Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Semester Ganjil 22/23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Pesisir Barat merupakan kota strategis yang berada di ujung bagian
Barat Provinsi Lampung. Ibu kota Kabupaten Pesisir Barat adalah Krui. Wilayah
Kabupaten Pesisir Barat memiliki luas ± 2.907,23 Km2 atau 8,39% dari Luas Wilayah
Provinsi Lampung, memiliki garis pantai 221,5 Km (Daratan dan garis pulau-pulau)
dan garis pantai daratan 210 Km. Secara administrasi Kabupaten Pesisir Barat dibagi
menjadi 11 Kecamatan, 2 kelurahan dan 116 desa (pekon), Jumlah penduduk
Kabupaten Pesisir Barat tahun 2020 berdasarkan hasil sensuspenduduk adalah 162.697
jiwa yang terdiridari 84.717 laki-laki dan 77.980 perempuan (dengan rasio jenis
kelamin sebesar 108.64) (Pertanian, 2021).
Indonesia merupakan negara kepualauan penghasil kelapa terbesar dunia
dengan luas 3,8 ha (juta) atau 31,4% dari luas kelapa di dunia dengan hasil produksi
sebesar 12,91 (milyar) atau (24,4%) dari hasil produksi buah kelapa didunai. Dengan
hasil produksi coco fiber sebesar 0,6% dari seluruh coco fiber didunia.
Di Provinsi Lampung tanaman kelapa merupakan tanaman perkebunan yang
memiliki luas areal, produksi dan produktivitas yang cukup tinggi dan berpotensi untuk
memajukan pembangunan ekonomi dengan meningkatkan produksi kelapa. Sentra
produksi tanaman kelapa tersebar di beberapa kabupaten di Provinsi Lampung, salah
satunya berada di Kabupaten Pesisir Barat yang merupakan hasil pemekaran dari
Kabupaten Lampung Barat dengan produktivitas terbesar ketiga di Provinsi Lampung.
Namun, meskipun indonesia memiliki luas perkebunan dan hasil produksi
terbesar dan terbanyak akan tetapi indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara
pengahasil kelapa dalam sektor pemamfaatan limbah sabut kelapa. Terdapat beberaapa
kendala dan masalah dalam pengembangan usaha kecil/menengah industri pengolahan
serat sabut kelapa yaitu keterbatasan modal, akses terhadap informasi pasar dan pasar
yang terbatas, serta kualitas serat yang masih belum memenuhi persyaratan. Sebagai
sentra tanaman kelapa, produksi kelapa yang berlimpah sangat berpotensi untuk
dikembangkan menjadi agroindustri berbahan baku kelapa salah satunya adalah
agroindustri sabut kelapa. Hal ini diharapkan dapat memacu pertumbuhan suatu
wilayah yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Model
pengembangan wilayah berbasis komoditas unggulan berupa komoditas tanaman
kelapa saat ini sedang dikembangkan salah satunya di Kabupaten Lampung Barat
dengan Program Kawasan Usaha Agro Terpadu (KUAT) berbasis Komoditas Kelapa
(Safitri, Abidin, & Rosanti, 2014).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan agroindustri sabut kelapa di Kabupaten Pesisir
Barat?
2. Permasalahan apa yang ada dalam agroindustri di Kabupaten Pesisir Barat?
3. Apa peluang yang muncul dengan adanya agroindustri sabut kelapa di
Kabupaten Pesisir barat?
4. Strategi atau upaya apa yang dilakukan pemerintah dalam pengembangan
agroindustri sabut kelapa di Kabupaten Pesisir Barat?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan:
1. Mengetahui perkembangan agroindustri sabut kelapa di Kabupaten Pesisir
Barat.
2. Mengetahui permasalahan yang ada dalam agroindustri sabu kelapa di
Kabupaten Pesisir Barat.
3. Mengetahui apa saja peluang dalam agroindustri sabut kelapa yang dirasakan
oleh masyarakat Kabupaten Pesisir Barat.
4. Mengetahui strategi yang dilakukan pemerintah dalam pengembangan
agroindustri sabut kelapa di Kabupaten Pesisir Barat.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Permasalahan yang ada dalam agroindustri sabut kelapa di Kabupaten Pesisir Barat
Produksi kelapa yang berlimpah menjadikan Kabupaten Pesisir Barat memanfaatkan
Agroindustri sabut kelapa ini adalah salah satu strategi dalam meningkatkan pertumbuhan
wilayah. Namun dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa permasalahan dan kendala yang
dialami oleh masyarakat Kabupaten Pesisir Barat. Permasalahan tersebut berupa:
1. Agroindustri ini membutuhkan modal, investasi dan biaya produksi yang besar.
2. Kurangnya kualitas dan pengetahuan SDM mengenai pengolahan sabut kelapa.
3. Kualitas sabut kelapa yang belum memenuhi persyaratan.
4. Kurangnya informasi pasar dan terbatasnya pasar produk serabut kelapa.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan ini perlu adanya dukungan kredit bagi petani
dari lembaga keuangan baik secara perorangan maupun kelompok tani atau koperasi.
Upaya mengatasi permasalahan dalam perkembangan Agroindustri sabut kelapa ini dapat
dilakukan penanganan yang dilakukan secara simultan dan berkelanjutan, yakni:
1. Oleh pihak instansi teknis; pengenalan teknologi pengolahan sabut kelapa yang praktis,
baik melalui pelatihan petani, pembinaan, media massa/elektronika, menyebarluaskan
informasi pasar produk-produk serat sabut kelapa.
2. Oleh pihak petani; petani dengan keterbatasan modal, teknologi, keterampilan dan
kemampuan manajerial dan pengolahan sabut, sehingga sangat membutuhkan
dukungan dana berupa kredit dengan bunga lunak dan pelatihan yang terprogram.
Pembiayaan industri dapat diperoleh melalui investasi langsung maupun melalui kredit
perbankan. Semakin terbatasnya pemanfaatan kredit perbankan di sektor industri antara
lain disebabkan oleh relatif tingginya suku bunga perbankan karena dibiayai oleh dana
masyarakat berjangka pendek. Kondisi ini memerlukan dibentuknya suatu lembaga
keuangan yang dapat menjamin tersedianya pembiayaan investasi dengan suku bunga
kompetitif atau paling tidak, adanya campur tangan Pemerintah Daerah sebagai fasilitator
untuk menghubungkan antara penyedia dana (lembaga bank atau non bank) dan pelaku
usaha.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai sentra tanaman kelapa, produksi kelapa yang berlimpah sangat berpotensi
untuk dikembangkan menjadi agroindustri berbahan baku kelapa salah satunya adalah
agroindustri sabut kelapa. Padahal banyak peluang yang muncul dengan adanya agroindustri
sabut kelapa di Kabupaten Pesisir barat Seperti Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi,
Menambah Pendapatan Daerah/Nasional, Menciptakan Kesempatan Kerja, Dll.
Sebelum adanya agroindustri sabut kelapa para petani kelapa hanya memanfaatkan
buah kelapa saja. Petani kelapa beranggapan bahwa limbah sabut kelapa tidak dapat
dimanfaatkan dan petani sering kali membakar limbah sabut kelapa tersebut. Oleh karena itu
diperlukan adanya perkembangan agroindustri berbahan baku sabut kelapa.
Selain dimanfaatkan untuk pengendalian erosi Perkembangan teknologi, sifat fisika-
kimia serat, dan kesadaran konsumen untuk kembali ke bahan alami, membuat serat sabut
kelapa dimanfaatkan menjadi bahan baku industri karpet, jok dan dashboard kendaraan, kasur,
bantal, dan hardboard.
Namun terdapat pula permasalahan untuk mengembangkan rencana tersebut, seperti
yang kita tahu modal untuk produksi sabut kelapa itu tidaklah kecil, sebagian besar masyarakat
pesisir mempunyai pendapatan yang kecil, walaupun modal sudah terpenuhi terdapat pula
permasalahan Kurangnya kualitas dan pengetahuan SDM mengenai pengolahan sabut kelapa.
Selain itu kurangnya informasi pasar menjadi faktor ketidaktahuan masyarakat pesisir
mengenai agroindustri serabut kelapa dan terbatasnya pasar produk serabut kelapa.
Namun pemerintah sudah berupaya membantu mengembangkan agroindustri serabut
kelapa di kabupaten pesisir barat seperti membantu pembangunan Sumber Daya Manusia
(SDM), Pemanfaatan, Penyediaan dan Penyaluran Sumber Daya Alam, Pengembangan dan
Pemanfaatan Teknologi Industri, Penyediaan Sumber Pembiayaan, Pengembangan dan
Pemanfaatan Kreatifitas dan Inovasi.
B. Saran
Memaksimalkan pergerakan pemerintah untuk membantu mengembangkan
agroindustri masyarakat pesisir Perbanyak edukasi terhadap masyarakat pesisir untuk
pentingnya mengembangkan agroindustri di wilayah mereka dan begitu banyak manfaat yang
akan mereka rasakan kedepannya
DAFTAR PUSTAKA
Dwimurti, Y., Sumarhadi, Gani, S. A., & Mulyanto, N. (2022). PENINGKATAN EKONOMI
MASYARAKAT MISKIN MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA.
JURNAL AKUNTANSI, KEUANGAN, PAJAK, DAN INFORMASI (JAKPI), 2(1),
56-72.
Indahyani, T. (2011). Pemanfaatan limbah sabut kelapa pada perencanaan interior dan furniture
yang berdampak pada pemberdayaan masyarakat miskin. Humaniora, 2(1), 15-23.
Indonesia. 2018. Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Barat Nomor 11 Tahun 2018 tentang
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2018-2037. Bupati
Pesisir Barat. Krui
JUNARDI, J., SUKARDI, S., ARKEMAN, Y., & ANDIYONO, A. (2017). STRATEGI
PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SERAT SABUT KELAPA BERKARET
(SEBUTRET)(Studi Kasus di Kabupaten Sambas). Jurnal Social Economic of
Agriculture, 6(1), 63-71.
Lalu, A. P. (2022). ANALISIS NILAI TAMBAH PRODUK DAN PENYERAPAN TENAGA
KERJA PADA AGROINDUSTRI RUMAH TANGGA SABUT KELAPA DI DESA
TELAGA WARU KECAMATAN PRINGGABAYA KABUPATEN LOMBOK
TIMUR (Doctoral dissertation, Universitas Mataram).
Muzaki, M. D. R., Sunarso, S., & Setiadi, A. (2020). Analisis potensi sabut kelapa serta strategi
penggunaanya sebagai bahan baku pakan ternak ruminansia. Livestock and Animal
Research, 18(3), 274-288.
Pertanian, K. D. (2021). Profil Pertanian Kabupaten Pesisir Barat tahun 2021. Kabupaten
Pesisir Barat: Dinas Pertanian Kabupaten Pesisir Barat.
Safitri, Y., Abidin, Z., & Rosanti, N. (2014). KINERJA DAN NILAI TAMBAH
AGROINDUSTRI SABUT KELAPA PADA KAWASAN. Jurnal Ilmu Ilmu
Agribisnis, 2(2), 166-173. doi:10.23960/jiia.v2i2.740