Anda di halaman 1dari 14

II.

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI


A. Tinjauan Pustaka
1. Asal Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elais guineesis Jack) berasal dari Benua
Afrika. Kelapa sawit banyak dijumpai di hutan hujan tropis Negara
Kamerun, Pantai Gading, Ghana, Liberia, Nigeria, Sierra Leone, Togo,
Angola, dan Kongo. Penduduk setempat menggunakan kelapa sawit
untuk memasak dan bahan untuk kecantikan. Selain itu, buah kelapa
sawit juga dapat diolah menjadi minyak nabati. Warna dan rasa
minyak yang dihasilkan sangat bervariasi.
Minyak kelapa sawit mengandung karotrnid yang cukup tinggi.
Karoteneid merupakan pigmen yang menghasilkan warna merah.
Selain itu, terdapat komponen utama yaitu asam lemak jenuh palmiat
yang menyebabkan minyak bertekstur kental-semi padat dan menjadi
lemak padat di daerah beriklim sedang. Minyak kelapa sawit
merupakan bahan baku yang penting untuk berbagai masakan
tradisonal di Afrika Barta. Mulai abad ke-14 hingga ke-17, buah sawit
dibawa dari Afrika ke Amerika. Penyebarannya mencapai Amerika
bagian Timur.
Kepala sawit sebagai sumberpenghasil minyak nabati memegang
peranan penting bagi perekonomian Negara. Penanaman kelapa sawit
umumnya dilakukan di Negara dengan beriklim tropis yang memiliki
ucrah hujan tinggi (minimum 1.600 mm/tahun). Perkmbangan industry
kelapa sawit di Negara beriklim tropis di dorong oleh potensi
produktivitas yang sangat tinggi. Pasalnya, kelapa sawit memberikan
hasil tertinggi minyak per satuan luas dibandingkan dengan tanaman
lainnya. Selain itu, hasilpanen kelapa sawit ternyata menhasilkan dua
jenis minyak, yaitu minyak kelapa sawit dan minyak sawit kernel
(inti). Kedua jenis minyak tersebut sangat diminati oleh pasar global.
2. Kelapa Sawit di Indonesia

Kelapa sawit mulai dikenalkan di Indonesia pada tahun 1848


oleh pemerintah Belanda. Saat itu, tanaman kelapa sawit dianggap
sebagi salah satu jenis tanaman hias. Kebun Raya Bogor (botanical
garden) yang dahulu bernama Buitenzorg menenam empat tanaman
kelapa sawit, dua berasal dari Bourbon (Mauritius ) dan dua lainnya
dari Hortus Botanicus, Belanda. Pada tahun 1853, tanaman tersebut
berbuah dan bijinya disebarkan secara gratis. Keempat tanaman
tumbuh subur dan berbuah lebat. Meskipun berbeda waktu penanaman
(penanaman tanaman yang berasal dari Bourbon lebih dahulu dua
bulan), waktu berbuahnya hamper sama. Kemungkinan besar sumber
genetiknya diperoleh dari sumber yang sama.

Uji coba penanaman kelapa sawit pertama di Indonesia


dilakukan di Banyumas, Jawa Tengah seluas 5,6 hektare dan di
Karesidenan Palembang, Sumatera Selatan seluas 2,02 hektera. Hasil
uji coba menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit telah berbuah pada
tahun ke-4 dengan tinggi batang 1,5 meter. Sementara itu, di negeri
asalnya baru berbuah pada tahun ke-6 atau tahun ke-7. Setelah itu, uji
coba dilakukan di beberapa daerah, seperti Muara Enim dan Musi Ulu
( Provinsi Sumatera Selatan) serta Belitung ( Provinsi Bangka
Belitung). Pertumbuhan kelapa sawit di bebrapa daerah terebut tidak
terlalu optimal. Pasalnya, iklim di daerah tersebut kurang sesuai untuk
kelapa sawit pada saat itu. Namun, seiring berkembangnya varieties
tanaman kelapa sawit, saat ini kelapa sawit dapat tumbuh hamper
diseluruh wilahay Indonesia.
3. Penelitian Terdahulu
Dengan mengkaji pada penelitian-penilitian sebelumnya baik yang
sejenis maupun berbeda permasalahan yang di bahas, maka tinjaun
pustaka yang akan diajdikan pertimbangan tau konsep dalam penelitian
antara sebagai berikut :

Anggraini (2008), Analisis Pengaruh Perkebunan Kelapa


Sawit Terhadap Perekonomian di Provinsi Riau Tahun 2002-2016.
Hasil pengujian data menunjukan bahwa dalam jangka pendek dan
jangka panjang variabel luas areal perkebunan kelapa sawit dan
produksi perkebunan kelapa sawit berpengaruh tidak signifikan
terhadap PDRB, sedangkan jumlah tenaga kerja dan nilai ekspor CPO
berpengaruh signifikan terhadap PDRB.

Sitorus (2019), Pengaruh Luas Lahan dan Jumlah Produksi


Kelapa Sawit Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sub
Sektor Perkebunan Kabupaten Asahan. Dari hasil uji regresi linear
berganda menunjukkan bahwa adanya hubungan positif dan signifikan
Luas Lahan dan Jumlah Produksi Kelapa Sawit terhadap PDRB Sub
Sektor Perkebunan di Kabupaten Asahan baik secara parsial maupun
simultan. Secara parsial hasil regresi Luas Lahan diperoleh nilai
koefisien sebesar 59.19292 dan nilai probabilitas sebesar 0.0000 lebih
kecil dari nilai signifikan 5%, dan Jumlah Produksi diperoleh nilai
koefisien sebesar 0.986145 dengan nilai probabilitas sebesar 0.0000
lebih kecil dari nilai signifikan 5%. Secara simultan menunjukkan
bahwa variabel Luas Lahan dan Jumlah Produksi Kelapa Sawit
memberikan kontribusi sebesar 87% pada variabel PDRB Sub Sektor
Perkebunan di Kabupaten Asahan.

Siradjuddin (2005), Dampak Perkebunan Kelapa Sawit


Terhadap Perekonomian Wilayah di Kabupaten Rokah Hulu. Hasil
penelitian ini adalah penyerapan tenaga kerja terbanyak di Kecamatan
Kabun (4,22 HOK / ha) diikuti oleh Tambusai Utara (3,30 HOK / Ha),
Kunto Darussalam (3,21 HOK / ha), dan Tandun (2,99 HOK /Ha).
Produktivitas kelapa sawit tertinggi di Kecamatan Kabun (21,16 ton /
ha / tahun), disusul Kunto Darussalam (19,40 ton / ha / tahun),
Tambusai Utara (15,76 ton / ha / tongkol), dan Tandun (11,97 ton /
ha / tahun). Persepsi petani yang paling banyak terhadap perkebunan
sawit adalah kemudahan pemasaran, diikuti oleh produksi fasilitas
yang mendukung, budidaya kelapa sawit mudah, harga jual dan
pendapatan petani tinggi. Itu persepsi sebagian besar petani
menggunakan pendapatannya adalah untuk pendidikan anak, diikuti
dengan perbaikan dan penyuluhan rumah, pembelian kendaraan

bermotor, dan perluasan kebun sawit. Perkebunan sawit terbesar.

Kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah Kecamatan Tambusai


Utara, disusul Kunto Darussalam,Kabun, dan Tandun.
Christiani, Mara, Nainggolan (2013), Peranan Perkebunan
Kelapa Sawit Dalam Pembangunan Ekonomi Wilayah di Kabupaten
Muaro Jambi. Hasil analisis multiplier pendapatan jangka pendek
atas dasar harga berlaku 9,56 dan 5,15 berdasarkan harga konstan.
Sedangkan untuk multiplier tenaga kerja jangka pendek sebesar 8,99,
hasil analisis shift-share perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Muaro
Jambi dengan indikator pendapatan dan indikator tenaga kerja
mengalami peningkatan dan perkebunan kelapa sawit sangat baik
diusahakan di Kabupaten Muaro Jambi, analisis kontribusi dengan
indikator pendapatan atas dasar harga berlaku kontribusi terhadap
perekonomian wilayah sebesar 11,33 % pertahun dan atas dasar harga
konstan 23,97 % pertahun.Demikian pula dalam penyerapan tenaga
kerja wilayah, perkebunan kelapa sawit memberikan kontribusi yang
tinggi yaitu 28,41 %.
Pitrian, Edison, Napitupulu (2019), Analisis Kontribusi
Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Pembangunan Perekonomian Di
Kabupaten Bungo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kontribusi
perkebunan kelapa sawit terhadap PDRB Kabupaten Bungo
cenderung meningkat dari tahun ketahun dan faktor produksi luas
lahan tidak berpengaruh nyata terhadap kontribusi perkebunana kelapa
sawit di Kabupaten Bungo besar pengaruh luas lahan terhadap
kontribusi perkebunan kelapa sawit dalam pembangunan ekonomi
yaitu 88,9% dan sisanya 11,1% disebabkan oleh pengaruh lain yang
tidak diteliti.

B. Landasan Teori
1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator keberhasilan


pembangunan di suatu perekonomian. Kesejahteraan dan kemajuan suatu
perekonomian ditentukan seberapa besarnya pertumbuhan yang ditunjuk‐
kan oleh perubahan output nasional. Adanya perubahan output tersebut
dalam perekonomian merupakan analisis ekonomi jangka pendek.

Menurut Todaro dalam Wihastut, Ma’ruf (2008) pertumbuhan


ekonomi suatu bangsa terdapat tiga komponen penentu utama yaitu: (i)
akumulasi modal yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru
yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan sumberdaya manusia; (ii)
pertumbuhan penduduk yang meningkatkan jumlah angkatan kerja di
tahun‐tahun mendatang; (iii) kemajuan teknologi. Menurut Kuznets
pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang
dari suatu negara untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada
penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri terjadi oleh adanya kemajuan
atau penyesuaian‐penye‐ suaian teknologi, kelembagaan dan ideologis
terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada. Secara umum teori
pertumbuhan ekonomi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu teori
pertumbuhan ekonomi klasik dan teori pertumbuhan ekonomi modern.
Pada teori pertumbuhan ekonomi klasik, analisis didasarkan pada
kepercayaan akan efektivitas mekanisme pasar bebas. Teori ekonomi
klasik merupakan teori yang dicetuskan oleh para ahli ekonomi yang hidup
pada abad 18 hingga awal abad 20. Para ekonom klasik tersebut antara lain
Adam Smith, David Ricardo dan W.A Lewis.

Menurut Demburg dalam Anggraini (2018) menjelaskan bahwa


pengukuran PDB atau PDRB dapat dilakukan melalui tiga pendekatan,
yaitu:

1. Pendekatan Produksi
Pendekatan produksi adalah perhitungan nilai tambah barang dan
jasa yang di produksi oleh suatu kegiatan/sektor ekonomi dengan cara
mengurangkan biaya antara dari total nilai produksi bruto sektor atau
subsektor tersebut. Pendekatan ini banyak banyak digunakan untuk
memperkirakan nilai tambah dari sektor/kegiatan yang produksi nya
berbentuk fisik/barang, seperti pertanian pertambangan dan industri
sebagainya. Sektor jasa yang menerima pembayaran atas jasa yang
diberikannya (sesuai dengan harga pasar), masih bisa dihitung dengan
dengan pendekatan produksi. Akan tetapi, akan lebih apabila dihitung
dengan pendekatan pendapatan
2. Pendekatan Pendapatan
PDB atau PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh
faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses di suatu Negara
dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa yang dimaksud adalah gaju
dan upah, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan sebelum dipotong
pajak langsung.
3. Pendekatan Pengeluaran
PDB dan PDRB adalah semua komponen pengeluaran yang
dilakukan oleh rumah tangga dalam bentuk konsumsi (C), perusahaan
dalam bentuk investasi (I), Pemerintah (G), dan perdagangan luar
negeri dalam bentuk Net Ekspor (X-M) biasanya dalam jangka waktu
satu tahun.
Ada tiga macam ukuran untuk menilai pertumbuhan ekonomi yaitu
pertumbuhan output, pertumbuhan output per pekerja, dan
pertumbuhan output per kapita. Pertumbuhan output digunakan untuk
menilai pertumbuhan kapasitas produksi yang dipengaruhi oleh adanya
peningkatan tenaga kerja dan modal di wilayah tersebut. Pertumbuhan
output per tenaga kerja sering digunakan sebagai indikator adanya
perubahan daya saing wilayah tersebut (melalui pertumbuhan
produktivitas). Sedangkan pertumbuhan output per kapita digunakan
sebagai indikator perubahan kesejahteraan ekonomi.

2. Produk Domestik regional Bruto (PDRB)


1. Pengertian Produk Domestik Reginal Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah


bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah
domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi
dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor
produksi yang dimiliki residen atau non-residen. Penyususnan PDRB
dapat dilakukan melalui 3 pendekatan, yaitu pendekatan produksi,
pengeluaran, dan pendapatan yang disajikan atas dasar harga berlaku
dan harga konstan.

PDRB atas dasar harga berlaku atau dikenal dengan PDRB


nominal disusun berdasarkan harga yang berlaku pada perioede
perhitungan, dan bertujuan untuk melihat struktur perekonomian,
sedangkan PDRB atas dasar harga konstan disusun berdasarkan harga
pada tahun dasar dan bertujuan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi.

2. Kegunaan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Data pendapatan nasioanal adalah salah satu indikator makro

yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian nasional setiap tahun.

Manfaat yang dapat diperoleh dari data antara lain :

1. PDRB harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan

sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah.

Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber

daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.

2. PDRB harga konstan (rill) dapat digunakan untuk

menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara

keseluruhan atau setiap kategori dari tahun ke tahun.

3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut lapangan usaha

menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap

kategori ekonomi dalam suatu wilayah. Kategori-kategori

ekonomi yang mempunyai peran besar mnunjukkan basis

perekonomian suatu wilayah.

4. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan

nilai PDRB dan PNB per satu orang penduduk.

5. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk

mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita

penduduk suatu negara. (BPS Sumatera Utara 2019)

3. Teori Produksi
Produksi adalah, menghasilkan, mencitakan dan membuat.
kegiatan produksi yang tidak akan dapat dilakukan jika tidak ada bahan
yang mendukung dilakukannya proses produksi. Supaya bisa melakukan
produksi, diperlukan tenaga manusia, sumber-sumber alam, modal dalam
segala bentuknya, serta kecakapan. Semua unsur itu juga disebut faktor-
faktor produksi (factors of production). Semua unsur yang menopang
usaha penciptaan nilai atau usaha memperbesar nilai barang disebut
sebagai faktor-faktor produksi.

Produksi adalah suatu proses dimana barang dan jasa yang disebut
input diubah menjadi barang-barang dan jasa-jasa lain yang disebut output.
Banyak jenis-jenis aktifitas yang ada di dalam proses produksi, yaitu
meliputi perubahan-perubahan bentuk, tempat, dan waktu penggunaan dari
hasil produksi. Masing-masing perubahan ini dapat menyangkut
penggunaan input supaya menghasilkan output yang diinginkan. Produksi
juga dapat didefinisikan menjadi suatu proses yang menciptakan atau
menambah nilai atau manfaat baru . Kegunaan atau manfaat mengandung
arti kemampuan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Jadi produksi meliputi semua aktifitas menciptakan barang dan jasa.

Faktor produksi (input) dibagi menjadi dua golongan yaitu Input


tetap ( fixed tetap) dan Input Variabel . Input tetap ( fixed tetap) faktor
produksi adalah yang kuantitasnya tidak berpengaruh terhadap output,
seperti bangunan gedung, walaupun output turun sampai nol, input akan
selalu ada. Sedangkan Input Variabel (variabel input) Output yang
pengaruhi langsung kuantitasnya terhadap faktor-faktor produksi.
(Anggraini, 2018)

Proses produksi dapat dikatakan berhasil apabila seluruh


persayaratan sudah terpenuhi. Persyaratan ini dikenal juga dengan nama
faktor produksi. Faktor produksi memiliki empat komponen, yaitu : modal,
tenaga kerja, tanah, dan skill atau manajemen. Dari faktor tersebut
memiliki fungsi yang berbeda dan saling berkaitan antar satu dengan yang
lain. (Anggraini, 2018)
Dalam rumus Matematika, ditulis sebagi berikut :

Q = f (X1,X2,X3,…….,Xn)

Dimana :

Q : Tingkat output yang dihasilkan ( hasil produksi)

X1,X2,X3,…..Xn : berbagai input yang digunakan dalam proses


menghasilakan output (produk)

4. Teori Perdagangan Internasional


Perdagangan luar negeri dapat memberikan dampak positif
terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi suatu Negara hal ini sudah lama
diyakini oleh ahli-ahli ekonomi. Mahzab Merkantilisme berpendapat
bahwa perdagangan luar negeri meruakan sumber kekayaan suatu Negara.
Ahli –ahli ekonomi klasik yaitu, David Ricardo yang mengatakan
perdagangan yang lebih meyakinkan lagi mengenai pentingnya
perdagangan luar negeri dalam perekonomian. Keuntungan yang diperoleh
dari melakukan sesialisasi dan perdagangan luar negeri salah satu
pandangan yang sudah menjadi landasan dari teori perdagangan luar
negeri dan ekonomi internasional yang wujud sekarang.
Ada dua hal perlu dipahami sebagai teori yang mendasari
perdagangan secara internasional, yaitu tentang keunggulan mutlak dan
teori keunggulan komparatif dengan penjelasan sebagai berikut.
1. Teori Keunggulan Mutlak
Teori keunggulan mutlak adalah perdagangan secara
internasional akan memberikan keuntungan pada suatu Negara.
Dengan syarat Negara yang melakukan produksi menetapkan
harga lebih rendah. Dan dibandingkan dengan harga yang telah
ditetapkan di Negara lain.
2. Teori Keunggulan Komparatif
Ada nya teori keunggulan komperatif yaitu suatu Negara
tidak mempunyai keunggulan mutlak ada suatu barrang. Pada
suatu Negara bisa melakukan perdagangan secara internasional
yaitu memilih barang yang paling efektif dan efisien untuk
proses produksi.
Disamping itu perdagangan internasional memilik manfaat, sebagai
berikut :
1. Terjadi Hubungan Bilateral dan Multilateral
Hubungan bilateral yaitu hubungan yang dilakukan antara
dua negara, tentunya saling menguntungkan dalam melakukan
perdagangan secara internasional. Sementara itu, multilateral
merupakan kerjasama antar berbagai negara tanpa adanya

batasan wilayah, sehingga jangkauan bisa luas ke seluruh dunia.

2. Saling Bantu Secara Cepat

Dengan adanya perdagangan secara internasional tentu


terjadi efisiensi dan efektivitas suatu barang atau jasa antar
negara. Sehingga bisa saling membantu memenuhi kebutuhan.
Serta dipilih proses produksi yang lebih cepat sehingga dapat
menghemat waktu, biaya serta meningkatkan harga jual.

3. Meningkatkan Kesejahteraan Negara

Jika terjadi perdagangan antar semua negara, tentunya


akan memberikan peningkatan kesejahteraan. Dengan adanya
ekspor impor yang dilakukan antar negara sebagai bentuk
perdagangan. Maka suatu negara bisa mendapatkan keuntungan
dan masyarakat pun merasakan efek dari perdagangan secara
internasional tersebut.

4. Kenutungan Eksternal dan Internal

Keuntungan secara internal tentu bisa dirasakan oleh negara


yang bersangkutan. Semtara eksternalnya adalah dirasakan oleh
negara lain yang terlibat di dalamnya. Sehingga dalam sebuah
perdagangan terjadi hal yang saling menguntungkan satu sama
lain.

5. Memperluas Kesempatan Kerja

Dengan dibuka seluas-kuasanya perdagangan secara


internasional akan berpengaruh pada kebutuhan akan pekerja.
Sehingga akan tercipta kesempatan lapangan kerja baru bagi
negara tersebut guna mempercepat proses produksi. Maka
lapangan kerja semakin luas dengan adanya perdagangan secara
internasional.

C. Kerangka Pemikiran
Kerangka konseptual penelitian menjelaskan secara teoritis model
konseptual variabel-variabel penlitian, tentang bagaimana pertautan teori-teori
yang berhubungan dengan variabel-variabel peneliti yang ingi diteliti, yaitu
variabel besas dan variabel terikat.

Luas Areal (X1)

Produksi (X2)

PDRB (Y)

Tenaga Kerja (X3)

Ekspor CPO (X4)


D. Hipotesis Penelitian
1. Luas areal perkebunan kelapa sawit berpengaruh positif terhadap PDRB
Sumatera Utara
2. Produksi perkebunan kelapa sawit berpengaruh positif terhadap PDRB
Sumatera Utara
3. Tenaga kerja perkebunan kelaa saiwit berpengaruh positif terhadap PDRB
Sumatera Utara.14
4. Ekpor perkebunan kelapa sawit (Crude Palm Oil) berpengaruh positif
terhadap PDRB Sumatera Utara

1. 15
2. 16
3. 17
4. 18
5. 19
6. 20
7. 21
8. 22
9. 23
10. 24
i. 1
11. 2
12. 3
13. 4
14. 5
15. 6
16. 7
17. 8
18. 9
19. 10
20. 11
21. 12
22. 13
23. 14
24. 15
25. 16
26. 17
27. 18
28. 19
29. 20
30. 21
31. 22
32. 23
33. 24

Anda mungkin juga menyukai