I. TUJUAN
Salah satu masalah yang tidak dapat lepas dari kehidupan manusia adalah
penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida identik dengan bidang pertanian, namun
tanpa disadari masyarakat umum juga menggunakan pestisida seperti obat nyamuk.
Pada umumnya sayuran rentan terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT),
sehingga penggunaan pestisida kimia tidak dapat terlepas dari para petani
(Wismaningsih et al., 2016).
Bahan terpenting dalam pestisida yang bekerja aktif terhadap hama sasaran
disebut bahan aktif. Produk jadi yang merupakan campuran fisik antara bahan aktif
dan bahan tambahan yang tidak aktif dinamakan formulasi. Formulasi sangat
menentukan bagaimana pestisida dengan bentuk dan komposisi tertentu harus
digunakan, berapa dosis atau takaran yang harus digunakan, berapa frekuensi dan
interval penggunaan, serta terhadap jasad sasaran apa pestisida dengan formulasi
tersebut dapat digunakan secara efektif. Formulasi pestisida mengandung adjuvan
yang hanya diketahui oleh pihak pabrik perusahaan (Mesnage et al., 2014).Selain itu,
formulasi pestisida juga menentukan aspek keamanan penggunaan pestisida dibuat
dan diedarkan dalam banyak macam formulasi, sebagai berikut (Djojosumarto, 2008):
1. Formulasi Padat
e. Soluble Granule (SG), mirip dengan WDG yang juga harus diencerkan dalam
air dan digunakan dengan cara disemprotkan bedanya, jika dicampur dengan air,
SG akan membentuk larutan sempurna.
f. Tepung hembus, merupakan sediaan siap pakai (tidak perlu dicampur dengan
air) berbentuk tepung (ukuran partikel 10 – 30 mikron) dengan konsentrasi bahan
aktif rendah (2%) digunakan dengan cara dihembuskan (dusting).
2. Formulasi Cair
c. Aquaeous Solution (AS), merupakan pekatan yang bisa dilarutkan dalam air.
Pestisida yang diformulasi dalam bentuk AS umumnya berupa pestisida yang
memiliki kelarutan tinggi dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk ini
digunakan dengan cara disemprotkan.
d. Soluble Liquid (SL), merupakan pekatan cair. Jika dicampur air, pekatan cair
ini akan membentuk larutan. Pestisida ini juga digunakan dengan cara
disemprotkan.
Pestisida adalah bahan yang beracun dan berbahaya, yang bila tidak dikelola
dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan. Dampak
negatif tersebut akan menimbulkan berbagai masalah baik secara langsung ataupun
tidak, akan berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia seperti
keracunan. Dampak negatif yang terjadi dari penggunaan pestisida pada pengendalian
hama adalah keracunan, khususnya para petani yang sering/ intensif menggunakan
pestisida.Oleh sebab itu pengaplikasian pestisida harus sesuai dengan dosis dan saran
penggunaan yang dianjurkan pada label kemasan. Label pestisida memuat kata-kata
simbol yang tertulis dengan huruf tebal dan besar yang berfungsi sebagi informasi
(Sastroutomo, 2002):
A. Kategori I
B. Kategori II
C. Kategori III
1.
Nama Dagang :Confidor ® 5 WP
Bentuk :Tepung
Warna :Putih
OPT sasaran :Cabai : kutu daun Myzus persicae, hama trips Thrips
parvispinus (penyemprotan volume tinggi : 2 - 4 g/l). Kacang tanah : pengisap daun
Empoasca sp., perusak bunga dan polong Stomopteryx subsecivalla (penyemprotan
volume tinggi : 0,5 - 2 g/ha).
Bentuk :Cair
Bentuk :Butiran
Warna :Cokelat
4.
Nama Dagang :Gramoxone® SL
Bentuk :Cair
Warna :Hijau
Bentuk :Tepung
Warna :Abu-abu
6.
Bentuk :Tepung
Warna :Putih
7.
Nama Dagang :Ridomil® MZ 4/64 WG
Bentuk :Butiran
Bentuk :Tepung
Warna :Putih
9.
Nama Dagang :Decis® 25 EC
Bentuk :Cair
OPT sasaran :Cabai: kutu daun Myzus persicae lalat buah Bactrocera sp.
(Penyemprotan volume tinggi: 0,5 ml/l), hama trips Thrips sp. (Penyemprotan volume
tinggi: 1 ml/l ), ulat grayak Spodotera litura (Penyemprotan volume tinggi: 0,25 ml/l )
Bentuk :Cair
Warna :Ungu
12.
Nama Dagang :Spontan® 400 WSC
Bentuk :Cair
Formulasi :-
Bentuk :Cair
Warna :Krem
Bentuk :Bubuk
IV. KESIMPULAN
Ghorab,M.A and Khalil M.S.2016. The effect of pesticides pollution on our life and
environtment. Jpurnal of Pollution Effect and Control. 4(2):1-2
ACARA I
NIM :16/398752/PN/14723
Golongan :C5
2. Renik B.