Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PROSPEK DAN PENGEMBANGAN KARET ALAM DI INDONEISA

Dosen pengampu :

DI SUSUN OLEH :

SITI NASYWA NURBAITI (2301120038)

Amanda Puspita Sari (2301120037)

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN
2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidyah Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ PROSPEK DAN
PENGEMBANGAN KARET ALAM DI INDONESIA “. Dimana penyusunan makalah ini bertujuan untuk

memenuhi salah satu tugas mata kuliah yaitu Teknologi informasi. Saya berharap dapat
menambah wawasan dan pengetahuan khusunya dalam bidang pertanian. Serta
pembaca dapat mengetahui tentang bagaimana prospek dan perkembangan kelapa sawit
diindonesia saat ini.

Menyadari banayak nya keurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karna itu, saya
sangat mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan
kesalahan dari maklah ini.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada pihak- pihak yang telah membantu selama
proses penyusunan makalah ini .

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 3
2.1. PROSPEK PENGEMBANGAN KARET ALAM.................................................................................. 3
2.2 PERKEMBANGAN HARGA KARET ALAM ...................................................................................... 5
2.3 PENGEMBANGAN KARET BERKELANJUTAN ................................................................................ 5
2.4 UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KARET ........................................................................... 6
BAB III ................................................................................................................................................... 8
PENUTUP .............................................................................................................................................. 8
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia.
Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditi penghasil getah ini. Karet tak hanya
diusahakan oleh perkebunan-perkebunan besar milik negara yang memiliki areal mencapai ratusan
ribu hektar seperti PTPN V, tetapi juga diusahakan oleh swasta dan rakyat. Total luas perkebunan
karet di Indonesia mencapai 3 Juta hektar lebih, terluas di Dunia. Malaysia dan Thailand yang
merupakan pesaing utama Indonesia memiliki luas lahan yang jauh dibawah jumlah tersebut.
Sayangnya lahan karet yang luas di Indonesia tidak diimbangi dengan pengelolaan yang memadai.
Hanya beberapa perkebunan besar milik negara dan beberapa perkebunan swasta saja yang
pengelolaannya sudah lumayan. Sedangkan kebanyakan perkebunan karet milik rakyat dikelola
seadanya, bahkan ada yang tidak dirawat dan hanya mengandalkan pertumbuhan alami. Akibatnya,
produktivitas karet menjadi rendah. Bahkan, produksi karet alam Indonesiapertahunnya di bawah
Malaysia dan Thailand yang memiliki luas lahan jauh lebih sedikit.

Karet merupakan komoditi Ekspor yang mampu memberikan kontribusi didalam upaya
peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan
adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 2.0
juta ton pada tahun 2005. devisa dari komoditi ini pada semester pertama tahun 2006 mencapai US$
2.0 milyar, dan diperkirakan nilai Ekspor karet pada tahun 2006 akan mencapai US $ 4,2 milyar
(Kompas, 2006).

Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet,
sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area Perkebunan karet tahun 2005
tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85%
merupakan Perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% Perkebunan besar negara serta 8%
Perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai 2.2 juta
ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan melakukan peremajaan dan
memberdayakan lahanlahan pertanian milik petani serta lahan kosong tidak produktif yang sesuai
untuk Perkebunan karet. Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap
komoditi karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatakan pendapatan petani
melalui perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif
untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan modal

1
bagi petani atau pekebun swasta untuk membiayai pembangunan Kebun karet dan pemeliharaan
tanaman secara intensif.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Prospek Perkembangan karet alam

2. Pengembangan Karet Berkelanjutan

3. Bagaimana upaya meningkatkan produktivitas karet

1.3 Tujuan

1. Untuk menegtahui perkembangan Karet yang ada di indonesia

2. Untuk mengetahui aspek aspek yang membuat karet berkembang di indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PROSPEK PENGEMBANGAN KARET ALAM

Kebutuhan karet alam terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar hidup manusia
dan mobilitas manusia serta barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban
kendraan, conveyor belt, sabuk transmisi, sepatu dan sandal karet. Secara fundamental harga karet
alam dipengaruhi oleh permintaan (konsumsi) dan penawaran (produksi) serta stock/cadangan dan
masing masing faktor.

1. Pertumbuhan Konsumsi Karet Alam

Konsumsi karet alam dunia dalam dua dekade terakhir meningkat secara drastis, walaupun
terjadi resesi ekonomi dunia. Kurun waktu 1980-2005 konsumsi karet alam mengalami pertumbuhan
yang menurun dan stagnan di Eropa, dan di Jepang pada priode 1990 juga mengalami stagnan akan
tetapi di China dan negara berkembang mengalami pertumbuhan yang tinggi ( IRSG, 2004). Menurut
International Rubber Study Group (IRSG) diperkirakan akan terjadi kekurangan pasokan karet alam
pada priode dua dekade ke depan. Kondisi ini akan mempengaruhi pihak konsumen, terutama
pabrik-pabrik ban mobil seperti Bridgestone, Goodyear dan Michelin. Oleh karena itu pada tahun
2004, IRSG melakukan studi tentang permintaan dan penawaran karet alam dan sintetik dunia. Hasil
studi menyatakan bahwa permintaan karet alam dan sintetik adalah sebesar 31,3 juta ton pada
tahun 2035 untuk industri ban dan non ban dimana 15 juta diantaranya adalah karet alam. Produksi
karet alam pada tahun 2005 sebesar 8,5 juta ton . Berdasarkan studi ini diproyeksikan pertumbuhan
produksi karet Indonesia akan mencapai 3 % pertahun, sedangkan Thailand hanya 1 % dan Malaysia
2% ( IRSG, 2004). Pertumbuhan produksi Indonesia ini dapat dicapai melalui peremajaan atau
penanaman baru karet yang cukup luas dengan perkiraan produksi pada tahun 2020 sebesar 3,5 juta
ton dan tahun 2035 sebesar 5,1 juta ton (Anwar Chairil, 2006)

2. Pertumbuhan Produksi Karet Alam di Indonesia

Penawaran karet dunia meningkat lebih dari tiga persen per tahun dalam dua dekade
terakhir, dimana mencapai 8,81 juta ton pada tahun 2005 (Chairil Anwar, 2006). Pertumbuhan
tersebut berasal dari negara produsen Thailand, Indonesia, Malaysia, India, China dan lainnya. Sejak
tahun 1991 Malaysia tidak lagi menjadi produsen utama karet alam dunia tetapi digeser oleh
Thailand, sementara Indonesia tetap sebagai negara produsen kedua. Thailand memproduksi lebih
dari 33% karet alam dunia pada tahun 2005, sementara Indonesia dengan pangsa produksi 26% dan
Malaysia tinggal 13%. Menurut Susila, W,R (2010) proyeksi yang berkaitan dengan karet alam

3
Indonesia dibagi menjadi tiga skenario yaitu skenario optimis (SO), skenario pasimis (SP dan skenario
moderat (SM) dengan pertumbuhan produksi untuk SO,SP dan SM adalah masing-masing 3,5 % ,
2,0% dan 2,2 % per tahun.

3. Keseimbangan Penawaran dan Permintaan Karet Alam

Secara teoritis menunjukkan bahwa ketidakseimbangan (imbalance) penawaran dan


permintaan akan bereaksi terhadap harga. Dimana kenaikan harga terjadi karena defisit penawaran
dan turunnya harga karena surplus penawaran. Berdasarkan data IRSG (2004), ketidakseimbangan
penawaran dan permintaan karet alam mulai terlihat sejak tahun 1990 an dan berpengaruh
terhadap cadangan (stock) karet alam dunia. Menurut Ng (1986), tidak berpengaruhnya
surplus/defisit pasokan dan cadangan terhadap harga karet dunia disebabkan adanya imperfect
knowledge terhadap penawaran dan permintaan global karet alam pada waktu tertentu serta
adanya kegiatan spekulasi dan hedging pada kegiatan pemasaran karet alam dunia seperti forword
purchase, future contract, dan longterm arrangement. Target pengembangan karet harus didukung
dengan berbagai faktor antara lain:

a. Seluruh sentra produksi mempunyai komitmen untuk pengembangan karet pada


wilayahnya masing-masing

b. Penyediaan benih/bibit karet sesuai permintaan setiap wilayah pengembangan

c. Petugas penyuluh perkebunan yang menangani karet

d. Sumber daya manusia dan sarana petani untuk pemelihaaraan kebun dan penanganan
pasca panen.

e. Dukungan perbankan berupa dana untuk pemeliharan dan pengelolaan kebun.


Pengembangan perkebunan karet dilakukan secara tradisional dan masih memegang kuat
ketentuan-ketentuan adat khususnya terkait dengan konservasi sumberdaya alam. Hal ini mereka
lakukan karena mereka hidup di lingkungan alam pegunungan dengan kemiringan yang cukup tajam
dan membutuhkan pengelolaan yang baik agar tidak terjadi bencana. Karena itu penentuan lokasi
kebun karet dan cara pengelolaan oleh petani dilakukan dengan sangat hati-hati, sehingga
pengembangan perkebunan karet dapat dikatakan tidak menimbulkan permasalahan lingkungan
yang berarti.

Lebih lanjut, pengembangan perkebunan karet di Indonesia hampir seluruhnya diusahakan


oleh petani (PR) seluas 2.935.081 ha (84,75 %), kemudian perkebunan besar nasional seluas 239.132
ha( 6,97 %), dan 275.931 ha (8,28 %) yang dikelola oleh perkebunan besar swasta (Statistik

4
Perkebunan, Karet 2010), sehingga permasalahan sosial khususnya yang terkait dengan lahan tidak
pernah terjadi. Kehadiran tanaman karet sebagai tanaman perkebunan telah memberikan manfaat
sosial yang positif khususnya dalam menyediakan kesempatan kerja dan berusaha. Oleh karena itu
biaya dan manfaat lingkungan maupun biaya dan manfaat sosial dalam pengembangan perkebunan
karet bernilai positf. Ekspor karet Indonesia meningkat dari 1.874.3.241 ton pada tahun 2004
menjadi 2.295.456 ton pada tahun 2008 dan menurun menjadi 1.991.262 pada tahun 2009 dengan
nilai US $ 3.241.533. Kenaikan volume dan nilai ekspor tersebut memberikan peluang yang besar
untuk pengembangan karet alam Indonesia.

2.2 PERKEMBANGAN HARGA KARET ALAM

Karet sintetik sebagai produk hasil industri harganya relatif lebih stabil dibandingkan dengan
karet alam. Selain itu karet sintetik yang umumnya diproduksi dan dikonsumsi negara industri,
harganya cendrung naik sejalan dengan harga bahan baku. Hal ini sangat berbeda dengan harga
karet alam yang berfluktuasi dan dipengaruhi oleh kondisi alam (Anwar Chairil. 2006). Untuk
menghindari kerugian karena gejolak harga karet alam, pasar berjangka (future trading) karet
menyediakan sarana dan mekanisme lindung nilai (hedging). Pasar berjangka karet alam yang saat
ini menjadi panutan/pedoman dunia adalah Singapura (SICOM) dan Jepang (TECOM), serta yang
relatif baru di Thailand (AFET) dan China SHFE). Sedangkan pasar fisik (physical) karet alam selain di
Singapura dan Jepang juga terdapat di negara produsen seperti Malaysia dan Thailand. Pada pasar
karet global, Singapura dan Kuala Lumpur dikenal sebagai pasar dari kawasan produsen. Sementara
di London, New York dan Tokyo sebagai pasar dari kawasan konsumen. Beberapa faktor yang
mempengaruhi tren harga karet alam adalah pasar luar negeri, permintaan, dan penawaran (ekspor
dan cadangan), situasi politik dan ekonomi internasional, tren nilai tukar, harga karet sintetik, dan
pertumbuhan ekonomi global. Menurut Honggokusumo, cadangan yang dipunyai pabrik ban ( afloat
stock) dan kualitas ban akan mempunyai peran yang besar pada keputusan perusahaan apakah
memakai lebih besar karet alam atau karet sintetik (IRSG, 2004) Menurut Budiman , 2004,
permintaan karet alam dan sintetik akan terus bertumbuh didorong perkembangan industri
automotif dan ban. Secara ekonomi permintaan karet alam dan sintetik ditentukan oleh kondisi
sekarang dan perkembangan kedepan dari industri otomotif. Dengan perkembangan ekonomi yang
pesat dan peningkatan standar kehidupan dari negaranegara padat penduduknya, maka permintaan
jenis ban akan meningkat di masa yang akan datang.

2.3 PENGEMBANGAN KARET BERKELANJUTAN

Pengembangan karet berkelanjutan, perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruh


arah strategi pengembangan karet yang berkelanjutan, sebagai berikut.

5
1. Identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh

Dalam proses produksi pertanian yang dilakukan petani (termasuk petani karet),
sebagaimana dikemukakan Kautsky dalam Hasyim (1998), lahan menjadi modal produksi penting
karena di atas lahan itulah kegiatan produksi komoditas penghasil dimulai dan kemudian lahan akan
menjadi sumber penghasilan rumah tangga petani.Begitu juga struktur penghasilan petani dikaitkan
dengan status sosial petani (berdasarkan penguasaan lahan),tampak bahwa peranan lahan dalam
bentuk pengelolaan usaha tani (on farm) sangat menonjol pada status petani pemilik yaitu sebesar
72 %.

2. Strategi Pengembangan Perkebunan Karet Berkelanjutan

Strategi dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian tindakan yang ditujukan untuk
mencapai sasaran jangka panjang berdasarkan kajian dan penelitian yang sudah dilakukan, maka
strategi pengembangan sistem agribisnis komoditas harus dilakukan formulasi efisiensi dan integrasi
simpul-simpul pada setiap subsistem agribisnis. (Damanik,.2007). Sasaran pembangunan
perkebunan karet di Indonesia adalah: meningkatkan pendapatan petani khususnya dari perkebunan
karet dan menjadikan Indonesia sebagai sentra produksi utama perkebunan karet dunia. Mengingat
berbagai faktor strategis saat ini umumnya berada pada kondisi moderat dan beberapa berada pada
kondisi minim dalam memberikan dukungan bagi terlaksananya pembangunan perkebunan karet
yang berkelanjutan maka diperlukan kerja keras dan perubahan yang cukup besar dalam
perencanaan maupun pelaksanaan kegiatan pembangunan sub sektor perkebunan karet Indonesia.
Pada tahun 2008, produktivitas perkebunan karet Indonesia rata-rata 989 kg/ha/tahun atau
meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Meskipun demikian, produktivitas perkebunan
tersebut masih di bawah potensi yang mungkin dicapai. Potensi produktivitas perkebunan karet di
Indonesia diperkirakan dapat mencapai 2.000 kg/ha/tahun, tetapi dengan kondisi bahan tanam yang
ada saat ini dan kemampuan petani mengelola kebun karetnya, maka produktivitas yang mungkin
dicapai beberapa tahun ke depan diperkirakan dapat mencapai 1.250 kg/ha/tahun.

2.4 UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KARET

Untuk mencapai peningkatan produktivitas ratarata sekitar 25% tersebut diperlukan


berbagai upaya. Berikut ini akan diuraikan secara singkat arahan kebijakan dan langkah operasional
yang perlu dilakukan oleh pemerintah dan pelaku agribisnis perkebunan karet, sebagai berikut :

1. Penyediaan teknologi mutakhir secara lokal

Kondisi ini menuntut agar lembaga penelitian nasional melakukan uji lokasi dan kesiapan
lembaga penyuluhan serta dinas terkait untuk segera menyebarluaskan hasil-hasil penelitian yang

6
telah melalui uji lokasi. Pada saat ini kinerja berbagai lembaga yang terkait dengan penyediaan
teknologi umumnya masih rendah karena berbagai kendala terutama keterbatasan dana dan tenaga
profesional, serta kejelasan tugas dan fungsi masing-masing lembaga/ instansi terkait. Dukungan
kebijakan dan ketersediaan dana sangat dibutuhan untuk membenahi kondisi faktor strategis ini.
Inovasi teknologi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian.

2. Tenaga pembina dan kelembagaannya

Adanya program revitalisasi telah mendorong penambahan tenaga pembina di lapangan dan
hal ini cukup membantu untuk menyiapkan petani untuk mengikuti program revitalisasi. Tetapi
upaya penambahan tenaga pembina tersebut belum menjamin kesinambungan pembinaan petani
karena kegiatan revitalisasi terkendala oleh belum dicairkan dana dari perbankan. Disamping itu
tenaga tambahan tersebut masih bersifat sementara dengan system kontrak kerja dan dukungan
dana sangat minim. Oleh karena itu perlu dirumuskan model kelembagaan petani karet yang bersifat
permanent, Keberadaan kelembagaan koperasi di masyarakat petani karet sangat strategis baik
sebagai organisasi pemasaran maupun pembiayaan.

3. Kegiatan pelatihan dan penyuluhan

Pengetahuan dan pengalaman petani melakukan budidaya karet perlu ditingkatkan. Oleh
karena itu diperlukan upaya pelatihan/ pembinaan dan penyuluhan secara intensif untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani karet. Peningkatan pengetahuan dan
keterampilan perlu dilakukan secara bersamasama melalui kelompok tani hamparan dengan metode
sekolah lapang. Melalui sekolah lapang diharapkan lahir kebersamaan petani untuk mengatasi
berbagai permasalahan yang dihadapi. Pembenahan faktor strategis ini juga menuntut dukungan
kebijakan dan pendanaan yang memadai.

4. Dukungan kebijakan pemerintah

Dukungan kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah merupakan faktor strategis yang
sangat dibutuhkan perannya dalam menciptakan kondisi faktor strategis lain ke posisi yang dapat
memberikan dukungan secara optimal bagi terlaksananya pembangunan perkebunan karet
berkelanjutan di Indonesia. Dukungan kebijakan yang sangat diperlukan terutama dalam
mempersiapkan tenaga pembina agar menjadi tenaga yang profesional, penyediaan dana untuk
penyuluhan dan pembinaan petani, penyediaan kredit bunga bersubsidi untuk modal kerja petani
serta memperbaiki berbagai infrastruktur dan prasana penunjang lainnya seperti jalan, jembatan,
terminal dan pelabuhan.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengembangan perkebunan karet yang ada di indonesia di pengaruhi oleh beberapa


faktor pendukung seperti, tersedia nya teknologi yang mutakhir untuk membantu serta
mempermudah petani karet dalam mengelola perkebunannya, dan dukungan dari kebijakan
pemeintah dengan mempersiapkan pebinaan pada masyrakat yang tidak atau kurang padam dalam
mengelola perkuebunan karet

8
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, M.O. 2005. Lintasan dan Marka jalan Menuju Ketahanan Pangan Terlanjutkan Dalam

rangka Perdagangan Bebas, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor,

Indonesia. 35 hlm

Anwar Chairil 2006. Perkembangan Pasar dan Prospek Agribisnis Karet Di Indonesis, Lokakarya

Budidaya Tanaman Karet, tgl 4-6 September 2006 di Medan. 19 hlm.

Anda mungkin juga menyukai