Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui prospek pengembangan usaha pengolahan nilam IKM XYZ
yang ada di Desa Buke Kecamatan Buke Kabupaten Konawe Selatan dengan melihat pada analisis kelayakan
finansial. Kelayakan finansial yang digunakan terdiri dari Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (B/C
Ratio), R/C Ratio, Pay Back Period (PBP), dan Break Even Point (BEP). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Juli sampai dengan bulan Agustus 2019. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Hasil dari kelayakan finansial dari usaha
pengolahan nilam IKM XYZ yaitu Net Present Value (NPV) sebesar Rp. 12.521.218, Benefit Cost Ratio (B/C
Ratio) sebesar 1.0086, R/C Ratio sebesar 1,178, Pay Back Period (PBP) sebesar 2,63 bulan, dan Break Even Point
(BEP) sebesar 164.98. Dari hasil perhitungan kelayakan finansial usaha pengolahan nilam IKM XYZ dinyatakan
layak untuk dikembangkan dan memiliki prospek yang baik.
Kata kunci: prospek usaha, pengolahan nilam, kelayakan usaha, kelayakan finansial
Abstract
This study aims to determine the prospects for the development of patchouli processing business XYZ in Buke
village, Buke District, South Konawe Regency by looking at the financial feasibility analysis. The financial
feasibility used consists of Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (B / C Ratio), R / C Ratio, Pay Back
Period (PBP), and Break Even Point (BEP). This research was conducted in July to August 2019. The data used
are primary data and secondary data. Analysis of the data used in this research is quantitative descriptive. The
results of the financial feasibility of the patchy processing business of IKM XYZ are Net Present Value (NPV) of
Rp. 12,521,218, Benefit Cost Ratio (B / C Ratio) of 1,0086, R / C Ratio of 1,178, Pay Back Period (PBP) of 2.63
months, and Break Even Point (BEP) of 164.98. From the results of the calculation of the financial feasibility of
patchy processing business, IKM XYZ is declared feasible to be developed and has good prospects.
Keywords: business prospects, patchouli processing, business feasibility, financial feasibility
Tekper: Jurnal Teknologi dan Manajemen Industri Pertanian 1(2): 86-92 (2020)
88
Prospek Pengembangan Usaha….
yang diperoleh langsung dari hasil wawancara Keterangan:
yang dilakukan terhadap pemilik dan karyawan Pd = Pendapatan (Rp/bulan)
IKM XYZ dan melalui observasi langsung. TR = Total Revenue (Penerimaan Total)
Data yang didapatkan yaitu meliputi : modal (Rp)
usaha, bahan baku, jumlah tenaga kerja, TC = Total Cost (Biaya Total) (Rp)
pendapatan dan pengeluaran usaha tersebut.
Sedangkan data sekunder adalah data yang Kelayakan Finansial
diperoleh peneliti secara tidak langsung atau a. Net Present Value (NPV)
diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Data Net Present Value (NPV) yaitu selisih
sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik antara Present Value Total Benefit dan present
Kabupaten Konawe Selatan serta Dinas Value Total Cost.
Perindustrian dan Perdagangan. Rumus : NPV = PVTB – PVTC
dimana:
Analisis Data PVTB = Present Value Total Benefit
Analisis data yang digunakan dalam PVTC = Present Value Total Cost
penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. a) Jika NVP > 0 , maka usaha pengolahan
1) Analisis deskriptif membahas nilam layak untuk dijalankan.
permasalahan penelitian dengan b) Jika NVP = 0 , maka usaha pengolahan
menguraikan dan menjelaskan berdasarkan nilam kembali balik modal.
data yang diperoleh serta diinterpretasikan c) Jika NVP < 0 , maka usaha tersebut
sesuai dengan teori-teori yang relevan tidak layak untuk dijalankan
sehingga dapat menggambarkan keadaan
yang terjadi (Husein, 2007). b. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
2) Analisis kelayakan finansial, ini dilakukan Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) yaitu angka
untuk mengetahui apakah usaha sepatu perbandingan antara jumlah Present value Total
kulit ini memiliki prospek yang baik atau Benefit dengan Present Value Total Cost.
tidak dengan mengkaji pengaruh bahan Rumus: B/C ratio = PVTB
baku, tenaga kerja, dan pro duksi terhadap PVTC
prospek usaha sepatu kulit. Dengan dimana:
menggunakan beberapa analisis PVTB = Present Value Total Benefit
perhitungan sebagai berikut PVTC = Present Value Total Cost
(Fatkhurahman, 2011): a) Jika B/C >1, maka usaha pengolahan nilam
layak untuk dikembangkan.
Untuk mengetahui total biaya b) Jika B/C <1, maka usaha pengolahan nilam
produksi/total cost dengan rumus (La Ola, tidak layak untuk dikembangkan.
2014),
c. R/C Ratio
TC = TFC + TVC R/C ratio yaitu jumlah ratio yang
Dimana : digunakan untuk melihat keuntungan relatif
TC = Total Cost (Rp) yang akan didapatkan dalam sebuah proses
TVC = Total Variabel Cost (Rp) produksi.
TFC = Total Fixed Cost (Rp) Rumus: R/C = TR/TC
dimana :
Rumus penerimaan menurut Rahardja, TR= Penerimaan total (totalrevenue(Rp) TC =
(2008) yaitu: Biaya total (total cost) (Rp)
TR = P. Q a) R/C > 1 : Usaha menguntungkan
dimana : b) R/C = 1 : Usaha impas
P = Harga minyak nilam (Rp/kg) c) R/C < 1 : Usaha rugi.
Q = Jumlah minyak nilam (kg)
TR = Total Revenue (Penerimaan Total) d. Pay Back Period (PBP)
(Rp) Pay Back Period (PBP) yaitu suatu
Jumlah pendapatan usaha industri minyak periode yang diperlukan untuk mengembalikan
nilam dapat diketahui menggunakan analisis investasi awal dengan bentuk aliran kas
pendapatan (Soekartawi, 2002) sebagai berikut: (Kusuma, 2014).
Pd = TR – TC
Tekper: Jurnal Teknologi dan Manajemen Industri Pertanian 1(2): 86-92 (2020)
89
Prospek Pengembangan Usaha….
Rumus: Katerampilan dan Pemahaman dibidang
Payback Period = (investasi awal) /(arus kas) Usaha Pengolahan Nilam
x 1 tahun Keterampilan dan pemahaman adalah hal
a) jika nilai PBP lebih kecil dari periode penting yang harus dimiliki oleh pelaku usaha
usaha maka usaha dinyatakan layak pengolahan nilam. Kedua komponen tersebut
b) jika nilai PBP sama dengan periode merupakan hal wajib yang harus dimiliki oleh
usaha maka usaha tidak untung dan tidak seseorang pelaku usaha dan akan dibutuhkan
rugi juga oleh tenaga kerjanya. Keterampilan yang
c) jika nilai PBP lebih besar dari periode dimiliki akan memberikan manfaat penting
usaha maka usaha dinyatakan tidak layak dalam menjalankan usaha ini. Semakin lama
seseorang menjalankan usahanya maka semakin
e. Break Even Point (BEP) tinggi pula keterampilan dan pengetahuan yang
Break Even Point (BEP) yaitu suatu dimiliki apalagi jika dibarengi dengan
analisis yang bertujuan untuk menemukan satu pealatihan atau kursus-kursus yang terkait
titik impas, menunjukkan biaya sama dengan pengolahan nilam. Karena pengalaman itu
pendapatan. Menurut (Alamsyah, 2005). sangat berpengaruh dalam menjalankan usaha.
Perhitungan BEP (konsep dasar unit produksi Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus: bahwa pelaku usaha pengolahan nilam ini
memulai usahanya dari keterampilan yang
dimiliki dan juga yang didapat dari pelatihan
yang diberikan oleh pengusaha bagi tenaga
BEP = Break Even Point kerja.
FC = Biaya Tetap
VC = Biaya Tidak Tetap Kemudahan Memperoleh Faktor Produksi
P = Harga Jual Per Unit Pendukung
S = Sales Per Unit Faktor-faktor pendukung untuk
Apabila produksi minyak nilam melebihi menjalankan usaha pengolahan nilam yang
produksi pada saat titik impas (dalam satuan dimaksud adalah tenaga kerja, bahan baku dan
unit produksi) maka usaha pengolahan teknologi yang digunakan dalam pengolahan
produksi minyak nilam mendatangkan nilam. Dari penelitian yang telah dilakukan,
keuntungan dan layak diproduksi. diketahui bahwa untuk mendapatkan tenaga
kerja tidak terlalu sulit. Hal ini disebabkan
karena para tenaga kerja yang dibutuhkan tidak
dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan
HASIL DAN PEMBAHASAN yang tinggi. Kemudian untuk memperoleh
bahan baku, para pelaku usaha pengolahan
Prospek Pengembangan Usaha Pengolahan nilam ini tidak terlalu memiliki kesulitan,
Nilam karena bahan baku yang dibutuhkan selalu ada,
Dalam memulai suatu usaha diperlukan kalaupun agak berkurang biasanya didatangkan
pengetahuan umum tentang usaha apa yang dari daerah lain. Hanya saja tergantung dari
akan dibuat termasuk dalam usaha pengolahan kemampuan finansial, jika dana atau finansial
nilam. Banyak hal-hal yang harus diperhatikan ada maka bahan baku nilam yang dibutuhkan
untuk memulai suatu usaha. Oleh karena itu bisa didapatkan. Sedangkan untuk membeli
untuk mengetahui apakah usaha pengolahan peralatan juga tidak sulit didapatkan, karena
nilam itu layak atau tidak untuk dijalankan alat yang digunakan juga umum dan apabila ada
maka perlu dilakukan studi kelayakan. Layak alat khusus.
atau tidaknya usaha tersebut untuk dijalankan Untuk mengetahui apakah usaha
atau dioperasikan dapat dilihat dari hasil pengolahan nilam ini mempunyai prospek yang
penelitian studi kelayakan yang telah dilakukan baik dimasa yang akan datang maka penulis
terhadap usaha tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan analisa finansial atau keuangan
studi kelayakan dilihat dari studi kelayakan untuk mengetahui keberhasilan IKM XZY.
finansial.
Tekper: Jurnal Teknologi dan Manajemen Industri Pertanian 1(2): 86-92 (2020)
90
Prospek Pengembangan Usaha….
a) Net Present Value (NPV) produksi. R/C Ratio usaha pengolahan nilam
Net Present Value (NPV) pada usaha IKM XYZ dapat dilihat pada Tabel 2.
pengolahan nilam IKM XYZ dalam periode Tabel 2. R/C Ratio pada Usaha
tahun 2019 dapat dilihat pada Tabel 1. Pengolahan Nilam
c) R/C Ratio
R/C ratio yaitu jumlah ratio yang
digunakan untuk melihat keuntungan relatif
yang akan didapatkan dalam sebuah proses
Tekper: Jurnal Teknologi dan Manajemen Industri Pertanian 1(2): 86-92 (2020)
91
Prospek Pengembangan Usaha….
a. jika nilai PBP lebih kecil dari periode KESIMPULAN DAN SARAN
usaha maka usaha dinyatakan layak
b. jika nilai PBP sama dengan periode Kesimpulan
usaha maka usaha tidak untung dan tidak Dari hasil penelitian tentang prospek
rugi pengembangan usaha pengolahan nilam IKM
c. jika nilai PBP lebih besar dari periode XYZ dapat disimpulkan bahwa usaha
usaha maka usaha dinyatakan tidak layak pengolahan nilam yang ada di Desa Buke
Berdasarkan Tabel 3 hasil penelitian ini Kecamatan Buke Kabupaten Konawe Selatan
menunjukkan hasil dari analisis payback period mempunyai prospek yang bagus untuk
menunjukan periode pengembalian investasi dikembangkan. Dapat dilihat dari peningkatan
yang cukup singkat yaitu pada periode 2,63 pendapatan, modal yang tidak terlalu tinggi dan
bulan dalam jangka periode pengembalian 12 kemudahan dalam memperoleh faktor
bulan. Maka analisis payback period pendukung seperti bahan baku dan tenaga kerja.
dinyatakan layak. Dari segi pemasaran juga tidak sulit karena
masyarakat sudah mengenal usaha ini.
e) Break Even Point (BEP)
Break Even Point (BEP) yaitu suatu
analisis yang bertujuan untuk menemukan satu Saran
titik impas, menunjukkan biaya sama dengan Berdasarkan hasil penelitian tentang
pendapatan. Menurut (Alamsyah, 2005). prospek usaha pengolahan nilam IKM XYZ
Perhitungan BEP (konsep dasar unit produksi untuk kelayakan finansial yaitu:
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus: 1. Diharapkan kepada pemerintah Kabupaten
Konawe Selatan agar dapat
memperhatikan kegiatan para pelaku
usaha pengolahan nilam, seperti
= 12.677.778 = 164.98 memberikan bantuan baik berupa materiil
(500.000 – 423.157) maupun non materiil dan strategi yang
tepat untuk mendukung pengembangan
BEP = Break Even Point industry kecil agar dapat mencapai tujuan
FC = Biaya Tetap dan sasaran yang diharapkan.
VC = Biaya Tidak Tetap 2. Diperlukan adanya peranan dan campur
P = Harga Jual Per Unit tangan pemerintah dalam pendataan usaha
S = Sales Per Unit pengolahan nilamyang ada di Kabupaten
Apabila produksi minyak nilam melebihi Konawe Selatan setiap tahunnya karena
produksi pada saat titik impas (dalam satuan usaha ini memiliki potensi yang cukup
unit produksi) maka usaha pengolahan produksi bagus.
minyak nilam mendatangkan keuntungan dan
layak diproduksi.
Hasil dari analisi Break Event Point (BEP)
Daftar Pustaka
di mana hasil rata-rata break event point unit
disetiap bulannya adalah 164.98 dengan rata- Agus Wahyudi dan Ermiati. (2012). Prospek
rata kapasitas produksi 225 kg, sehingga Pengembangan Industri Minyak Nilam d
dapat diketahui bahwa pada saat kapasitas Indonesia. Bunga Rampai Inovasi Tanaman
225 kg, usaha ini akan mengalami peluang Atsiri Indonesia.
pokok pada volume produksi atau penjualan
mencapai 170.076 dengan rata-rata break even Ditjen Bina Produksi Perkebunan. (2006). Nilam.
point harga perunit pada kapasitas produksi 225 Statistik Perkebunan Indonesia. 2001-2003.
kg sebesar Rp. 479,630 . Hasil analisis break
even point mencapai titik impas yang Fatkhurahman. (2011). Studi Kelayakan Bisnis. Alaf
ditetapkan yaitu 1. Riau, Pekanbaru.
Tekper: Jurnal Teknologi dan Manajemen Industri Pertanian 1(2): 86-92 (2020)
92
Prospek Pengembangan Usaha….
Herdiani E. (2011). Nilam, Primadona Tanaman
Aromatik Indonesia. Diakses pada 5 Juni 2020
di http://www2.bbpp-lembang.info/
index.php?option=com_content&view=article
&id=630&Itemid=304. 4 p.
Tekper: Jurnal Teknologi dan Manajemen Industri Pertanian 1(2): 86-92 (2020)