Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL

EMPING BIKARIH (BIJI KARET GURIH)

Oleh :

Agus Joko Priyanto


NIM :

PROGRAM STUDI TEHNIK INFORMATIKA


POLITEKNIK LP3I JAKARTA
2018
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Indonesia merupakan negara penghasil karet terbesar di dunia setelah Thailand dan Malaysia.
Produksi karet nasional Indonesia pada tahun 2009 mencapai 2,751 juta ton, dan diperkirakan
Indonesia akan menjadi produsen karet terbesar di dunia (Warta Warga : 2010).
Berdasarkan data dari badan pusat statistik (BPS) luas lahan perkebunan karet terluas di
Indonesia terletak di Provinsi Sumatra Selatan. Sumatra Selatan sendiri merupakan provinsi yang
mempunyai peranan penting dalam menyumbang angka terbesar pada luas areal perkebunan
karetnya di Indonesia. Berdasarkan data Dinas Perkebunan Prov. Sumatra Selatan luas areal
perkebunan karet mencapai 1,085 juta ha. Tentu ini menjadikan sesuatu yang potensial bagi
Indonesia, khususnya Sumatera Selatan untuk dikembangkan sebagai komoditi utamanya.
Berbicara masalah perkebunan karet tentunya kita tidak lepas berbicara tentang biji karetnya.
Berdasarkan hasil penelitian dosen budidaya pertanian fakultas pertanian Universitas Sriwijaya,
Ir. Lucy Robiartini,S.P,M.Si., rata-rata produksi biji karet per pohon mencapai 2000 biji. Tentu
ini menjadi sesuatu yang sangat menguntungkan jika hal tersebut dapat dimanfaatkan secara
tepat guna, misalnya dijadikan bibit unggul atau juga dijadikan sebagai bahan makanan. Tetapi
fakta dilapangan menggambarkan bahwa petani karet masih banyak yang tidak memanfaatkan
keunggulan dari biji karet itu sendiri.
Nilai gizi yang terdapat pada satu buah biji karet sangat perlu diperhitungkan. Kandungan gizi
biji karet dalam proses pembuatan emping biji karet mempunyai nilai yang jauh lebih besar jika
dibandingkan kandungan gizi pada melinjo yang persentase kandungan proteinnya hanya 11,8%,
lemak 2,4%, karbohidrat 62,2%, serat kasar 1,9% dan air 5,0%.
Pemanfaatan biji karet sebagai bahan baku pengganti buah melinjo layak disosialisasikan
mengingat bahan baku biji karet sangat banyak tersedia, disamping itu keberadaannya yang tidak
dilirik oleh para pengusaha atau petani karet itu sendiri membuat suatu peluang bisnis ini begitu
menguntungkan jika ditinjau dari biaya pengadaan bahan baku biji karet tersebut. Tentunya hal
ini sangat berbanding terbalik dengan buah melinjo yang justru tidak banyak tersedia karena
minimnya alokasi lahan tanaman melinjo yang justru kebanyakan dialih fungsikan sebagai
perkebunan tanaman industri yang dianggap lebih menguntungkan.
Dengan keadaan tersebut kami berusaha untuk memanfaatkan biji karet untuk diolah menjadi
bahan makanan yang mengandung nilai gizi tinggi sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan
yang diharapkan dapat ditumbuh kembangkan dikalangan masyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraiakan di atas, maka permasahan yang dibahas dalam
program ini adalah:
a. Bagaimana cara memanfaatkan hasil pertanian lokal yang berlimpah (biji karet)
menjadi sesuatu produk yang bernilai ekonomi tinggi?
b. Bagaimana cara menciptakan peluang usaha dari produksi biji karet?
c. Bagaimana cara pembuatan makanan yang berasal dari biji karet?
d. Bagaiman cara mendapatkan keuntungan dari hasil usaha penjualan produk
yang sudah di buat?

C. TUJUAN PROGRAM
1. Mengenbangkan kreatifitas mahasiswa dalam program kewirausahaan.
2. Memberikan pengetahuan dan pengenalan kepada masyarakat dan mahasiswa bahwa biji karet
dapat diolah menjadi makanan emping biji karet gurih.
3. Mengetahui prospek usaha pemanfaatan biji karet sebagai bahan makanan emping biji karet
gurih.
4. Untuk memanfaatkan hasil tanaman lokal yang berlimpah menjadi produk olahan yang
bernilai
ekonomi tinggi.

D. LUARAN YANG DIHARAPKAN


Luaran yang diharapkan dalam program ini adalah :
1. Terciptanya peluang usaha mandiri yang bergerak disektor home industri yang mengacu pada
bidang kesehatan.
2. Meningkatkan karya kreatifitas inovatif mahasiswa dalam rangka bereksperimen dan
menemukan
hasil karya yang bermanfaat dan tepat guna.

E. KEGUNAAN PROGRAM
Adapun kegunaan program yang dimaksud adalah :
1. Meningkatkan kreativitas mahasiswa dalam pemanfaatan dan pengolahan limbah biji karet.
2. Untuk meningkatkan kreasi dan penalaran pada pengembangan ilmu teknologi pangan.
3. Mengurangi limbah biji karet yang dimanfaatkan menjadi suatu produk makanan.
4. Menciptakan peluang usaha bagi mahasiswa.
BAB II

GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA

1. PROSPEK PENGOLAHAN BIJI KARET MENJADI KUE EMPING BIJI KARET GURIH
Emping biji karet gurih merupakan produk olahan yang berasal dari biji karet , biji karet
sendiri sering dianggap limbah oleh masyarakat karena banyak yang belum mengetahui
kandungan apa saja yang terdapat dalam biji karet tersebut. Biji karet mengandung energi yang
berguna untuk menambah daya tahan tahan tubuh serta lemak, protein , karbohidrat, kalsiun,
fosfor, zat besi dan vitamin . Semua kandungan tersebut sangat berguna bagi tubuh. Bakpia bikar
dapat dijadikan prospek peluang usaha yang dimana dalam era modern sekarang peluang untuk
mencari pekerjaan maka kami membuat inovasi dengan memanfaakan limbah menjadi produk
makanan yang prospek kedepannya sangat menjanjikan. Emping biji karet gurih memiliki
peluang usaha yang tinggi karena belum ada yang mengolah biji karet menjadi emping biji karet
gurih. Sehubungan dengan melimpahnya biji karet di daerah

2. KEUNGGULAN EMPING BIJI KARET GURIH


a) Bahan baku mudah didapat dan relatif murah.
b) Mengandung energi yang cukup tinggi untuk kebutuhan energi manusia perhari (330kkal/100
gr ).
c) Mengandung cukup karbohidrat, lemak, kalsium, protein, lemak, fosfor, zat besi dan vitamin.
d) Emping biji karet gurih tidak mudah basi.
BAB III

METODE PELAKSANAAN PROGRAM

1) Media Promosi yang Digunakan Untuk menunjang proses pemasaran, ada beberapa alternatif
yang bisa digunakan untuk mempromosikan produk ini, sehingga lebih dikenal oleh masyarakat
dan menjadi pilihan masyarakat. Media ini berupa, pamflet, spanduk,leaflet serta untuk pertama
kali penjualan akan dibagikan secara gratis.

2) Strategi Pemasaran yang Akan Diterapkan Strategi pemasaran yang digunakan dalam usaha
Home Industri emping biji karet ( biji karet ):
a. Membagikan secara gratis
b. Bekerjasama dengan universitas itu sendiri (dalam even-even tertentu/ acara kampus dapat
menggunakan sneck emping biji karet gurih)

3) Menyetorkan ke berbagai warung/ toko kue.

4) Kebijakan Produk Usaha ini bergerak dalam bidang produksi dan distribusi. Jenis produk ini
berupa emping biji karet gurih.

5) Kebijakan Harga Harga yang diberikan kepada konsumen yaitu sebesar Rp.5.000.000,00
bungkusnya.

6) Kebijakan Promosi Untuk meningkatkan hasil penjualan bikar perlu dilakukan promosi.
Bentuk promosi ini diantaranya yaitu pemasangan pamflet, spanduk, penyebaran leaflet, serta
untuk promosi awal, produk ini akan dibagikan secara cuma-cuma atau gratis.

7) Kebijakan Distribusi Distribusi hasil produksi kepada para konsumen dilakukan kerjasama
dengan minimarket Universitas Hahid hasyim semarang.

8) Dalam pelaksanaannya, pelaku usaha akan berusaha membangun persepsi positif dikalangan
masyarakat terlebih dahulu, hal ini bisa dilakukan dengan memperkenalkan produk melalui
proses uji coba door to door, sehingga muncul opini masyarakat akan produk yang ditawarkan.
Dengan begitu pelaku usaha akan mengetahui langkah apa yang tepat untuk membuat produk
emping bikarih bisa lebih mudah diterima di kalangan masyarakat. setelah persepsi itu terbentuk,
barulah dilakukan usaha-usaha peningkatan mutu dan kualitas juga termasuk menciptakann
variasi-variasi emping bikarih (biji karet gurih) itu sendiri. Seperti emping bikarih rasa balado,
emping bikarih original, emping bikarih rasa keju, dan beberapa varian rasa lainnya yang
disesuaikan pada permintaan pasar konsumsi.

Adapun tahap persiapan alat dan bahan meliputi:


-bahan pembuatan Emping BIKARIH
1) Biji karet
2) Garam
3) Minyakgoreng
4) Perisa makanan
Cara pembuatan:
Ø Biji karet dipisahkan dari cangkangnya
Ø Direndammenggunakan air bersihselamaduaharilaluditiriskan (selama
perendaman air harusselaludiganti,minimalsetiappagi)
Ø Direbus denganmenggunakan air garamhinggamendidihdanditiriskan
Ø Dijemur sampai biji karet benar-benar kering
Ø Dipipihkan
Ø Digoreng hingga berubah warna menjadi kekuningan
Ø Tiriskan lalu campur dengan rasa yang diinginkan (rasa balado, emping bikarih original,
emping bikarih rasa keju)
BAB IV

BIAYA DAN ANGGARAN KEGIATAN

Pembagian keuntungan usaha dilakukan dengan sistem bagi hasil antara pengelola yang
persentasenya telah ditentukan oleh pengelola sesuai dengan keuntungan yang didapat. Dimana
keuntungan usaha akan difokuskan pada persentase pembagian hasil sebagai berikut:

· Pengelola : 65%
· Pengembang Usaha : 35%
Varian utama emping bikarih yang akan dipasarkan terdiri dari beberapa jenis, seperti
emping bikarih original, emping bikarih balado dan emping bikarih keju. Pelaku usaha akan
melihat kondisi permintaan pasar untuk menambah atau menciptakan varian rasa emping bikarih
lainnya.

1. Proyeksi Pendapatan
Untuk menghitung proyeksi pendapatan diperlukan asumsi-asumsi dasar berupa harga-harga
makanan yang diperoleh melalui survei pasar, kemudian dilakukan perhitungan terhadap penjual
makanan tiap satuan harga sehingga nantinya akan didapatkan pendapatan yang diharapkan.
Asumsi usaha untuk penjualan emping bikarih adalah sebagai berikut:
· Diasumsikan keuntungan yang didapat dari satu bungkus emping bikarih netto 500 gram
yang dijual dengan harga Rp 5.000,00 adalah sebesar Rp 3000,00 dengan penjualan rata-rata 100
bungkus per hari.
Adapun analisis usaha penjualan emping bikarih adalah sebagai berikut :
1. Biaya tetap
a. Sewa tempat usaha per 4 bulan : Rp 1.400.000,00
b. Gaji Karyawan per bulan (2 orang) : Rp 1.400.000,00
Total biaya tetap : Rp 2.800.000,00

2. Biaya variabel
a. Upah penyedia bahan baku biji karet : Rp 1.500.000,00
Per 1 karung (10.000 biji) = Rp 250.000
dikali 6 (kebutuhan per bulan)
b. Bumbu dan bahan pelengkap lainnya : Rp 1.700.000,00
c. Plastik kemasan ukuran 500 g per 4 bln : Rp 1.500.000,00
d. Minyak goreng per bulan : Rp 500.000,00
e. Air per bulan : Rp 300.000,00
f. Pengisian Gas LPG (2 Tabung) : Rp 160.000,00
g. Biaya Publikasi dan iklan : Rp 1.520.000,00
Total Biaya variabel : Rp 7.180.000,00
3. Biaya penyusutan
a. Kompor gas : Rp 34.000,00
b. Peralatan Dapur Lainnya : Rp 206.000,00
Total biaya penyusutan per tahun : Rp 240.000,00
Total biaya penyusutan per bulan : Rp 20.000,00

Total Biaya Pengeluaran Bulan Pertama


· Biaya Tetap : Rp 2.800.000,00
· Biaya Variabel : Rp 7.180.000,00
· Biaya Penyusutan : Rp 20.000,00
: Rp 10.000.000,00

4. Penerimaan
Emping bikarih
@ Rp 5.000,00 x 100 x 30 hari : Rp15.000.000,00
Total Penerimaan : Rp15.000.000,00

Jadi keuntungan yang didapat per bulan adalah:


Pendapatan = Total Penerimaan – Total Pengeluaran
= Rp 15.000.000,00 – Rp 10.000.000,00
= Rp 5.000.000,00/ bulan

Break Event Point (BEP) Produksi


BEP Produksi = Total Biaya/ Harga Satuan/ 30 Hari
= Rp 10.000.000/ Rp 5.000/ 30 Hari
= 66,66 bungkus/ Hari

Artinya titik balik modal akan tercapai bila volume produksi emping bikarih mencapai 66,66
bungkus per hari.

SEMANGAT SAYANGKU 

Anda mungkin juga menyukai