Anda di halaman 1dari 13

C.

Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Identifikasi Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guinensis jacq)
No Identifiaksi Gambar Foto Keterangan

1. Batang Kelapa a. Jumlah daun per pelepah


Sawit = 130 pasang = 260 daun
b. Panjang Pelepah = 659
cm = 6,59 m
c. Diameter Batang Bawah
= 83,76 cm
d. Tinggi tanaman = 17,8 m

2. Daun Kelapa a. Panjang pelepah daun


Sawit tanpa petiole = 5,16 m
b. Panjang pelepah daun
dengan petiole = 6,59 m
c. Luas daun
Atas = 60,37 cm2
Tengah = 128,8 cm2
Bawah = 15,6 cm2
d. Panjang helaian daun
terpanjang = 81 cm

3. Alat a. Bunga a. Fungsi bagian bunga


Reproduksi Jantan jantan
b. Bunga 1) Pedicullus = Cabang
Betina terakhir yang
menyokong bunga
2) Reseptacullum =
Tangkai daun tempat
melekatnya mahkota
bunga
3) Peduncullus = Akhir
perbungaan sebagai
lanjutanbatang/cabang
b. Fungsi Bagian Bunga
Betina
1) Pedicullus = Cabang
terakhir yang
menyokong bunga
2) Reseptacullum =
Tangkai daun tempat
melekatnya mahkota
bunga
3) Peduncullus = Akhir
perbungaan sebagai
lanjutan
batang/cabang yang
lebih pendek dari
bunga betina

4. Buah Kelapa a. Eksocarp = Lapisan


Sawit terluar dari pericarp,
biasanya satu lapisan tipis
b. Kernel = Endosperma
dan embrio yang ada
pada buah kelapa sawit
dengan kandungan
minyak inti berkualitas
tinggi
c. Endocarp = Lapisan
terdalam dari kelapa
sawit
d. Mesocarp = Lapisan
dibawah eksocarp terdiri
dari satu lapisan atau
lebih, biasanya lebih tebal

Sumber : Logbook
Gambar 1.1 Pola Filotaksis Kelapa Sawit (Elaeis guinensis jacq)
D. Pembahasan
Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan
yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi dan penyumbang devisa terbesar
bagi negara Indonesia dibandingkan dengan komoditi perkebunan lainnya.
Setiap tanaman memiliki morfologi yang berbeda-beda ciri dan fungsinya
untuk dijual. Menurut Sunarko (2014), tanaman kelapa sawit umumnya
memiliki batang yang tidak bercabang, pada pertumbuhan awal setelah fase
muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi
pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di
pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan
enak dimakan. Batang tanaman kelapa sawit terdapat pangkal pelepah-
pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah
kering dan mati. Tanaman kelapa sawit yang tua pangkal- pangkal
pelepahnya yang masih tertinggal pada batang akan terkelupas sehingga
kelihatan batang kelapa sawit berwarna hitam beruas. Kelapa sawit
merupakan tanaman monokotil yang tidak memiliki kambium.
Batang tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai struktur pendukung
tajuk (daun, bunga, dan buah). Kemudian fungsi lainnya adalah sebagai
sistem pembuluh yang mengangkut unsur hara dan makanan bagi tanaman.
Tinggi tanaman biasanya bertambah secara optimal sekitar 35-75 cm/tahun
sesuai dengan keadaan lingkungan jika mendukung. Umur
ekonomis tanaman sangat dipengaruhi oleh pertambahan tinggi batang/tahun.
Semakin rendah pertambahan tinggi batang, semakin panjang umur ekonomis
tanaman kelapa sawit. Kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak
bercabang.
Batang tanaman kelapa sawit terdapat pangkal pelepah-pelepah daun
yang melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati.
Tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan
terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak berwarna hitam beruas.
Pelepah daun kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan dasar kayu pada
pembakaran. Batang tanaman diselimuti seperti sabut-sabut yang mirip
dengan tanaman kelapa. Tujuan kita mengetahui morfologinya yaitu supaya
kita dapat mengetahui karakteristik dari tanaman kelapa sawit sehingga kita
dapat membedakan tanaman kelapa sawit dengan tanaman yang lain. Selain
itu, juga sebagai dasar untuk membudidayakan tanaman kelapa sawit.
Berdasarkan pohon kelapa sawit yang diamati, batang kelapa sawit
berbentuk silinder dengan diameter batang bagian bawah sebesar 83,76
cm. Tinggi pohon kelepa sawit kuarang lebih mencapai 17,8 m. Jumlah daun
per pelepah didapatkan sejumlah 260 buah. Panjang pelepah 6,59 m ,
diameter dari batang bawah adalah 83,76 cm. Tinggi tanaman 17,80 m.
Perhitungan tinggi tanaman ini menggunakan rumus tan a, dimana kita harus
mencari terlebih dahulu sudut yang terbentuk antara orang pembanding
dengan ujung kelapa sawit. Sudut didapat lalu kita menghitung tinggi batang
dari mata pengamat sampai ujung batang sawit dan juga jarak anatara
pengamat dan batang. Menghitung tinggi tanaman dengan rumus sebagai
berikut:
y1 2
=
x1 + x2 2

y1 165
=
1588 204
1588x165
y1 =
204
y1 = 1784,35 cm
= 17,80 m
Keterangan :
y1 : Tinggi tanaman
y2 : Tinggi orang pembanding
x1 : Jarak pohon dan orang pembanding
x2 : Jarak pengamat dan orang pembanding
Batang berfungsi sebagai struktur tempat melekatnya daun, bunga,
dan buah. Batang juga berfungsi sebagai organ penimbun zat makanan. Pada
pertumbuhan tahun pertama atau kedua, pertumbuhan tanaman sangat terlihat
pada bagian pangkal batang. Pertumbuhan selanjutnya diameter batang akan
mengecil namun pertambahan tinggi tanaman kelapa sawit akan meningkat
atau lebih cepat. Pertambahan tinggi tanaman akan terlihat jelas saat tanaman
kelapa sawit sudah berumur 4 tahun. Pertumbuhan batang tergantung pada
jenis tanaman, kesuburan lahan, dan iklim setempat. Batang diselimuti oleh
pelepah daun yang sudah tua. Semakin tua tanaman maka bekas pelepah daun
akan mulai rontok , kerontokan dimulai dari bagian tengah batang yang
kemudian meluas ke atas dan ke bawah (Fauzi et al. 2012).
Kelapa sawit seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk
menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda.
Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri
yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah
hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelepah yang mengering akan
terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.
Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun
majemuk, bersirip genap dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu
pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5 m -9 m. Jumlah anak daun
disetiap pelepah berkisar antara 250 hingga 400 helai, daun muda yang masih
kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka
sehingga makin efektif melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya
fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama proses fotosintesis
berlangsung, semakin banyak bahan makanan yang dibentuk sehingga
produksi akan meningkat. Jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak
daun tergantung pada umur tanaman. Tanaman yang berumur tua, jumlah
pelepah dan anak daun lebih banyak. Begitu pula pelepahnya akan lebih
panjang dibandingkan dengan tanaman yang masih muda (Fauzi et al. 2012).
Tanaman muda mengeluarkan 30 daun (umumnya disebut pelepah)
per tahun pada tanaman tua antara 28 24 pelepah per tahun. Jumlah pelepah
yang harus dipertahankan pada tanaman dewasa adalah 40 56 pelepah
selebihnya dibuang saat panen. Pengamatan daun kelapa sawit pada
kelompok besar 2 ini meliputi panjang pelepah daun tanpa petiole yaitu
5,16 m dan panjang pelepah daun dengan petiole adalah 6,59 m. Panjang
helaian daun terpanjang 81 cm. Sitompul dan Guritno (1995) dalam Yudha et
al (2013) pengukuran luas daun dilakukan dengan metode gravimetri. Metode
gravimetri diawali dengan menggambar sampel daun yang akan diukur
luasnya pada kertas. Perhitungan luas daun dilakukan dengan menimbang
berat kertas sampel dibagi dengan berat kertas seluruhnya dikalikan dengan
luas kertas. Terakhir yaitu menghitungan luas daun dengan gravimetri.
Perhitungan luas daun dengan metode gravimetri yaitu sebagai berikut:
Luas Daun = Berat kertas replika daun 623,7
Berat kertas total
1) Daun atas kiri = 0,43 gram
LD = 0,43/4,6 x 623,7 cm2 = 58,302 cm2
Daun atas kanan = 0,46 gram
LD = 0,46/4,6 x 623,7 cm2 = 62,37 cm2
Rata-rata luas daun atas = 60,336 cm2
2) Daun tengah kiri = 0,96 gram
LD = 0,96/4,6 x 623,7 cm2 = 66,437 cm2
Daun tengah kanan = 1,41 cm
LD = 1,41/4,6 x 623,7 cm2 = 191,117 cm2
Rata-rata luas daun tengah = 128,807 cm2
3) Daun bawah kiri = 0,13 cm
LD = 0,13/4,6 x 623,7 cm2 = 17,626 cm2
Daun bawah kanan = 0,10 cm
LD = 0,10/4,6 x 623,7 cm2 = 13,558 cm2
Rata-rata luas daun bawah = 15,592 cm2
Filotaksis adalah pola susunan daun-daun pada batang dan sangat
menarik untuk tanaman kelapa sawit, karena polanya sangat jelas dan dapat
diamati dari bekas ( Rumpang ) daun yang dapat bertahan lama di batang.
Primordia dalam pola spiral mulai dari titik tumbuh ( apex ). Umumnya spiral
genetik tanaman kelapa sawit memutar ke kanan dan hanya sejumlah kecil
yang memutar ke kiri (Pahan 2008).
Daun mempunyai rumus kedudukan dengan rumus 3/8 artinya 8 buah
pelepah daun berurutan terdapat pada 3 lingkaran spiral dimana daun
kesembilan akan segaris dengan daun pertama. Daun pertama adalah daun
termuda dengan kondisi yang telah membuka sempurna. Lingkaran ada yang
berputar kekiri dan ada yang berputar kekanan tetapi kebanyakan berputar
kekanan. Pengenalan ini penting untuk diketahui agar dapat mengetahui letak
daun ke-9, ke-17 dan lain-lain yang dipakai sebagai standar pengukuran
pertumbuhan maupun pengambilan contoh daun dan pengamatan lainnya.
Produksi pelepah daun selama setahun dapat mencapai 2030, kemudian akan
berkurang sesuai dengan umur menjadi 18-25 atau kurang (Lubis 2008).
Tanaman kelapa sawit akan mulai berbunga pada umur sekitar 12-14
bulan. Bunga tanaman kelapa sawit termasuk monocious yang berarti bunga
jantan dan betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada tandan yang
sama. Tanaman kelapa sawit dapat menyerbuk silang ataupun menyerbuk
sendiri karena memiliki daun jantan dan betina. Biasanya bunganya muncul
dari ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya menghasilkan satu infloresen
(bungan majemuk). Biasanya, beberapa bakal infloresen melakukan gugur
pada fase-fase awal perkembangannya sehinga pada individu tanaman terlihat
beberapa ketiak daun tidak menghasilkan infloresen.
Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu ( monoecious ),
artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan
masing-masing terangkai dalam satu tandan. Rangkaian bunga jantan terpisah
dengan bunga betina. Setiap rangkian bunga muncul dari pangkal pelepah
daun. Sebelum bunga mekar dan masih diselubungi seludang, bunga dapat
dibedakan antara bunga jantan dan bunga betina dengan melihat bentuknya.
Bunga jantan dan betina terpisah namaun berada pada satu pohon dan
memiliki waktu pematangan yang berbeda sehingga sangat jarang terjadi
penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang
sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar (Rethinam 2006).
Rangkaian bunga betina kelapa sawit disusun oleh sejumlah spikelet
secara spiral pada rakila atau sumbu pembungaan. Sedangkan tiap spikelet
disusun oleh 10-26 individu bunga. Rangkaian bunga tersebut dibungkus oleh
dua lapis seludang, seludang bagian luar bertekstur kasar dan berwarna
cokelat kusam sedangkan bagian dalam mempunyai ciri agak tebal dan kaku.
Biasanya rangkaian bunga muncul dari ketiak pelepah daun pada lingkaran
keempat yaitu suatu kumpulan pelepah daun keempat dihitung dari lingkaran
pelepah daun muda dari bagian atas tanaman. Organ bunga betina kelapa
sawit tersusun pada enam lingkaran bunga yaitu satu daun pelindung bagian
luar berbentuk setengah lingkaran dan sisi lainnya melekat pada spikelet,
bentuknya bulat panjang dengan ujung sangat runcing. Pada lingkaran kedua
terdapat dua stamen diposisi kiri dan kanan yang layu kemudian gugur
sejalan dengan perkembangan bunga. Selanjutnya lingkaran ketiga terdapat
dua pelindung bunga berwarna putih mengkilap agak transparan. Lingkaran
bunga keempat dan kelima terdiri dari tiga perhiasan bunga dengan bentuk
dan warna sama dengan pelindung bunga pada lingkaran ketiga. Pada
lingkaran keenam, terdapat pistil tiga karpel berwarna putih yang merupakan
karpel utama dengan irisan melintang pistil. Bunga mekar ditandai dengan
mekarnya stigma tiga cuping (Hetharie et al. 2007).
Bunga jantan bentuknya lonjong memanjang dengan ujung kelopak
agak meruncing dan garis tengah bunga lebih kecil. Letak bunga jantan yang
satu dengan yang lainnya sangat rapat dan membentuk cabang bunga yang
panjangnya antara 1012 cm. Organ bunga dari bunga jantan normal
terususun pada tiga lingkaran bunga yaitu satu daun pelindung bertekstur
kusam dan berwarna hijau cokelat berada pada posisi lingkaran bunga
pertama, enam perhiasan bunga pada lingkaran kedua, dan lingkaran ketiga
terdapat enam stamen. Namun Hartley (1977) dalam Hetharie et al. (2007)
mengatakan bahwa setelah stamen terdapat gimnosium rudimenter, berbeda
dengan hasil dalam penelitian ini karena dilakukan secara visual.
Produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit sangat ditentukan oleh
keberhasilan penyerbukan, dimana keberhasilan penterbukan dipengaruhi
oleh lingkungan tanaman seperti hara, pencahayaan dan tindakan budidaya
seperti pemupukan. Perubahan terhadap salah satu faktor di atas akan
meningkatkan atau menurunkan produksi tandan buah. Defisiensi hara,
penyerbukan yang jelek atau aktifitas penyerbuk yang tidak efisien akan
mengarah kepada rendahnya produksi tandan. Pada tanaman berserbuk silang
keberhasilan penyerbukan dipengaruhi oleh topographi lahan dimana tingkat
keberhasilan persilangan lebih tinggi di lahan miring dibanding lahan yang
datar jika jarak sumber sari tidak terlalu jauh. Namun jika jarak sumber
serbuk sari semakin jauh dari bunga betina, keberhasilan pembentukan buah
tidak berbeda antara kedua kondisi lahan tersebut. Terdapat perbedaan yang
nyata buah partenokarpi terbentuk per tandan diantara pola kemiringan baik
pada tanaman yang menyerbuk alami maupun pada yang dilakukan
penyerbukan buatan Untuk penyerbukan alami, jumlah buah partenokarpi
yang terbentuk paling banyak adalah pada wilayah dengan lahan yang
dikategorikan datar, sementara pada penyerbukan buatan, jumlah buah
partenokarpi yang terbentuk paling banyak adalah di lahan dengan pola
kemiringan 24 -38% TB (Dravel et al. 2009). Menurut Haniff dan Roslan
(2002) dalam Suhatman et al. (2016), mengatakan bahwa kumbang
merupakan penyerbuk lebih efisien. Mereka melakukan penyerbukan melalui
mencari makan di perbungaan sedangkan ditangan penyerbukan serbuk sari
itu hanya berlaku sekali untuk perbungaan.
Buah kelapa sawit termasuk jenis buah keras (drupe), menempel dan
bergerombol pada tandan buah. Jumlah per tandan dapat mencapai 1.600,
berbentuk lonjong sampai membulat. Panjang buah 2-5 cm, beratnya 15-30
gram. Bagian-bagian buah terdiri atas kulit buah (exocarp), sabut dan biji
(mesocarp). Eksokarp dan mesokarp disebut perikarp (pericarp). Biji terdiri
atas cangkang (endocarp) dan inti (kernel), sedangkan untuk inti sendiri
terdiri atas endosperm atau putih lembaga dan embrio. Dalam embrio terdapat
bakal daun (plumula), bakal akar (radicula) dan haustorium
(Mangoensoekarjo dan Semangun 2005).
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga
merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan
yang muncul dari tiap pelepah. Cangkang kelapa sawit merupakan salah satu
limbah pengolahan minyak kelapa sawit yang cukup besar, yaitu mencapai
60% dari produksi minyak. Tempurung kelapa sawit dapat dimanfaatkan
sebagai arang aktif. Arang aktif dapat dibuat dengan melalui proses
karbonisasi pada suhu 550 oC selama kurang lebih tiga jam. Karakteristik
arang aktif yang dihasilkan melalui proses tersebut memenuhi SII, kecuali
kadar abu. Tingkat keaktifan arang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari daya
serap iodnya sebesar 28,9% (Kurniati 2008).
Kelapa sawit termasuk tanaman yang mempunyai perakaran yang
dangkal (akar serabut), sehingga mudah mengalami cekaman kekeringan.
Adapun penyebab tanaman mengalami kekeringan diantaranya transpirasi
tinggi dan diikuti dengan ketersediaan air tanah yang terbatas pada saat
musim kemarau. Untuk mengatasi masalah kekeringan adalah menggunakan
bahan tanaman yang toleran dan mampu beradaptasi terhadap cekaman
kekeringan. Namun demikian, pemuliaan untuk mendapatkan bahan tanaman
yang toleran membutuhkan waktu 10-20 tahun dengan biaya yang tidak
sedikit serta lahan dan investasi lainnya. Masalah lain adalah sukar sekali
melaksanakan penelitian lapangan untuk cekaman kekeringan karena
interaksi berbagai faktor lingkungan yang sangat kompleks (Maryani 2012).
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Identifikasi
Morfologi Kelapa Sawit ini antara lain:
a. Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang
memiliki nilai jual yang cukup tinggi dan penyumbang devisa terbesar
bagi negara Indonesia
b. Filotaksis tanaman kelapa sawit adalah 3/8 sehingga membentuk roset.
c. Daun kelapa sawit terdiri dari ibu tangkai daun, tangkai daun, daun dan
upih daun yang termasuk daun majemuk
d. Jumlah daun per pelepah dari kelapa sawit didapatkan sejumlah 260
buah dengan Panjang pelepah 6,59 m dan tinggi tanaman 17,80 m.
e. Bagian dari bunga kelapa sawit meliputi pediculus, reseptaculum,
pedunculus.
f. Kelapa sawit mempunyai bunga jantan dan betina yang ada di pohon
yang sama yang mempunyai bentuk dan sifat yang berbeda.
g. Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras terdiri
dari : epicrap, mesocarp, endocrap.
h. Kedudukan daun pada batang 3/8 artinya pada setiap tiga putaran
terdapat 8 daun. Spiral kiri atau spiral kanan. Arah putaran dilihat dari
arah atas kebawah, dan arah putaran ini tidak ada pengaruhnya terhadap
produksi.
2. Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, sebaiknya saat
praktikum dilaksanakan lebih disiplin lagi untuk praktikan sehingga
kegiatan praktikum dapat berjalan secara cepat dan lancar. Dan sebaiknya
dalam melakukan pengamatan pemeliharaan tanaman tahunan ditentukan
pada waktu yang tepat supaya kita lebih mengamati dengan seksama.
Selain itu, sebaiknya koas juga memberikan informasi yang lengkap
supaya praktikan tidak mengalami kebingungan dalam melakukan
pengamatan maupun dalam mengerjakan laporan.
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi Y et al. 2012. Kelapa Sawit. Jakarta : Penebar Swadaya


Hetharie Helen et al. 2007. Karakterisasi Morfologi Bunga dan Buah Abnormal
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Hasil Kultur Jaringan. J Bul.
Agron. 35 (1) : 50 57
Kurniati, E. 2008. Pemanfaatan Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Arang Aktif.
Ilmu Teknik 8 (2): 96-103.
Maryani, A. T. 2012. Pengaruh Volume Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan
Bibit Kelapa Sawit Di Pembibitan Utama. Jurnal Agroekoteknologi 1(2):
64-75. ISSN: 2302-6472
Prayitno S, Indradewa D, Sunarminto BH. 2008. Produktivitas Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) yang Dipupuk dengan Tandan Kosong dan
Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit. J Ilmu Pertanian 15(1): 37- 48
Rethinam. 2006. In Selected Tropics On Prospects in Palm Industry. USA : The
Lowa State University Press.
Setyamidjaja Djoehana. 2006. Kelapa Sawit. Jogjakarta: Kanisius
Suhatman Yan, Agus Suryanto dan Lilik Setyobudi. 2016. Studi Kesesuaian
Faktor Lingkungan Dan Karakter Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
(Elaeis Guineensis Jacq.) Produktif. Jurnal Produksi Tanaman 4 (3) : 192-198.
Sunarko. 2014. Budidaya Kelapa Sawit di Berbagai Jenis Lahan. Jakarta : PT
AgroMedia Pustaka
Yudha GP, Noli ZA, Idris. 2013. Pertumbuhan Daun Angsana (Pterocarpus
indicus Willd) dan Akumulasi Logam Timbal (Pb). Jurnal Biologi 2(2):
83-89

Anda mungkin juga menyukai