Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU


TANAMAN
“PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA”

Disusun Oleh :

Nama : Rino Hermawan


NPM : E1J021096
Shift : Senin, 10.00-12.00 WIB
Dosen : Ir. Nadrawati, MP
:Dr.Ir. Bilman WS,MP.
Ko-ass : Reti Noviani (E1J018018)

LABORATORIUM AGRONOMI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang dimanfaatkan
untuk melakukan perlindungan tanaman adalah pestisida. Bahan aktif yang
terkandung dalam pestisida merupakan senyawa pestisida dalam formulasi
(campuran antara senyawa utama pestisida dengan bahan lain). Golongan
pestisida terbagi menjadi 3 bagian, yaitu 1) formulasi, 2) cara kerja, 3) susunan
kimia. Formulasi pestisida berupa cairan, butiran, debu dan tepung. Dan dalam
teknis aplikasi pestisida berupa kontak, fumigasi/ teknik gas, sistemik, dan
lambung. Serta susunan kimia dalam pestisida antara lain : organik dan
anorganik.
Perubahan ekosistem hutan menjadi areal pertanian adalah salah satu penyebab
utama. Dalam ekosistem hutan, setiap rantai makana berada dalam keadaaan
normal. Setiap organisme berada dalam jumlah yang seimbang dengan
organisme lain yang menjadi musuh atau pemangsanya, sehingga tidak ditemui
organisme dengan populasi terlalu besar yang kemudian berubah menjadi hama.
Sesuai konsep pengendalian hama terpadu (PHT), penggunaan pestisida
ditujukan bukan untuk memberantas tau membunuh hama, namun lebih dititik
beratkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah
batas ambang ekonomi atau ambang kendali. Selama ini, kita mengetahui bahwa
pestisida sangat berguna dalam membantu petani dalam merawat pertaniannya.
Pestisida dapat mencegah lahan pertanian dari serangan hama. Hal ini berarti
jika para petani menggunakan pestisida, hasil pertaniannya meningkat dan akan
membuat hidup para petani menjadi semakin sejahtera. Dengan adanya
pemahaman tersebut, pestisida sudah digunakan dihampir setiap lahan pertanian.
Namun sekarang ini banyak pemahaman yang salah tentang penggunaan dosis
dari pestisida ini. Para petani tidak mengindahkan anjuran pemakaian yang telah
diterapkan oleh pemerintah.
Jika melihat besarnya kehilangan hasil yang dapat diselamatkan berkat
penggunaan pestisida, maka dapat dikatakan bahwa peranan pestisida sangat
besar dan merupakan sarana penting yang sangat diperlukan dalam bidang
pertanian. Usaha intensifikasi pertanian yang dilakukan dengan menerapkan
berbagai teknologi maju seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan
perairan dan pola tanam akan menyebabkan perubahan ekosistem yang sering
diikuti oleh meningkatnya problema serangan jasad pengganggu. Demikian pula
usaha ekstensifikasi pertanian dengan membuka lahan pertanian baru, yang
berarti melakukan perombakan ekosistem, sering kali diikuti dengan timbulnya
masalah serangan jasad pengganggu. Dan tampaknya saat ini yang dapat
diandalkan untuk melawan jasad pengganggu tersebut yang paling manjur hanya
pestisida. Memang tersedia cara lainnya, namun tidak mudah untuk dilakukan,
kadang-kadang memerlukan tenaga yang banyak, waktu dan biaya yang besar,
hanya dapat dilakukan dalam kondisi tertentu yang tidak dapat diharapkan
efektifitasnya. Pestisida saat ini masih berperan besar dalam menyelamatkan
kehilangan hasil yang disebabkan oleh jasad pengganggu.
Berbagai jenis dan tipe alat pengendalian yang digunakan saat ini sebagian
besar adalah alat pengendalian untuk mengaplikasikan pestisida dan beberapa
alat yang digunakan untuk pengendalian secara fisik atau mekanik. Alat
pengendalian untuk aplikasi pestisida bertujuan untuk menghasilkan butiran –
butiran cairan atau percikan-percikan yang berasal dari cairan yang ditempatkan
di dalam salah satu bagian dari alat tersebut. Alat aplikasi pestisida yang efisien
dapat menjamin penyebaran bahan yang rata pada sasaran tanpa pemborosan.
Selain itu, pekerjaan dapat dilakukan dengan cepat dan dengan jumlah tenaga
kerja minimal. Fungsi utama semua jenis alat pengendalian adalah untuk
membantu mengendalikan suatu organisme pengganggu tanaman sasaran
sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, kita perlu
mengetahui macam alat aplikasi pestisida dan kegunaannya.
1.2 Tujuan
Untuk mengamati dan memedakan macam macam formulasi pestisida,cara
penyiapanya dan alat alat yang sesuai di gunakan untuk mangaplikasikan pada
formulasi yang bersangkutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan formulasi pestisida dibagi menjadi 2 yaitu:


 Bentuk Cair
Bentuk Cair EC (Emulsifiable Cocentrate atau Emulsible Cocentrate). Sediaan
berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengankonsentrasi bahan aktif yang cukup
tinggi. Kosentrasi ini jika dicampur dengan air akan membentuk emulsi (butiran
endapan cair yang melayang dalam media cair lain). EC umumnya digunakan
dengan cara disemprot, meskipun dapat pula digunakan dengan cara lain.
Soluble Concentrate in water (WSC) atau Water Soluble Concentrate (WSC).
Formulasi ini mirip EC, tetapi bila decampur air tidak membentuk emulsi,
melainkan membentuk larutan homogen. Umumnya, sediaan ini digunakan
dengan cara disemprotkan.
Aeous Solution (AS) atau Aquaous Concentrate (AC). pekatan ini dilarutkan
dalam air. Persisida yang diformulasi dalam bentuk AS dan AC umumnya
pestisida berbentuk garam yang mempunyai kelarutan tinggi dalam air. Pestisida
ini juga digunakan dengan cara disemprot.
Soluble (SL). Pekatan cair ini jika dicampurkan air akan membentuk larutan.
Pestisida ini digunakan dengan cara disemprotkan. SL juga dapat mengacu pada
formulasi slurry.
Flowable (F) atau Flowable Water (FW). Formulasi ini berupa konsentrasi cair
yangsangat pekat. Bila dicampur air, F atau FW akan membentuk emulsi seperti
halnya WP. Pada dasarnya FW adalah WP yang dibasahkan.
Ultra Low Volume (ULV). Sediaan khusus untuk penyemprotan dengan
volume ultra rendah, yakni volume semprot antara 1 hingga 5 liter/hektar. ULV
umumnya merupakan sediaan siap pakai, tanpa harus dicampur dengan air.
(Kardinan, Agus., 2004.)
Bentuk padat
Berikut beberapa formulasi pestisida dalam bentuk padat:
a Wettable Powder (WP). Formulasi WP bersama EC merupakan formulasi
klasik yang masih banyak digunakan hingga saat ini. WP adalah formulasi
bentuk tepung yang bila dicampur air akan membentuk suspensi yang
penggunaannya dengan cara disemprot.
b) Soluble powder (S atau SP). Formulasi bentuk tepung yang bisa dicampur
air akan menghasilkan larutan homogen. Pestisida ini juga digunakandengan
cara disemprotkan.
c)Butiran (G). Butiran yang umumnya merupakan sedian siap pakai dengan
konsentrasi rendah. Pestisida butiran digunakan dengan cara ditaburkan di
lapangan (baik secara manual dengan tangan atau dengan mesin penabur) setelah
penaburan dapat diikuti dengan pengolahan tanah atau tidak. Disamping
formulasi G dikenal juga fomulasi SG, yakni sand granular.
d Water Dipersible Granule (WG atau WDG) . WDG atau WG berbentuk
butiran, mirip G, tetapi penggunaanya sangat berbeda. Formulasi WDG harus
diencerkan dengan air dan digunakan dengan cara disemprotkan.
e)Seed dreesing (SD) atau Seed Treatment (ST). Sediaan berbentuk tepung
yang khusus digunakan untuk perawatan benih
f. Tepung Hembus atau Dust (D). Sediaan siap pakai dengan konsentrasi
rendah yang digunakan dengan cara dihembuskan.
g)Umpan atau bait (B) ready Mix Bait (RB atau RMB). umpan merupakan
formulasi siap pakai yang umumya digunakan untuk formulasi rodentisida.
(Wudianto, R., 2007)
Pestisida merupakan zat, senyawa kimia (zat pengatur tumbuh dan perangsang
tumbuh), organisme renik, virus dan zat lain-lain yang digunakan
untukmelakukan perlindungan tanaman atau bagian tanaman (Pedum Kajian
Pestisida,2012). Beberapa tahun terakhir penggunaan pestisida oleh petani
cenderungmeningkat, karena hal tersebut dianggap cara paling efektif untuk
mengendalikanOPT, sehingga permintaan pestisida di tingkat petani meningkat.
Jumlah merkdagang pestisida yang beredar di Indonesia sangat banyak.
Setidaknya pada tahun2010 terdapat 2.628 merk dagang pestisida dari 196
perusahaan yang terdaftar diKementerian Pertanian (Kementerian Pertanian
2010).
Beredarnya jenis pestisida dalam jumlah yang banyak, sementara
informasitentang penggunaan pestisida yang bijaksana masih terbatas,
menyebabkan perilaku petani dalam penggunaan pestisida semakin tidak
terkendali. Oleh karenaitu, upaya mengurangi dampak negatif akibat
penggunaan pestisida perlu terusdiupayakan. Salah satu diantaranya ialah
dengan pengelompokan pestisida yang beredar di Indonesia. (Milne, 1998)
Pengetahuan mengenai cara kerja suatu pestisida dapat dibuat strategi
pengelolaan resistensi untuk menghambat terjadinya resistensi OPT terhadap
pestisida yang umum digunakan. Hal ini disebabkan pada kebanyakan kasus,
tidakhanya resistensi yang menyebabkan senyawa aktif tertentu menjadi tidak
aktif,tetapi sering juga menyebabkan resistensi silang terhadap senyawa kimia
lainnya.Hal itu terjadi karena senyawa dengan kelompok kimia spesifik biasanya
bersinergidengan hama target, begitu juga dengan mekanisme cara kerjanya.
Biasanya hamaakan mengembangkan mekanisme ketahanan tertentu dengan
memodifikasigenetiknya terhadap target sasaran insektisida pada tubuhnya.
Ketika hal itu terjadi,interaksi senyawa aktif dengan target akan terganggu dan
pestisida akan kehilangankeefektifannya. Jika senyawa dalam berbagai sub-
kelompok bahan kimiamelakukan cara kerja yang sama, akan ada risiko bahwa
mekanisme ketahanan olehhama yang telah dikembangkannya secara otomatis
akan memberikan resistensisilang untuk semua senyawa dalam sub-kelompok
bahan kimia yang sama. Iniadalah konsep resistensi silang dalam kelompok
bahan kimia untuk insektisida danakarisida yang merupakan dasar dari
klasifikasi cara kerja atau MoA oleh IRAC(IRAC, 2011)
BAB III
METODOLOGI

3.1 Bahan dan Alat Praktikum:


1. Bahan
Macam –macam jenis pestisida,meliputi pestisida yang di gunakan untuk
pengendalian hama penyakit serta gulma dengan berbagai formulasi,seperti :
D,G,EC,DC,ULV, dan lain lain.
2. Alat
Macam macam alat aplikasi pestisida,seperti : penugal, soil injektor , spreader
,duster , emposan , semi-automatic sprayer , power sprayer , automatic high
sprayer , mist blower.
Cara Kerja:
1. Amati alat semprot punggung yang tersedia beserta bagian bagianya
2. gambar bagian bagian tersebut di dalam kertas HVS
3. Jika sudah selesai minta tanda tangan dosen pembimbing pada laporan
sementara saudara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Gambar Keterangan
Nama: Hand Sprayer
Fungsi:Untuk Menyemprot fungisida
ataupun cairan yang dapat di
gunakan untuk penyemprotan pupuk
cair atau untuk menyiram tanaman.

Nama: power sprayer


Fungsi: Sebegai alat pengampikasian
pestisida berformula F dan cair.

Nama dagang: Ethrel


Bahan Aktif: etefon 480
g/l Formulasi: 480 SL
Jenis:Herbisida
Cara Kerja: Zat pengatur tumbuh
tanaman
Nama Dagang:KUPROXAT
Bahan Aktif: tembaga
oxysulfat Formulasi:345 SC
Jenis:Fungisida
Cara Kerja:Fungisida sistemik

Nama dagang:Kejora

Bahan Aktif: alfa sipermetrin : 15


g/l. Formulasi:15 EC

Jenis:insektisida

Cara kerja: Racun kontak

Nama Dagang: BIOCRON


Bahan Aktif: Profenofos 500g/L.
Formulasi: 500 EC
Jenis : Insektisida
Cara Kerja :Racun kontak
Nama Dagang:SOLUSI
Bahan Aktif: 2,4-D dimetil
amina 865 g/l
Formulasi: 865 SL
Jenis : Herbisida
Cara Kerja: Herbisida sistemik

Nama Dagang :pilly


Bahan Aktif: 25% Metil Metsulfuron
Formulasi: 25 WP
Jenis : Herbisida
Cara Kerja : Herbisida sistemik

Nama dagang: Metsul


Bahan Aktif : metil metsulfuron
Formulasi : 24 WP
Jenis :Herbisida
Cara Kerja:Herbisida sistemik
Nama dagang : Bentan
Bahan Aktif : Fentin Aserat 60 %
Formulasi :60 WP
Jenis : Moluskisida
Cara Kerja: Racun Kontak

4.1 Pembahasan
Pada praktikum kali ini kita membahas tentang pestida dan alat semprot
adapun klasifikasi dari bahan pestisida twesebut antara lain:

1. Hand Sprayer
Untuk Menyemprot fungisida ataupun cairan yang dapat di gunakan
untuk penyemprotan pupuk cair atau untuk menyiram tanaman
2. Power sprayer
Sebagai alat pengaplikasian pestisida berformula F dan cair.
3. Ethrel
Bahan Aktif: etefon 480 g/l Formulasi: 480 SL Jenis:Herbisida Cara
Kerja: Zat pengatur tumbuh tanaman
4. Kuproxat
Bahan Aktif: tembaga oxysulfat Formulasi:345 SC Jenis:Fungisida
Cara Kerja:Fungisida sistemik
5. Kejora
Bahan Aktif: alfa sipermetrin : 15 g/l. Formulasi:15 EC
Jenis:insektisida Cara kerja: Racun kontak
6. Biocron
Bahan Aktif: Profenofos 500g/L. Formulasi: 500 EC Jenis :
Insektisida Cara Kerja :Racun kontak.
7. Solusi
Bahan Aktif: 2,4-D dimetil amina 865 g/l Formulasi: 865 SL Jenis :
Herbisida Cara Kerja: Herbisida sistemik
8. Pilly
Bahan Aktif: 25% Metil Metsulfuron Formulasi: 25 WP Jenis :
Herbisida Cara Kerja : Herbisida sistemik
9. Metsul
Bahan Aktif : metil metsulfuron Formulasi : 24 WP Jenis :Herbisida
Cara Kerja:Herbisida sistemik.
10. Bentan
Bahan Aktif : Fentin Aserat 60 % Formulasi :60 WP Jenis :
Moluskisida Cara Kerja: Racun Kontak
BAB V

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pengamatan ini adalah :

Jadi praktikan lebih banyak tau akan jenis jenis pestisida dan kegunaanya dan
mengetahui setiap pestisida itu berbeda kegunaanya dengan pestisida lainya
selain itu praktikan juga mengetahui alat yang di gunakan untuk penyemprotan
baik untuk gula maupun hama

4.2. SARAN
Adapun saran dari praktikum ini adalah sebagai berikut: Sebaiknya dalam
praktikum kali ini menggunakan masker dan sarung tangan karena praktikan
akan memegang pestisida dan aroma pestisida yang beracun dan menyengat
jika tidak menggunakan masker.
DAFTAR PUSTAKA

Wudianto, R., 2007. Petunjuk Penggunaan Fungisida. Penebar Swadaya, Jakarta.


Hal 58.
Kardinan, Agus., 2004. Pestisida. Penebar Swadaya, Jakarta
Kementrian Pertanian, 2011. Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida.
Jakarta:Direktorat Jenderal Prasaranan dan Sarana
Kementrian Pertanian.
Milne, G.W.A. 1998. Handbook of Pesticides.United States : CRC Pres.
Djojosumarto, Panut. 2008.Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian.
Kanisius.Yogyakarta
IRAC, 2011. IRAC MoA Classification Scheme.Online.://www.irac-
online.org/mode-of-action/updated-irac-moa-classification-
v7-1-now- published/. Diakses Tanggal 8 Juni 2016.

Anda mungkin juga menyukai