Anda di halaman 1dari 7

86

Tekper: Jurnal Teknologi dan Manajemen Industri Pertanian


Volume 1 Nomor 2: 86-92 (2020)
Tekper: Jurnal Teknologi dan Manajemen Industri Pertanian
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JMIP
ISSN 2721-5709 (Online)

Prospek Pengembangan Usaha Pengolahan Minyak Nilam


Pada IKM XYZ Di Desa Buke Kelurahan Buke
Kabupaten Konawe Selatan

Prospect of Development of Patchouli Oil Processing In IKM XYZ in Buke village


District Buke South Konawe Regency

Sakir1*, La Rianda1, Heri Purnomo1


1
Department of Food Science and Technology, Faculty of Agriculture, University of Halu Oleo.
Jl. HEA. Mokodompit, Kampus Hijau Bumi Tridharma, Anduonohu, Kendari, Sulawesi Tenggara
*Email:sakir.bani@yahoo.co.id
Received: 02th May, 2020; Revision: 04th June, 2020; Accepted: 03th July, 2020

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui prospek pengembangan usaha pengolahan nilam IKM XYZ
yang ada di Desa Buke Kecamatan Buke Kabupaten Konawe Selatan dengan melihat pada analisis kelayakan
finansial. Kelayakan finansial yang digunakan terdiri dari Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (B/C
Ratio), R/C Ratio, Pay Back Period (PBP), dan Break Even Point (BEP). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Juli sampai dengan bulan Agustus 2019. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Hasil dari kelayakan finansial dari usaha
pengolahan nilam IKM XYZ yaitu Net Present Value (NPV) sebesar Rp. 12.521.218, Benefit Cost Ratio (B/C
Ratio) sebesar 1.0086, R/C Ratio sebesar 1,178, Pay Back Period (PBP) sebesar 2,63 bulan, dan Break Even Point
(BEP) sebesar 164.98. Dari hasil perhitungan kelayakan finansial usaha pengolahan nilam IKM XYZ dinyatakan
layak untuk dikembangkan dan memiliki prospek yang baik.
Kata kunci: prospek usaha, pengolahan nilam, kelayakan usaha, kelayakan finansial

Abstract
This study aims to determine the prospects for the development of patchouli processing business XYZ in Buke
village, Buke District, South Konawe Regency by looking at the financial feasibility analysis. The financial
feasibility used consists of Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (B / C Ratio), R / C Ratio, Pay Back
Period (PBP), and Break Even Point (BEP). This research was conducted in July to August 2019. The data used
are primary data and secondary data. Analysis of the data used in this research is quantitative descriptive. The
results of the financial feasibility of the patchy processing business of IKM XYZ are Net Present Value (NPV) of
Rp. 12,521,218, Benefit Cost Ratio (B / C Ratio) of 1,0086, R / C Ratio of 1,178, Pay Back Period (PBP) of 2.63
months, and Break Even Point (BEP) of 164.98. From the results of the calculation of the financial feasibility of
patchy processing business, IKM XYZ is declared feasible to be developed and has good prospects.
Keywords: business prospects, patchouli processing, business feasibility, financial feasibility

PENDAHULUAN 1.057 t/tahun. Tujuan ekspor minyak nilam


Indonesia adalah Singapura (37,17%), Amerika
Tanaman nilam (Pogostemon cablin Serikat (17,92%), Spanyol (16,45%), Perancis
Benth.) merupakan salah satu tanaman (8,85%), Switzerland (6,93%), Inggris (4,42%),
penghasil minyak atsiri yang penting di dan negara lainnya (8,26%). Kendala dalam
Indonesia. Dipasar Internasional Indonesia pengembangan industri minyak nilam Indonesia
merupakan pemasok minyak nilam terbesar adalah tingginya fluktuasi harga. Harga minyak
berkisar 85% dengan rata-rata volume ekspor
87
Prospek Pengembangan Usaha….
nilam di pasar Internasional berkisar antara Tanaman nilam (Pogostemon cablin
US$17-40 per kg (Wahyudi dan Ermiati, 2012) Benth.) merupakan salah satu tanaman
Tanaman nilam (Pogostemon cablin penghasil minyak atsiri yang penting,
Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil menyumbang devisa lebih dari 50% dari
minyak atsiri yang terpenting di Indonesia. total ekspor minyak atsiri Indonesia.
Dalam dunia perdagangan minyak nilam Hampir seluruh pertanaman nilam di
dikenal dengan nama Patchouli Oil, yang Indonesia merupakan pertanaman rakyat yang
merupakan komoditas ekspor terbesar (60%) melibatkan 32.870 kepala keluarga petani
dari ekspor minyak atsiri Indonesia. Minyak (Ditjen Perkebunan, 2006).
nilam Indonesia sudah dikenal sejak 66 tahun Indonesia merupakan pemasok minyak
yang lalu, bahkan saat ini Indonesia merupakan nilam terbesar di pasaran dunia dengan
pemasok utama minyak nilam dunia. Dari kontribusi 70%. Ekspor minyak nilam pada
beberapa jenis minyak atsiri, nilam mempunyai tahun 2004 sebesar 2.074 ton dengan nilai US
prospek untuk dikembangkan (Puteh 2004 dan $ 27,136 juta (Ditjen Perkebunan, 2006)
Herdiani 2011). produksi nilam Indonesia sebesar 2.382 ton,
Tanaman nilam berasal dari daerah tropis sebagian besar produk minyak nilam diekspor
Asia Tenggara terutama Indonesia dan Filipina, untuk dipergunakan dalam industry parfum,
serta India, Amerika Selatan dan China (Grieve, kosmetik, antiseptic dan insektisida
2002). Indonesia merupakan negara penghasil (Mardiningsih et al., 1995).
minyak nilam terbesar di dunia yang memenuhi Dengan berkembangnya pengobatan
kebutuhan minyak nilam dunia dengan pangsa dengan aromaterapi, penggunaan minyak
pasar 90%. Pada tahun 2004, ekspor nilam nilam dalam aromaterapi sangat bermanfaat
Indonesia mencapai 2.074 ton atau senilai US$ selain penyembuhan fisik juga mental dan
27,137 juta. Namun, beberapa tahun terakhir emosional. Selain itu, minyak nilam bersifat
posisinya mulai terancam oleh negara Cina, fixative (mengikat minyak atsiri lainnya)
India, dan Vietnam (Dirjenbun, 2006). yang sampai sekarang belum ada produk
Ada tiga jenis nilam yang dibudidayakan substitusinya (Ibnusantoso, 2000).
masyarakat Indonesia yaitu Pogostemon
heyneanus (nilam Jawa), Pogostemon hortensis
(nilam sabun), dan Pogostemon cablin (nilam METODE PENELITIAN
Aceh). Ketiga jenis nilam tersebut yang paling
banyak dibudidayakan adalah varietas Waktu dan Lokasi Penelitian
Pogostemon cablin, karena varietas inilah yang Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli
terbaik ditinjau dari segi mutu dan kadar sampai dengan bulan Agustus 2019. Penelitian
minyaknya, sehingga minyak dari varietas ini dilaksanakan pada salah satu industri kecil
inilah yang lebih diminati di pasar dunia atau Menengah (IKM) pengolahan minyak nilam
dalam dunia perdagangan atsiri (Puteh, 2004) yang terletak di Desa Buke, Kecamatan Buke,
Di pasaran minyak atsiri dunia, mutu Kabupaten Konawe Selatan. Penentuan lokasi
minyak nilam Indonesia dikenal paling baik dan penelitian dilaksanakan secara purposive
menguasai pangsa pasar 80-90%. Minyak nilam (sengaja) dengan pertimbangan di lokasi
(patchouli oil) merupakan salah satu minyak penelitain terdapat industri pengolahan minyak
atsiri yang banyak diperlukan untuk bahan nilam.
industri parfum dan kosmetik, yang dihasilkan
dari destilasi daun tanaman nilam (Pogostemon Metode Penelitian
cablin). Bahkan minyak nilam dapat pula di Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
buat menjadi minyak rambut dan saus prospek pengembangan usaha pengolahan
tembakau. Parfum yang dicampuri minyak yang nilam.Penelitian merupakan penelitian studi
komponen utamanya patchouli alcohol kasus jadi menggunakan subjek dan objek
(C15H26) ini, aroma harumnya akan bertahan penelitian. Subjek yang digunakan dalam
lebih lama (Anon 2010). Disamping itu minyak penelitian ini adalah pemilik dan karyawan
nilam juga bisa dimanfaatkan untuk bahan pada usaha pengolahan nilam IKM XZY,
antiseptik, anti jamur, anti jerawat, obat eksim sedangkan objek penelitiannya adalah usaha
dan kulit pecah- pecah serta berbagai jenis pengolahan nilam IKM XYZ.
kegunaan lainnya sesuai kebiasaan masyarakat Data yang digunakan adalah data primer
di negara pemakai (Herdiani, 2011). dan data sekunder. Data primer merupakan data

Tekper: Jurnal Teknologi dan Manajemen Industri Pertanian 1(2): 86-92 (2020)
88
Prospek Pengembangan Usaha….
yang diperoleh langsung dari hasil wawancara Keterangan:
yang dilakukan terhadap pemilik dan karyawan Pd = Pendapatan (Rp/bulan)
IKM XYZ dan melalui observasi langsung. TR = Total Revenue (Penerimaan Total)
Data yang didapatkan yaitu meliputi : modal (Rp)
usaha, bahan baku, jumlah tenaga kerja, TC = Total Cost (Biaya Total) (Rp)
pendapatan dan pengeluaran usaha tersebut.
Sedangkan data sekunder adalah data yang Kelayakan Finansial
diperoleh peneliti secara tidak langsung atau a. Net Present Value (NPV)
diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Data Net Present Value (NPV) yaitu selisih
sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik antara Present Value Total Benefit dan present
Kabupaten Konawe Selatan serta Dinas Value Total Cost.
Perindustrian dan Perdagangan. Rumus : NPV = PVTB – PVTC
dimana:
Analisis Data PVTB = Present Value Total Benefit
Analisis data yang digunakan dalam PVTC = Present Value Total Cost
penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. a) Jika NVP > 0 , maka usaha pengolahan
1) Analisis deskriptif membahas nilam layak untuk dijalankan.
permasalahan penelitian dengan b) Jika NVP = 0 , maka usaha pengolahan
menguraikan dan menjelaskan berdasarkan nilam kembali balik modal.
data yang diperoleh serta diinterpretasikan c) Jika NVP < 0 , maka usaha tersebut
sesuai dengan teori-teori yang relevan tidak layak untuk dijalankan
sehingga dapat menggambarkan keadaan
yang terjadi (Husein, 2007). b. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
2) Analisis kelayakan finansial, ini dilakukan Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) yaitu angka
untuk mengetahui apakah usaha sepatu perbandingan antara jumlah Present value Total
kulit ini memiliki prospek yang baik atau Benefit dengan Present Value Total Cost.
tidak dengan mengkaji pengaruh bahan Rumus: B/C ratio = PVTB
baku, tenaga kerja, dan pro duksi terhadap PVTC
prospek usaha sepatu kulit. Dengan dimana:
menggunakan beberapa analisis PVTB = Present Value Total Benefit
perhitungan sebagai berikut PVTC = Present Value Total Cost
(Fatkhurahman, 2011): a) Jika B/C >1, maka usaha pengolahan nilam
layak untuk dikembangkan.
Untuk mengetahui total biaya b) Jika B/C <1, maka usaha pengolahan nilam
produksi/total cost dengan rumus (La Ola, tidak layak untuk dikembangkan.
2014),
c. R/C Ratio
TC = TFC + TVC R/C ratio yaitu jumlah ratio yang
Dimana : digunakan untuk melihat keuntungan relatif
TC = Total Cost (Rp) yang akan didapatkan dalam sebuah proses
TVC = Total Variabel Cost (Rp) produksi.
TFC = Total Fixed Cost (Rp) Rumus: R/C = TR/TC
dimana :
Rumus penerimaan menurut Rahardja, TR= Penerimaan total (totalrevenue(Rp) TC =
(2008) yaitu: Biaya total (total cost) (Rp)
TR = P. Q a) R/C > 1 : Usaha menguntungkan
dimana : b) R/C = 1 : Usaha impas
P = Harga minyak nilam (Rp/kg) c) R/C < 1 : Usaha rugi.
Q = Jumlah minyak nilam (kg)
TR = Total Revenue (Penerimaan Total) d. Pay Back Period (PBP)
(Rp) Pay Back Period (PBP) yaitu suatu
Jumlah pendapatan usaha industri minyak periode yang diperlukan untuk mengembalikan
nilam dapat diketahui menggunakan analisis investasi awal dengan bentuk aliran kas
pendapatan (Soekartawi, 2002) sebagai berikut: (Kusuma, 2014).
Pd = TR – TC

Tekper: Jurnal Teknologi dan Manajemen Industri Pertanian 1(2): 86-92 (2020)
89
Prospek Pengembangan Usaha….
Rumus: Katerampilan dan Pemahaman dibidang
Payback Period = (investasi awal) /(arus kas) Usaha Pengolahan Nilam
x 1 tahun Keterampilan dan pemahaman adalah hal
a) jika nilai PBP lebih kecil dari periode penting yang harus dimiliki oleh pelaku usaha
usaha maka usaha dinyatakan layak pengolahan nilam. Kedua komponen tersebut
b) jika nilai PBP sama dengan periode merupakan hal wajib yang harus dimiliki oleh
usaha maka usaha tidak untung dan tidak seseorang pelaku usaha dan akan dibutuhkan
rugi juga oleh tenaga kerjanya. Keterampilan yang
c) jika nilai PBP lebih besar dari periode dimiliki akan memberikan manfaat penting
usaha maka usaha dinyatakan tidak layak dalam menjalankan usaha ini. Semakin lama
seseorang menjalankan usahanya maka semakin
e. Break Even Point (BEP) tinggi pula keterampilan dan pengetahuan yang
Break Even Point (BEP) yaitu suatu dimiliki apalagi jika dibarengi dengan
analisis yang bertujuan untuk menemukan satu pealatihan atau kursus-kursus yang terkait
titik impas, menunjukkan biaya sama dengan pengolahan nilam. Karena pengalaman itu
pendapatan. Menurut (Alamsyah, 2005). sangat berpengaruh dalam menjalankan usaha.
Perhitungan BEP (konsep dasar unit produksi Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus: bahwa pelaku usaha pengolahan nilam ini
memulai usahanya dari keterampilan yang
dimiliki dan juga yang didapat dari pelatihan
yang diberikan oleh pengusaha bagi tenaga
BEP = Break Even Point kerja.
FC = Biaya Tetap
VC = Biaya Tidak Tetap Kemudahan Memperoleh Faktor Produksi
P = Harga Jual Per Unit Pendukung
S = Sales Per Unit Faktor-faktor pendukung untuk
Apabila produksi minyak nilam melebihi menjalankan usaha pengolahan nilam yang
produksi pada saat titik impas (dalam satuan dimaksud adalah tenaga kerja, bahan baku dan
unit produksi) maka usaha pengolahan teknologi yang digunakan dalam pengolahan
produksi minyak nilam mendatangkan nilam. Dari penelitian yang telah dilakukan,
keuntungan dan layak diproduksi. diketahui bahwa untuk mendapatkan tenaga
kerja tidak terlalu sulit. Hal ini disebabkan
karena para tenaga kerja yang dibutuhkan tidak
dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan
HASIL DAN PEMBAHASAN yang tinggi. Kemudian untuk memperoleh
bahan baku, para pelaku usaha pengolahan
Prospek Pengembangan Usaha Pengolahan nilam ini tidak terlalu memiliki kesulitan,
Nilam karena bahan baku yang dibutuhkan selalu ada,
Dalam memulai suatu usaha diperlukan kalaupun agak berkurang biasanya didatangkan
pengetahuan umum tentang usaha apa yang dari daerah lain. Hanya saja tergantung dari
akan dibuat termasuk dalam usaha pengolahan kemampuan finansial, jika dana atau finansial
nilam. Banyak hal-hal yang harus diperhatikan ada maka bahan baku nilam yang dibutuhkan
untuk memulai suatu usaha. Oleh karena itu bisa didapatkan. Sedangkan untuk membeli
untuk mengetahui apakah usaha pengolahan peralatan juga tidak sulit didapatkan, karena
nilam itu layak atau tidak untuk dijalankan alat yang digunakan juga umum dan apabila ada
maka perlu dilakukan studi kelayakan. Layak alat khusus.
atau tidaknya usaha tersebut untuk dijalankan Untuk mengetahui apakah usaha
atau dioperasikan dapat dilihat dari hasil pengolahan nilam ini mempunyai prospek yang
penelitian studi kelayakan yang telah dilakukan baik dimasa yang akan datang maka penulis
terhadap usaha tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan analisa finansial atau keuangan
studi kelayakan dilihat dari studi kelayakan untuk mengetahui keberhasilan IKM XZY.
finansial.

Tekper: Jurnal Teknologi dan Manajemen Industri Pertanian 1(2): 86-92 (2020)
90
Prospek Pengembangan Usaha….
a) Net Present Value (NPV) produksi. R/C Ratio usaha pengolahan nilam
Net Present Value (NPV) pada usaha IKM XYZ dapat dilihat pada Tabel 2.
pengolahan nilam IKM XYZ dalam periode Tabel 2. R/C Ratio pada Usaha
tahun 2019 dapat dilihat pada Tabel 1. Pengolahan Nilam

Tabel 1. Perhitungan NPV Usaha Pengolahan


Nilam IKM XYZ di Desa Buke Kecamatan Buke
2019 (12%/thn dalam 1%/bln).

Rumus : R/C = TR/TC


= Rp. 1.350.000.000 = 1,178
Rp. 1.145.572.003
NPV = PVTB – PVTC Berdasarkan hasil perhitungan R/C ratio
= Rp. 156.797.997 – Rp. 144.276.779 dapat disimpulkan bahwa usaha pengolahan
= Rp. 12.521.218 nilam layak untuk dikembangkan atau dijadikan
Dari hasil perhitungan dapat dilihat nilai Net usaha karena nilai R/C lebih besar dari satu.
Present Value (NPV) usaha pengolahan nilam
adalah Rp. 12.521.218. Berdasarkan kriteria d) Pay Back Period (PBP)
NPV, nilai yang diperoleh lebih besar dari nol Pay Back Period (PBP) yaitu suatu
berarti usaha pengolahan nilam layak dan periode yang diperlukan untuk mengembalikan
memenuhi kriteria untuk dijadikan usaha. investasi awal dengan bentuk aliran kas
(Kusuma, 2014). Pay Back Period (PBP) usaha
b) Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) pengolahan nilam IKM XYZ dapat dilihat pada
Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) yaitu angka Tabel 3.
perbandingan antara jumlah Present value Total Tabel 3. PBP Usaha Pengolahan Minyak Nilam
(Df 12%/thn dalam 1%/bln).
Benefit dengan Present Value Total Cost.
Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) pada usaha
pengolahan nilam IKM XYZ adalah sebagai
berikut:
B/C ratio = PVTB
PVTC
= Rp. 156.797.997 = 1.0086
Rp. 144.276.779
Berdasarkan hasil perhitungan B/C ratio
dapat disimpulkan bahwa usaha pengolahan
nilam layak untuk dikembangkan atau dijadikan
usaha karena nilai B/C lebih besar dari satu.

c) R/C Ratio
R/C ratio yaitu jumlah ratio yang
digunakan untuk melihat keuntungan relatif
yang akan didapatkan dalam sebuah proses

Tekper: Jurnal Teknologi dan Manajemen Industri Pertanian 1(2): 86-92 (2020)
91
Prospek Pengembangan Usaha….
a. jika nilai PBP lebih kecil dari periode KESIMPULAN DAN SARAN
usaha maka usaha dinyatakan layak
b. jika nilai PBP sama dengan periode Kesimpulan
usaha maka usaha tidak untung dan tidak Dari hasil penelitian tentang prospek
rugi pengembangan usaha pengolahan nilam IKM
c. jika nilai PBP lebih besar dari periode XYZ dapat disimpulkan bahwa usaha
usaha maka usaha dinyatakan tidak layak pengolahan nilam yang ada di Desa Buke
Berdasarkan Tabel 3 hasil penelitian ini Kecamatan Buke Kabupaten Konawe Selatan
menunjukkan hasil dari analisis payback period mempunyai prospek yang bagus untuk
menunjukan periode pengembalian investasi dikembangkan. Dapat dilihat dari peningkatan
yang cukup singkat yaitu pada periode 2,63 pendapatan, modal yang tidak terlalu tinggi dan
bulan dalam jangka periode pengembalian 12 kemudahan dalam memperoleh faktor
bulan. Maka analisis payback period pendukung seperti bahan baku dan tenaga kerja.
dinyatakan layak. Dari segi pemasaran juga tidak sulit karena
masyarakat sudah mengenal usaha ini.
e) Break Even Point (BEP)
Break Even Point (BEP) yaitu suatu
analisis yang bertujuan untuk menemukan satu Saran
titik impas, menunjukkan biaya sama dengan Berdasarkan hasil penelitian tentang
pendapatan. Menurut (Alamsyah, 2005). prospek usaha pengolahan nilam IKM XYZ
Perhitungan BEP (konsep dasar unit produksi untuk kelayakan finansial yaitu:
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus: 1. Diharapkan kepada pemerintah Kabupaten
Konawe Selatan agar dapat
memperhatikan kegiatan para pelaku
usaha pengolahan nilam, seperti
= 12.677.778 = 164.98 memberikan bantuan baik berupa materiil
(500.000 – 423.157) maupun non materiil dan strategi yang
tepat untuk mendukung pengembangan
BEP = Break Even Point industry kecil agar dapat mencapai tujuan
FC = Biaya Tetap dan sasaran yang diharapkan.
VC = Biaya Tidak Tetap 2. Diperlukan adanya peranan dan campur
P = Harga Jual Per Unit tangan pemerintah dalam pendataan usaha
S = Sales Per Unit pengolahan nilamyang ada di Kabupaten
Apabila produksi minyak nilam melebihi Konawe Selatan setiap tahunnya karena
produksi pada saat titik impas (dalam satuan usaha ini memiliki potensi yang cukup
unit produksi) maka usaha pengolahan produksi bagus.
minyak nilam mendatangkan keuntungan dan
layak diproduksi.
Hasil dari analisi Break Event Point (BEP)
Daftar Pustaka
di mana hasil rata-rata break event point unit
disetiap bulannya adalah 164.98 dengan rata- Agus Wahyudi dan Ermiati. (2012). Prospek
rata kapasitas produksi 225 kg, sehingga Pengembangan Industri Minyak Nilam d
dapat diketahui bahwa pada saat kapasitas Indonesia. Bunga Rampai Inovasi Tanaman
225 kg, usaha ini akan mengalami peluang Atsiri Indonesia.
pokok pada volume produksi atau penjualan
mencapai 170.076 dengan rata-rata break even Ditjen Bina Produksi Perkebunan. (2006). Nilam.
point harga perunit pada kapasitas produksi 225 Statistik Perkebunan Indonesia. 2001-2003.
kg sebesar Rp. 479,630 . Hasil analisis break
even point mencapai titik impas yang Fatkhurahman. (2011). Studi Kelayakan Bisnis. Alaf
ditetapkan yaitu 1. Riau, Pekanbaru.

Husein, Umar, (2007). Metode Penelitian Untuk


Skripsi dan Tesis Bisnis. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.

Tekper: Jurnal Teknologi dan Manajemen Industri Pertanian 1(2): 86-92 (2020)
92
Prospek Pengembangan Usaha….
Herdiani E. (2011). Nilam, Primadona Tanaman
Aromatik Indonesia. Diakses pada 5 Juni 2020
di http://www2.bbpp-lembang.info/
index.php?option=com_content&view=article
&id=630&Itemid=304. 4 p.

Ibnusantosa, G., (2000). Kemandegan


Pengembangan Minyak Atsiri Indonesia.
Makalah disampaikan pada seminar
“Pengusahaan Minyak Atsiri Hutan
Indonesia”. Fak. Kehutanan IPB Darmaga
Bogor, 23 Mei 2000.

Mardiningsih, T.L., Triantoro, S.L., Tobing dan


S. Rusli. (1995). Patchouli Oil Product as
Insect Repellent. Indust. Crops. Res.

Kusuma P, Mayasati I, ( 2014). A nalisa


Kelayakan Finansial Pengembanan U s aha
Produksi Komoditas Lokal: Mie Berbasis
Jagung. Jurnal Agritech, Volume 34 (2):
194-202.

Puteh, A. (2004). Potensi dan Kebijakan


Pengembangan Nilam di Propinsi Nanggroe
Aceh Darussalam. Teknologi Pengembangan
Minyak Nilam Aceh, 16 (2): 1-10.

Tekper: Jurnal Teknologi dan Manajemen Industri Pertanian 1(2): 86-92 (2020)

Anda mungkin juga menyukai