Anda di halaman 1dari 13

PEMANFAATAN KELAPA SAWIT ( JACQ) DI

PROVINSI RIAU SEBAGAI BAHAN BAKU MINYAK MENTAH (CRUDE


PALM OIL)

Muhammad Rizky Satria1, Bryan Bintang2 , Ernedi2, Elyas Elkana3


1*Program Studi Teknik Perkeretaapian, Jurusan Infrastruktur dan
Kewilayahan, Institut Teknologi Sumatera, Jl. Terusan Ryacudu,Way
Huwi ,Kec. Jati Agung ,Kabupaten Lampung Selatan, Lampung 35365
2Program Studi Teknik Geomatika, Jurusan Infrastruktur dan
Kewilayahan, Institut Teknologi Sumatera, Jl. Terusan Ryacudu,Way
Huwi ,Kec. Jati Agung ,Kabupaten Lampung Selatan, Lampung 35365
3Program Studi Teknik Kelautan, Jurusan Infrastruktur dan Kewilayahan,
Institut Teknologi Sumatera, Jl. Terusan Ryacudu,Way Huwi ,Kec. Jati
Agung ,Kabupaten Lampung Selatan, Lampung 35365

Email : muhammad.122460003@student.itera.ac.id

ABSTRAK

Kelapa sawit adalah subsektor pertanian yang menopang


perekonomian Indonesia. Kelapa sawit juga salah satu bahan baku
utama yang digunakan oleh masyarakat. Minyak kelapa sawit dapat
digunakan sebagai bahan baku Crude Palm Oil (CPO). Indonesia
merupakan penghasil dan pengekspor minyak sawit terbesar di
belahan dunia, yang mana memproduksi 85-90% minyak sawit di
dunia. Mengingat animo masyarakat yang besar dan minyak mentah
dari kelapa sawit (CPO) juga merupakan satu jenis bahan baku mentah
ekspor Indonesia ke luar negri, maka minyak sawit diproduksi dalam
jumlah besar. Salah satu kota di Indonesia yang menyumbang banyak
minyak mentah atau Crude palm oil (CPO) adalah Riau. Setiap
tahunnya dengan luas lahan 2.708.892 ha, dan produksi sebanyak
8.496.029 ton serta produktivitasnya sebesar 3.720 ha/ton Riau
memiliki peningkatan pada lahan, produksi dan juga produktivitasnya.
Kabupaten/kota pada Provinsi Riau dengan perkembangan tanaman
kelapa sawit serta pengolahannya cukup pesat adalah Kabupaten/Kota
Riau, dengan menghasilkan 7.683.535.00 ton. Pada tahun 2018,
sebanyak 146 pabrik dengan kapasitas produksi 6.254 ton/jam di atas
lahan seluas ± 2.708.892 ha. Minyak mentah dari kelapa sawit atau
crude palm oil (CPO) banyak dikonsumsi masyarakat serta disuling
menjadi biodiesel, minyak goreng, margarin, kosmetik dan lainnya.

Kata kunci : Kelapa Sawit, Crude Palm Oil, Minyak Mentah, Provinsi
Riau

PENDAHULUAN
Sebagian besar penduduk Riau hidup di daerah perkebunan.
Ada dua macam dalam penggunaan perusahaan perkebunan, yaitu
petani kecil, yang bisa diliat dengan pengelolaan secara tradisional
dengan luasan lahan yang relatif sempit. Sebaliknya, model
perkebunan besar dicirikan oleh manajemen modern dengan teknologi
maju (Mubyarto, 2001).

Kelapa sawit merupakan pemproduksi minyak nabati yang


handal, sebab minyak yang diproduksi mempunyai banyak keutamaan
jika dibandingkan oleh minyak dari tanaman lain. Manfaat ini termasuk
mempunyai kadar kolesterol rendah, bahkan tanpa kolesterol.
Penghasilan minyak per hektar sampai pada angka 6 ton per tahun,
dan terkadang lebih. Diliat dari fasilitas produksi minyak yang lain (4,5
ton per tahun), tingkat penghasilan ini relatif tinggi (Nawiruddin, 2017).
Ada beberapa jenis kelapa sawit, antara lain E. guineensis Jacq, E.
oleifera dan E. odora. Varietas kelapa sawit dikelompokkan menurut
ketebalan endocarp serta warna buah. Diliat dari ketebalan
endokarpnya, kelapa sawit dibagi jadi tiga bagian yakni Tender, Dura
dan Pisifera, sedangkan berdasarkan warna buahnya dibagi jadi tiga
yakni Nigrescens, Virescens dan Albescens. Kelapa sawit mencakup
beberapa bagian yakni akar, batang, daun, bunga, dan buah serta biji
(Fatimah, 2020).
Di Indonesia, kelapa sawit memainkan peran ekonomi yang
signifikan. Indonesia adalah salah satu pembuat minyak sawit terbesar,
dengan perkebunan besar di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi
dan Papua. Minyak kelapa sawit memiliki berbagai manfaat, salah
satunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan alami Unrefined Palm Oil
(CPO). Crude Palm Oil (CPO) diekspor oleh Indonesia dalam jumlah
besar.

Crude palm oil (CPO) biasa dikenal juga dengan minyak sawit
mentah diperoleh dengan cara memeras buah sawit (mesocarp) yang
berwarna kuning-oranye dalam bentuk cair. Crude palm oil (CPO)
mempunyai sifat fisik di suhu 25° C mempunyai kepadatan massa
0,909-0,917 g/ml dan pada suhu 55° C CPO mempunyai kepadatan
massa 0,888-0,892 g/mL. Secara umum, minyak sawit mentah (CPO)
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: rumus kimianya C3H5 (COOR),
penampakannya berupa cairan kuning jingga, dan kemurniannya 98%
(Sabir, 2019).

Setiap tahunnya Crude palm oil (CPO) pada pulau Sumatera


mendapatkan kemajuan. Produksi Crude Palm Oil (CPO) terbesar pada
negara Indonesia adalah Riau, pada setiap tahunnya mengalami
peningkatan yang sangat pesat dibandingkan dengan kota lainnya di
Indonesia. Pemerintah menyebutkan kalau Riau sebagai komoditi
utama di Indonesia karena Riau memiliki daerah yang strategis untuk
mengembangkan kelapa sawit sehingga dapat menghasilkan produksi
yang besar dan dari segi keuntungan para petani di Riau mendapatkan
keuntungan yang besar.

Seiring dengan terus berkembangnya pabrik dan industri


pengolahan kelapa sawit di Provinsi Riau, Kabupaten Rokan Hilir
menjadi daerah yang berkembang pesat. Berkat perkebunan kelapa
sawit yang melimpah – mulai dari skala kecil hingga PT – hampir
setiap kabupaten di Kabupaten Rokan Hilir menjadi episentrum
produksi kelapa sawit di Provinsi Riau. Dapat dikatakan bahwa Rokan
Hilir adalah penghasil utama minyak sawit (Fakhrunnas, 2015). Hasil
pemurnian CPO dapat dimanfaatkan menjadi margarin, kosmetik,
biodiesel, minyak goreng, dan lainnya.

Menurut Soemarso (2005: 271), barang yang dapat dihubungkan


langsung dengan produk jadi merupakan bahan baku yang digunakan
dalam proses produksi. Sedangkan Mulyadi (2005: 275) menyatakan
bahwa bahan mentah adalah bahan yang merupakan satu kesatuan.
Mereka sangat penting dalam pembuatan suatu produk, dan
bahan-bahan ini dapat mengalami proses khusus untuk berevolusi
menjadi bentuk lain. Menurut Herawati (2016), bahan baku memainkan
peran penting dalam produk jadi karena merupakan bagian yang
signifikan. Memperoleh bahan baku dalam perusahaan manufaktur
dapat dicapai dengan membeli lokal, mengimpor atau mengolahnya
secara internal. Perspektif Kholmi (2005; 29) berpendapat bahwa
bahan baku yang diproses di perusahaan manufaktur merupakan
elemen penting dalam manufaktur.

Pada penelitian kali ini memiliki rumusan masalah yaitu


pemanfaat kelapa sawit sebagai bahan baku minyak mentah atau
crude palm oil di Sumatera. Dengan masalah yang dibahas pada
penelitian ini maka sub masalah pada penelitian kali ini menitik
beratkan pada permasalahan tentang pengelolaan minyak mentah dari
kelapa sawit. Seharusnya pemerintah dan pelaku usaha
mengoptimalkan potensi kelapa sawit agar bisa memberikan manfaat
yang maksimal di pasar dunia, selain itu juga para pelaku mengolah
kelapa sawit menjadi produk yang lebih bermanfaat melalui proses
pengolahan yang efisien dan inovatif, seperti penciptaan lapangan
kerja, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan dan juga
pemberdayaan petani serta diversifikasi ekonomi.

Pada penelitian kali ini memiliki ruang lingkup masalah pada


para pelaku usaha Crude Palm Oil (CPO). Yang mencakup pada
pemanfaatan Crude Palm Oil (CPO) ,bagaimana pelaku usaha
mengolah Crude Palm Oil (CPO) dan bagaimana hasil dari Crude Palm
Oil (CPO) setelah dikelolah yang akan dibahas pada bagian pembagian
pembahasan. Untuk batasan ruang lingkup penelitian yaitu pada
daerah yang dipilih pada penelitian kali ini akan membahas pada
daerah Riau yang terletak di Sumatera.

Pada penelitian kali ini memiliki tujuan masalah yang dapat


diketahui yaitu untuk mengetahui bagaimana Crude Palm Oil (CPO)
dimanfaatkan oleh pelaku usaha agar dapat optimal, untuk mengetahui
para pelaku usaha mengolah Crude Palm Oil (CPO) dan juga untuk
peluang Crude Palm Oil (CPO) di pasar industri yang dapat di
manfaatkan oleh masyarakat.

Manfaat pada penelitian yang dilakukan saat ini yang ditinjau


pada masalah dan pembahasan.
Para pembaca dapat mengetahui apa saja yang manfaat Crude
Palm Oil (CPO) yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari
serta pembaca dapat mengetahui bagaimana para pelaku usaha
kelapa sawit mengolah Crude Palm Oil (CPO) agar optimal.

METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah


survei literatur melalui studi kepustakaan. Beragam jurnal, buku, dan
dokumen cetak dan elektronik diperiksa untuk informasi yang relevan.
Data yang digunakan berasal dari sumber sekunder terutama diperoleh
melalui website Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. Untuk
menganalisis data yang terkumpul ini, digunakan metode deskriptif
untuk menggambarkan secara akurat hasil penelitian dan merumuskan
pemikiran konklusif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelapa sawit adalah salah satu bahan pokok yang digunakan


oleh masyarakat untuk di konsumsi. Sehingga produksi kelapa sawit
harus berjumlah besar karena minat masyarakat yang sangat besar.
Beberapa negara menghasilkan kelapa sawit dan mengekspornya ke
negara luar salah satunya Indonesia ,di Indonesia sendiri pengekspor
besar kelapa sawit adalah Riau. Dari data United states Department of
agriculture Indonesia adalah penghasil dan pengekspor kelapa sawit
terbesar di dunia yang menghasilkan 85-90 % dari hasil produksi
minyak kelapa sawit di dunia menurut Badan Pusat Statistika (BPS-
Statistics Indonesia). Dengan lahan di Indonesia yang memungkinkan
sehingga menghasilkan kelapa sawit yang besar.

Prospek pengembangan agroindustri kelapa sawit di provinsi


Riau sangat cerah. Untuk mencapai hal tersebut, Pemerintah Riau
meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa sawit, membangun
infrastruktur yang memadai, mengembangkan penelitian dan
pembangunan yang selama ini kurang terfokuskan, mengembangkan
produk baru untuk otentikasi produk, dan mengatur produksi industri
kelapa sawit.

Tabel 1. Data perkembangan luas lahan, produksi dan produktivitas


tanaman kelapa sawit di provinsi Riau pada tahun 2018-2020
Produktivitas
Tahun Luas Lahan (ha) Produksi (ton)
(ha/ton)

2018 2.708.892 8.496.029 3.720

2019 2.808.668 9.127.612 3.849

2020 2.850.003 9.776.672 4.062

(Kementrian Pertanian Republik Indonesia, 2020)

Dilihat dari data setiap tahun luas lahan kelapa sawit mengalami
peningkatan. Dengan luas lahan yang yang bertambah mempengaruhi
jumlah produksi kelapa sawit. Produktivitas kelapa sawit yang
bertambah setiap tahunnya sehingga bisa di produsen ke pasar dunia.
Setiap daerah di Riau menghasilkan kelapa sawit

Tabel 2. Data produksi perkebunan setiap daerah di provinsi


Riau
Produksi Kelapa Sawit (Ton)
Kab kota
2018 2019

Riau 7683535.00 7466260.00

Kuantan Singingi 452218.00 450804.00

Indragiri Hulu 286243.00 469273.00

Indragiri Hilir 733009.00 731009.00

Pelalawan 1339609.00 1339609.00

Siak 1193290.00 1098665.00

Kampar 1222465.00 955735.00

Rokan Hulu 1195460.00 1195460.00

Bengkalis 334066.00 334066.00

Rokan Hilir 813834.00 813832.00

Kepulauan Meranti - 0.00

Pekanbaru 31219.00 36612.00

Dumai 82122.00 41195.00

(Badan Statistik Provinsi Riau)

Alasan pemerintah Riau mengutamakan kelapa sawit sebagai di


komoditinya yaitu lingkungan Riau yang memungkinkan untuk
membuka lahan untuk sawit, memiliki letak yang strategis sehingga
memiliki keuntungan untuk menjual kelapa sawit dan dibandingkan
perkebunan yang lain kelapa sawit memiliki keuntungan yang tinggi.

Perkebunan sawit Indonesia khususnya di Riau masih tertinggal


dari Malaysia karena pemilihan yang kurang tepat, pemberian pupuk
yang jauh dari kata optimal, dan perkebunan sawit yang usia produktif
nya sudah tua yang terlambat. Hal tersebut yang membuat ekspor
kelapa sawit di Indonesia khususnya Riau masih kalah jauh dari
Malaysia. Di Indonesia sendiri khususnya di Riau mengekspor dalam
bentuk CPO (Masykur, 2013).

Penanganan minyak sawit di Malaysia dimulai dari CPO hingga


minyak sawit. Karena keuntungan individu dalam mengkonsumsi
minyak sawit. Menurut informasi yang dikumpulkan oleh Departemen
Pertanian Amerika Serikat, Indonesia adalah produsen dan pengekspor
minyak sawit terbesar di dunia, yang dapat menghasilkan antara
85-89% (Zulaiha, 2021). Sektor minyak sawit Indonesia( Crude Palm
Oil/ CPO) semakin berkembang cepat dari tahun ke tahun. Penghasilan
CPO bertambah menjadi 2,10 juta ton di 2010 yang semula 19,4 juta ton
tahun sebelumnya. Sementara itu, produksi tahun 2012 meningkat
sebesar 4,7 jadi sekitar 22,0 juta ton. Total pengeksporan juga menaik,
mencapai kisaran 15,65 juta ton pada tahun 2010, sebelum memuncak
sebagai penghasil CPO terbesar dunia pada tahun 2012 yang mana
menghasilkan sebanyak 22,0 juta ton. Dari jumlah penghasilan itu,
kemungkinan hanya berkisar 25 dari 5,45 juta ton yang dipakai di pasar
domestik. Sebagai produsen CPO terbesar dunia, Indonesia semakin
memajukan pasar ekspor baru dengan tujuan memasarkan produknya
dengan memperluas pasar yang telah ada. Provinsi Riau sebagai
daerah yang mana menjadi areal perkebunan terluas di Indonesia.
Pada tahun 2008 riau memberikan kontribusi dari hasil perkebunan
kelapa sawit kepada indonesia sebesar 4,47 juta ton atau sekitar
24,40% dari penghasilan yang didapatkan.

Industri Minyak sawit di Uni Eropa sangat membantu


perekonomian Indonesia karena EU mengimpor dari Indonesia dan
Malaysia sebanyak 6,4 juta ton minyak sawit . Minyak sawit yang di
Impor dari Indonesia dan Malaysia juga membuat meningkatkan
perekonomian di UE karena menciptakan lapangan kerja bagi 117 ribu
orang dan mendapatkan pendapatan 5,8 miliar euro setiap tahun dan
penerimaan pajak 5,8 euro. Negara EU yang mengimpor minyak sawit
dari Indonesia dan Malaysia adalah Spanyol, Jerman, Prancis, Belanda
dan Finlandia. Negara tersebut menggunakan minyak sawit sebagai
industri oleokimia, Industri oleopangan dan Industri biodiesel
(Sipayung, 2017).

Kelapa sawit diolah menjadi minyak kelapa sawit yang tidak


boleh langsung dikonsumsi karena mengandung asam lemak jenuh
yang tinggi . Minyak dari kelapa sawit dapat diolah menjadi makanan,
bahan mentah, dan juga biodiesel. Minyak kelapa sawit memiliki nilai
penting dalam produk pangan yang memberikan manfaat signifikan
bagi masyarakat. Konsumsi minyak kelapa sawit oleh masyarakat
disebabkan oleh kandungan karotenoid dan vitamin E yang berperan
sebagai antioksidan untuk tubuh. Gizi yang terdapat dalam minyak
kelapa sawit didominasi oleh trigliserida dengan kandungan hingga 93
persen. Komposisi kelapa sawit bervariasi tergantung pada faktor
lokasi penanaman, usia kelapa sawit, dan jenis kelapa sawit yang
ditanam (Zulaiha, 2021).

Biodiesel merupakan sumber energi alternatif yang dapat


menggantikan bahan bakar minyak bumi (BBM). Bahan ini terdiri dari
cairan khusus yang diformulasikan untuk digunakan pada mesin diesel,
yang terbuat dari minyak nabati (bio-oil). Biodiesel dapat langsung
digunakan pada mesin tanpa memerlukan modifikasi, karena memiliki
karakteristik pembakaran yang serupa dengan minyak solar.
Penggunaan biodiesel memberikan manfaat signifikan bagi
masyarakat dalam mengurangi ketergantungan pada impor bahan
bakar solar. Selain itu, biodiesel juga merupakan pilihan yang ramah
lingkungan karena tidak mengandung sulfur. Kelebihan biodiesel dalam
penggunaan pada mesin adalah kemampuannya untuk mencampur
dengan solar dan menghasilkan tingkat cetane yang tinggi (Masykur,
2013).

Penciptaan minyak sawit atau CPO di Indonesia menjadi salah


satu komoditas agribisnis yang memiliki keseriusan di pasar dunia.
Biaya pemasaran CPO di pasar internasional meningkat seiring dengan
peningkatan produksi CPO di Indonesia. Baik minyak goreng kemasan
maupun minyak goreng curah mengalami kenaikan harga yang
signifikan selama dua tahun terakhir. Menurut Sa'id (2012), kebutuhan
manusia akan pengolahan minyak goreng strategis terus meningkat.

Kelapa sawit yang diolah menjadi CPO (Rough Palm Oil)


merupakan salah satu daerah yang menopang perekonomian di
Indonesia, khususnya di Riau. Ekspansi ekonomi negara, lapangan
kerja, dan arus ekspor-impor secara signifikan dibantu oleh sektor ini.
Karena ekspor dan impor, ekonomi penghasil CPO terus tumbuh setiap
tahunnya. Namun, penurunan harga minyak sawit di pasar global
(statistik minyak sawit 2019) tercatat dalam data Data Harga
Komoditas Bank Dunia (Pink Sheet) yang dirilis pada 3 November 2020,
sebagai akibat dari pelemahan rupiah. nilai tukar (kurs). Karena CPO
diperdagangkan melalui ekspor dan impor, pelemahan nilai tukar
rupiah berpengaruh terhadap harga CPO. Demikian pula, melemahnya
standar konversi rupiah juga berdampak pada impor bahan baku
modern yang tidak dimurnikan, yang membuat biaya meningkat dan
ekspansi lokal meningkat. Karena harga CPO dipengaruhi oleh
perubahan harga di pasar internasional, penurunan harga ekspor dapat
berdampak pada volume ekspor minyak sawit. Pergeseran harga di
pasar internasional juga disebabkan persaingan dengan minyak nabati
lainnya. Masyarakat juga mengkonsumsi kedelai, kelapa, dan minyak
nabati lainnya. Melalui pembentukan produk domestik bruto (PDRB),
perolehan devisa, penyediaan bahan pangan dan industri,
pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan
pendapatan masyarakat, sektor pertanian memberikan kontribusi
terhadap perekonomian ( Dewi, 2021).

Salah satu negara ekspor kelapa sawit yang mempengaruhi


ekspor pada pasar Internasional yaitu China. Indonesia dan China
melakukan kerja sama salah satunya perekonomian dan perdagangan
internasional kelapa sawit. China adalah negara tujuan Indonesia
karena China adalah negara yang membutuhkan CPO . Kerjasama
perdagangan kelapa Sawit Indonesia pada China (ekspor) mengalami
kenaikan . Namun, pada 2010 Kementerian kesehatan dan
Kementerian pertanian mengeluarkan peraturan Residu Pestisida 2010
yaitu membangun mekanisme dan prosedur kerja pada batas residu
maksimum membuat kerugian pada negara,eksportir dan petani.
Karena beberapa produk CPO belum mencapai Batas Maksimum
Residu (BMR) yang sudah ditetapkan pemerintah. Pada perdagangan
internasional ,Batas Maksimum Residu (BMR) dimanfaatkan banyak
negara untuk memperlancarkan ekspor dan mengurangi impor produk
yang sama . Suatu negara penghasil CPO menurunkan Batas
Maksimum Residu agar negara lain tidak dapat mengekspor
produk-produk pertanian ke negara tersebut.

Di Indonesia, terdapat peraturan yang telah ditetapkan oleh


Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertanian, yaitu BMR (Batas
Maksimum Residu) yang tercantum dalam lampiran SKB Nomor
711/Kpts/TP.27/8/96. Peraturan ini mengatur bahwa hasil pertanian,
baik dari dalam maupun luar negeri, tidak boleh mengandung residu
pestisida melebihi batas yang telah ditetapkan. Jika terdapat hasil
pertanian dari luar negeri yang melebihi batas residu pestisida yang
ditetapkan dalam BMR, maka hasil tersebut harus ditolak (Apriyanti,
2015).

KESIMPULAN

Secara keseluruhan, Provinsi Riau merupakan salah satu wilayah


di Indonesia yang memiliki peran penting dalam industri perkebunan
kelapa sawit. Pertumbuhan kelapa sawit di wilayah ini berkontribusi
secara signifikan terhadap perekonomian daerah. Penggunaan kelapa
sawit sebagai bahan baku utama untuk produksi minyak kelapa sawit
mentah (crude palm oil) memiliki potensi ekonomi yang besar di
Provinsi Riau. Minyak kelapa sawit digunakan dalam berbagai sektor
industri, termasuk makanan, minuman, kosmetik, dan biodiesel.
Pemanfaatan kelapa sawit sebagai bahan baku minyak mentah
memiliki keunggulan ekonomi dan teknis, karena tanaman kelapa
sawit tumbuh dengan cepat dan memiliki produktivitas yang tinggi.

Namun, perlu diingat bahwa pemanfaatan kelapa sawit juga


berdampak signifikan pada lingkungan. Pembukaan lahan untuk
perkebunan kelapa sawit sering kali menyebabkan deforestasi dan
kerusakan habitat alam, serta menimbulkan konflik lahan dengan
masyarakat adat. Oleh karena itu, pengelolaan kelapa sawit harus
dilakukan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan, dengan
memperhatikan aspek lingkungan.

Di samping itu, industri kelapa sawit perlu melakukan inovasi


dalam pengolahan produk samping seperti cangkang dan pelepah
kelapa sawit, serta limbah cair pabrik kelapa sawit, sebagai upaya
untuk mengurangi dampak negatif yang dihasilkan. Diversifikasi
produk dan penerapan teknologi yang ramah lingkungan dapat
menjadi solusi yang efektif dalam mengurangi dampak terhadap
lingkungan.

Secara keseluruhan, penggunaan minyak kelapa sawit di


Provinsi Riau sebagai bahan baku minyak kelapa sawit mentah (crude
palm oil) memiliki potensi ekonomi yang signifikan. Namun, penting
untuk melakukan pengelolaan yang bertanggung jawab dan
berkelanjutan serta mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan
oleh industri kelapa sawit.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanti, D. (2015). UPAYA PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENYIKAPI
KEBIJAKAN RESIDU PESTISIDA CHINA DALAM KOMODITAS EKSPOR
CPO (CRUDE PALM OIL) periode (2008-2012).
.

Dewi, M. (2021). PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, NILAI EKSPOR CPO


(CRUDE PALM OIL) DAN LUAS AREAL TANAMAN SAWIT TERHADAP
PDRB DI PROVINSI RIAU DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
PERIODE 2010-2019 .
.

Fakhrunnas, M. (2015). Efisiensi Produksi Minyak Mentah Kelapa Sawit Di


Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir (Studi Kasus PT. Riau
Makmur). , 15.

Fatimah, I. (2020). STMIK ROYAL KISARAN.

Hanggana, S. (2006). .

Lahu, E. P., & Sumarauw, J. S. (2017). Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi 5.3.

Masykur. (2013). Pengembangan industri kelapa sawit sebagai penghasil


energi bahan bakar alternatif dan mengurangi pemanasan global (studi
riau sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia).
, 96-107.

Mubyarto. (2001). LP3ES.

Nawiruddin, M. (2017). eJournal Ilmu Pemerintahan.

, 14.

Sabir, S. (2019).

, 98.

Sa'id, G. (2012). Jakarta.


Sipayung, J. H. (2017). Perkebunan kelapa sawit Indonesia dalam Perspektif
Pembangunan Berkelanjutan.
, 81-94.

Zulaiha. (2021). ANALISIS RESPONS PENAWARAN KOMODITAS MINYAK


KELAPA SAWIT DI PROVINSI RIAU.
.

https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/15375-Full_Text.pdf

Anda mungkin juga menyukai