Anda di halaman 1dari 14

106 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI PEMASARAN


MINYAK CENGKEH DI PULAU AMBON
VALLUE ADDED ANALYSIS AND MARKETING STRATEGY
OF CLOVE OIL IN AMBON ISLAND

Maggie Lekatompessy1, Wardis Girsang2, Natelda R. Timisela2


1
Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP), Provinsi Maluku
2
Program Pascasarjana Agribisnis, Universitas Pattimura
Jln. Dr. Tamaela, Kelurahan Urimesing Kecamatan Nusaniwe, Ambon.

E – mail: megi_leka@yahoo.com
girsang_2010@yahoo.com
nateldatimisela@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis nilai tambah minyak cengkeh pada industri pengolahan
minyak cengkeh di pulau Ambon, dan 2) menganalisis strategi pengembangan minyak cengkeh di
pulau Ambon. Sampel dalam penelitian dipilih secara sengaja yakni empat industri pengolahan minyak
cengkeh di pulau Ambon. Lokasi penelitian merupakan sentra produksi minyak tersebar di beberapa
tempat di pulau Ambon yaitu tiga desa (Hunuth, Suli dan Tulehu). Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini berupa data primer (wawancara) dan data sekunder (data dari instansi terkait tema
penelitian dan literatur terkait). Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan tabulasi sederhana
mengguakan microsoft excel kemudian dijelaskan secara kualitatif. Tujuan pertama dianalisis dengan
menggunakan rumus nilai tambah, kemudian dijelaskan secara kualitatif. Tujuan kedua dianalisis
dengan menggunakan analisis SWOT. Hasil analisis nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan
minyak cengkeh pada masing-masing industri yakni Rp.1.900 (Arahadi), Rp.1.833 (Anugerah Cap
Putera), Rp.1.741 (Sumber Kasih) dan Rp.1.500 (Sinar Kasih).Strategi pengembangan minyak
cengkeh di Pulau Ambon yakni melalui peningkatan produksi dan pemanfaatan media sosial dalam
promosi produk (strategi S-O), kerjasama dengan berbagai intansi terkait dalam upaya memperbaiki
kualitas produk (strategi W-O), menciptakan produk dengan brand yang khas (strategi S-T) dan
sosialisasi tentang manfaat cengkeh (strategi W-T).
Kata kunci: Cengkeh; nilai tambah; SWOT

Abstract
This research was aimed to: 1. Analyze the added value of clove oil in the clove oil processing
industry in Ambon island. 2. Analyze the strategy for developing clove oil in the Ambon island. The
samples were four clove oil processing industries in Ambon island that were chosen purposively. The
research location is an oil production center scattered in three villages (Hunuth, Suli and Tulehu). The
data collected in this research were primary data (interviews) and secondary data (data from agencies
related to research and related literature). The collected data was analyze by simple tabulation using
microsoft excel then explaind qualitatively. The first objective was analyze using the value added
formula, then explained qualitatively. The second objective was analyze using SWOT analysis. The
result of the added value analysis obtained from the processing of clove oil in each industry is
respectively IDR 1.900 (Arahadi), IDR 1.833 (Anugerah Cap Putera), IDR 1.741 (Sumber kasih) and
IDR 1.500 (Sinar Kasih). The strategies for developing clove oil in Ambon Island are through the
increasing of production and utilization of social media in product promotion (S-O startegy),
collaboration with various relevant agencies in an effort to improve product quality (W-O strategy),
creating products with distinctive brand (S-T strategy) and the sosialization about the benefits of
cloves (startegy W – T).

Keywords: Clove; Added Value; SWOT


Volume 7 No. 2 Juni 2019 107

Pendahuluan

Cengkeh (eugenia aromaticum) merupakan tanaman asli dari Maluku dan


kemudian menyebar ke berbagai negara dibawah oleh saudagar Tionghoa misalnya
ke daerah Malabar di India.Cengkeh mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, baik
hasil primer maupun dalam bentuk pengolahan (minyak). Menurut BPS (2009),
dengan luas areal tanam cengkeh 36.042 ha di Maluku memiliki potensi daun
cengkeh gugur lebih kurang 257 ton/hari atau 5,1 ton minyak/hari.Ditinjau dari aspek
pasar, minyak cengkeh mempunyai prospek pemasaran yang menjanjikan karena
permintaan minyak cengkeh 5.000 – 6.000 ton per tahun rata-rata harga Rp. 400.000
per botol dan 70%-80% permintaannya ada di Indonesia khususnya industri kimia
aromatik turunan minyak cengkeh (Mulyadi, 2013).
Potensi areal tanam, serta nilai tambah (added value) bunga, minyak daun
cengkeh gugur serta tangkainya, menunjukkan prospek peluang pasar yang
menjanjikan melalui pembangunan dan pengembangan industri pengolahan produk
minyak cengkeh, guna memperkuat daya saing ekonomi daerah Maluku.
Menurut Bustaman (2011), potensi luas areal tanam cengkeh di Indonesia
mencapai 455.393 ha dengan produksi daun cengkeh gugur 2.368.043 ton/tahun
dengan rendemen 1 - 4%. Menurut peneliti lain, produksi tanaman cengkeh berumur
> 20 tahun dapat menghasilkan daun cengkeh gugur sekitar 0,96 kg/pohon/minggu,
sedang cengkeh berusia < 20 tahun dapat menghasilkan daun cengkeh gugur sekitar
0,46 kg/pohon/minggu (Guenther, 1972, dalam Somantri, et.al., 2004). Pada tahun
2009, Provinsi Maluku memiliki 36.042 ha lahan perkebunan cengkeh dengan
produksi daun cengkeh gugur 93.805 ton/tahun atau setara dengan 1861 ton
minyak/tahun.
Potensi tersebut masih dapat ditingkatkan karena Maluku memiliki lahan yang
sesuai tanaman perkebunan cengkeh seluas 871.656 ha (Bustaman, 2011), walaupun
108 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

ada peneliti lain menyatakan bahwahanya 259.040 hektar saja lahan di Maluku yang
layak ditanami cengkeh (Suryana, et al., 2005). Potensi areal tanam, serta nilai
tambah (added value) bunga, minyak daun cengkeh gugur serta tangkainya,
menunjukkan prospek peluang pasar yang menjanjikan melalui pembangunan dan
pengembangan industri pengolahan produk minyak cengkeh, guna memperkuat daya
saing ekonomi daerah Maluku.Pendirian pabrik minyak daun cengkeh yang dilakukan
secara alamiah (natural), partisipatif dan kolaboratif, tidak hanya akan lebih
berkelanjutan dan adaptif, tetapi juga memudahkan petani cengkeh dalam
menanggulangi sampah/limbah, serta meningkatkan nilai daun cengkeh yang awalnya
hanya menjadi limbah menjadi produk yang bermanfaat, termasuk memperbaiki
pendapatan petani cengkeh secara nyata.
Khususnya di Maluku, cengkeh memiliki prospek mengembangan yang cukup
baik mengingat ketersediaan bahan baku yang cukup banyak. Selain itu, prospek jenis
agroindustri ini mempunyai beragam keuntungan kompetitif, termasuk di dalamnya
penciptaan lapangan kerja di pedesaan serta peningkatan taraf hidup petani cengkeh.
Namun masalah peningkatan produksi, peningkatan nilai tambah, fluktuasi harga,
masalah biaya produk serta adanya saingan sejenis, turutmempengaruhi keberlanjutan
industri minyak cengkeh, terlebih khusus di Maluku.Selain itu, diperlukan strategi
pengembangan minyak cengkeh di Maluku agar membantu pengusaha minyak
cengkeh di Maluku memperoleh profit serta mampu bersaing dengan sejumlah
industry pesaing di Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk menganalisis nilai
tambah minyak cengkeh di Maluku terlebih khusus di Kota Ambon serta
menganalisis strategi pengembangan industri minyak cengkeh di Kota Ambon.

Metode Penelitian

Sampel dalam penelitian dipilih secara sengaja yakni empat industri pengolahan
minyak cengkeh di Kota Ambon, dimana lokasi penelitian merupakan sentra produksi
minyak tersebar di beberapa tempat di Kota Ambon yaitu tiga (3) desa (Hunuth, Suli
Volume 7 No. 2 Juni 2019 109

dan Tulehu). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer
(wawancara) dan data sekunder (data dari instansi terkait tema penelitian dan literatur
terkait). Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan tabulasi sederhana
mengguakan microsoft excel kemudian dijelaskan secara kualitatif. Tujuan pertama
dianalisis dengan menggunakan rumus nilai tambah sebagai berikut :
Tabel 1. Analisa nilai tambah
No Uraian Satuan Keterangan
1. Hasil produksi Kg -
2. Bahan baku Kg -
3. Tenaga kerja HKO -
4. Faktor konversi - 1/2
5. Koefisien tenaga kerja HKO/kg 3/2
6. Harga produk Rp/kg -
7. Upah tenaga kerja Rp/HKO -
8. Harga bahan baku Rp/kg -
9. Harga input lain Rp/kg -
10. Nilai produk Rp/kg 4 X6
11.a Nilai tambah Rp/kg 10 – 8 – 9
11.b Rasio nilai tambah % (11a/10)%
12.a Imbalan tenaga kerja Rp/kg 5X7
12.b Bagian tenaga kerja % (12a/11a)%
13.a Keuntungan Rp 11a – 12a
13.b Bagian keuntungan % (13a/10)%
Sumber : Hayami dan Toshihiko (1993)
Hasil analisis kemudian dijelaskan secara kualitatif. Sementara.tujuan kedua
dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis dilakukan dengan
menidentifikasi sejumlah faktor yang menjadi peluang dan ancaman (faktor eksternal)
maupun kekuatan dan kelemahan (faktor internal) yang dimiliki perusahaan/industri
(David, 2009). Hasil identifikasi kemudian dianalisis dan dijelaskan secara kualitatif.
110 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

Hasil dan Pembahasan

Karakteristik Responden

Umur

Umur merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi aktivitas


manusia, dimana umur berkaitan dengan kondisi fisik seseorang.Kemampuan
individu untuk mencurahkan tenaga pada dasarnya disesuaikan dengan kondisi
fisiknya. Swastha (2010), yang menyatakan bahwa tingkat produktifitas kerja
seseorang akan mengalami peningkatan sesuai dengan pertambahan umur, kemudian
akan menurun kembali menjelang usia tua.
BPS (2017), membagi kelompok umur yang tergolong produktif yaitu berkisar
antara 17-64 tahun, sedangkan 65 tahun keatas merupakan kelompok umur yang
sudah kurang produktif. Berdasarkan data yang diperoleh dipangan, 3 responden
(75%) berada pada umur produkti, sedangan 1 responden (25%) berada pada kategori
umur yang sudah kurang produktif. Hal ini berarti responden yang berada pada
kategori umur produktif dapat melaksanakan aktivitas (usaha) dengan baik.

Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan aspek penting bagi individu, terutama dalam


menjalankan suatu usaha/bisnis.Hal ini karena pendidikan sangat berkaitan erat
dengan pola pikir individu.Pola pikir yang baik dapat membantu individu dalam
membuat keputusan yang menguntungkan bagi individu.Berdasarkan data yang
diperoleh di lapangan, tingkat pendidikan formal responden yakni SMA (75%) dan
Sarjana (25%).Oleh karena rata-rata responden mempunyai tingkat pendidikan forma
yang cukup tinggi, maka mempunyai pola pikir yang baik dalam menjalankan
usaha/bisnis.
Volume 7 No. 2 Juni 2019 111

Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga merupakan salah satu faktor penting dalam


menjalankan suatu usaha/bisnis.Selain menjadi motivasi bagi individu (kepala
keluarga) dalam bekerja, anggota keluarga dapat menjadi sumberdaya penting (tenaga
kerja) yang dapat digunakan untuk kepentingan usaha/bisnis.BKKBN (1998), jumlah
anggota keluarga terbagi menjadi 3 yakni, jumlah anggota keluarga kecil (< 4 orang),
sedang (5-7 orang) dan jumlah keluarga besar (> 7 orang).Berdasarkan data yang
diperoleh di lapangan, 1 responden mempunyai jumlah anggota keluarga lebih dari 7
orang yakni 9 orang anggota keluarga.Sementara 3 responden lainnya mempunyai
jumlah anggota keluarga kurang dari 5 orang.

Produksi dan Penerimaan


Produksi merupakan hasil yang diperoleh dari penggunaan sejumlah input
produksi. Pada dasarnya produksi ditentukan oleh besarnnya penggunaan input.
Sementara penerimaan merupakan hasil yang diperoleh dari produksi dikalikan
dengan harga.Besarnya penerimaan juga tergantung pada besarnya produksi dan
harga produk. Berikut produksi dan penerimaan minyak cengkeh produsen per sekali
produksi.
Tabel 2. Produksi dan penerimaan produsen dari usaha minyak cengkeh untuk
sekali produksi

Produksi Harga/Botol
Nama Industri Penerimaan/Botol
(Botol) (Rp)
Arahadi 11 100,000.00 1,100,000.00
Anugerah Cap Putera 15 80,000.00 1,200,000.00
UD. Sumber Kasih 11 80,000.00 880,000.00
UD. Sinar Kasih 11 100,000.00 1,100,000.00

Berdasarkan tabel 2, terdapat perbedaan jumlah produksi maupun penerimaan


yang diperoleh oleh masing-masing produsen. Hal ini disebabkan adanya perbedaan
penggunaan input produksi seperti bahan baku serta perbedaan penerimaan yang
disebabkan oleh perbedaan harga.
112 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya
pendapatan yang akan diperoleh. Biaya produksi merupakan semua jenis biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk. Biaya produksi umumnya terdiri dari
biaya tetap dan biaya variabel. Berikut jenis biaya produksi yang dikeluarkan
produsen per sekali produksi dalam melakukkan usaha minyak cengkeh.

Tabel 3. Jenis biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen dalam sekali produksi

Nama Industri
Jenis Biaya Produksi (Rp) Anugerah UD. Sumber UD. Sinar
Arahadi
Cap Putera Kasih Kasih
Biaya Variabel
Bahan Baku 150,000.00 245,000.00 180,000.00 150,000.00
Tenaga Kerja 200,000.00 300,000.00 200,000.00 200,000.00
Total Biaya Variabel 350,000.00 545,000.00 380,000.00 350,000.00
Biaya Tetap :
Penyusutan Ketel 85,227.27 118,881.12 113,636.36 85,227.27
Penyusutan Selang 3,409.09 1,988.64 2,272.73 1,704.55
Penyusutan Saringan 530.30 909.09 284.09 454.55
Penyusutan Garu-Garu 974.03 530.30 909.09 530.30
Penyusutan Sekop 1,136.36 1,250.00 1,363.64 1,477.27
Penyusutan Drum Plastik 1,363.64 0.00 0.00 0.00
Penyusutan Timbangan 2,130.68 3,030.30 2,130.68 2,622.38
Penyusutan Gelas Ukur 1,623.38 1,515.15 1,893.94 1,298.70
Penyusutan Gerobak 1,948.05 1,948.05 2,651.52 1,948.05
Penyusutan Bak Penampung 6,198.35 0.00 0.00 0.00
Penyusutan Ember 454.55 530.30 454.55 454.55
Total Biaya Tetap 104,995.70 130,582.96 125,596.59 95,717.62
Total Biaya Produksi
(Biaya Variabel + Biaya
Tetap) 454,995.70 675,582.96 505,596.59 445,717.62

Tabel 3 menunjukan bahwa jenis biaya produksi terbesar yang dikeluarkan oleh
semua produsen dalam sekali produksi yakni biaya bahan baku. Selain bahan baku,
tenaga kerja juga merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan oleh responden. Adanya
Volume 7 No. 2 Juni 2019 113

perbedaan biaya tenaga kerja masing-masing responden disebabkan oleh perbedaan


jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi serta upah yang dberikan.

Biaya Pemasaran
Aspek pasar dan pemasaran adalah inti dari penyusunan studi kelayakan.
Kendatipun secara teknis telah menunjukkan hasil yang feasible untuk dilaksanakan,
tapi tidak ada artinya bila tidak dibarengi dengan adanya pemasaran dari produk yang
dihasilkan. Selain biaya produksi, biaya pemasaran juga merupakan salah satu biaya
yang juga mempengaruhi besarnya pendapatan yang akan diperoleh responden.
Berikut jenis biaya pemasaran yang dikeluarkan produsen dalam sekali produksi pada
usaha minyak cengkeh.
Tabel 4. Biaya pemasaran yang dikeluarkan produsen dalam sekali produksi

Jenis Nama Industri


BiayaPemasaran
Anugerah Cap UD. Sumber UD. Sinar
(Rp) Arahadi
Putera Kasih Kasih
Botol
5,273.44 7,500.00 5,742.19 5,273.44
Penutup Botol
3,164.06 5,250.00 3,445.31 3,164.06
Label
6,855.47 11,250.00 8,613.28 7,382.81
Total Biaya
15,292.97 24,000.00 17,800.78 15,820.31
Pemasaran

Tabel 4 menunjukan bahwa biaya pembelian label merupakan biaya pemasaran


terbesar yang dikeluarkan produsen. Setelah itu dikuti oleh biaya botol dan penutup
botol.

Pendapatan
Pendapatan merupakan salah satu indikator dalam menilai suatu usaha. Besar
kecilnya pendapatan yang diperoleh juga tergantung pada produksi, harga serta biaya
produksi yang dikeluarkan. Berikut pendapatan produsen dari usaha minyak cengkeh
dalam sekali produksi (lihat tabel 4).
114 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

Tabel 5. Pendapatan produsen minyak cengkeh dalam sekali produksi

Nama Industri
Pendapatan (Rp) Anugerah UD. Sumber UD. Sinar
Arahadi
Cap Putera Kasih Kasih
Produksi (Botol) 11.00 15.00 11.00 11.00
Harga/Botol (Rp) 100,000.00 80,000.00 80,000.00 100,000.00
Penerimaan (Rp) 1,100,000.00 1,200,000.00 880,000.00 1,100,000.00
Total Biaya Produksi
(Biaya Variabel + Biaya 454,995.70 675,582.96 504,893.13 446,421.08
Tetap)
Total Biaya Pemesaran 15,292.97 24,000.00 17,800.78 15,820.31
TC (Total Biaya Produksi
470,288.66 699,582.96 522,693.91 462,241.39
+ Total Biaya Pemasaran
Pendapatan (Rp) 629,711.34 500,417.04 357,306.09 637,758.61

Tabel 5 menunjukan bahwa pendapatan produsen dari usaha minyak cengkeh


dalam sekali produksi berkisar antara bervariasi.Selain itu, usaha minyak cengkeh
merupakan salah satu usaha yang masih menguntungkan, meskipun pendapatan yang
diperoleh sangat kecil.

Analisis Nilai Tambah Minyak Cengkeh

Analisis merupakan salah satu analisis untuk mengetahui nilai yang diperoleh
dari tiap produk barang/jasa yang dihasilkan setelah mengalami proses pengolahan
kembali. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap usaha minyak cengkeh
responden, nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan minyak cengkeh yakni
berkisar antara Rp.1.500,- sampai dengan Rp.1.900,-. Berikut hasil analisis nilai
tambah minyak cengkeh.
Volume 7 No. 2 Juni 2019 115

Tabel 6. Hasil analisi nilai tambah minyak cengkeh

Anugera UD.
UD. Sinar
No. Keteranga Arahadi h Cap Sumber
Kasih
Uraian Satuan n Putera Kasih
1 Hasil produksi Kg - 11.00 15.00 11.00 11.00
2 Bahan baku Kg - 500.00 700.00 600.00 500.00
3 Tenaga kerja HKO - 2.00 2.00 2.00 2.00
Faktor
4
konversi - ½ 0.01 0.01 0.01 0.00
Koefisien
5
tenaga kerja HKO/kg 3/2 0.00 0.00 0.00 0.00
100,000.0 80,000.0 100,000.0
6
Harga produk Rp/kg - 0 80,000.00 0 0
Upah tenaga 50,000.0
7
kerja Rp/HKO - 50,000.00 50,000.00 0 50,000.00
Harga bahan
8
baku Rp/Kg - 300.00 350.00 300.00 300.00
Harga input
8
lain Rp/kg -
10 Nilai produk Rp/kg 4X6 2,250.00 2,133.33 2,041.67 1,800.00
11a. Nilai tambah Rp/kg 10 – 8 – 9 1,900.00 1,833.33 1,741.67 1,500.00
Rasio nilai (11a / 10)
11b.
tambah % % 0.84 0.86 0.85 0.83
Imbalan tenaga
12a.
kerja Rp/kg 5X7 108.33 66.67 116.67 80.00
Bagian tenaga (12a / 11a)
12b.
kerja % % 0.01 0.04 0.07 0.05
13a. Keuntungan Rp 11a – 12a 1,791.67 1,766.67 1,625.00 1,420.00
Bagian (13a / 10)
13b.
Keuntungan % % 0.80 0.83 0.80 0.79

Tabel 6 selain menunjukan nilai tambah minyak cengkeh dari tiap satuan
produk (botol) yang dihasilkan, tabel tersebut juga menunjukan bahwa rasio nilai
tambah serta keuntungan yang diperoleh dari usaha minyak cengkah. Dari aspek
keuntungan yang diperoleh, nilai keuntungan tiap produk minyak cengkeh yang
dihasilkan (botol) berkisar Rp.1.400,- sampai dengan Rp.1.700,-. Tabel 5 juga
menunjukan bahwa rasio nilai tambah minyak cengkeh yang diperoleh keempat
produsen tidak berbeda jauh antara satu dengan lainnya. Hal ini karena penggunaan
input dalam pengolahan minyak cengkeh yang tidak berbeda jauh satu produsen
dengan produsen lainnya.
116 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

Strategi Pengembangan Minyak Cengkeh di Maluku

Pengembangan produk minyak cengkeh tidak terlepas dari pengaruh faktor dari
dalam maupun faktor dari luar, yang dapat menghambat maupun mendukung
pengembangan minyak cengkeh di Maluku. Oleh karena itu, perlu mengidentifikasi
faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang
dihadapi dalam proses pengembangan minyak cengkeh di Maluku. Berdasarkan hasil
penelitian di lapangan, terdapat sejumlah poin penting, baik yang menjadi kekuatan
maupun kelemahan dari usaha minyak cengkeh di Maluku, serta peluang dan
ancaman dapat mengambaht prkembangan usaha/bisnis. Berikut strategi
pengembangan minyak cengkeh di Maluku disajikan dalam analisis SWOT.
Tabel 7. Strategi pengembangan pemasaran minyak cengkeh
IFAS
STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)
1. Bahan baku mudah 1. Khasiat minyak belum
didapat dikenal luas oleh
2. Lokasi usaha stra- konsumen
tegis ke pusat kota 2. Standar mutu produk
EFAS 3. Ketersediaan belum seragam
infrastruktur cukup 3. Skala usaha masih kecil
baik dilokasi usaha sehingga daya saing
4. Minyak cengkeh produk masih rendah
adalah komoditas 4. Pengetahuan pekerja me-
khas dan unggulan ngenai penyulingan yang
di maluku efisien belum baik
5. Keuangan perusa- 5. Belum adanya kegiatan
haan cukup baik promosi minyak cengkeh
OPPORTUNITY (O) STRATEGI S-O STRATEGI W-O
1. Kebijakan pemerintah yang 1. Memanfaatkan 1. Membangun kerjasama
memberikan insentif dan ketersediaan dengan tenaga pendam-
menjadikan cengkeh & turunannya teknologi dan tenaga ping serta memanfaatkan
sebagai komoditas prioritas/ pendamping untuk ketersediaan teknologi
unggulan meningkatkan untuk melakukan per-
2. Potensi pasar yang cukup besar di produksi yang lebih baikan mutu produk
luar maluku berkualitas 2. Kerjasama dengan
3. Adanya potensi bermitra dengan 2. Memanfaatkan instansi-instansi terkait
berbagai instansi terkait instansi sebagai mitra guna menyebarkan
4. Ketersediaan teknologi dan kerja untuk memper- informasi produk sehing-
pemanfaatannya dari lembaga luas jaringan pema- ga dapat dikenali oleh
penelitian dan instansi terkait saran masyarakat
5. Tersedianya tenaga pendamping
dalam pengelolaan usaha
6. Adanya dukungan media sosial
dalam pemasaran hasil produksi
Volume 7 No. 2 Juni 2019 117

Tabel 7. Lanjutan

THREATS (T) STRATEGI S –T STRATEGI W-T


1. Persaingan dengan adanya produk 1. Menciptakan produk Sosialsisasi manfaat tanaman
sejenis dari daerah lain yang minyak cengkeh cengkeh
dihasilkan pabrik besar dan lebih yang lebih khas
umum dikenal masyarakat untuk menghindari
2. Kurangnya perhatian petani dan persaingan merek
pemerintah terhadap perawatan dan 2. Promosi dengan
peremajaan perkebunan cengkeh memanfaatkan media
sehingga banyak yang berusia tua social.
1. 3.perubahan iklim yang tidak
menentu dan kurangnya kontrol
terhadap serangan hama penyakit
yang akan mempengaruhi produksi
bahan baku cengkeh dimasa datang

Berdsarkan tabel SWOT diatas, terdapat empat strategi utama pengembangan


minyak cengkeh di Maluku antara lain :
1. Strategi S-O. Dalam strategi ini terdapat dua poin utama yakni peningkatkan
produksi dengan skala usaha yang lebih maju serta memanfataatkan media
social dalam membangun jaringan pemasaran minyak cengkeh. Peningkatan
kualitas minyak minyak cengkeh bertujuan untuk memperoleh sekaligus
meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk minyak cengkeh
Maluku. Sementara pemanfaatan media sosial dalam memperluas jaringan
pemasaran juga penting dilakukan. Hal ini untuk bertujuan untuk
mempercepat informasi-informasi yang berkaitan dengan produk minyak
cengkeh di Maluku. Hal ini juga merupakan salah satu bagian dari promosi
produk minyak cengkeh dengan cepat.
2. Strategi W-O. Poin utama dalam strategi ini adalam membangun kerjasama.
Kerjasama tersebut bertujuan untuk dua hal yakin perbaikan kualitas produk
minyak cengkeh dan penyebaran informasi produk minyak cengkeh. Oleh
karena itu, kerjasama merupakan kunci utama bagi pengusha minyak cengkeh
di Maluku dalam rangka pengembangan usaha. Melalui kerjasama yang baik
(baik dengan Dinas Pertanian maupun Instansi atau Dinas terkait lainnnya)
118 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

pengusaha minyak cengkeh dapat mengembangkan usaha, melalui sejumlah


bantuan yang diperoleh dari kerjasama tersebut.
3. Strategi S-T. Strategi ini dilakukan dengan menciptakan produk minyak
cengkeh yang lebih khas (dari merk dan sebagainya) untuk menghindari
persaingan produk minyak cengkeh Maluku dengan produk minyak cengkeh
dari Luar Maluku. Selain itu, dalam strategi ini, perlu adanya sosialisasi dan
kegiatan promosi bagi masyarakat pada umumnya mengenai manfaat minyak
cengkeh bagi kesehatan, serta terlebih khusus bagi petani cengkeh mengenai
nilai ekonomi minyak cengkeh dan pentingnya pemeliharaan tanaman
cengkeh yang baik dalam upaya mendukung peningkatan kualitas produk.
4. Strategi W-T. Strategi ini dilakukan melalui sosalisasi (bagian dari strategi S-
T), yang bertujuan untuk meperkenalkan produk minyak cengkeh bagi
masyarakat.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap usaha minyak cengkeh


responden, nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan minyak cengkeh yakni
Rp.1.900,- (Arahadi), Rp.1.833,- (Anugerah Cap Putera), Rp.1.741,- (Sumber Kasih)
dan Rp.1.500,- (Sinar Kasih). Strategi pengembangan minyak cengkeh di Kota
Ambon yakni melalui peningkatan produksi dan pemanfaatan media sosial dalam
promosi produk (strategi S-O), kerjasam dengan berbagai intansi terkait dalam upaya
memperbaiki kualitasproduk (strategi W-O), menciptakan produk dengan brand yang
khas (startegi S-T) dan sosialisasi tentang manfaat cengkeh (strategi W-T).
Volume 7 No. 2 Juni 2019 119

Daftar Pustaka

BKKBN.1998. Buku Pegangan untuk Petugas Lapangan Mengenai Reproduksi


Sehat. Jakarta : BKKBN
BPS (Badan Pusat Statistik) Maluku, 2009, Maluku dalam Angka Tahun 2009, BPS
Maluku, halaman 261 – 266
Bustaman, S, 2011 “Potensi Pengembangan Minyak Daun Cengkeh sebagai
Komoditas Ekspor Maluku”. Jurnal Penelitian dan Pengembangan. 30(4): 132
– 139
Diasz.A.F, Wardis Girsang, Maisie T. F. Tuhumury, 2013 “Studi Kelayakan Usaha
Penyulingan Minyak Pala (Myristica Fragrant Houtt) dan Strategi
Pengembangannya (Studi Kasus Pada Ud. Bintang Timur Di Desa Hukurila
Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon). Jurnal Agrilan. 1(4): 54 – 71
Guenther, E. 1990. Minyak Atsiri. Jilid IV B.Penerjemah Ketaren S. Universitas
Indonesia, Jakarta
Mulyadi, 2013 Akuntasi edisi ke tiga, Penerbit Salemba Jakarta
Suryana, A.D., Allorerung, P., Wahid, D., Manihara, R., Pribadi, C., Indrawanto.,
Sumaryanto, 2005, “Prospek dan Arah Pengembangan Cengkeh”. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai