Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pala merupakan salah satu tanaman yang memiliki banyak kegunaan.

Tanaman pala ini banyak sekali tumbuh di Indonesia karena sebagian wilayah di

Indonesia merupakan daerah berlahan kering dengan curah hujan yang tinggi

dan tidak banyak berubah sepanjang tahun. Luas lahan tanaman pala di

Indonesia mencapai 1,47 juta hektar pada tahun 1990 yang sebagian besar

merupakan perkebunan rakyat.

Pengembangan pala sebagai salah satu tanaman di hutan rakyat dapat

menjadi salah satu sumber pendapatan petani. Pola agroforestri yang selama ini

dilakukan oleh petani menjadi pola yang cocok karena pala memerlukan

tanaman penaung pada masa pertumbuhannya untuk melindungi dari paparan

sinar matahari dan angin yang berlebihan.

Pala dikenal sebagai tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomis dan

multiguna karena setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan dalam berbagai

industri. Biji, fuli, dan minyak pala merupakan komoditas ekspor dan digunakan

dalam industri makanan dan minuman. Minyak yang berasal dari biji, fuli dan

daun banyak digunakan untuk industri obat-obatan, parfum dan kosmetik. Buah

pala berbentuk bulat berkulit kuning jika sudah tua, berdaging putih. Bijinya

berkulit tipis agak keras berwarna hitam kecokelatan yang dibungkus fuli

berwarna merah padam. Isi bijinya putih, bila dikeringkan menjadi kecokelatan

1
2

gelap dengan aroma khas. Buah pala terdiri atas daging buah (77,8%), fuli

(4%), tempurung (5,1%) dan biji (13,1%).

Secara komersial biji pala dan fuli (mace) merupakan bagian terpenting

dari buah pala dan dapat dibuat menjadi berbagai produk antara lain minyak

atsiri dan oleoresin. Produk lain yang mungkin dibuat dari biji pala adalah

mentega pala yaitu trimiristin yang dapat 2 digunakan untuk minyak makan dan

industri kosmetik.

Daging buah pala dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi manisan,

asinan, dodol, selai dan sari buah (sirup) pala. Berusaha tanaman pala memiliki

prospek yang cukup cerah terutama jika berusaha dalam pengolahan biji pala.

Jika biji pala masih dalam keadaaan “mentah” (belum diolah) harganya masih

murah.Biji pala yang belum diolah disini adalah biji yang masih dalam kondisi

yang kering. Apabila biji pala telah diolah, harganya dapat meningkat menjadi

berlipat ganda. Hal ini yang belum disadari oleh pengusaha di Indonesia baik

pengusaha besar atau pengusaha kecil.

Pertanian pala baik di masyarakat maupun perusahaan perkebunan,

merupakan hasil perbanyakan asal biji (generatif) sehingga masalah sex ratio

tidak dapat diatur dari awal pertanaman dan bibit yang digunakan adalah asalan,

dengan produktivitas rendah yaitu kurang dari 1500–3000 butir/pohon/tahun

Pemakaian bibit unggul pala klonal (vegetatif) diperlukan pada program

pengembangan pala ke depan sehingga masalah sex ratio dapat teratasi dan

produksi serta mutu dapat lebih meningkat.


3

Berdasarkan kondisi pala saat ini, Pemerintah Daerah seharusnya segera

melakukan perbaikan dengan mengacu teknologi budidaya yang telah tersedia.

Teknologi yang tersedia dari hasil penelitian, antara lain teknologi perbanyakan

bibit pala unggul klonal (vegetatif), pengolahan biji pala dan fuli menjadi minyak

atsiri, teknologi pengolahan minyak atsiri menjadi diversifikasi produk ikutan dan

teknologi pengolahan daging buah pala menjadi berbagai macam makanan

ringan belum diperoleh di tingkat petani.

Pemasaran biji pala ini sering dihadapkan pada persoalan kualitas.

Kenyataan menunjukkan masih banyak ditemukan daging pala yang hancur dan

warnanya tidak putih. Penyebab utamanya adalah sebagian besar produk biji

pala dihasilkan dengan menggunakan cara yang masih tradisional, misalnya

dikeringkan setelah itu disimpan sampai rusak tanpa ada pengupasan kulit biji

pala terlebih dahulu.

Berdasarakan letak geografis di Kelurahan Dokiri Kecamatan Tidore

Selatan Kota Tidore Kepulauan, yang rata-rata mata pencarian masyarakat

adalah nelayan dan petani, hasil alam berupa tanaman pala yang melimpah

sehingga mayoritas mata pencarian sebagai petani pala, kondisi alam dan hutan

yang beriklim tropis dengan curah hujan sedang sehingga tanaman pala dapat

tumbuh subur dan baik di Kelurahan Dokiri, maka dari itu untuk mengetahui

potensi dan pendapatan para petani pala di Kelurahan Dokiri penulis mengambil

penelitian ini dengan judul “Analisis Pendapatan Petani Pala di Kelurahan Dokiri

Kecamatan Tidore Selatan Kota Tidore Kepulauan”


4

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapa besar pendapatan petani pala di Kelurahan Dokiri Kecamatan

Tidore Selatan Kota Tidore Kepulauan?

2. Faktor- faktor yang mempengaruhi pendapatan petani pala Kelurahan

Dokiri Kecamatan Tidore Selatan Kota Tidore Kepulauan?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengatahui Berapa besar pendapatan petani pala di Kelurahan

Dokiri Kecamatan Tidore Selatan Kota Tidore Kepulauan.

2. Untuk Mengatahui Faktor- faktor yang mempengaruhi pendapatan petani

pala Kelurahan Dokiri Kecamatan Tidore Selatan Kota Tidore Kepulauan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diberikan dalam penelitian ini, diantaranya :

1. Sebagai sarana dalam menambah wawasan peneliti mengenai

pendapatan petani di Kelurahan Dokiri

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-

pihak yang terlibat dalam dunia usaha dan bisnis.

3. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi

peneliti-peneliti selanjutnya, terutama bagi mahasiswa/i program studi

Agribisnis.
5

1.5. Batasan Masalah

Pada penelitian yang penulis lakukan ini, penulis membatasi ruang lingkup

masalah yang diteliti yaitu:

1. Penelitan ini dilakukan hanya pada petani pala di Kelurahan Dokiri

Kecamatan Tidore Selatan Kota Tidore Kepulauan.

2. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini ialah menggunakan

Aplikasi SPSS

Anda mungkin juga menyukai