Anda di halaman 1dari 14

BAB V

PESTISIDA DAN APLIKASINYA


I. PENDAHULUAAN
Dalam proses budidaya pertanian tidak terlepas dari Organisme Penganggu Tanaman
(OPT), kerugian akibat serangan hama bisa mencapai 37%, penyakit 35%, gulma 29%,
pengendalian OPT bertujuan untuk mempertahankan produksi pertanian agar produksi tetap
optimal. Pengendalian dapat dilakukan dengan pendekatan pengendalian hama terpadu
(PHT), yaitu memilih suatu cara atau menggabungkan beberapa cara pengendalian, sehingga
tidak tidak merugikan secara ekonomis, biologi, dan ekologi. Dengan tingkat kesadaran
tinggi terhadap lingkungan yang sehat dan pertanian berkelanjutan diberikan cara
pengendalian yang tepat.
Dalam menangani OPT petani sekarang ini sering mengunakan pestisida, pestisida atau
pembasmi hama (dari bahasa Inggris pesticide) adalah bahan yang digunakan untuk
mengendalikan, menolak, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest
(hama) yang diberi akhiran -cide (pembasmi). Sasarannya bermacam-macam, seperti
serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu.
FAO mendefinisi pestisida sebagai "zat atau campuran zat yang bertujuan untuk
mencegah, membunuh, atau mengendalikan hama tertentu, termasuk vektor penyakit bagi
manusia dan hewan, spesies tanaman atau hewan yang tidak diinginkan yang dapat
menyebabkan kerusakan selama produksi, pemrosesan, penyimpanan, transportasi, atau
pemasaran bahan pertanian (termasuk hasil hutan, hasil perikanan, dan hasil
peternakan).Istilah ini juga mencakup zat yang mengendalikan pertumbuhan tanaman,
merontokkan daun, mengeringkan tanaman, mencegah kerontokkan buah, dan sebagainya
yang berguna untuk mengendalikan hama dan memitigasi efek dari keberadaan hama, baik
sebelum maupun setelah panen.
Pestisida dapat diklasifikasikan berdasarkan target organisme yang menjadi sasarannya,
menjadi insektisida, rodentisida acarisida, fakterisida, nematisida, molusida, fungisida.
Pestisida biasanya, tetapi tak selalu, beracun. Penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan
yang diberikan membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan, serta juga dapat merusak
ekosistem, karena menggunakan pestisida secara berlebihan dapat menghasilkan dampak
negatif seperti: Menyebabkan kekebalan pada hama., dapat merusak ekosistem air saat sisa
pestisida masuk ke perairan dll.
Mengingat hal tersebut maka pengunaan pestisida harus ditakar sesuai dengan dosis dan
aturan yang tepat selanjutnya pemilihan waktu yang tepat dipandang dari segi hama maupun
tanaman, dan juga pengunaan pestisida digunakan sebagai alternatif terakhir setelah semua
cara pengendalian hama yang lain dianggap tidak berhasil dalam mengatasi hama. Cara
aplikasi yang benar pengukuran takaran bahan yang dipakai dan sebagainya, dengan
demikian dapat diperoleh hasil pengendalian yang efektif, efisien dan serasi dengan
lingkungan.
II. TUJUAN
Agar mahasiswa mengetahui pengunaan pestisida harus ditakar sesuai dengan dosis dan
aturan yang tepat selanjutnya pemilihan waktu yang tepat dipandang dari segi hama maupun
tanaman cara aplikasi yang benar pengukuran takaran bahan yang dipakai dan sebagainya,
dengan demikian dapat diperoleh hasil pengendalian yang efektif, efisien dan serasi dengan
lingkungan.

III. TINJAUAN PUSTAKA


A. Klasifikasi Pestisida
Dalam klasifikasi pestisida terdapat beberapa jenis pengelompokan pestisida :
1. Petisida dapat digolongkan berdasarkan OPT sasarannya yaitu:

 Insectisida, yang digunakan untuk mengendalikan hama berupa serangga. Kelompok


insectisida dibedakan menjadi dua, yaitu ovisida (mengendalikan telur serangga) dan
larvisida (mengendalikan larva serangga).
 Akarisida, yang digunakan untuk mengendalikan akarina (tungau atau mites).
 Moluskisida, yang digunakan untuk mengendalikan hama dari bangsa siput
(moluska).
 Rodentisida, yang digunakan untuk mengendalikan hewan pengerat (tikus).
 Nematisida, digunakan untuk mengendalikan nematode.
 Fungisida, digunakan untuik mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh
cendawan (jamur atau fungi).
 Bakterisida, digunakan untuk mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh
baktreri.
 Herbisida, digunakan untuk mengendalikan gulma (tumbuhan pengganggu).
 Algisida, digunakan untuk mengendalikan ganggang (algae).
 Piskisida, digunakan untuk mengendalikan ikan buas.
 Avisida, digunakan untuk meracuni burung perusak hasil pertanian.
 Repelen, pestisida yang tidak bersifat membunuh, hanya mengusir hama.
 Atraktan, digunakan untuk menarik atau mengumpulkan serangga.
 ZPT, digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman yang efeknya bisa memacu
pertumbuhan atau menekan pertumbuhan.
 Plan activator, digunakan untuk merangsang timbulnya kekebalan tumbuhan sehingga
tahan terhadap penyakit tertentu.
2. Berdasarkan jalan masuk atau berkerjanya pestisida didalam tubuh serangga.
a. Racun perut
Pestisida ini berkerja dalam perut melalui alat pencernaan (mulut) terutama efektif
untuk serangga tipe pengigit penguyah dan mamalia. Contoh, tembaga arsenat, nikotin
parathion, dan lain-lain.
b. Racun kontak
Racun ini bekerja karena kontak langsung dengan permukaan tubuh, diikuti penetrasi
melalui kutikula terutama efektif untuk serangga type alat mulut pencucuk, penghisap,
akarina, dan nematoda
c. Racun nafas
Racun ini bekerja di dalam tubuh serangga melalui saluran pernafasan. Racun ini bisa
akan merusak sistem syaraf. Contoh: asam cianida (HCN), asam biru, karbon disulfida (CS2),
metil bromida (CH BR).

3. Pengelompokkan berdasarkan formulasi pestisida


Formulasi adalah campuran bahan aktif pestisida (active ingredient) dengan bahan lain
yang kemudian dikemas untuk perdagangan. Bahan aktif perlu dicampur dengan bahan lain
karena daya racunnya terlalu tinggi untuk dipakai di lapangan. Menurut cara ini ada beberapa
macam formuasi, yaitu :
 Bentuk padatan / tepung :
a) Wettable Powder (WP)
Beberapa bahan aktif pestisida mempunyai efek fitotoksik (beracun bagi
tanaman) terserap ke dalam jaringan tanaman. Agar dapat meracuni patogen tanpa
meracuni tanaman dibuatlah suatu bentuk formula yang tidak terserap tanaman (atau
terserap tetapi dengan perlahan) yaitu yang tidak dapat larut dalam air. Formula ini
disebut wettable powder, artinya tepung yang dapat dibasahi. Karena berbahan
tepung tidak larut, maka pestisida ini tidak boleh mengendap dengan cepat sehingga
ditambahkan dispersant dan agen suspensi dalam formulasinya.

b) Soluble Powder (SP)


Berbentuk tepung kristal yang bisa larut dalam air. Aplikasinya juga lebih
mudah karena hanya diperlukan pengadukan pada saat pencampuran pestisida
dengan air. Konsentrasi bahan aktifnya biasanya tinggi . Ada yang bersifat sistemik,
dan sebagian bersifat kontak serta racun lambung.
c) Soluble Granule (SG)
Berupa granul yang larut air. Bentuk ini sebagai perbaikan dari formula SP,
dimana bentuk partikel halus SP dikhawatirkan beresiko terhisap melalui hidung.

d) Dust (D) / Tepung Hembus


Berbentuk tepung halus menyerupai bedak talk yang terdiri dari bahan aktif dan
bahan pembawa (carrier) yang biasanya berupa talk, mineral profit dan bentoit.
Kandungan aktifnya biasanya rendah antara 2 – 10 %. Cara aplikasinya dengan
ditaburkan atau dihembuskan dengan alat penghembus tanpa dicampur air. Pestisida
ini digunakan untuk hama gudang, rodentisida, atau membunuh semut. Contohnya
Sevin 5 D dan Manzate D.

e) Granular (G)
Bentuknya butiran padat dengan ukuran bervariasi. Ada yang berbentuk coated
yaitu pasir kuarsa yang dilapisi bahan aktif dan pembawa. Aplikasinya dengan cara
ditaburkan di tanah. Bahan aktif pestisida ini akan larut sedikit demi sedikit (slow
release) di tanah sehingga efeknya dapat bertahan lama. Kandungan aktifnya rendah
tidak sampai 10 %. Pestisida jenis ini umumnya bersifat sistemik untuk membunuh
ulat penggerek batang dan pengisap daun, atau untuk membunuh gulma. Contohnya
insektisida Furadan 3 G, Regent 0.3 G, dan herbisida kontak pratumbuh Goal 2 G.

f) Water Dispersible Granulars (WDG)


Berupa butiran yang jika dicampur air akan terdispersi / pecah dan menyebar
membentuk suspensi atau partikel halus yang melayang-layang dalam air tapi tidak
larut. Biasa disebut pula flowable kering. Aplikasinya dengan cara penyemprotan
atau dicampurkan dengan pupuk. Bentuk WDG ini dibuat dengan tujuan agar aman
bagi pengguna saat membuka kemasan atau menakar karena tidak menimbulkan
debu-debu yang bisa terhisap oleh pengguna. Contohnya fungisida KOCIDE 54
WDG, herbisida ALLY 20 WDG.

g) Powder Concentrate (PC / P) / Konsentrat Tepung


Berbentuk tepung yang cara aplikasinya bukan untuk disemprotkan tetapi
dicampur dengan bahan lain misalnya dengan dicampur umpan. Contohnya racun
untuk babi hutan.

h) Ready Mix Bait (RMB)


Artinya umpan siap pakai. Berbentuk blok atau pellet dengan kandungan bahan
aktif rendah (0.003 – 0.005 %) dan bahan makanan yang disukai hewan sasaran.
Jenis ini digunakan khusus untuk umpan racun tikus (rhodentisida) siap pakai yang
bersifat antikoagulan.

i) Seed Treatment (ST) atau Seed Dressing (SD)


Berbentuk tepung, diaplikasikan pada benih untuk mencegah hama dan jamur
parasit. Benih yang akan ditreatment dibasahi dengan sedikit air terlebih dulu
kemudian ditaburi pestisida ini dan diaduk sampai semua benih terlapisi oleh
pestisida. Contohnya insektisida Marshal 25 ST, fungisida Saromyl.
 Bentuk cairan
a) Emulsifiable Concentrate (EC / E)
Emulsi merupakan campuran dua zat cair yang berbeda sifat. Misalnya
minyak dengan air disatukan dengan bahan yang bernama emulsifier. Bahan aktif
pestisida EC teknis murni tidak bisa bercampur air karena memiliki sifat hidrofobik
(takut air) seperti minyak. Agar dapat dicampur / didispersi ke dalam air saat
diaplikasikan maka dalam formulasinya ditambahkan emulsifier sehingga hasil
campuran tersebut dinamakan emulsi. Emulsi merupakan butir-butir cairan bahan
aktif berukuran mikro yang tersebar dalam air. Saat mengenai sasaran, air yang
mendispersi bahan aktif akan menguap, bahan aktif menyebar dan mengenai OPT
target.

b) Flowable Concentrate (F)


Jika bentuk WP menimbulkan resiko terhisap melalui pernafasan karena
partikelnya yang sangat halus dan mudah bertebaran di udara maka formula F adalah
perbaikan dari WP. Bentuk fisik F berupa cairan pekat dan kental. Sifat dan
efikasinya sama seperti WP tetapi lebih mudah meyebar dalam air. Selain itu lebih
aman bagi pengguna karena tidak menimbulkan debu saat kemasan dibuka atau
ditakar. Konsentrasi bahan aktif F lebih rendah dari WP. Penggunaannya dengan
cara disemprotkan. Sayangnya formula ini belum banyak dikenal petani

c) Water Soluble Concentrate (WSC)


Berbentuk konsentrat cairan yang pekat. Istilah konsentrat adalah suatu materi
cair yang terlah dikurangi kandungan airnya sehingga membentuk fasa materi pekat
seperti lumpur. Jika diencerkan dalam air akan membentuk larutan sejati.

d) Aquaeous Solution (AS)


Berbentuk cairan pekat yang dapat larut dalam air. Pelarut yang digunakan
dalam formulanya adalah air murni. Formula AS ini biasanya digunakan dalam
pestisida sistemik yang berbentuk cair, terutama pada herbisida yang mensyaratkan
penetrasi ke dalam jaringan. Untuk meningkatkan daya penetrasi bentuk AS
dilengkapi dengan bahan penetrant atau surfactant yang berfungsi sebagai biological
activator. Contohnya herbisida Roundup.

e) Suspension Concentrate (SC)


Berbentuk cairan yang sangat pekat seperti susu atau cat tembok, ketika
dicampurkan air akan membentuk suspensi atau butiran partikel halus yang
melayang-layang di air.

f) Capsulated Suspension (CS)


Merupakan bentuk formulasi mikrokapsul yang bisa tersuspensi ketika
dicampurkan dalam air. Mikrokapsul tersebut tidak larut air tetapi partikelnya yang
berukuran mikon dapat melekat pada tubuh serangga hama dan daya racunnya awet.
Contohnya adalah DEMAND 100 CS yang mengandung lambda sihalotrin untuk
membasmi lalat dan kumbang di kandang ternak.

g) Ultra Low Volume (ULV)


Merupakan jenis pestisida berbasis minyak yang hanya memerlukan volume
kecil dalam skala luasan tertentu, antara 1 – 5 liter per hektar. Biasanya dipakai
untuk pengendalian OPT pada lahan yang sangat luas misalnya pada lahan tanaman
kapas, atau sulit dijangkau dengan penyemprotan biasa, contohnya tanaman perdu
yang tinggi atau rapat.

h) Emulsion In Water (EW) / Pekatan Yang Dapat Diemulsikan Dalam Air


Berupa emulsi hidrofobik. Seperti EC tetapi sudah dicampur dengan air di
dalam kemasannya sehingga berbentuk cairan putih pekat seperti susu. Formula ini
lebih stabil apabila disimpan pada suhu rendah. Apabila hendak diaplikasikan harus
dikocok dahulu.

i) Oil Dispersion (OD)


Merupakan bahan aktif tepung tidak larut air yang didispersikan dalam
minyak. Jenis minyak bisa bervariasi dari parafin hingga jenis pelarut aromatik dan
minyak nabati atau minyak biji teretilasi. Idealnya bahan aktif tersuspensi seragam
dalam fase minyak. Tujuannya adalah menjaga kestabilan bahan aktif yang peka
terhadap air dan mudah bereaksi dengan suatu larutan. Selain itu untuk
menggantikan pestisida formula WSC / WDG dengan kinerja yang lebih baik.
Contohnya adalah Indosa 210 OD (bahan aktif indoksakarb).

Belakangan ini terdapat beberapa bentuk formulasi baru yang dkembangkan


oleh industri-industri agrochemical. Tujuannya adalah meningkatkan performa,
efikasi dan aspek keamanan bagi para penggunanya. Selain itu juga memperbaiki
kompatibilitas antar satu formula dengan formula yang lain, dimana hal ini menjadi
kendala dalam aplikasi di lapangan selama ini. Pada beberapa produk pestisida baru
yang mempunyai bahan aktif ganda juga mempunyai kode bentuk formula tersendiri,
bukan merupakan singkatan misalnya :
ZC yang merupakan gabungan antara pestisida CS dan SC
ZE yang merupakan gabungan antara pestisida CS dan SE

4. Berdasarkan jenis kandungan senyawa asal pestisida


a) Sintetik Anorganik : garam-garam beracun seperti arsenat, flourida, tembaga sulfat
dan garam merkuri
b) Organik Organo khlorin : DDT, SHC, endrin, dieldrin, dll.
c) Heterosiklik : Kepone, mirexOrganofosfat : klorpirifos, prefonofos, dll.
d) Karbamat : karbofuran, SPMC, dll. Dinitrofenol : Dinex, dll
B. Alat-Alat Pengendalian Hama
Alat aplikasi ikut mempengaruhi efisiensi pemakaian pestisida. Salah satu alat aplikasi yang
banyak digunakan oleh petani adalah :

a) Knapsack sprayer semi otomatis. Tekanan diperoleh dari udara yang dipompa
Knapsack sprayer semi otomatis, cairan dipompa secara langsung ke dalam ruang
tekan
b) Mist Blower : Sprayer bermotor yang menghasilkan aliran udara dengan kecepatan
tinggi
c) Foger (Pengabut)
Pulsfog Memecah larutan pestisida menjadi partikel-partikel yang sangat halus

CARA APLIKASI
Beberapa cara dalam aplikasi pestisida yaitu dengan peyemprotan, Pengabutan
dan penaburan, dalam pengaplikasian pestisida harus tepat dosis, tepat konsentrasi,
tepat sasaran, tepat cara dan tepat waktu agar pengaplikasiannya efektif dan efisien .
Dosis merupakan kadar dari sesuatu (kimiawi, fisik, biologis) yang dapat
mempengaruhi suatu organisme secara biologis makin besar kadarnya, makin besar
pula dosisnya untuk pengaplikasian pestisida maka diperlukan dosis yang tepat,
konsentrasi yaitu pencampuran formulasi bahan aktif suatu pestisida dengan air atau
kebutuhan pestisida per liter dalam pengaplikasian harus memperhatikan konsentrasi
bahan aktif pestisida tersebut, untuk pengaplikasian pestisida harus memperhatikan
waktu yang tepat agar pengaplikasian pestisida tersebut efektif dan tepat sasaran,
waktu yang tepat untuk pengaplikasian pestisida yaitu pada saat pagi hari, sore hari
dan pada waktu tidak hujan.
Secara sederhana cara menghitungnya adalah sebagai berikut:
- Dosis adalah jumlah bahan aktif. yang diaplikasikan per satuan luas(kg/ha)
- Volume adalah jumlah larutan (pestisida + pelarut) yang diaplikasikan per satuan
luas (lt/ha)
- Peliputan yang tepat adalah jumlah droplet per satuan luas

IV. METODOLOGI PRATIKUM

 Waktu dan Tempat Partikum


Pratikum Dasar-Dasar Ilmu Perlindungan Tanaman dengan materi “Pestisida dan
Aplikasinya” dilaksanakan pada hari Rabu, 6 april 2022 pukul 07.00-08.40 WIB di
Laboratorium Hama dan Penyakit Universitas Tanjungpura.
 Alat dan Bahan

Alat :
- Kertas HVS
- Alat tulis
Bahan :
- Knapsack manual sparyer
- Hand sparyer
- Matador
- Gramoxone
- Mospilan
- Ally
- Dithane
 Pelaksanaan pratikum
Siapkan semua alat dan bahan
a) Lakukan pengamatan terhadap berbagai jenis pestisida dan alat aplikasinya
b) Perhatikan keterangan yang ada di brosur atau kemasan pestisida untuk
mengenali tanda bahaya dan kandungan bahan aktif, dan pada alat
aplikasinya perhatiakan bagian-bagian alat tersebut
c) Gambar alat aplikasi pestisida dan beri keterangan lengkap serta buat tabel
untuk jenis-jenis pestisidanya.

V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Nama Bentuk pestisida Bahan aktif Tanda bahaya


dagang Warna Fisik Formulasi Nama Kandungan
Matador Kuning Cair 25 EC Lamda sihalotorin 25 g/L Kuning (berbahaya)
Gramoxone Hijau Cair 276 SL Parakuat diklonda 276 g/L Kuning (berbahaya)
Mospilan Kuning Cair 30 EC Asetamiriprid 30 g/L Kuning (berbahaya)
Ally Putih Butiran 20 WG Metil metsufuron 20% Biru(Cukup
beras berbahaya)
Dithane Kuning Tepung 80 WP Mankozeb 80% Hijau
1. Pembacaan brosur atau kemasan

2. Pengamatan Alat Aplikasi


a. Knapsack manual sparyer
Knapsack manual sprayer atau dikenal dengan alat semprot punggung. Sprayer ini
paling umum digunakan oleh petani hampir di semua areal pertanian padi, sayuran, atau
diperkebunan.
Prinsip kerjanya adalah: Larutan dikeluarkan dari tangki akibat dari adanya tekanan
udara melalui tenaga pompa yang dihasilkan oleh gerakan tangan penyemprot. Pada waktu
gagang pompa digerakan, larutan keluar dari tangki menuju tabung udara sehingga tekanan di
dalam tabung meningkat. Keadaan ini menyebabkan larutan pestisida dalam tangki dipaksa
keluar melalui klep dan selanjutnya diarahkan oleh nozzle bidang sasaran semprot.
Tekanan udara yang dihasilkan oleh pompa diusahakan konstant, yaitu sebesar 0,7 – 1,0
kg/cm2 atau 10-15 Psi. Tekanan sebesar itu diperoleh dengan cara mempompa sebanyak 8
kali. Untuk menjaga tekanan tetap stabil, pemompaan dilakukan setiap berjalan 2 langkah
pompa harus digerakan sekali naik-turun.Kapasitas tangki knapsack sprayer bervariasi
berkisar antara 13, 15, 18, 20 tergantung mereknya. Contoh knapsack sprayer antara lain
Merek Bengawan Solo 425, Yoto 16, Hero, CP 5, Matabi, Berthoud, dan PB16
b. Hand sparyer

Prinsip kerja alat penyemprot handsprayer adalah memecah cairan menjadi butiran
partikel halus yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka
pemakaian pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman.
Untuk memperoleh butiran halus, biasanya dilakukan dengan menggunakan proses
pembentukan partikel dengan menggunakan tekanan (hydraulic atomization), yakni cairan di
dalam tangki dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir
melalui selang karet menuju ke alat pengabut. Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir
melalui celah yang sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi partikel-
partikel yang sangat halus
Secara umum spesifikasi alat penyemprot meliputi data teknis mengenai :
Volume tangki : 10 – 20 L.
Kapasitas tangki : 8 – 16 L.
Kekuatan tangki : 10 – 15 kg / cm2 ( 140 – 200 psi).
Bahan konstruksi : plat logam anti karat.

Kelengkapan alat yang diperlukan untuk mengoperasikan alat penyemprot ini antara lain :
 Masker, alat pelengkap untuk menutup mulut dan hidung agar kabut yang
mengandung pestisida tidak masuk ke dalam pernapasan.
 Pakaian lengan panjang agar menutupi permukaan kulit bagian tangan, sarung tangan,
serta kaca mata pelindung.
 Ember, gelas ukur, dan corong plastik untuk menakar , mencampur, dan menuangkan
larutan pestisida yang diaplikasikan ke dalam tangki.
c. Tipe-tipe Nozzle
Nozzle sprayer (dibaca nosel) adalah alat/bagian mesin yang dirancang untuk
mengendalikan arah aliran fluida sekaligus mengatur kecepatannya. Singkatnya, nozzle
sprayer diindikasi sebagai alat semprot yang efisien karena dapat menyemprot cairan secara
cepat dan merata. Di bidang pertanian, nozzle sprayer menjadi komponen penting karena
memberikan fungsi kepada alat untuk menyirami dan menyemprot tanaman. Jenis nozzle
sprayer pun didesain dengan berbagai macam bentuk sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan
nozzle harus tepat agar butiran semprot yang dihasilkan sesuai dengan target penyemprotan.
Secara singkat, fungsi nozzle antara lain adalah;

Fungsi utama nozzle adalah memecah (atomisasi) larutan semprot menjadi butiran
semprot (droplet), Fungsi lainnya dari nozzle adalah:

 Menentukan ukuran butiran semprot (droplet size)


 Mengatur flow rate (angka curah)
 Mengatur distribusi semprotan, yang dipengaruhi oleh Pola semprotan, Sudut semprotan,
dan Lebar semprotan.

Berikut beberapa jenis nozzle sprayer yang populer penggunaannya di bidang pertanian.
Nozzle sprayer (knapsack sprayer) pertanian selama ini dikenal dengan tipe, yaitu cone
nozzle (nozzle kerucut), flat fan nozzle (nozzle kipas) , even flat nozzle, nozzle polijet, dan
nozzle lubang empat.

1. Cone nozzle (nozzle kerucut)

Cone nozzle didesain bentuknya kerucut supaya


menghasilkan semprotan yang halus. Cone nozzle sendiri
terdiri dari 2 jenis, pertama adalah solid cone nozzle
dimana pola yang dihasilkan berbentuk semprotan bulat
dan berisi, sedangkan jenis kedua adalah hollow cone
nozzle; bentuk semprotan yang dihasilkan berbentuk
kerucut bulat kosong. Cocok untuk aplikasi tanaman seperti insektisida dan fungisida.
Manfaat utama dari hollow cone nozzle ialah menghasilkan ukuran tetesan terkecil yang
memberikan semprotan area permukaan yang lebih besar yang memungkinkan
perpindahan panas lebih cepat, ideal untuk aplikasi seperti pasteurisasi di mana target
perlu dipanaskan atau didinginkan dengan cepat. Solid cone nozzle memberikan cakupan
cairan yang relatif merata di atas area yang ditentukan.Perlu diingat bahwa solid cone
nozzle hanya akan dipertahankan untuk jarak tertentu dari lubang, setelah itu semprotan
umumnya membentuk kabut atau kabut. Ada empat desain dasar nosel yang dapat
digunakan untuk menghasilkan pola kerucut penuh: pusaran aksial, pusaran tangensial
kerucut penuh, nosel spiral kerucut penuh dan nozel atomisasi udara kerucut penuh.

2. Flat Fan Nozzle (nozzle kipas standar)

Flat fan nozzle menghasilkan pola semprotan berbentuk


oval (V) atau bentuk kipas dengan sudut tetap (65o – 95o).
Untuk mendapatkan sebaran droplet yang merata diusahakan
melakukan penyemprotan dengan saling tumpang tindih
(overlapping). Digunakan terutama untuk aplikasi herbisida,
tetapi bisa juga digunakan untuk fungisida dan insektisida

3. Even Flat Fan Nozzle (nozzle kipas rata)

Nozzle yang satu ini menghasilkan semprotan berbentuk


garis dan terbilang rata untuk penyebaran cairannya. Ada dua
desain umum nosel kipas datar hidrolik yaitu lubang elips dan
defleksi. Untuk tekanan tinggi Nozzle Kipas Rata digunakan
untuk aplikasi insektisida sedangkan untuk tekanan rendah
digunakan untuk aplikasi herbisida. Dampak semprotan nozzle ini lebih tinggi jika
dibandingkan dengan pola semprotan kerucut penuh atau berongga, tetapi tidak setinggi
nozzle aliran padat. Agar nozzle ini dapat menutupi suatu area, diperlukan semacam gerakan
relatif. Umumnya Gerakan ini ditimbulkan oleh produk dibawah serangkaian nozzle atau
nozzle itu sendiri yang melakukan gerakan.
4. Nozzle Polijet

Pola semprotan pada dasarnya berbentuk garis atau


cerutu. Butiran semprot agak kasar hingga kasar. Tidak atau
sangat sedikit menimbulkan drift dan hanya digunakan
untuk aplikasi herbisida

5. Nozzle lubang empat

Nozzle ini menghasilkan pola semprotan


berbentuk kerucut. Butiran semprot halus sampai agak
halus (tergantung tekanan). Flow rate tinggi (karena
jumlah lubangnya empat) karena itu cenderung boros.
Umumnya digunakan untuk aplikasi insektisida dan
fungisida.

6. Nozzle lubang enam

Nozzle ini menghasilkan pola semprotan berbentuk


segi lima. Butiran semprot halus sampai agak halus
(tergantung tekanan). Laju semprotan yang tinggi karena
jumlah lubangnya lima karena itu cenderung lebih boros dari
lubang 4. Umumnya digunakan untuk aplikasi insektisida dan
fungisida.
VI. KESIMPULAN
a) Pestisida dapat diklasifikasikan berdasarkan target organisme yang menjadi
sasarannya, menjadi insektisida, rodentisida acarisida, fakterisida, nematisida,
molusida, fungisida.
b) pestisida atau pembasmi hama adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan,
menolak, atau membasmi organisme pengganggu.
c) menggunakan pestisida secara berlebihan dapat menghasilkan dampak negatif seperti:
Menyebabkan kekebalan pada hama., dapat merusak ekosistem air saat sisa pestisida
masuk ke perairan dll.
d) Alat semprot yang sering digunakan dalam mengaplikasikan hebrisida adalah alat
semprot punggung (Knapsack sparyer)

DAFTAR PUSTAKA :
Martoredjo, T. 1984. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan Bagian dari Perlindungan
Tanaman. Andi Offset. Yogyakarta.
Pracaya, 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.
Panut Djojosumarto, 2008. Panduan Lengkap Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta.
Rahmawati Reny. 2012. Hama dan penyakit tanaman pustaka baru press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai