampel meningkt
jumlah anakanya dan dari 10 sampel tidak ada yang tidak memiliki anakan dan jumlah
anakan ini juga sangat mempengaruhi hasil produksi tanaman padi ini dan anakan
meningkat di fase vegetativ yang dimana fase inilah anakan berkembang hal ini juga
sejalan dengan apa yang di katakan oleh Muliasari dan Sugiyanta (2012) bahwa,
pertambahan jumlah anakan akan berlangsung secara terus menerus sampai tercapai
jumlah anakan produktif, kemudian beberapa anakan mati dan jumlahnya akan
menurun sampai tercapai pada kondisi jumlah yang tetap. kemudian Ardian (2013)
mengemukakan bahwa semakin lebar jarak tanam yang digunakan maka anakan yang
dihasilkan lebih banyak.dan dapat kita simpulkan anakan pada tanaan padi sangatlah
berpengaruh untuk meningkatkan hasil produksi tanaman padi.
xvi
Pengamatan Fase Generatif
Panjang Malai
Gambar 4. Grafik Panjang Malai Tanaman Padi
30
25
Sampel 1
20 Sampel 2
Sampel 3
15 Sampel 4
Sampel 5
Sampel 6
10
Sampel 7
Sampel 8
5 Sampel 9
Sampel 10
0
Mingg 7 Minggu 8 Minggu 9
Pada gambar 4 bisa di lihat bahwa panjang pada malai itu terjadi di fase generatif
yang di mana fase ini tanaman padi sudah menguarkan bulir bulir padi dan panjang
tanaman padi ini pada setiap pengamatan selalu mengalami peningkatan dan panjang
malai akan berhenti pada saat padi sudah mengalami kering adonan yang di tandai
bukir padi sudah mengalmi perubahan warna dan pada sampel 1 sampai 10 ini
peningkatan panjang malai ini semuanya merata atau mengalami peningkatan semua.
dan penggunaan pupuk npk di awal pemupukan dapat meningkatkan panjang malai di
fase generatif ,penggunaan pupuk NPK dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah
anakan, jumlah malai, berat gabah. hal ini menunjukkan bahwa perlakuan varietas
berpengaruh nyata terhadap jumlah malai per rumpun dan sangat nyata terhadap
panjang malai. Perlakuan pupuk majemuk berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah
malai dan panjang malai. Khairullah et al (2013) melaporkan adanya kecenderungan
peningkatan hasil gabah pada malai yang lebih panjang dan bisa di simpulkan bahwa
panjang malai juga dapat meningkatkan hasil gabah.
xvii
Jumlah Malai
Gambar 5. Grafik Jumlah Malai Tanaman Padi
14
12
Sampel 1
10 Sampel 2
Sampel 3
8 Sampel 4
Sampel 5
6 Sampel 6
Sampel 7
4 Sampel 8
Sampel 9
2 Sampel 10
0
Minggu 7 Minggu 8 Minggu 9
Pada grafik 5 diatas bahwa jumlah malai pada tanaman padi di setiap pengamatan
selalu meningkat. peningkatan ini terjadi di setiap sampel tanaman padi yang dimana
peningkatan ini terjadi di minggu yang udah mengalami proses generatif itu di mulai
minggu ke 7 sampai minggu ke 9 hal ini juga dapat mempengaruhi jumlah hasil
produksi tanaman padi yang dimana semakin banyak jumlah malai maka kemungkinan
peningkatan hasil produksi akan semakin tinggi hal itu juga tidak lepas dari
pengendalian hama juga agar bulir padi tidak terserang oleh hama. perolehan jumlah
malai per rumpun berkaitan erat dengan kemampuan tanaman menghasilkan anakan
dan kemampuan mempertahankan berbagai fungsi fisiologis tanaman.Semakin
banyak anakan yang terbentuk semakin besar peluang terbentuknya anakan yang
menghasilkan malai. Siregar (2012), menyatakan bahwa pada saat tanaman mulai
berbunga hampir seluruh hasil fotosintesis dialokasikan ke bagian generatif
tanaman (malai) dalam bentuk tepung.Selain itu, terjadi juga mobilisasi karbohidrat
protein dan mineral yang adadi daun, batang dan akar untuk dipindahkan ke mal
xviii
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang kami ambil yaitu:
Produksi padi sawah dilakukan dengan persiapan lahan yang baik,pemupukan
sebagai penyedia unsur hara dan pemeliharaan padi tumbuh maksimal.
.Dengan diterapkannya cara tanam sistem legowo yang menambah
kemungkinan barisan tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir, sinar
matahari dapat dimanfaatkan lebih banyak untuk proses fotosintesis Cara
tanam padi sistem legowo juga meningkatkan populasi tanaman. Untuk
populasi tanaman padi yang lebih banyak, dibutuhkan benih padi dan tenaga
kerja yang lebih banyak namun tenaga kerja lebih sedikit pada penyiangan.
Kenaikan jumlah gabah yang dipanen menyebakan upah pekerja juga
meningkat.
5.2 Saran
Pada praktikum yang kami lakukan ini sudah sangat baik tetapi praktikan harus lebih
teliti lagi dalam proses pengamatan dan di sarankan untuk petani Masih banyak petani
yang tidak menggunakan sistem jarak tanam jajar legowo karena para petani cenderung
menganggap bahwa semakin sempit jarak tanam maka hasil akan semakin banyak karena
akan semakin banyak populasi tanaman yang ditanam. Sehingga perlu adanya
penyuluhan sistem tanam jajar legowo ke petani untuk meningkatkanproduksi dan
usahatani padi..
xix
DAFTAR PUSTAKA
Tampubolon, K. T., Razali, R., & Guchi, H. (2015). Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman
Padi Sawah Irigasi (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei
Bamban Kabupaten Serdang Bedagai. AGROEKOTEKNOLOGI, 3(2).
Makarim, A. K. 2013. Peningkatan produktivitas padi melalui penerapan jarak tanam jajar
Legowo.
Satria, B. 2017. Peningkatan Produktivitas Padi Sawah (Oryza sativa L.) MelaluiPenerapan
Beberapa Jarak Tanam dan Sistem Tanam. Skripsi. USU.Medan
Marlina, N. 2013. Respons Tanaman Padi (Oryza sativa L.) terhadap Takaran Pupuk Organik
Plus dan Jenis Pestisida Organik dengan System of Ricec Intensification
(SRI) di Lahan Pasang Surut. Jurnal Lahan Suboptimal,1(2):138-148.
Fitri, A., Hashim, R., Abolfathi, S., & Abdul Maulud, K. N. (2019). Dynamics of sediment
transport and erosion-deposition patterns in the locality of a detached low-
crested breakwater on a cohesive coast. Water, 11(8), 1721.
Pratiwi, S. H. 2016. Growth and Yield of Rice (Oryza sativa L.) on Various Planting
Methodsand Addition of Organic Fertilizers. Universitas Merdeka
Pasuruan. Gontor AGROTECH Sci. J. 2(2):1-19.
Badan Pusat Statistik. 2020. Berita Resmi Statistik : Luas Panen dan Produksi Padi di
Indonesia 2020. Jakarta : Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. (2018). Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2014 Hasil SUPAS 2015
(Edisi Revisi).Jakarta: PT. Gandewa Pramatya Arta.
Rosadi, F.N. 2013. Studi Morfologi Dan Fisiologi Galur Padi (Oryza Sativa L.) Kekeringan.
Skripsi. IPB. Bogor.
Suriapermana, S., I.Syamsiah. 2014. Tanam jajar legowo pada sisten usahataniminapadiazola
di lahan sawah irigasi. Risalah Seminar hasil Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan Bogor.
Marlina, N. 2013. Respons Tanaman Padi (Oryza sativa L.) terhadap TakaranPupuk Organik
Plus dan Jenis Pestisida Organik dengan System of Rice ntensification
(SRI) di Lahan Pasang Surut. Jurnal Lahan Suboptimal,1(2):138-148.
xx
Setiawan, D. 2018. Evaluasi Lahan Terdampak Pasang Surut Air Laut Untuk
BudidayaTanaman Padi (Oryza sativa L.) di Desa Tanjung Tiga
Kecamatan BlanakanKabupaten Subang. Yogyakarta: Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Sinaga, dkk 2014. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Padi Sawah Tadah Hujan (Oryza sativa
L.) di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara. Universitas Sumatera
Utara. Jurnal Online Agroekoteknologi. 2 (3) : 1042-1048.
Suprihatno, B. 2012.Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian
Sukamandi.Hal 3.
Khairullah, I, S. Subowo, dan S. Sulaiman. 2012. Daya hasil dan penampilanfenotipik galur-
galur harapan padi lahan pasang surut di Kalimantan Selatan. Prosiding
Kongres IV dan Simposium Nasional Perhipi. Peran Pemuliaan dalam
Memakmurkan Bangsa. Peripi Komda DIY dan Fak. Pertanian Universitas
Gajah Mada. p. 169- 174
Muliasari, A.A dan Sugiyanta. 2013. Optimalisasi jarak tanam dan umur bibit pada
padi sawah (Oryza sativa L.). Makalah seminar Departemen Agronomi
dan Hortikultura IPB, Bogor.
xxi
LAMPIRAN
xxii
Foto saat penyemprotan
Foto Pengamatan
xxiii
Foto Hama
xxiv