Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam, termasuk dari
sektor pertanian dan perkebunan. Bahkan berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistik, Pertanian dan perkebunan menjadi salah satu sektor yang
mendominasi struktur Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar
13,45%  atau kedua tertinggi setelah sektor industri.

Hasil pertanian dan perkebunan yang cukup populer adalah durian. Durian
adalah salah satu jenis tanaman yang tumbuh subur di Indonesia khususnya di
Pulau Sumatera, termasuk di Provinsi Jambi. Menurut data dari Kementrian
Pertanian produksi durian di Provinsi Jambi mencapai 213.757 ton dalam
setahun. Angka ini cukup besar mengingat rata rata durian yang ada di
Provinsi Jambi adalah durian yang hanya sekali panen dalam setahunnya dan
mayoritas adalah tanaman lokal dengan sistem penanaman tradisional dari
warisan nenek moyang dahulu.

Namun cukup disayangkan, jumlah produktivitas yang melimpah tersebut


belum mampu dimaksimalkan dalam pengolahannya. Sebagian besar durian
hanya dijual dalam bentuk buah dan tidak banyak variasi pengolahan lainnya.
Salah satu pengolahan yang kerap dilakukan oleh masyarakat Provinsi Jambi
hanya dengan membuatnya sebagai Tempoyak. Tempoyak adalah fermentasi
daging durian yang biasa dioleh menjadi campuran pada sayuran atau lauk
oleh masyarakat di Jambi. Padahal jika diperhatikan Tempoyak dari hasi
fermentasi daging durian tersebut masih bisa dijadikan produk turunan yang
memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Bukan hanya durian, hasil pertanian lainnya yang tidak kalah melimpah
adalah singkong atau ubi kayu. Singkong adalah salah satu tanaman

1
tradisional yang dapat dijumpai di setiap provinsi di indonesia. Berdasarkan
data dari Kementrian Pertanian Republik Indonesia, pada tahun 2018
Indonesia mampu menghasilkan 19,341,233 ton dalam setahun. Sementara itu
Provinsi Jambi sendiri pada tahun tersebut mampu memproduksi 56.605 ton
dari luas lahan 2.324 hektar.

Sebagaimana durian, belum banyak produk turunan yang dihasilkan dari


singkong atau ubi kayu. Produk turunan dari singkong yang cukup pupoler
adalah keripik singkong. Namun keripik singkong yang memiliki nilai
ekonomis yang tinggi biasanya dikuasai oleh perusahan besar. Salah satu
faktornya adalah keripik singkong dari kalangan masyarakat masih kerap
terbatas dalam hal rasa dan variasinya.

Berdasarkan pemaparan di atas penulis memberikan solusi peluang usaha


baru yang menggabungkan antara dua produk hasil pertanian tersebut menjadi
satu produk usaha dengan nilai ekonomis yang tinggi yaitu keripik singkong
rasa tempoyak atau “keripik Siak”. Keripik singkong rasa tempoyak belum
pernah ada sebelumnya. Dengan begitu keberadaan “Keripik Siak” ini juga
bisa menjadi bagian dari ciri khas produk lokal masyarakat Provinsi Jambi.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah yang
penulis paparkan adalah:
1. Bagaimana memanfaatkan hasil pertanian seperti ubi kayu dan durian
menjadi produk turuanan yang berniai ekonomis tinggi?
2. Bagaimana mengkreasikan tempoyak dan kripik menjadi menu makanan
baru dan digemari oleh semua lapisan masyarakat?
3. Bagaimana membentuk jiwa wirausaha mahasiswa sehingga dapat
membuka peluang bisnis baru?
4. Bagaimana teknik pemasaran “Kripik Siyak” sebagai makanan ringan
khas Jambi agar dapat diterima dengan baik oleh masyarakat?

2
1.3 Tujuan

1. Memanfaatkan hasil pertanian yang melimpah menjadi produk turunan


yang bernilai ekonomis tinggi.
2. Mengkreasikan tempoyak dan kripik menjadi makanan cepat saji yang
digemari oleh semua lapisan masyarakat di Provinsi Jambi.
3. Membentuk jiwa wirausaha mahasiswa sehingga dapat membuka peluang
bisnis baru.
4. Mempromosikan Jambi melalui makanan ringan khas Jambi.

3
BAB II

GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA

2.1 Nama Usaha


Nama usaha ini “Keripik Siyak” atau singkatan dari Keripik Singkong Tempoyak

2.2 Tempat Usaha


Usaha ini di produksi di rumah dan tempat pemasaran di daerah strategis dengan
melihat lokasi. Salah satu outletnya akan di buka di depan kampus.

2.3 Metode usaha


Berikut bagan gambaran umum metode usaha:

(1). Persiapan (2) produksi (3) pemasaran (4) Evaluasi

2.3.1 Persiapan
Sebelum masuk dalam tahap produksi terdapat beberapa persiapan yang harus
dilakukan untuk menciptakan sistem produksi yang efektif dan efisien serta mampu
mempertahankan mutu produk secara optimal. Persiapan-persiapan tersebut antara
lain:

a. Pembuatan desain produk


b. Pembelian alat alat produksi
c. Perancangan sistem produksi
d. Kemasan produk

2.3.2 Produksi
Ada dua langkah yang harus dilakukan dalam pembuatan “Keripik Siyak” yaitu
pembuatan kripik singkong dan pembuataan sambal tempoyak. Berikut cara
pembuatannya:

4
Alat :

1. Kompor minyak
2. Penggorengan
3. Alat pengiris (slicer)
4. Toples
5. Ulekan Sambal
6. Penggorengan
7. Baskom
8. Talenan
9. Pisau
10. Tampah
11. Sendok goring

Bahan :

1. Singkong
2. Garam
3. Air
4. Minyak goreng
5. Kapur sirih
6. Tempoyak
7. Bawang merah
8. Bawang putih
9. Cabe merah besar
10. Gula pasir
11. Lada
12. Daun salam
13. Asam jawa
14. Minyak tanah

Cara pembuatan kripik singkong:

1. Pilih singkong yang bagus lalu cuci. Kupas dan hilangkan tunasnya.
2. Rendam singkong dalam larutan air kapur sirih, garam dan air. Rendamkan 15
menit lalu cuci bersih.

5
3. Tiriskan singkong kemudian iris tipis-tipis dengan ketebalan 1½ - 2½ mm.
4. Goreng dalam minyak panas sedang sampai matang dan kering. Irisan singkong
yang dimasukkan jangan terlalu banyak dan api jangan terlalu besar agar
mendapatkan hasil yang lebih baik.
5. Kripik yang sudah digoreng biarkan beberapa saat, kemudian simpan ditempat
yang kering.
Cara pembuatan sambal tempoyak:

1. Haluskan bawang putih, bawang merah dan garam. Sisihkan.


2. Tumis bawang putih dan bawang merah, cabe merah dan daun salam hingga
mengeluarkan aroma yang sedap.
3. Tambahkan tempoyak, lalu masukkan air secukupnya.
4. Masukkan tepung maizena, garam, gula pasir dan asam jawa , aduk sampai rata.
5. Aduk hingga mengental sampai sudah semi likuid. Angkat
6. Dinginkan sambal tempoyak kemudian campurkan dengan kripik singkong yang
telah digoreng tadi hingga merata.

2.3.3 Pemasaran
Tahap pemasaran diawali pada kalangan mahasiswa. Mulai dari teman dekat, setelah
mendapat antusias dari teman dekat, kemudian melanjutkan ketiap-tiap fakultas dan
satu universitas, lanjut kemasyarakat luas hingga ke kota – kota besar di Indonesia.

2.3.4 Evaluasi
Tahap evaluasi dilakukan setelah pemasaran dilakukan, karena pemasaran
menentukan bagus tidaknya produk. Hal yang dievaluasi mulai dari kualitas produk,
kemasan, dan harga yang ditetapakan perbungkus.

6
BAB III
ASPEK PRODUKS DAN PEMASARAN

3.1 Strategi Pemasaran


Strategi pemasaran yang akan dilakukan meliputi 4 metode pembaruan
pemasaran (Marketing mix), diantaranya:

Place
Tempat penjualan yang strategis. Awal usaha produk akan dijual di
lingkungan kampus Universitas Jambi dan selanjutnya akan dipasarkan di
lingkungan sekolah ataupun tempat wisata.

Product
Produk yang dihasilkan menonjolkan value (nilai) yang berbeda diantaranya
dengan menekankan khasiat yang akan diperoleh konsumen jika
mengkonsumsinya. Produk yang dihasilkan akan berkembang disesuaikan
dengan minat konsumen baik dari segi rasa ataupun tampilan produk.

Selain itu, produk akan dikemas dengan mencantumkan nilai gizi, ijin BPOM
(Badan Pengawas Obat dan Makanan) ataupun PIRT untuk menghindari
kekhawatiran konsumen dan selanjutnya akan mencantumkan label halal
setelah mendapatkan ijin dari MUI (Majelis Ulama Indonesia).

Price
Produk CONDYF akan dijual dengan harga yang dapat terjangkau oleh
masyarakat. Penentuan harga disesuaikan dengan target konsumen mulai dari
masyarakat kalangan bawah, menengah dan kalangan atas.

7
Promotion
Promosi akan dilakukan secara langsung kepada konsumen melalui free
testing dan melalui media diantaranya brosur, pamflet dan media sosial
(Instagram, Facebook, Website, Twitter).

3.2 Situasi Persaingan

Di provinsi Jambi sudah banyak pelaku usaha kecil yang menjual kripik
singkong di pinggir jalan. Bahkan beberapanya lagi di jual di pusat ole ole.
Begitu pula halnya tempoyak. Tempoyak dengan mudah di jumpai di pasar
tradisional Jambi. Olahan tempoyak biasanya ada di rumah makan dalam
bentuk gulai ikan tempoyak. Sementara olahan durian lainnya, selain
tempoyak di jual juga dalam olahan dodol di pusat ole ole.

Keadaan tersebut menjadi peluang tersendiri dalam menjalankan usaha ini.


selain karena keripik dan tempoyak sesuatu yang tidak lagi asing. Ternyata
penggabungan rasa keduanya belum ada di jumpai di Jambi ataupun pusat ole
ole. Bahkan persaingan bisa di bilang tidak ada. Peluang untuk menguasai
pasar di usaha dengan produk ini masih sangat besar dan terbuka.

3.3 Sasaran Usaha dan Promosi Penjualan

Mahasiswa adalah sasaran utama yang menjadi tumpuan dalam


pengembangan usaha ini, mengingat mahasiswa mempunyai jangkauan relasi
yang luas dan berguna dalam mempromosikan produk. Sasaran berikutnya
adalah pemerintah Provinsi Jambi dengan menawarkan kerja sama agar bisa
membantu mensukseskan usaha ini menjadi bagian dari produk lokal khas
dengan cita rasa khas Jambi. Secara umum sasaran ke semua masyarakat
yang tinggal atau berkunjung ke Jambi

Upaya yang dilakukan agar semua sasaran tersebut dapat di jangkau adalah
dengan promosi. Promosi penjualan produk “kripik Siak” akan dilakukan
melalui media sosial dan secara langsung melalui free testing atau gratis

8
mencoba produk kepada sejumlah mahasiswa universitas jambi. selanjutnya
akan di sebarkan di beberapa toko toko, pusat ole ole, dan tempat wisata.

Pengenalan produk juga dilakukan dengan menggunakan brosur yang di


desain sedemikian rupa untuk disebarkan ke sekolah sekolah, kampus, hingga
pemasangan reklame di tempat yang banyak di lalui orang. Selain itu aktif
mengikuti even event yang melibatkan banyak orang.

9
BAB IV
ANGGARAN DAN PERHITUNGAN LABA

4.1. Perincian keuangan dan modal


a. Aset tetap (Investasi)
Harga Keterangan
Material Kuantitas
Satuan (Rp) (Rp)
Kompor minyak 1 buah Rp. 250.000 Rp. 250.000
Penggorengan 1 buah Rp. 300.000 Rp. 300.000
Alat pengiris (slicer) 1 buah Rp. 30.000 Rp. 30.000
Ulekan sambal 1 buah Rp. 40.000 Rp. 40.000
Baskom 2 buah Rp. 25.000 Rp. 50.000
Talenan 2 buah Rp. 20.000 Rp. 40.000
Pisau 2 buah Rp. 20.000 Rp. 40.000
Tampah 2 buah Rp. 30.000 Rp. 60.000
Sendok goreng 1 buah Rp. 20.000 Rp. 20.000
Toples 2 buah Rp. 40.000 Rp. 80.000
Saringan 1 buah Rp. 30.000 Rp. 30.000
Rp. 940.000

b. Biaya Tetap
Harga Penyusuta Jumlah
N Kuant Pemakaian
Material Satuan n Satuan Penyusutan
o itas (Bulan)
(Rp) (Rp) /bulan
Penyusutan Aset Tetap
Kompor
1 Rp 250.000 1 48 Rp 5.208 Rp 5.208
minyak
Penggorenga
2 Rp 300.000 1 48 Rp 6.250 Rp 6.250
n
Alat pengiris
3 Rp 30.000 1 48 Rp 625 Rp 625
(slicer)
Ulekan
4 Rp 40.000 1 60 Rp 667 Rp 667
sambal
5 Baskom Rp 25.000 2 36 Rp 1.389 Rp 2.778
6 Talenan Rp 20.000 2 36 Rp 1.111 Rp 2.222
7 Pisau Rp 20.000 2 48 Rp 833 Rp 1.667
8 Tampah Rp 30.000 2 36 Rp 1.667 Rp 3.333
Sendok
9 Rp 20.000 1 48 Rp 417 Rp 417
goreng
10 Toples Rp 40.000 2 48 Rp 1.667 Rp 3.333
11 Saringan Rp 30.000 1 36 Rp 833 Rp 833
Gaji
12   1     Rp 700.000
Karyawan
  Total     Rp 727.333

10
c. Biaya Variabel
No Harga
Material Kuantitas Keterangan (Rp)
Satuan (Rp)
1 Singkong 20 kg Rp. 3.000 Rp. 60.000
2 Kapur sirih ½ kg Rp. 20.000 Rp. 10.000
3 Tempoyak 1 kg Rp. 30.000 Rp. 30.000
4 Bawang merah 1 kg Rp. 20.000 Rp. 20.000
5 Bawang putih ½ kg Rp. 18.000 Rp. 9.000
6 Cabe merah besar 1 kg Rp. 55.000 Rp. 55.000
7 Gula pasir 3 kg Rp. 12.000 Rp. 36.000
8 Minyak goreng 8 kg Rp. 12.000 Rp. 96.000
9 Minyak tanah 5 liter Rp. 9.500 Rp. 47.500
10 Garam 1 bks Rp. 2.000 Rp. 2.000
11 Lada 2 bks Rp. 1.000 Rp. 2.000
12 Daun salam 50 lembar Rp. 100 Rp. 5.000
13 Asam jawa 5 bks Rp. 1.000 Rp. 5.000
14 Tepung maizena 1 bks Rp. 5.000 Rp. 5.000
Total Rp. 382.500

Total Biaya operasional


Biaya tetap + Biaya Variabel = (Rp 727.333 + Rp. 382.500)
= Rp 1.109.833

4.2. Rencana penghasilan


Pendapatan perbulan dengan produksi 800 bungkus
800 bungkus x Rp 6000 = 4.800.000
Keuntungan perbulan
Laba = Total pendapatan – Biaya
= Rp 4.800.000 – Rp 1.109.833
= Rp. 3.690.167/Bulan
Lama balik modal
Total investasi/ keuntungan= 940.000/3.690.167= 0,25
Artinya kurang dari satu bulan produksi sudah mampu mengembalikan modal.

BAB V

11
PENUTUP

Demikian proposal usaha ini dibuat. Melihat pemaparan diatas semoga rencana
usaha ini dapat terealisasikan sebagai bagian dari usaha yang berkelanjutan.
Sebagai penyempurna dalam pelaksanaannya diharapkan kritik dan saran yang
mendukung. Terima kasih.

12

Anda mungkin juga menyukai