Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERKEMBANGAN AGROINDUSTRI SABUT KELAPA


DI KABUPATEN PESISIR BARAT

Pengembangan Masyarakat Agroindustri


Anggota Kelompok:
2016011062 Nurul Fathya Amalina
2016011064 Ferdi Bimantoro
2016011066 Ridha Fatma Aulia
2016011068 Jelita Zuhra Izdihar
2016011072 Muhammad Fabrizio Fadly
2016011074 Alfiando Rekas Pratama

Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Semester Ganjil 22/23
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kabupaten Pesisir Barat merupakan kota strategis yang berada di ujung bagian
Barat Provinsi Lampung. Ibu kota Kabupaten Pesisir Barat adalah Krui. Wilayah
Kabupaten Pesisir Barat memiliki luas ± 2.907,23 Km2 atau 8,39% dari Luas Wilayah
Provinsi Lampung, memiliki garis pantai 221,5 Km (Daratan dan garis pulau-pulau)
dan garis pantai daratan 210 Km. Secara administrasi Kabupaten Pesisir Barat dibagi
menjadi 11 Kecamatan, 2 kelurahan dan 116 desa (pekon), Jumlah penduduk
Kabupaten Pesisir Barat tahun 2020 berdasarkan hasil sensuspenduduk adalah 162.697
jiwa yang terdiridari 84.717 laki-laki dan 77.980 perempuan (dengan rasio jenis
kelamin sebesar 108.64) (Pertanian, 2021).
Indonesia merupakan negara kepualauan penghasil kelapa terbesar dunia
dengan luas 3,8 ha (juta) atau 31,4% dari luas kelapa di dunia dengan hasil produksi
sebesar 12,91 (milyar) atau (24,4%) dari hasil produksi buah kelapa didunai. Dengan
hasil produksi coco fiber sebesar 0,6% dari seluruh coco fiber didunia.
Di Provinsi Lampung tanaman kelapa merupakan tanaman perkebunan yang
memiliki luas areal, produksi dan produktivitas yang cukup tinggi dan berpotensi untuk
memajukan pembangunan ekonomi dengan meningkatkan produksi kelapa. Sentra
produksi tanaman kelapa tersebar di beberapa kabupaten di Provinsi Lampung, salah
satunya berada di Kabupaten Pesisir Barat yang merupakan hasil pemekaran dari
Kabupaten Lampung Barat dengan produktivitas terbesar ketiga di Provinsi Lampung.
Namun, meskipun indonesia memiliki luas perkebunan dan hasil produksi
terbesar dan terbanyak akan tetapi indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara
pengahasil kelapa dalam sektor pemamfaatan limbah sabut kelapa. Terdapat beberaapa
kendala dan masalah dalam pengembangan usaha kecil/menengah industri pengolahan
serat sabut kelapa yaitu keterbatasan modal, akses terhadap informasi pasar dan pasar
yang terbatas, serta kualitas serat yang masih belum memenuhi persyaratan. Sebagai
sentra tanaman kelapa, produksi kelapa yang berlimpah sangat berpotensi untuk
dikembangkan menjadi agroindustri berbahan baku kelapa salah satunya adalah
agroindustri sabut kelapa. Hal ini diharapkan dapat memacu pertumbuhan suatu
wilayah yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Model
pengembangan wilayah berbasis komoditas unggulan berupa komoditas tanaman
kelapa saat ini sedang dikembangkan salah satunya di Kabupaten Lampung Barat
dengan Program Kawasan Usaha Agro Terpadu (KUAT) berbasis Komoditas Kelapa
(Safitri, Abidin, & Rosanti, 2014).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan agroindustri sabut kelapa di Kabupaten Pesisir
Barat?
2. Permasalahan apa yang ada dalam agroindustri di Kabupaten Pesisir Barat?
3. Apa peluang yang muncul dengan adanya agroindustri sabut kelapa di
Kabupaten Pesisir barat?
4. Strategi atau upaya apa yang dilakukan pemerintah dalam pengembangan
agroindustri sabut kelapa di Kabupaten Pesisir Barat?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan:
1. Mengetahui perkembangan agroindustri sabut kelapa di Kabupaten Pesisir
Barat.
2. Mengetahui permasalahan yang ada dalam agroindustri sabu kelapa di
Kabupaten Pesisir Barat.
3. Mengetahui apa saja peluang dalam agroindustri sabut kelapa yang dirasakan
oleh masyarakat Kabupaten Pesisir Barat.
4. Mengetahui strategi yang dilakukan pemerintah dalam pengembangan
agroindustri sabut kelapa di Kabupaten Pesisir Barat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Agroindustri sabut kelapa di Kabupaten Pesisir Barat


Sebagai negara kepulauan dan berada di daerah tropis dan kondisi agroklimat yang
mendukung, Indonesia merupakan negara penghasil kelapa yang utama di dunia. Kelapa
mempunyai nilai dan peran yang penting baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun sosial
budaya. Di Provinsi Lampung tanaman kelapa merupakan tanaman perkebunan yang
memiliki luas areal, produksi dan produktivitas yang cukup tinggi dan berpotensi untuk
memajukan pembangunan ekonomi dengan meningkatkan produksi kelapa. Sentra
produksi tanaman kelapa tersebar di beberapa kabupaten di Provinsi Lampung, salah
satunya berada di Kabupaten Pesisir Barat yang merupakan hasil pemekaran dari
Kabupaten Lampung Barat dengan produktivitas terbesar ketiga di Provinsi Lampung.
Sebagai sentra tanaman kelapa, produksi kelapa yang berlimpah sangat berpotensi
untuk dikembangkan menjadi agroindustri berbahan baku kelapa salah satunya adalah
agroindustri sabut kelapa. Sebelum adanya agroindustri sabut kelapa para petani kelapa
hanya memanfaatkan buah kelapa saja. Petani kelapa beranggapan bahwa limbah sabut
kelapa tidak dapat dimanfaatkan dan petani sering kali membakar limbah sabut kelapa
tersebut. Oleh karena itu diperlukan adanya perkembangan agroindustri berbahan baku
sabut kelapa.
Sabut kelapa merupakan hasil samping, dan merupakan bagian yang terbesar dari buah
kelapa, yaitu sekitar 35 persen dari bobot buah kelapa. Dengan demikian, apabila secara
rata-rata produksi buah kelapa per tahun adalah sebesar 5,6 juta ton, maka berarti terdapat
sekitar 1,7 juta ton sabut kelapa yang dihasilkan. Potensi produksi sabut kelapa yang
sedemikian besar belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat
meningkatkan nilai tambahnya.
Serat sabut kelapa, atau dalam perdagangan dunia dikenal sebagai Coco fiber, Coir
fiber, coir yarn, coir mats, dan rugs, merupakan produk hasil pengolahan sabut kelapa.
Secara tradisionil serat sabut kelapa hanya dimanfaatkan untuk bahan pembuat sapu, keset,
tali dan alat-alat rumah tangga lain. Perkembangan teknologi, sifat fisika-kimia serat, dan
kesadaran konsumen untuk kembali ke bahan alami, membuat serat sabut kelapa
dimanfaatkan menjadi bahan baku industri karpet, jok dan dashboard kendaraan, kasur,
bantal, dan hardboard. Serat sabut kelapa juga dimanfaatkan untuk pengendalian erosi.
Serat sabut kelapa diproses untuk dijadikan Coir Fiber Sheet yang digunakan untuk lapisan
kursi mobil, Spring Bed dan lain-lain.
Keberadaan dan berkembangnya industri perabot rumah tangga, khususnya Spring Bed
di Indonesia merupakan pasar potensial untuk industri serat sabut kelapa. Berdasarkan data
Statistik Industri Besar dan Sedang (1998), secara Nasional penggunaan serat sabut kelapa
sebagai bahan baku tercatat sebesar 2.123,9 ton. Dari total kebutuhan bahan serat sabut
kelapa yang bernilai sekitar Rp. 11,7 milyar, senilai Rp. 1,99 milyar (17,1 persen) berasal
dari impor dan dari segi volume sebesar 2,53 persen berasal dari impor. Apabila
dibandingkan dengan volume ekspor serat sabut kelapa pada tahun yang sama (1998), yaitu
sebesar 19,1 ton , maka berarti bahwa pasar serat kelapa masih didominasi untuk kebutuhan
domestik.
Berdasarkan Statistik Industri Besar dan Sedang (1998), produksi serat sabut kelapa
tercatat oleh Industri Besar dan Sedang hanya sebesar 423 ton. Apabila dibandingkan
dengan penggunaan serat sabut kelapa oleh industri besar dan sedang pada tahun yang sama
yang berasal dari produksi lokal sebesar 2070,1 ton maka dapat ditafsirkan bahwa sebagian
besar kebutuhan tersebut, yaitu sebesar 1647,1 ton dipasok oleh usaha kecil / menengah.
Hal ini menunjukkan bahwa produsen serat sabut kelapa sebagian besar adalah usaha kecil
/ menengah.

B. Permasalahan yang ada dalam agroindustri sabut kelapa di Kabupaten Pesisir Barat
Produksi kelapa yang berlimpah menjadikan Kabupaten Pesisir Barat memanfaatkan
Agroindustri sabut kelapa ini adalah salah satu strategi dalam meningkatkan pertumbuhan
wilayah. Namun dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa permasalahan dan kendala yang
dialami oleh masyarakat Kabupaten Pesisir Barat. Permasalahan tersebut berupa:
1. Agroindustri ini membutuhkan modal, investasi dan biaya produksi yang besar.
2. Kurangnya kualitas dan pengetahuan SDM mengenai pengolahan sabut kelapa.
3. Kualitas sabut kelapa yang belum memenuhi persyaratan.
4. Kurangnya informasi pasar dan terbatasnya pasar produk serabut kelapa.

Untuk mengatasi berbagai permasalahan ini perlu adanya dukungan kredit bagi petani
dari lembaga keuangan baik secara perorangan maupun kelompok tani atau koperasi.
Upaya mengatasi permasalahan dalam perkembangan Agroindustri sabut kelapa ini dapat
dilakukan penanganan yang dilakukan secara simultan dan berkelanjutan, yakni:
1. Oleh pihak instansi teknis; pengenalan teknologi pengolahan sabut kelapa yang praktis,
baik melalui pelatihan petani, pembinaan, media massa/elektronika, menyebarluaskan
informasi pasar produk-produk serat sabut kelapa.
2. Oleh pihak petani; petani dengan keterbatasan modal, teknologi, keterampilan dan
kemampuan manajerial dan pengolahan sabut, sehingga sangat membutuhkan
dukungan dana berupa kredit dengan bunga lunak dan pelatihan yang terprogram.

C. Peluang dalam agroindustri sabut kelapa yang dirasakan oleh masyarakat


Kabupaten Pesisir Barat.
Dengan terciptanya sebuah industri baru di Pesisir Barat, akan menimbulkan beberapa
peluang baru baik bagi masyarakat maupun dari sabut kelapa itu sendiri. Berikut beberapa
peluang yang dapat muncul akibat dari pemanfaatan sabut kelapa di Pesisir Barat:

a) Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi


Ketika sebuah usaha/industri dibuka, maka kegiatan ini akan memengaruhi
perekonomian di daerah tersebut walaupun dalam ruang lingkup yang kecil. Para
pengangguran akan mendapatkan pekerjaan, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Akan muncul banyak peluang dari pemanfaatan sabut kelapa ini yang
kemudian akan meningkatkan pertukaran uang. Hal inilah yang memacu pertumbuhan
ekonomi.
b) Menambah Pendapatan Daerah/Nasional
Apabila industri baru dapat berkembang pesat, maka hal tersebut akan
menciptakan peluang bagi masyarakat seperti menciptakan lapangan pekerjaan baru.
Peningkatan lapangan pekerjaan akan menambah pendapatan daerah/nasional dalam
bentuk penerimaan oajak dan belanja pemerintah.
c) Menciptakan Kesempatan Kerja
Seperti yang sudah diutarakan sebelumnya, manfaat membuka industri baru
berarti akan menciptakan lapangan kerja yang baru. Selain itu, dapat juga menciptakan
peluang bagi masyarakat yang lebih luas.
d) Memberi Dampak pada Kehidupan Masyarakat
Keberadaan industri baru dapat berpeluang untuk memperbaiki kehidupan
bermasyarakat. Hal ini merupakan efek dari terbukanya lapangan pekerjaan dan
peluang baru akibat dari munculnya suatu perindustrian yang baru. Hal ini dapat
ditandai dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat yanglebih baik, tingkat
kepemilikan rumah yang tinggi, berkurangnya daerah kumuh, dan sanitasi yang lebih
baik.
e) Selain beberapa hal yang disebutkan di atas, terdapat peluang yang akan merubah
pandangan masyarakat terhadap sabut kelapa yang sebelumnya dinyatakan sebagai
limbah namun sekarang akan dianggap sebagai sesuatu yang lebih berharga karena
pohon kelapa sendiri mengandung berbagai manfaat. Dari daun sampai akarnya dapat
dimanfaatkan guna meningkatkan taraf kehidupan masyarakat.

D. Strategi yang dilakukan Pemerintah dalam Pengembangan Agroindustri Sabut


Kelapa di Kabupaten Pesisir Barat.
Dalam proses pengembangan agroindustri, masyarakat tentu tidak bisa melakukannya
sendiri tanpa adanya dukungan dari pemerintah. Berikut beberapa strategi atau upaya yang
dapat dilakukan pemerintah dalam proses perkembangan agroindustri menurut Peraturan
Daerah Kabupaten Pesisir Barat No. 11 Tahun 2018 tentang Rencana Pembangunan
Industri Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2018-2037:
a) Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber Daya Manusia dapat meliputi: (a) wirausaha industri (pelaku usaha
industri), (b) tenaga kerja industri (tenaga kerja profesional) di bidang industri, (c)
pembina industri (aparatur yang memiliki kompetensi bidang di pusat dan di daerah),
dan (d) konsultan industri (perorangan atau perusahaan yang memberikan layanan,
advokasi dan pemecahan masalah bagi industri).
Kegiatan pembangunan SDM industri difokuskan pada rencana pembangunan
tenaga kerja industri. Pembangunan tenaga kerja industri bertujuan untuk menyiapkan
tenaga kerja industri kompeten yang siap kerja sesuai dengan kebutuhan perusahaan
industri dan/atau perusahaan kawasan industri,meningkatkan produktivitas tenaga kerja
industri, meningkatkan penyerapan tenaga kerja di sektor industri serta memberikan
perlindungan dan kesejahteraan bagi tenaga kerja Industri.

b) Pemanfaatan, Penyediaan dan Penyaluran Sumber Daya Alam


Pemanfaatan, penyediaan dan penyaluran sumber daya alam untuk perusahaan
industri dan perusahaan kawasan industri diselenggarakan melalui prinsip tata kelola
yang baik dengan tujuan untuk menjamin penyediaan dan penyaluran sumber daya alam
yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, bahan penolong, energi dan
air baku bagi industri agar dapat diolah dan dimanfaatkan secara efisien, ramah
lingkungan dan berkelanjutan guna menghasilkan produk yang berdaya saing serta
mewujudkan pendalaman dan penguatan struktur industri.

c) Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Industri


Pengembangan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi industri bertujuan
untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai tambah, daya saing dan kemandirian
industri. Penguasaan teknologi dilakukan secara bertahap sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan kebutuhan industri agar dapat bersaing, khususnya industri
unggulan.

d) Pengembangan dan Pemanfaatan Kreatifitas dan Inovasi


Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasidimaksudkan untuk
memberdayakan budaya industri dan/atau kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat
terutama dalam rangka pengembanga nindustri kreatif.

e) Penyediaan Sumber Pembiayaan


Dalam rangka pencapaian sasaran pengembangan industri daerah dibutuhkan
pembiayaan investasi di sektor industri yang bersumber dari penanaman modal dalam
negeri dan penanaman modal asing, serta penanaman modal pemerintah khususnya
untuk pengembangan industri unggulan.

Pembiayaan industri dapat diperoleh melalui investasi langsung maupun melalui kredit
perbankan. Semakin terbatasnya pemanfaatan kredit perbankan di sektor industri antara
lain disebabkan oleh relatif tingginya suku bunga perbankan karena dibiayai oleh dana
masyarakat berjangka pendek. Kondisi ini memerlukan dibentuknya suatu lembaga
keuangan yang dapat menjamin tersedianya pembiayaan investasi dengan suku bunga
kompetitif atau paling tidak, adanya campur tangan Pemerintah Daerah sebagai fasilitator
untuk menghubungkan antara penyedia dana (lembaga bank atau non bank) dan pelaku
usaha.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai sentra tanaman kelapa, produksi kelapa yang berlimpah sangat berpotensi
untuk dikembangkan menjadi agroindustri berbahan baku kelapa salah satunya adalah
agroindustri sabut kelapa. Padahal banyak peluang yang muncul dengan adanya agroindustri
sabut kelapa di Kabupaten Pesisir barat Seperti Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi,
Menambah Pendapatan Daerah/Nasional, Menciptakan Kesempatan Kerja, Dll.
Sebelum adanya agroindustri sabut kelapa para petani kelapa hanya memanfaatkan
buah kelapa saja. Petani kelapa beranggapan bahwa limbah sabut kelapa tidak dapat
dimanfaatkan dan petani sering kali membakar limbah sabut kelapa tersebut. Oleh karena itu
diperlukan adanya perkembangan agroindustri berbahan baku sabut kelapa.
Selain dimanfaatkan untuk pengendalian erosi Perkembangan teknologi, sifat fisika-
kimia serat, dan kesadaran konsumen untuk kembali ke bahan alami, membuat serat sabut
kelapa dimanfaatkan menjadi bahan baku industri karpet, jok dan dashboard kendaraan, kasur,
bantal, dan hardboard.
Namun terdapat pula permasalahan untuk mengembangkan rencana tersebut, seperti
yang kita tahu modal untuk produksi sabut kelapa itu tidaklah kecil, sebagian besar masyarakat
pesisir mempunyai pendapatan yang kecil, walaupun modal sudah terpenuhi terdapat pula
permasalahan Kurangnya kualitas dan pengetahuan SDM mengenai pengolahan sabut kelapa.
Selain itu kurangnya informasi pasar menjadi faktor ketidaktahuan masyarakat pesisir
mengenai agroindustri serabut kelapa dan terbatasnya pasar produk serabut kelapa.
Namun pemerintah sudah berupaya membantu mengembangkan agroindustri serabut
kelapa di kabupaten pesisir barat seperti membantu pembangunan Sumber Daya Manusia
(SDM), Pemanfaatan, Penyediaan dan Penyaluran Sumber Daya Alam, Pengembangan dan
Pemanfaatan Teknologi Industri, Penyediaan Sumber Pembiayaan, Pengembangan dan
Pemanfaatan Kreatifitas dan Inovasi.

B. Saran
Memaksimalkan pergerakan pemerintah untuk membantu mengembangkan
agroindustri masyarakat pesisir Perbanyak edukasi terhadap masyarakat pesisir untuk
pentingnya mengembangkan agroindustri di wilayah mereka dan begitu banyak manfaat yang
akan mereka rasakan kedepannya
DAFTAR PUSTAKA

Dwimurti, Y., Sumarhadi, Gani, S. A., & Mulyanto, N. (2022). PENINGKATAN EKONOMI
MASYARAKAT MISKIN MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA.
JURNAL AKUNTANSI, KEUANGAN, PAJAK, DAN INFORMASI (JAKPI), 2(1),
56-72.
Indahyani, T. (2011). Pemanfaatan limbah sabut kelapa pada perencanaan interior dan furniture
yang berdampak pada pemberdayaan masyarakat miskin. Humaniora, 2(1), 15-23.
Indonesia. 2018. Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Barat Nomor 11 Tahun 2018 tentang
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2018-2037. Bupati
Pesisir Barat. Krui
JUNARDI, J., SUKARDI, S., ARKEMAN, Y., & ANDIYONO, A. (2017). STRATEGI
PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SERAT SABUT KELAPA BERKARET
(SEBUTRET)(Studi Kasus di Kabupaten Sambas). Jurnal Social Economic of
Agriculture, 6(1), 63-71.
Lalu, A. P. (2022). ANALISIS NILAI TAMBAH PRODUK DAN PENYERAPAN TENAGA
KERJA PADA AGROINDUSTRI RUMAH TANGGA SABUT KELAPA DI DESA
TELAGA WARU KECAMATAN PRINGGABAYA KABUPATEN LOMBOK
TIMUR (Doctoral dissertation, Universitas Mataram).
Muzaki, M. D. R., Sunarso, S., & Setiadi, A. (2020). Analisis potensi sabut kelapa serta strategi
penggunaanya sebagai bahan baku pakan ternak ruminansia. Livestock and Animal
Research, 18(3), 274-288.
Pertanian, K. D. (2021). Profil Pertanian Kabupaten Pesisir Barat tahun 2021. Kabupaten
Pesisir Barat: Dinas Pertanian Kabupaten Pesisir Barat.
Safitri, Y., Abidin, Z., & Rosanti, N. (2014). KINERJA DAN NILAI TAMBAH
AGROINDUSTRI SABUT KELAPA PADA KAWASAN. Jurnal Ilmu Ilmu
Agribisnis, 2(2), 166-173. doi:10.23960/jiia.v2i2.740

Anda mungkin juga menyukai