Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum

Perlindungan dan Pengamanan Hutan

PENGENALAN JENIS-JENIS PESTISIDA

NAMA : REGINA JULYANI


NIM : M031211019
KELAS : PPH A
KELOMPOK : 5 (LIMA)
ASISTEN : 1. SILVAJAYANTI
2. NURHAINI

LABORATURIUM PERLINDUNGAN DAN SERANGGA HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2022
DAFTAR ISI

SAMPUL
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Tujuan Praktikum ................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pestisida .............................................................................................. 3
2.2. Formulasi Pestisida ............................................................................. 4
2.3. Penggolongan Pestisida ...................................................................... 5
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................. 7
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................... 7
3.3. Prosedur Praktikum ............................................................................ 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil .................................................................................................... 8
4.2. Pembahasan......................................................................................... 9
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 10
5.2. Saran ................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pestisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membunuh hama,
baik insekta, jamur maupun gulma. Pestisida telah secara luas digunakan untuk
tujuan memberantas hama dan penyakit tanaman dalam bidang pertanian. Pestisida
juga digunakan di rumah tangga untuk memberantas nyamuk, kecoa dan berbagai
serangga penganggulainnya. Dilain pihak pestisida ini secara nyata banyak
menimbulkan keracunan pada orang (Kementan, 2019).
Pestisida merupakan racun yang mempunyai nilai ekonomis terutama bagi
petani. Pestisida memiliki kemampuan membasmi organisme selektif (target
organisme), tetapi pada praktiknya pemakian pestisida dapat menimbulkan bahaya
pada organisme non target. Dampak negatif terhadap organisme non target meliputi
dampak terhadap lingkungan berupa pencemaran dan menimbulkan keracunan
bahkan dapat menimbulkan kematian bagi manusia, oleh karena itu kita sebagai
manusia harus mengenali dan mengetahui tentang jenis dan informasi tentang
pestisida agar tidak merugika diri sendiri (Tarumingkeng, 2022).
Penggunaan pestisida di lingkungan pertanian menjadi masalah yang sangat
dilematis, terutama pada tanaman sayuran yang sampai sat ini masih menggunakan
insektisida kimia sintetis secara intensif. Di satu pihak dengan digunakannya
pestisida maka kehilangan hasil yang diakibatkan organisme penggangu tanaman
(OPT) dapat ditekan, tetapi akan menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan seperti berkembangnya ras hama yang resisten terhadap insektisida,
resurjensi hama, munculnya hama sekunder, terbunuhnya musuh alami hama dan
hewan bukan sasaran lainnya, serta terjadinya pencemaran lingkungan, sedangkan
di lain pihak tanpa pengunaan pestisida akan sulit menekan kehilangan hasil yang
diakibatkan OPT. Karena hal tersebut, kita harus menggunakan pestisida dengan
sebaik-baiknya dan mengikuti cara pemakaian, dosis, konsentrasi, dan
penggunaannya (Kardinan, 2018).

1
Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak,
memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest
(hama) yang diberi akhiran cide (pembasmi). Sasarannya bermacam-macam,
seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap
mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu, beracun. dalam bahasa sehari-hari,
pestisida seringkali disebut sebagai "racun". Tergantung dari sasarannya, pestisida
dapat berupa insektisida (serangga) fungisida (fungi/jamur) rodentisida (hewan
pengerat/Rodentia) herbisida (gulma) akarisida (tungau) bakterisida (bakteri)
(Novizan. 2022).

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini antara lain:
1. Dapat menjelaskan formulasi pestisida.
2. Dapat menjelaskan bahan aktif dan cara kerja (mode of action).
3. Dapat menjelaskan dosis penggunaannya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pestisida
Pestisida adalah substansi (zat) kimia yang digunakan untuk membunuh atau
mengendalikan berbagai hama. Pestisida berasal dari bahasa inggris yaitu pest
berarti hama dan cida berarti pembunuhan. Yang dimaksud hama bagi petani sangat
luas yaitu, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh
fungi (jamur), bakteria dan virus, nematoda (cacing yang merusak akar), siput,
tikus, burung, dan hewan lain yang dianggap merugikan (Suhartati, 2018).
Berdasarkan SK Menteri Nomor 434.1/Kpts/TP.207/7/2001, tentang Syarat
dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida, yang dimaksud dengan pestisida adalah semua
zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk
(Suhartati, 2018):
a. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak
tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.
b. Memberantas rerumputan.
c. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.
d. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman tidak termasuk pupuk.
e. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan
ternak.
f. Memberantas atau mencegah hama-hama air.
g. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik
dalamrumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan.
h. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan
penggunaan pada tanaman, tanah atau air.
Pengertian pestisida sangat luas dan mencakup produk-produk yang
digunakan dibidang pengelolaan tanaman (pertanian, perkebunan, kehutanan).

3
Peternakan, kesehatan hewan, perikanan, penyimpanan hasil pertanian, pengawetan
hasil hutan; kesehatan masyarakat (termasuk pengendalian vektor penyakit),
bangunan (khusus pengendalian rayap), pestisida rumah tangga, fumigasi, serta
pestisida industri. Secara khusus, pestisida yang digunakan di bidang pengelolaan
tanaman disebut produk perlindungan tanaman (crop protection products, crop
protection agents) atau pestisida pertanian. Penyebutan ini dimaksudkan untuk
membedakan jenis pestisida tersebut dengan pestisida yang digunakan pada bidang
lain (Ma’at, 2012).

2.2 Formulasi Pestisida


Formulasi menentukan bagaimana pestisida dengan bentuk, komposisi, dosis,
frekuensi serta jasad sasaran apa pestisida dengan formulasi tersebut dapat
digunakan secara efektif. Selain itu, formulasi pestisida juga menentukan aspek
keamanan penggunaan pestisida dibuat dan diedarkan dalam banyak macam
formulasi, sebagai berikut (Sharah dkk, 2015):
1. Formulasi Padat
a. Wettable Powder (WP), merupakan sediaan bentuk tepung (ukuran partikel
beberapa mikron) dengan kadar bahan aktif relatif tinggi (50-80%), jika
dicampur dengan air akan membentuk suspensi. Pengeplikasian WP dengan
cara disemprotkan.
b. Soluble Powder (SP), merupakan formulasi berbentuk tepung yang jika
dicampurkan dengan air akan membentuk larutan homogen. Digunakan
dengan cara disemprotkan.
c. Butiran, merupakan sediaan siap pakai dengan konsentrasi bahan aktif
rendah (2%). Ukuran butiran bervariasi antara 0,7-1 mm. Pengaplikasian
dengan cara ditaburkan.
d. Water Dispersible Granule (WG atau WDG), berbentuk butiran formulasi
WDG harus diencerkan terlebih dahulu dengan air dan pengaplikasiaanya
dengan cara disemprotkan.
e. Soluble Granule (SG), mirip dengan WDG yang juga harus diencerkan
dengan air terlebih dahulu digunakan dengan cara disemprotkan. Bedanya,
jika dicampur dengan air SG akan membentuk larutan sempurna.

4
f. Tepung Hembus, merupakan sediaan siap pakai berbentuk tepung (ukuran
partikel 10–3 mikron) dengan konsentrasi bahan aktif rendah (2%)
digunakan dengan cara dihembuskan (dusting).
2. Formulasi Cair
a. Emulsifiable Concentrate atau Emulsible Concentrate (EC), merupakan
sediaan berbentuk pekat (konsentrat) cair dengan kandungan bahan aktif
yang cukup tinggi. Jika dicampur dengan air akan membentuk emulsi
(butiran benda cair yang melayang dalam media cair lainnya). Bersama
formulasi WP, formulasi EC merupakan formulasi klasik paling banyak
digunakan saat ini.
b. Water Soluble Concentrate (WCS), merupakan formulasi yang mirip
dengan EC, jika dicampur air tidak membentuk emulsi, melainkan akan
membentuk larutan homogen. Formulasi ini digunakan dengan cara
disemprotkan.
c. Aquaeous Solution (AS), merupakan pekatan yang bisa dilarutkan dnegan
air. Umumnya pestisida yang memiliki kelarutan tinggi dalam air, formulasi
ini digunakan dengan cara disemprotkan.
d. Soluble Liquid (SL), merupakan pekatan cair, jika dicampur air pekatan cair
ini akan membentuk larutan. Pestisida ini digunakan dengan cara
disemprotkan.
e. Ultra Low Volume (ULV), ntuk penyemprotan dengan volume ultra rendah,
yaitu volume semprot antara 1 -5 liter/hektar. Formulasi ULV umumnya
berbasis minyak karena untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah
digunakan butiran semprot yang sangat halus.

2.3 Dampak dari Pestisida


Pemakaian pestisida yang berlebih ini akan berdampak buruk bagi
lingkungan yang terdapat disekelilingnya. Pestisida dapat mengancam keadaan dari
keseimbangan ekosistim. Pestisida akan menyebar luas sebab terbawa oleh angina
serta akan meracuni semua makhluk hidup yang ada di lingkungan sekitarnya.
Akibat buruknya hama menjadi meningkat sebab rantai makanan terganggu. Bila
salah satu komponen dari rantai makanan terganggu, maka komponen lain pun akan
terganggu dan memicu kekacauan. Seperti menurunnya jumlah serangga yang akan

5
berpengaruh terhadap tingkat berikutnya sebagai sumber makanan utama (Ma’at,
2012).

Apabila pemakaian disawah dekat sungai, maka otomatis pestisida akan


terbawa angin dan bercampur air sungai sehingga air tersebut mengandung racun.
Kemudian makhluk hidup akan teracuni dan langsung mati. Untuk ikan yang masih
bertahan dan tertengkap oleh manusia lalu dimakannya, maka manusia akan terkena
dampak dalam kesehatan tubuhnya (Ma’at, 2012).
a. Dampak Positif
1. Dapat diaplikasikan dengan mudah.
2. Dapat diaplikasikan hampir di setiap waktu dan setiap tempat.
3. Hasilnya dapat dirasakan dalam waktu singkat.
4. Dapat diaplikasikan dalam areal yang luas dalam waktu singkat.
5. Mudah diperoleh dan memberikan keuntungan ekonomi terutama jangka
pendek.
b. Dampak negatif
1. Pencemaran terhadap ekosistem sungai, kolam, rawa/danau dan perairan.
2. Pencemaran terhadap ekosistem lahan sayuran holtikultura.
3. Pencemaran terhadap keadaan populasi hama, patogen dan musuh alami.
4. Pemanasan global.
5. Pencemaran terhadap kesehatan manusia manfaat dan Bahaya Pestisida

6
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Pengenalan Jenis-Jenis Pestisida dilaksanakan pada hari Jumat, 21
Oktober 2022 pukul 07.30-09.00 WITA di Laboratorium Perlindungan dan
Serangga Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu:
1. Laptop, berfungsi untuk menampilkan jenis-jenis pestisida.
2. Alat tulis, berfungsi untuk mencatat pertanyaan dari apa yang dipresentasikan
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu:
1. PowerPoint, digunakan untuk aplikasi yang menampilkan materi jenis-jenis
pestisida.
2. Gambar atau foto jenis-jenis pestisida.

3.3 Prosedur Praktikum


Adapun prosedur praktikum praktikum, yaitu:
1. Mempresentasikan materi tentang jenis-jenis pestisida.
2. Memperhatikan beberapa kode yang tertera di label merk dagang EC, SP, WP,
D, G, A dan B.
3. Memberi penjelasan masing-masing kode.
4. Mengelompokkan termasuk jenis pestisida apa, perut, kontak, pernafasan dll.
5. Menyebutkan bahan aktifnya dan menjelaskan dosisnya.

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil pengamatan praktikum Pengenalan Jenis-Jenis Pestisida adalah
sebagai berikut:

Gambar 4.1 Athenz 33 EC Gambar 4.2 Kimiru 45 WP

Gambar 4.3 Sevin 85 SP Gambar 4.4 Regent 0,3 GR

Gambar 4.5 Vape Plus 0,6 AE

8
4.2 Pembahasan
Berdasarkan cara kerjanya, pestisida terbagi ke dalam beberapa kelompok yaitu,
racun perut, pestisida yang termasuk golongan ini pada umumnya dipakai untuk
membasmi serangga-serangga pengunyah, penjilat dan penggigit. Racun kontak,
pestisida ini akan langsung bekerja ketika bersentuhan langsung dengan hama.
Racun pernapasan, jenis racun yang disebut juga fumigan ini digunakan terbatas
pada ruangan ruangan tertutup (Sharah dkk, 2015).
Setelah melakukan pengamatan pada pestisida, maka diidentifikasi bahwa,
pestisida Athenz 33 EC merupakan insektisida racun kontak dan lambung
berbentuk pekatan yang dapat diemulsikan dan digunakan dengan cara
penyemprotan pada volume tinggi 1 ml/l pada tanaman tomat, pada pestisida
Kimiru 45 WP merupakan herbisida sistemik purna tumbuh berbentuk tepung yang
dapat disuspensikan dan digunakan dengan cara penyemprotan volume tinggi 1-2
kg/ha pada padi sawah untuk membasmi gulma berdaun lebar seperti Ludwigia
octovalvis, pada pestisida Sevin 85 SP merupakan insektisida racun kontak dan
lambung berbentuk tepung yang dapat disuspensikan dan digunakan dengan cara
penyemprotan 2 g/l pada tanaman kopi untuk membasmi kutu putih Planococcus
citri, pada pestisida Regent 0,3 GR merupakan insektisida sistemik racun kontak
dan lambung berbentuk butiran yang digunakan dengan cara penaburan 10 kg/ha
pada tanaman padi untuk membasmi penggerek batang Tryporyza innotata, dan
pada Vape Plus 0,6 AE merupakan pestisida rumah tangga racun kontak, lambung
dan pernafasan berbentuk aerosol yang dapat digunakan dengan cara penyemprotan
dalam ruangan untuk membunuh serangga seperti nyamuk Aedes aegypti.
Kode pestisida berbentuk cair yaitu EC (Emulsifiable Concetrate), Kode ini
menandakan pestisida tercampur bahan minyak yang mudah larut ke air dan
termasuk ke jenis pestisida sistematik. AS dan AC, Pestisida dengan kode ini
merupakan jenis pestisida berbentuk larutan pekat yang udah larut kedalam air dan
termasuk ke jenis pestisida pernapasan. F (Flowable), FW (Flowable in Water) dan
FS (Flowable Sulotion). Kode ini untuk pestisida yang berbentuk pekatan yang
sangat pekat hampir seperti pasta dan termasuk kedalam pestisida jenis kontak
(Sharah dkk, 2015).

9
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat pada praktikum ini, yaitu:
1. Pestisida bersifat racun dari bahan kimia yang digunakan untuk membunuh
serangga, gulma, jamur, bakteri, dan patogen lain yang dapat mengganggu
tanaman agar tidak menimbulkan kerugian.
2. Bahan aktif pestisida yang ditemukan mencapai 53 jenis, untuk insektisida
didominasi golongan piretroid (41,38%), Organofosfat (13,79%), Karbamat
(10,34%). Untuk fungisida sekitar 73,91% berupa mancozeb yang termasuk
dalam golongan dithiocarbamat.
3. Dosis pestisida adalah jumlah pestisida yang dicampurkan atau diencerkan
dengan air yang digunakan untuk menyemprot hama atau penyakit dengan luas
tertentu. Pada label kemasan pestisida, ada beberapa satuan dalam menuliskan
dosis, antara lain, 3-5 g/L, 3-5 ml/L, 100-200 g/ha, 100-200 ml/ha.

5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Laboratorium
Saran untuk Laboratorium Perlindungan dan Serangga Hutan adalah agar
laboratorium tetap di pertahankan kebersihan dan kenyamanannya.
5.2.2 Saran untuk Asisten
Saya harap untuk kedepannya apabila memberikan info atau tugas
pendahuluan tidak telat, semoga tepat waktu dalam mengajarkan praktikannya dan
semoga kedepannya Ka Neni tidak sering bertengkar dengan Ka Abdillah.

10
DAFTAR PUSTAKA

Kardinan, A. 2018. Pestisida Nabati. Jilid Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar
Swadaya.

Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2019. Peraturan Menteri Pertanian


Nomor: 07/Permentan/SR. 140/2/ 2007 tentang Syarat dan Tatacara
Pendaftaran Pestisida. Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Jakarta.

Ma’at, S. 2012. Sterilisasi dan Disinfeksi. Surabaya: Airlangga University Press.

Novizan. 2022. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Sharah, A., Rahman K. & Desmelati. 2015. Pembuatan Kurva Pertumbuhan. Riau:
Universitas Riau.

Tarumingkeng. 2022. Pestisida dan Penggunaannya. Bogor: Institut Pertanian


Bogor

11
LAMPIRAN

12

Anda mungkin juga menyukai