Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat


menjanjikan. Pada masa depan, minyak sawit diyakini tidak hanya mampu
menghasilkan berbagai hasil industri hilir yang dibutuhkan manusia seperti
minyak goreng, mentega, sabun, kosmetik, tetapi juga menjadi substitusi bahan
bakar minyak yang saat ini sebagian besar dipenuhi dengan minyak bumi. Secara
umum dapat diindikasikan bahwa pengembangan agribisnis kelapa sawit masih
mempunyai prospek ditinjau dari prospek harga, ekspor dan pengembangan
produk. Secara internal, pengembangan agribisnis kelapa sawit didukung potensi
kesesuaian dan ketersediaan lahan, produktivitas yang masih dapat meningkat dan
semakin berkembangnya industri hilir.

Tanaman kelapa sawit juga memiliki arti penting bagi pembangunan


perkebunan nasional. Pengembangan tanaman kelapa sawit selain mampu
menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat,
juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Peluang pengembangan kelapa
sawit di Indonesia masih cukup besar, luasnya terus berkembang dan tidak hanya
merupakan monopoli perkebunan besar negara atau perkebunan swasta tetapi juga
perkebunan rakyat.

Taraf hidup yang baik merupakan tujuan utama bagi petani yang dalam hal
ini sangat tergantung dari pendapatan yang diperoleh, akan tetapi pada
kenyataannya sebagian dari mereka relatif masih berpenghasilan rendah sehingga
berpengaruh pada kehidupan sehari-hari.

Sebagian besar penduduk di Desa Pantai Cermin bekerja disektor


pertanian khususnya pada usahatani kelapa sawit. Besar kecilnya pendapatan
usahatani kelapa sawit yang diterima oleh penduduk di Desa Pantai Cermin
dipengaruhi oleh biaya produksi. Jika produksi dan harga jual kelapa sawit
semakin tinggi maka akan meningkatkan penerimaan. Apabila biaya produksi
lebih tinggi dari penerimaan maka akan mempengaruhi pendapatan.

Biaya produksi merupakan biaya dasar yang memberikan perlindungan


bagi petani dari kemungkinan kerugian. Kerugian akan mengakibatkan suatu
usaha tidak dapat tumbuh dan bahkan akan dapat mengakibatkan petani
meminimalkan biaya dari produksi tanpa mengurangi mutu dan kualitas produk.

Masalah yang masih dihadapi oleh para petani diantaranya adalah aspek
harga produksi yang sering mengalami fluktuasi (naik-turun). Masalah harga
komoditi hasil pertanian yang sering tidak stabil (dalam hal ini komoditi kelapa
sawit), tentunya sangat merugikan para petani karena harga bahan-bahan produksi
seperti pupuk dan herbisida cenderung mengalami kenaikan begitu juga dengan
upah tenaga kerja yang masih relatif tinggi sehingga hal tersebut tentu akan
berpengaruh terhadap peningkatan biaya produksi yang akan dikeluarkan.

Para petani juga cenderung berpikir sederhana tentang penggunaan sarana


produksi terhadap usahataninya, maka hal ini sering menimbulkan biaya produksi
yang bervariasi, dimana mereka tidak mengetahui tingkat penggunaan biaya yang
tepat akan sarana produksinya sehingga hal ini akan menimbulkan peningkatan
pada biaya produksi usahataninya. Jika biaya produksi sudah tinggi maka
pendapatan petani pun cenderung akan rendah.

Pengelolaan perkebunan kelapa sawit baik itu yang dikelola oleh


perusahaan negara, swasta ataupun rakyat tentu tidak terlepas dari masalah biaya
produksi, yaitu biaya yang digunakan selama pengusahaan tanaman. Tinggi
rendahnya biaya produksi yang dikeluarkan tergantung pada sistem
manajemennya yaitu mengefisiensikan segala biaya-biaya produksi yang
dikeluarkan. Rendahnya biaya produksi adalah salah satu dari satu indikator
terciptanya efisiensi dalam pengelolaan tanaman kelapa sawit. Hal ini disebabkan
biaya produksi adalah salah satu alternatif yang dapat dipilih sebagai faktor yang
dapat ditekan sehingga tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya produksi. Upaya
untuk menciptakan dan meningkatkan pendapatan petani dapat pula dilakukan
dengan menekan biaya produksi menjadi seminimal mungkin (Pardamean, 2008).

Namun, masalah yang sering dihadapi oleh petani dalam melaksanakan


usahatani adalah kurangnya pengetahuan cara berproduksi. Pada umumnya petani
hanya menginginkan jumlah produksi yang tinggi, tetapi kurang memperhatikan
cara berproduksi. Pengetahuan tentang jumlah sarana produksi yang tepat
memyebabkan peningkatan biaya produksi yang ada dan pada akhirnya
mempengaruhi pendapatan usahatani. Pendapatan maksimal, hanya dapat
diperoleh jika produsen memilih tingkat produksi tertentu atau berproduksi pada
tingkat optimal.

Seorang petani berkepentingan untuk meningkatkan penghasilan taninya.


Petani harus memaksimalkan produksinya dan mereka juga berkepentingan agar

biaya produksi dapat ditekan, sehingga petani tidak mengalami pembengkakan


dalam membiayai operasional usaha taninya.

Oleh sebab itu, para petani juga berkepentingan untuk meningkatkan


penghasilan pertaniannya dan penghasilan keluarganya. Selain jumlah
produksinya yang harus ditingkatkan maka biaya produksinya juga dapat ditekan
serendah-rendahnya sehingga penerimaan dari penjualan hasilnya dapat dinaikkan
setinggi-tingginya. Inilah yang disebut usahatani yang efisien dan
menguntungkan.

Kabupaten Kampar mempunyai banyak potensi yang masih dapat


dimanfaatkan, terutama dibidang pertanian dan perikanan darat. Sebagian besar
penduduk (67,22%) bekerja dibidang sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan.
Hanya sebagian kecil (0,22%) yang bekerja di sektor listrik, gas, dan air berih,
disamping pemerintahan.

Bidang pertanian seperti kelapa sawit dan karet yang merupakan salah satu
tanaman yang sangat cocok untuk lahan yang ada di Kabupaten Kampar. Khusus
perkebunan, perkebunan sawit untuk saat ini Kabupaten Kampar mempunyai luas
lahan 241,5 ribu hektare dengan potensi Crude Pelm Oil (CPO) sebanyak 966
ribu ton.

Dari uraian diatas peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh biaya


produksi terhadap pendapatan petani. Peneliti akan melakukan penelitian di Desa
Pantai Cermin Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Daerah ini

dipilih karena penduduk Desa Pantai Cermin Kecamatan Tapung Kabupaten


Kampar, Provinsi Riau sebagian besar adalah petani kelapa sawit.

Berdasarkan informasi diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


dengan judul “Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Pendapatan Petani Kelapa
Sawit di Desa Pantai Cermin Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi bahwa


permasalahan dalam penelitian ini antara lain : “Bagaimana pengaruh biaya
produksi terhadap pendapatan petani kelapa sawit di Desa Pantai Cermin
Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar ?”.

1.3. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan kemampuan analisis, biaya, waktu, tenaga dan


untuk mempertajam penelitian ini, maka penulis membatasi masalah penelitian ini
pada ruang lingkup tentang pengaruh biaya produksi terhadap pendapatan petani
kelapa sawit di Desa Pantai Cermin Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar.

1.4. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah biaya


produksi berpengaruh terhadap pendapatan petani kelapa sawit di Desa Pantai
Cermin Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar” ?
1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh biaya


produksi (biaya pupuk, biaya pestisida, dan biaya tenaga kerja) terhadap
pendapatan petani kelapa sawit di Desa Pantai Cermin Kecamatan Tapung
Kabupaten Kampar.

1.6. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini penulis mengharapkan dapat memberikan manfaat


sebagai berikut :

1. Bagi Penulis

Sebagai tambahan pengetahuan dan wawancara pemahaman mengenai


pengaruh biaya produksi dalam meningkatkan pendapatan petani.
2. Bagi Petani

Sebagai tambahan informasi atau masukan untuk dapat meningkatkan


kinerja dan juga produksi dari tanaman kelapa sawit mereka.
3. Bagi Lembaga Unimed

Sebagai tambahan referensi/ literature kepustakaan di bidang agribisnis


khususnya biaya produksi dan pendapatan.
4. Bagi Penelitian Lebih Lanjut

Sebagai bahan referensi atau pertimbangan bagi para peneliti sejenis di


masa yang akan datang.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pohon Kelapa Sawit


2.1.1. Sejarah perkembangan industry Pohon Kelapa Sawit
Kelapa sawit (elaeis guineensis jacq) merupakan salah satu
tanaman penghasil minyak nabati yang sangat penting. Dewasa ini,
kelapa sawit tumbuh sebagai tanaman liar (hutan), setengah liar, dan
sebagai tanaman budi daya yang tersebar di berbagai Negara beriklim
tropis bahkan mendekati subtropis di Asia, Amerika Selatan, dan
Afrika. Di Indonesia penyebaranya di daerah Aceh, pantai timur
Sumatera, Jawa, dan Sulawesi.
Menurut penelitian bahwa Ca'da Mosto memperkenalkan
kelapa sawit pada tahun 1435-1460. Terdapat cubaan untuk menanam
kelapa sawit di India dan Kepulauan Maurutius pada tahun 1836.
Pada tahun 1870 benih Deli Dura dibawa ke Asia Tenggara dan
ditanam di Tanaman Botani Singapura. Pada tahun 1890 minyak
kelapa sawit mula digunakan untuk membuat margarine. Lord
Leverholme memperkenalkan milling dan pemprosesan minyak
kelapa sawit. Tahun berikutnya kilang pemprosesan minyak kelapa
sawit dibina di Belgium, Congo.
Pada tahun 1848 orang Belanda membawa kelapa sawit ke
Indonesia yang kemudiannya ke Singapura dan Tanah Melayu. Kelapa
sawit datang ke Tanah Melayu melalui Taman Botani Singapura
sebagai Tanaman Hias. M.A.Hallet menanam pokok kelapa sawit Deli
untuk pengeluaran komersial di Sumatera. Kemudian M. H.
Fauconnire menanam pokok kelapa sawit Deli di Rantau Panjang,
Selangor. Pada tahun 1917 bermulah penanaman kelapa sawit secara
komersial di Estet Tannamaran, Kuala Selagor. Seterusnya di Estet
Elmina, Kuala Selangor.
8

Industri sawit Malaysia dan Indonesia bermula apabila empat


anak benih dari Afika ditanam diTanaman Botani Bogor, Indonesia
pada tahun 1848. Benihnya dari Bogor ini kemudiannya ditanam di
tepi-tepi jalan sebagai tanaman hiasan di Deli, Sumatera pada dekad
1870-an dan di Rantau Panjang, Kuala Selagor pada tahun 1991-1912.
Di Taman Botani Bogor terdapat pohon kelapa sawit yang
tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika. Taman botani ini
yang seluas 87 hektare dibina pada tahun 1817, dan merupakan usaha
Prof. Dr. Reinwadt,ahli botani Belanda. Terdapat 20,000 tanaman di
sini yang tergolong dalam 6,000 spesies.
Industri sawit Malaysia bermula pada tahun 1917 apabila
Ladang Tenmaran di Kuala Selagor ditanam dengan benih dura Deli
dari Rantau Panjang. Apabila pewarisan bentuk buah difahami,
penanaman komersil beralih daripada bahan dura kepada kacukan
dura x pisifera (D x P). Kacukan D x P menghasilkan buah tenera.
Penanaman ladang yang menggunakan bahan D x P berlaku secara
mendadak pada awal dekad 1960-an apabila Felda membuka tanah
rancangan secara besar-besaran.
http://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/minyak-
sawit/item166
2.1.2. Manfaat dan Keunggulan Tanaman Kelapa Sawit
Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa sawit
adalah buahnya. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa
sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng.
Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah
kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga
dapat diolah menjadi bahan baku minyak alkohol, sabun, lilin, dan
industri kosmetika. Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial
menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan
menjadi kompos. Tandan kosong dapat dimanfaatkan untuk mulsa
tanaman kelapa sawit, sebagai bahan baku pembuatan pulp dan
9

pelarut organik, dan tempurung kelapa sawit dapat dimanfaatkan


sebagai bahan bakar dan pembuatan arang aktif.
Kelapa sawit mempunyai produktivitas lebih tinggi
dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya (seperti
kacang kedele, kacang tanah dan lain-lain), sehingga harga produksi
menjadi lebih ringan. Masa produksi kelapa sawit yang cukup panjang
(22 tahun) juga akan turut mempengaruhi ringannya biaya produksi
yang dikeluarkan oleh pengusaha kelapa sawit. Kelapa sawit juga
merupakan tanaman yang paling tahan hama dan penyakit
dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Jika dilihat
dari konsumsi per kapita minyak nabati dunia mencapai angka rata-
rata 25 kg / th setiap orangnya, kebutuhan ini akan terus meningkat
sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya konsumsi
per kapita.

Gambar 2.1 Pohon Buah Kelapa Sawit


Sumber : www.agricoputra.com/2015/04/perkebunan-kelapa-sawit-di
indonesia

2.1.3. Ciri-ciri Fisiologi Kelapa Sawit


a. Daun
Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk. Daun
berwarna hijau tua dan pelapah berwarna sedikit lebih muda.
10

Penampilannya sangat mirip dengan tanaman salak, hanya saja


dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam.
b. Batang
Batang tanaman kelapa sawit diselimuti bekas pelapah
hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang
mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman
kelapa.
c. Akar
Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan
samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh
mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.
d. Bunga
Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu
pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan
sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang
sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
e. Buah
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu,
hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol
dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah.
Buah terdiri dari tiga lapisan:
a) Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
b) Mesoskarp, serabut buah
c) Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit merupakan endosperm dan embrio dengan
kandungan minyak inti berkualitas tinggi.
11

Gambar 2.2. Pohon Kelapa Sawit


Sumber : https://www.cargill.co.id/id/products/palm-oil/index.jsp

2.1.4 Manfaat Lain Minyak Kelapa Sawit


Manfaat lain dari proses industri minyak kelapa sawit antara lain:
a. Sebagai bahan bakar alternatif Biodisel
b. Sebagai nutrisi pakan ternak (cangkang hasil pengolahan)
c. Sebagai bahan pupuk kompos (cangkang hasil pengolahan)
d. Sebagai bahan dasar industri lainnya (industri sabun,detergent,
industri kosmetik, industri makanan)
e. Sebagai obat karena kandungan minyak nabati berprospek tinggi
f. Sebagai bahan pembuat particle board (batang dan pelepah).
g. Sebagai bahan pengganti oli samping pada mesin dua tak

2.2. Dataset
Satelit IKONOS adalah satelit resolusi tinggi yang dioperasikan oleh
GeoEye berasal dari bawah Lockheed Martin Corporation sebagai
Commercial Remote Sensing System (CRSS) satelit. Pada April 1994
Lockheed diberi salah satu lisensi dari US Department of Commerce untuk
satelit komersial citra resolusi tinggi. Pada tanggal 25 Oktober 1995
perusahaan mitra Space Imaging menerima lisensi dari Komisi
Komunikasi Federal (FCC). IKONOS menyediakan data untuk tujuan
12

komersial pada awal 2000 dengan resolusi spasial tinggi yang merekam
data multispectral 4 kanal pada resolusi 4m (citra berwarna) dan sebuah
kanal pankromatik dengan resolusi 1m (hitam-putih).
Band Width Spatial Resolution
Panchromatic 0,45 – 0,90 µm 1 metres
Band 1 0,45 – 0,53 µm (blue) 4 metres
Band 2 0,52 – 0,61 µm (green) 4 metres
Band 3 0,64 – 0,72 µm (red) 4 metres
Band 4 0,77 – 0,88 µm (near-infrared) 3 metres
Sumber : www.spaceimaging.com
Table 2.1 Jumlah Band dan Ketelitian Citra IKONOS
Diluncurkan pada 24 September 1999
Vandenberg Air Force Base, California, USA
Operational life > 7 tahun
Orbit 98.1 degree, sun synchronous
Kecepatan Orbit 7.5 kilometers per second
Banyaknya revolusi bumi 14.7 setiap 24 jam
Waktu 1 kali orbit 98 minutes
Ketinggian Satelit 681 kilometer
Resolusi Nadir: 0.82 meters panchromatic
26º Off-Nadir 3.2 meters multispectral
1.0 meters panchromatic
4.0 meters multispectral
Lebar Citra 11.3 kilometers at nadir
13.8 kilometers at 26º Off-Nadir
Waktu rekam di equator Nominally 10:30 a.m. solar time
Resolusi temporal ± 3 hari pada 40º latitude
Resolusi radiometrik 11-bits per pixel
Band citra Panchromatic, blue, green, red, near IR
Table 2.2 Spesifikasi Sensor IKONO
13

2.3. Computer Vision


Computer Vision sering didefinisikan sebagai salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang mempelajari bagaimana komputer dapat mengenali obyek
yang diamati atau diobservasi. Arti dari Computer Vision adalah ilmu dan
teknologi mesin yang melihat, di mana mesin mampu mengekstrak
informasi dari gambar yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu.
Sebagai suatu disiplin ilmu, visi komputer berkaitan dengan teori di balik
sistem buatan bahwa ekstrak informasi dari gambar. Data gambar dapat
mengambil banyak bentuk, seperti urutan video, pandangan dari beberapa
kamera, atau data multi-dimensi dari scanner medis. Sebagai disiplin
teknologi, Computer Vision berusaha untuk menerapkan teori dan model
untuk pembangunan sistem.
Pada Computer Vision terdapat kombinasi antara Pengolahan Citra
dan Pengenalan Pola yang hubungannya dapat dilihat pada gambar berikut:

Signal Processing
Automatic
Control
Artifical Intelegence Multivariable Sp
Robotics
Computational
Robot
Machine Learning Vision
Cognitive Vision

Computer Machine
Vision Vision Physic
mage Optic
I
Processing
Satistic Geometry
Optimization
Smart Camera
Biological
Vision

Neurobiology Imaging

Gambar 2.3 Kombinasi Pengolahan Citra dan Pengenalan Pola


14

Pengolahan Citra (Image Processing) merupakan bidang yang


berhubungan dengan proses transformasi citra atau gambar. Proses ini
bertujuan untuk mendapatkan kualitas citra yang lebih baik. Sedangkan
Pengenalan Pola (Pattern Recognition), bidang ini berhubungan dengan
proses identifikasi obyek pada citra atau interpretasi citra. Proses ini
bertujuan untuk mengekstrak informasi atau pesan yang disampaikan oleh

gambar atau citra. [2]

2.4. Jenis Citra


Nilai suatu pixel memiliki nilai dalam rentang tertentu, dari nilai
minimum sampai nilai maksimum. Jangkauan yang berbeda-beda tergantung
dari jenis warnanya. Namun secara umum jangkaunnya adalah 0 – 255. Citra
dengan penggambaran seperti ini digolongkan kedalam citra integer. Berikut
adalah jenis-jenis citra berdasarkan nilai pixelnya
2.4.1. Citra RGB
RGB sering disebut sebagai warna additive. Hal ini karena
warna dihasilkan oleh cahaya yang ada. Beberapa alat yang
menggunakan color model RGB antara lain; mata manusia, projector,
TV, kamera video, kamera digital, dan alat-alat yang menghasilkan
cahaya. Proses pembentukan cahayanya adalah dengan mencampur
ketiga warna tadi. Skala intensitas tiap warnanya dinyatakan dalam
rentang 0 sampai 255.
Ketika warna Red memiliki intensitas sebanyak 255, begitu
juga dengan Green dan Blue, maka terjadilah warna putih. Sementara
ketika ketiga warna tersebut mencapai intensitas 0, maka terjadilah
warna hitam, sama seperti ketika berada di ruangan gelap tanpa
cahaya, yang tampak hanya warna hitam. Hal ini bisa dilihat ketika
menonton di bioskop tua di mana proyektor yang digunakan masih
menggunakan proyektor dengan 3 warna dari lubang yang terpisah,
bisa terlihat ketika film menunjukkan ruangan gelap, cahaya yang
keluar dari ketiga celah proyektor tersebut berkurang
15

Gambar 2.4 Warna RGB

2.4.2. Citra Gray


Citra grayscale merupakan citra digital yang hanya memiliki
satu nilai kanal pada setiap pixelnya, dengan kata lain nilai bagian
RED=GREEN=BLUE. Nilai tersebut digunakan untuk menunjukkan
tingkat intensitas. Warna yang dimiliki adalah warna dari hitam,
keabuan dan putih. Tingkat keabuan disini merupakan warna abu
dengan berbagai tingkatan dari hitam hingga mendekati putih. Citra
grayscale berikut memiliki kedalaman warna 8 bit (256 kombinasi
warna keabuan)

Gambar 2.5 Citra Grayscale


Sumber: http://www.scribd.com/doc/57573994/Konsep-Mengubah-
Citra-Rgb-Ke-Citra-GrayScale#scribd
16

2.5. Konversi Citra RGB ke Grayscale


2.5.1. Konversi Citra RGB ke Grayscale
Merubah citra menjadi citra grayscale adalah salah satu contoh proses
pengolahan citra menggunakan operasi titik. Untuk mengubah citra RGB
menjadi citra grayscale adalah dengan menghitung rata-rata nilai intensitas
RGB setiap pixel penyusun tersebut. Rumusan matematis yang digunakan
adalah:
Citra Abu-Abu = 0,2989 * R + 0,587 * G + 0,114 B
Dimana :
R : Nilai warna merah
G: Nilai warna hijau
B: Nilai warna biru

2.6. Analisis Tekstur


Tekstur merupakan karakteristik intrinsik dari suatu citra yang terkait
dengan tingkat kekasaran (roughness), granularitas (granulation), dan keteraturan
(regularity) susunan struktural piksel. Aspek tekstural dari sebuah citra dapat
dimanfaatkan sebagai dasar dari segmentasi, klasifikasi, maupun interpretasi citra.

2.7. Geometric Invariant Moment


Geometric Invarian moment (GIM) merupakan bagian dari teknik
pengenalan pola (pattern recognition) yang bertujuan untuk mengektraksi nilai
nilai dari suatu objek dan karakter angka dari segi ukuran dan rotasi sebuah citra .
Moment dihitung secara diskrit di berikan sebuah fungsi f(x,y) sebagai :
𝑀𝑝𝑞 = ∬ 𝑥𝑝𝑦𝑞 f (x,y) dx dy

Mpq merupakan moment dua dimensi dari fungsi f(x,y) Order moment
adalah (p + q) dimana p dan q adalah bilangan asli. Untuk implementasi di dalam
bentuk digital maka persamaan ini menjadi :

𝑀𝑝𝑞 = ∑𝑥 𝑝 𝑦 𝑞 f (x,y)
∑𝑦
17

Untuk menormalisasi invariant translasi dalam bidang citra, centroid citra


digunakan menentukan moment pusat. Koordinat pusat gravitasi dari citra
dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Centroid : 𝑥⃑ = 𝑀10
, y = 𝑀01
𝑀00 𝑀00

Selanjutnya, moment pusat dapat ditentukan sebagaiberikut :

𝜇 𝑝𝑞 = ∑𝑥 ∑𝑦 ( x - 𝑥⃑ ) 𝑝
(y - 𝑦⃑ ) 𝑞

Moment selanjutnya dinomalisasi untuk efek perubahan skala dengan


menggunakan rumus sebagai berikut ;

5𝑝
𝜇𝑝g
𝑞 = 𝜇o𝑝g 00
Dimana factor normalisasi dari moment pusat normalisasi, 7 nilai dapat di
hitung dan ditentukan degan :
Ø1 = 520 + 502
Ø2 = (520 - 502 )2+ 452 11
Ø3 = (530 - 512 )2 + (3521 - 503 )2
Ø4 = (530 + 512 )2 + ( 521 + 503 )2
Ø5 = (530 - 3 512 ) (530 + 512 ) [(530 - 512 )2 - 3(521 + 503 )2)+ (3521 -
503 ) (521 + 503 ) (3(530 + 512 )2 - (521 + 503 )2]
Ø6 = (520 - 502 ) [(530 + 512 )2 - (521 + 503 )2] + 4 511 (530 + 512 ) (521 +
503 )
Ø7 = (3521 - 503 ) (530 + 512 ) [(530 + 512 )2 -3(521 + 503 )2]+(3512 -
530 ) (521 + 503 ) [3(530 +512 )2 - (521 + 503 )2)
18

Mulai (Moments
Invariant)

INPUT (Citra)

Cari
m00, m10, m01

Cari x’ dan y’

Cari μ00

Cari η02, η03, η11, η12,


η20, η21, η30

Cari Ø1, Ø2, Ø3, Ø4, Ø5, Ø6,


Ø7

Output
Ø1, Ø2, Ø3, Ø4,
Ø5, Ø6, Ø7

Selesai

Gambar 2.6 Flowchart Moment Invariant

2.8. Euclidean
Euclidean digunakan untuk menentukan perhitungan jarak tedekat nilai
vector ciri citra uji dengan citra acuan. Nilai Euclidean yang mendekati nilai nol,
akan menunjukkan pada citra tertentu. Nilai vector ciri citra masukan yang
memiliki nilai vector ciri yang sama dengan vector ciri citra tertentu akan
memiliki nilai Euclidean yang mendekati nol.

Rumus menghitung Euclidean sebagai berikut:

𝑑i = √∑𝑛 1=i (𝑥ij - 𝑝j )2

Keterangan :
dj : jarak sampel
19

Xij : data sampel


pengetahuan Pj : data input varial
ke-j
N : jumlah sample
Berikut adalah contoh peritungan menggunakan Euclidean:
Hitung = SQRT(GIM_Latih – GIM_Uji)2

2.9. Metode K-Nearest Neighbor


Algoritma Nearest Neighbor(kadang disebut K-Nearest Neighbor/K-NN)
merupakan algoritma yang melakukan klasifikasi berdasarkan kedekatan lokasi
(jarak) suatu data dengan data yang lain. Tujuan dari algoritma ini adalah
mengklasifikasikan obyek baru bedasarkan atribut dan training sample. Classifier
tidak menggunakan model apapun untuk dicocokkan dan hanya berdasarkan pada
memori. Diberikan titik query, akan ditemukan sejumlah k obyek atau (titik
training) yang paling dekat dengan titik query. Klasifikasi menggunakan voting
terbanyak diantara klasifikasi dari k obyek.. algoritma KNN menggunakan
klasifikasi ketetanggaan sebagai nilai prediksi dari query instance yang baru.
Algoritma metode KNN sangatlah sederhana, bekerja berdasarkan jarak
terdekat dari query instance ke training sample untuk menentukan KNN-nya.
Training sample diproyeksikan ke ruang berdimensi banyak, dimana masing-
masing dimensi merepresentasikan fitur dari data. Ruang ini dibagi menjadi
bagian-bagian berdasarkan klasifikasi training sample. Sebuah titik pada ruang
ini ditandai kelac c jika kelas c merupakan klasifikasi yang paling banyak ditemui
pada k buah tetangga terdekat dari titik tersebut.
Pada fase training, algoritma ini hanya melakukan penyimpanan vektor-
vektor fitur dan klasifikasi data training sample. Pada fase klasifikasi, fitur-fitur
yang sama dihitung untuk testing data (yang klasifikasinya tidak diketahui). Jarak
dari vektor baru yang ini terhadap seluruh vektor training sample dihitung dan
sejumlah k buah yang paling dekat diambil. Titik yang baru klasifikasinya
diprediksikan termasuk pada klasifikasi terbanyak dari titik-titik tersebut.
Sebagai contoh, untuk mengestimasi p(x) dari n training sample dapat
memusatkan pada sebuah sel disekitar x dan membiarkannya tumbuh hingga
20

meliputi k samples. Samples tersebut adalah KNN dari x. Jika densitasnya tinggi
di dekat x, maka sel akan berukuran relatif kecil yang berarti memiliki resolusi
yang baik. Jika densitas rendah, sel akan tumbuh lebih besar, tetapi akan berhenti
setelah memasuki wilayah yang memiliki densitas tinggi. Pada Gambar 2.6
dan Gambar 2.7 ditampilkan estimasi densitas satu dimensi dan dua dimensi
dengan KNN.

Gambar 2.7 Delapan titik dalam satu dimensi dan estimasi densitas KNN dengan
K=3 dan K=5

Gambar 2.8 KNN mengestimasi densitas dua dimensi dengan K=5


Nilai k yang terbaik untuk algoritma ini tergantung pada data. Secara umum,
nilai k yang tinggi akan mengurangi efek noise pada klasifikasi, tetapi membuat
batasan antara setiap klasifikasi menjadi semakin kabur. Nilai k yang bagus dapat
dipilih dengan optimasi parameter, misalnya dengan menggunakan cross-
validation. Kasus khusus dimana klasifikasi diprediksikan berdasarkan
training
21

data yang paling dekat (dengan kata lain, k = 1) disebut algoritma nearest
neighbor.
Ketepatan algoritma KNN sangat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya fitur-
fitur yang tidak relevan atau jika bobot fitur tersebut tidak setara dengan
relevansinya terhadap klasifikasi. Riset terhadap algoritma ini sebagian besar
membahas bagaimana memilih dan memberi bobot terhadap fitur agar performa
klasifikasi menjadi lebih baik.
KNN memiliki beberapa kelebihan yaitu ketangguhan terhadap training
data yang memiliki banyak noise dan efektif apabila training data-nya besar.
Sedangkan, kelemahan KNN adalah KNN perlu menentukan nilai dari parameter
k (jumlah dari tetangga terdekat), training berdasarkan jarak tidak jelas mengenai
jenis jarak apa yang harus digunakan dan atribut mana yang harus digunakan
untuk mendapatkan hasil terbaik, dan biaya komputasi cukup tinggi karena
diperlukan perhitungan jarak dari tiap query instance pada keseluruhan training
sample.
Konsep dasar dari KNN adalah mencari jarak terdekat antara data yang akan
dievaluasi dengan K tetangga terdekatnya dalam data pelatihan. Jumlah kelas
yang paling banyak dengan jarak terdekat tersebut akan menjadi kelas dimana
data data evaluasi tersebut berada.
Algoritma KNN :
1. Mulai
2. Tentukan parameter K
3. Hitung jarak antara data yang akan dievaluasi dengan semua pelatihan
Jarak ini didapatkan dari data yang telah di ekstraksi metode
Geometric invarian moment (GIM) yaitu data pelatihan dikurangi data
baru yang akan di uji yang di sebut dengan jarak Euclidian.
4. Urutkan jarak yang terbentuk (urut naik)
Setelah diketahui jarak setiap data pelatihan, maka data di urutkan
atau di sorting mulai dari data terkecil sampai data yang paling besar
lalu cari jarak yang paling kecil (terdekat) dengan data pelatihan.
5. Tentukan jarak terdekat sampai urutan K
22

6. Pasangkan kelas yang bersesuaian


Setelah di tentukan K terdekatnya berapa, maka bisa di ketahui
beberapa kelas yang akan di tujukan pada data uji tersebut, apakah
masuk ke kelas pohon kepala sawit muda,pohon kepala sawit
tua,pohon kelapa sawit dewasa atau non pohon kelapa sawit.
7. Cari jumlah kelas dan tetangga yang terdekat dan tetapkan kelas
tersebut sebagai kelas data yang akan dievaluasi
8. Menghitung nilai akurasi = jumlah kelas yg benar x 100
jumlah seluruh data

9. Selesai.[Syamani, 2008].

2.10. Penelitian Sebelumnya


1. KLASIFIKASI UMUR POHON KELAPA SAWIT
BERDASARKAN TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE K-
NEAREST NEIGHBOR Pada tahun 2013 Mohamad Hilmy dari
fakultas Teknik jurusan Informatika Universitas Muhammadyah
Gresik telah melakukan penelitian tersebut sebagai Tugas Akhir
(Skripsi). Penelitian ini difungsikan untuk Pengidentifikasian jenis
pohon dengan metode K-NN (K-Nearest Neighbor).dengan
menggunakan metode KNN yang mengacu pada penggunaan Square
Euclidean memiliki tinggkat akurasi 85.21%.
2. IDENTIFIKASI UMUR POHON KELAPA SAWIT
MENGGUNAKAN METODE FCM BERDASARKAN TEKSTUR
PADA CITRA FOTO UDARA. Pada tahun 2014 Fitrotul Millah. dari
fakultas Teknik jurusan Informatika Universitas Muhammadiyah
Gresik telah melakukan penelitian tersebut sebagai Tugas Akhir
(Skripsi). Penelitian ini difungsikan untuk mengidentifikasi umur
pohon kelapa sawit berdasarkan tekstur dengan penyelesaian
menggunakan metode Co-occurrence Matrix. Dalam penyelesaian
85

menggunakan metode tersebut, tingkat keberhasilan program


mencapai 64%.
3. PERHITUNGAN POHON KELAPA SAWIT BERDASARKAN
BENTUK MAHKOTA POHON MENGGUNAKAN CITRA FOTO
UDARA. Soffiana Agustin, S.Kom,. M.Kom Dosen di fakultas Tehnik
Informatika Universitas Muhammadiyah Gresik telah melakukan
penelitian ini untuk mengetahui jumlah pohon kepala sawit dalam suatu
area dengan menggunakan Intensity Weighted Centroid (IWC), tingkat
keakuratan mencapai 94,7%.
4. KLASIFIKASI UMUR LAHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
PADA CITRA FOTO UDARA BERDASARKAN TEKSTUR
MENGGUNAKAN NAÏVE BAYES. Pada tahun 2015 Elin Rosalina. dari
fakultas Teknik jurusan Informatika Universitas Muhammadyah Gresik
telah melakukan penelitian tersebut sebagai Tugas Akhir (Skripsi).
Penelitian ini difungsikan untuk mengklasifikasi umur lahan perkebunan
kelapa sawit berdasarkan tekstur dengan penyelesaian menggunakan
metode Co-occurrence Matrix, tingkat keakuratan mencapai 71,5%.
5. KLASIFIKASI UMUR LAHAN KELAPA SAWIT PADA CITRA FOTO
UDARA BERDASARKAN TEKSTUR MENGGUNAKAN FUZZY-
KNN. Pada tahun 2015 Siti Jumaidah. dari fakultas Teknik jurusan
Informatika Universitas Muhammadyah Gresik telah melakukan
penelitian tersebut sebagai Tugas Akhir (Skripsi). Penelitian ini
difungsikan untuk mengklasifikasi umur lahan kelapa sawit berdasarkan
tekstur dengan penyelesaian menggunakan metode Co-occurrence Matrix,
tingkat keakuratan mencapai 85%.

85
86

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Identifikasi Komoditi Perkebunan Kelapa Sawit di

Kecamatan Kandis.

Untuk mengetahui komoditi perkebunan kelapa sawit di

wilayah Kecamatan Kandis, terlebih dahulu mengidentifikasi komoditi

kelapa sawit dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ).

Adapun data PDRB menurut lapangan usaha di Kabupaten Siak

dan Provinisi Riau pada Tahun 2012-2016 dapat dilihat pada Tabel 5.1

dibawah ini:

Tabel
5.
1
Tabel Produk Domestik Regional Bruto Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2012-2016

PDRB PDRB
Tahun Kabupaten Siak Provinsi Riau
2012 20.144.208 47.088.000
2013 25.621.360 52.927.000
2014 30.897.720 61.202.000
2015 35.340.709 75.605.000
2016 40.575.403 83.444,000
Jumlah 152.579.400 320.266.000
Sumber : Kabupaten Siak dan Provinsi Riau dalam Angka, 2017

Berdasarkan Tabel 5.1 untuk mengetahui identifikasi Location

Quotient (LQ) dapat dilihat menggunakan rumus :

86
Keterangan :

Vik = Nilai output (PDRB) sektor i di Kabupaten Siak.

Vk = Produk Domestik Regional Bruto total semua sektor di

Kabupaten Siak

Vip = Nilai output (PDRB) sektor i di Provinsi Riau

Vp = Produk Domestik Regional Bruto total semua sektor di Provinsi

Riau.

a. Identifikasi Komoditi Kelapa Sawit Melalui Analisa LQ

Untuk mengetahui identifikasi kelapa sawit menggunakan rumus :

1. Tahun 2012

2. Tahun 2013

87
3. Tahun 2014

4. Tahun 2015

5. Tahun 2016

Apabila nilai LQ dihitung maka akan diperoleh sebagai berikut:

1) Jika nilai LQ suatu komoditi > 1, maka komoditi tersebut dapat

dikatakan sebagai komoditi unggulan.

2) Jika nilai LQ suatu komoditi < 1, maka komoditi tersebut dapat

dikatakan sebagai bukan komoditi unggulan.

87
3) Jika nilai LQ suatu komoditi = 1, maka komoditi tersebut dapat

dikatakan komoditi yang hanya dapat memenuhi kebutuhan daerahnya

sendiri.

Dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ) di atas, maka

dapat diidentifikasi komoditi kelapa sawit di Kecamatan Kandis. Untuk

mengidentifikasi komoditi kelapa sawit di Kecamatan Kandis, maka digunakan

data yaitu PDRB Kabupaten Siak dan Provinsi Riau. Berikut ini adalah tabel nilai

Location Quotient (LQ) menggunakan PDRB di Kabupaten Siak dan Provinsi

Riau. Produk domestik regional bruto yang disajikan secara time series adalah :

Tabel 5.2
Nilai Location Quotient (LQ) berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2016

Nilai Location Quotient (LQ) Rata-


No Lapangan Usaha
2012 2013 2014 2015 2016 rata

1 Pertanian Kelapa Sawit 0,81 1,03 1,12 0,96 1,04 1

Sumber : Hasil Analisis, 2018

Interpretasi :

Pada Tabel 5.1 nilai Location Quotient (LQ) dengan menggunakan

PDRB di Kabupaten Siak dan Provinsi Riau memiliki nilai LQ selama lima tahun

adalah = 1. Interpretasi dari hasil analisis sebagai berikut :

88
Tabel 5.3
Penafsiran Nilai Location Quotient (LQ)

Nilai Penafsiran
LQ Komoditi Pelayanan pasar
LQ > 1 Sektor basis dan unggulan Ekspor, melayani pasar
dalam maupun luar daerah
LQ < 1 Sektor non basis dan non unggulan, Non ekspor, belum mampu
serta tidak potensial melayani pasar dalam dan
luar daerah
LQ = 1 Sektor seimbang dengan wilayah Non ekspor, hanya mampu
acuan melayani pasar dalam
daerah
Sumber : Muta’ali, 2015

Pada Tabel 5.3 dapat diinterpretasikan bahwa sektor pertanian di

Kabupaten Siak merupakan sektor yang memiliki nilai LQ = 1. Sektor pertanian

di Kabupaten Siak merupakan sektor seimbang dengan wilayah acuan. Sektor

pertanian memiliki kecenderungan nilai Location Quotient (LQ) yang fluktuatif

yaitu adanya peningkatan dan penurunan selama lima tahun, artinya sektor

pertanian mendapatkan prioritas untuk dikembangkan guna mendukung

perekonomian wilayah yang lebih baik. Hal ini didasarkan komitmen Kabupaten

Siak dalam visi penataan ruang yaitu mewujudkan struktur dan pola pemanfaatan

ruang Kabupaten Siak menjadi Pusat Budaya Melayu di Riau yang didukung oleh

agribisnis.

Perkebunan mempunyai kedudukan yang penting didalam

pengembangan pertanian baik ditingkat nasional maupun regional. Tanaman

89
perkebunan yang merupakan tanaman perdagangan yang cukup potensial di

daerah ini adalah kelapa sawit (Kabupaten Siak dalam Angka, 2014).

b. Kontribusi Komoditi Kelapa Sawit di Kecamatan Kandis Melalui Analisa

LQ

Untuk mengetahui kontribusi kelapa sawit menggunakan rumus :

Jadi kontribusi komoditi kelapa sawit di Kecamatan Kandis sebesar

47,64%.

5.2 Kontribusi Komoditi Kelapa Sawit di Kecamatan Kandis

Untuk mengetahui kontribusi komoditi kelapa sawit di wilayah

Kecamatan Kandis, Kabupaten Siak, terlebih dahulu melihat persentase komoditi

kelapa sawit dan mengetahui kontribusi komoditi kelapa sawit dengan

menggunakan metode analisis shift share.

Adapun hasil produksi sektor pertanian di Kecamatan Kandis, Kabupaten

Siak dan Provinsi Riau dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

90
Tabel 5.4
Tabel Produksi Pertanian Tahun 2012-2016

Komoditi Komoditi Komoditi


Tahun Kecamatan Kandis Kabupaten Siak Provinsi Riau
Kelapa Sawit Kelapa Sawit Kelapa Sawit
2012 732.300 923.324 7.343.498
2013 732.300 925.010 7.570.854
2014 732.300 949.590 7.650.398
2015 176.024 970.269 7.841.947
2016 176.024 931.095 7.777.069
Jumlah 2.548.948 4.699.288 38.183.766
Sumber : Provinsi Riau dan Kabupaten Siak dalam Angka, 2017

a. Persentase Kontribusi Komoditi Kelapa Sawit

Untuk mengetahui kontribusi kelapa sawit menggunakan rumus :

Jadi kontribusi komoditi kelapa sawit Kecamatan Kandis, Kabupaten

Siak sebesar 5,43%.

Jadi kontrbusi komoditi kelapa sawit Kabupaten Siak, Provinsi Riau

sebesar 12.31%.

91
Jadi kontribusi komoditi kelapa sawit Kecamatan Kandis, Provinsi Riau

sebesar 0,67%.

b. Identifikasi Kontribusi Komoditi Kelapa Sawit Kecamatan Kandis,

Kabupaten Siak

Untuk mengetahui kontribusi komoditi Kelapa Sawit Kecamatan Kandis

– Kabupaten Siak, maka digunakan analisis Shift Share sebagai berikut :

(PE) (PP) (PD)

SSA =

Sumber : Rustiadi,et al 2011

Berikut adalah hasil analisis dengan menggunakan metode Shift Share

terhadap komoditi kelapa sawit Kecamatan Kandis, Kabupaten Siak :

Dengan menggunakan metode Shift Share maka akan diidentifikasi

pertumbuhan ekonominya seperti yang disajikan oleh analisis dibawah ini :

92
a. Identifikasi Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi :

Pertumbuhan Ekonomi :

Pertumbuhan Ekonomi : + 4,089

b. Identifikasi Pergeseran Proporsional

Pergeseran Proporsional (PP) :

Pergeseran Proporsional (PP) :

Pergeseran Proporsional (PP) : 1,008 – 5,089

Pergeseran Proporsional (PP) : - 4,081

c. Identifikasi Pergeseran Differensial (PD)

Pergeseran Differensial (PD) :

Pergeseran Differensial (PD) :

Pergeseran Differensial (PD) : 0,240 – 1,008

Pergeseran Differensial (PD) : -0,768

d. Identifikasi Pergeseran Bersih (PB)

Pergeseran Bersih (PB) : PP + PD

Pergeseran Bersih (PB) : -4,081 + (-) 0,768

Pergeseran Bersih (PB) : -4,849

93
Interprestasi

Hasil analisis dengan menggunakan metode Shift Share di atas dapat di

sajikan kedalam bentuk tabel seperti dibawah ini :

Tabel 5.5
Interpretasi menggunakan Metode Shift Share pada komoditi kelapa sawit
Kecamatan Kandis, Kabupaten Siak
Nilai Penafsiran
PP (+) Komoditi tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan perekonomian
dengan perekonomian daerah acuan / nasional.
PP (-) Komoditi kelapa sawit memiliki pertumbuhan yang lamban
dibandingkan dengan komoditi lainnya.
PD (+) Komoditi kelapa sawit pada wilayah amatan memiliki daya saing yang
kuat dibandingkan dengan wilayah lainnya.
PD (-) Komoditi kelapa sawit pada wilayah amatan tidak memiliki daya
saing yang kuat dibandingkan dengan wilayah lainnya.
PB ˃ 0 Komoditi kelapa sawit menunjukkan pertumbuhan yang progressive
(maju).
PB ˂ 0 Komoditi kelapa sawit menunjukkan pertumbuhan yang tidak
progressive (maju).
Sumber : Hasil Analisis, 2018

Menggunakan metode analisis Shift Share dapat diidentifikasi

pertumbuhan komoditi kelapa sawit di wilayah Kecamatan Kandis, Kabupaten

Siak seperti Tabel 5.6 ini :

Tabel 5.6
Penafsiran Nilai Shift Share (SSA) Komoditi Kelapa Sawit di
Kecamatan Kandis Kabupaten Siak
Nilai Penafsiran
PP (-4,081) Komoditi kelapa sawit memiliki pertumbuhan yang lamban
dibandingkan dengan komoditi lainnya.
PD (-0,768) Komoditi kelapa sawit pada wilayah amatan tidak memiliki
daya saing yang kuat dibandingkan dengan wilayah lainnya.
PB (-4,849) Komoditi kelapa sawit menunjukkan pertumbuhan yang tidak
progressive (maju).
Sumber : Hasil Analisis, 2018

94
Pada Tabel 5.6 didapatkan bahwa hasil komoditi kelapa sawit memiliki

nilai yang negatif, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis sebagai berikut :

a. Berdasarkan nilai pergeseran proporsional (PP) sebesar -4,081 jadi dapat

diketahui bahwa komoditi kelapa sawit pada sektor pertanian di

kecamatan kandis memiliki pertumbuhan yang lamban dibandingkan

dengan perekonomian Kabupaten Siak.

b. Berdasarkan nilai pergeseran differensial (PD) sebesar -0,768 jadi dapat

diketahui bahwa komoditi kelapa sawit pada sektor pertanian di wilayah

Kecamatan Kandis tidak memiliki daya saing yang kuat dibandingkan

dengan wilayah Kabupaten Siak.

c. Berdasarkan nilai pergeseran bersih (PB) sebesar -4,849 jadi dapat

diketahui bahwa komoditi kelapa sawit pada sektor pertanian di

Kecamatan Kandis menunjukkan pertumbuhan yang tidak progressive

(maju), artinya kontribusinya terhadap Kabupaten Siak lamban.

Perkebunan kelapa sawit tersebar diseluruh kecamatan yang ada di

Kecamatan Kandis, hal ini berarti perkebunan kelapa sawit menjadi komoditi

utama dalam hal untuk meningkatkan pendapatan daerah dan juga meningkatkan

ekonomi kerakyatan atau masyarakat. Perkebunan kelapa sawit dapat memberi

kontribusi secara langsung terhadap peningkatan perekonomian masyarakat,

karena memiliki kesempatan kerja yang luas dengan adanya perkebunan kelapa

sawit.

95
Konsep perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Kandis, Kabupaten Siak

merupakan gagasan dari pemerintah untuk bersinergi dengan masyarakat

tempatan atau lokal yang memiliki tanah yang belum dimanfaatkan untuk

dijadikan perkebunan kelapa sawit. Setelah beberapa tahun program ini berjalan,

banyak manfaat yang diberikan oleh sektor pertanian dalam hal ini adalah

perkebunan kelapa sawit terhadap penduduk desa Kecamatan Kandis diantaranya

adalah penyediaan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat, adanya usaha baru

bagi pemilik lahan dan terciptanya para pengusaha pengusaha baru di sektor ini,

sehingga tercapai kemakmuran dan perekonomian yang baik bagi kawasan

tersebut.

Dari berbagai alasan diatas menguatkan hasil analisis menggunakan

metode Shift Share berdasarkan pergeseran proporsional dan pergeseran

differensial bahwa sektor pertanian tidak memiliki daya saing, pertumbuhan yang

lamban, dan tidak maju.

5.3 Analisis Pengaruh Keberadaan Komoditi Kelapa Sawit di

Kecamatan Kandis Terhadap Pengembangan Wilayah di Kabupaten

Siak

5.3.1 Penjelasan Responden Atas Variabel Komoditi Kelapa Sawit (X)

Menurut Rahardi (2004) komoditi adalah sesuatu yang digunakan dalam

perdagangan yang dapat dipertukarkan dengan komoditi lain dari jenis yang sama.

Komoditi sebagian besar sering digunakan sebagai bahan baku dalam produksi

barang atau jasa lainnya.

96
Jawaban responden mengenai pernyataan pertama yaitu Komoditi kelapa

sawit dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi,

pendapatan, maupun pengeluaran dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut ini :

Tabel 5.7
Komoditi Kelapa Sawit Dapat Memberikan Kontribusi Yang Signifikan
Pada Peningkatan Produksi, Pendapatan, Maupun Pengeluaran

No Jawaban Skor Frekuensi Bobot Persentase


1 Sangat Setuju 5 20 100 40,00
2 Setuju 4 26 104 52,00
3 Cukup Setuju 3 4 12 8,00
4 Tidak Setuju 2 0 0 0,00
5 Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0,00
Jumlah 50 216 100,00
Rata-Rata 4,32
Sumber : Hasil Analisis, 2018

Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui tanggapan responden pada kategori

sangat setuju adalah sebanyak 20 orang (40,00%), pada kategori setuju sebanyak

26 orang (52,00%), sedangkan pada kategori cukup setuju sebanyak 4 orang

(8,00%), dan kategori tidak setuju dan sangat tidak setuju responden menjawab

tidak ada.

Berdasarkan tanggapan responden dengan rata-rata 4,32 dapat disimpulkan

bahwa tanggapan responden mengenai pernyataan komoditi kelapa sawit dapat

memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan,

maupun pengeluaran adalah sangat setuju. Selanjutnya jawaban responden

mengenai pernyataan kedua yaitu komoditi kelapa sawit mempunyai keterkaitan

yang kuat terhadap sesama komoditi maupun komoditi lainnya dapat dilihat pada

Tabel 5.8 berikut ini :

97
Tabel 5.8
Komoditi Kelapa Sawit Mempunyai Keterkaitan Yang Kuat Terhadap
Sesama Komoditi Maupun Komoditi Lainnya

No Jawaban Skor Frekuensi Bobot Persentase


1 Sangat Setuju 5 12 60 24,00
2 Setuju 4 27 108 54,00
3 Cukup Setuju 3 11 33 22,00
4 Tidak Setuju 2 0 0 0,00
5 Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0,00
Jumlah 50 201 100,00
Rata-Rata 4,02
Sumber : Hasil Analisis, 2018

Tabel 5.8 dapat diketahui tanggapan responden pada kategori sangat setuju

adalah sebanyak 12 orang (24,00%), pada kategori setuju sebanyak 27 orang

(54,00%), sedangkan pada kategori cukup setuju sebanyak 11 orang (22,00%),

dan kategori tidak setuju dan sangat tidak setuju responden menjawab tidak ada.

Tanggapan responden dengan rata-rata 4,02 dapat disimpulkan bahwa tanggapan

responden mengenai pernyataan komoditi kelapa sawit dapat memberikan

kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan, maupun

pengeluaran adalah setuju.

Jawaban responden mengenai pernyataan ketiga yaitu komoditi kelapa

sawit mampu bersaing baik di pasar nasional maupun di pasar internasional baik

dilihat dari harga produk, biaya produksi, kualitas pelayanan maupun aspek-aspek

lainnya dapat dilihat pada Tabel 5.9 berikut ini :

98
Tabel 5.9
Komoditi Kelapa Sawit Mampu Bersaing Baik Di Pasar Nasional Maupun di
Pasar Internasional Baik Dilihat Dari Harga Produk, Biaya Produksi,
Kualitas Pelayanan Maupun Aspek-Aspek Lainnya

No Jawaban Skor Frekuensi Bobot Persentase


1 Sangat Setuju 5 17 85 34,00
2 Setuju 4 27 108 54,00
3 Cukup Setuju 3 6 18 12,00
4 Tidak Setuju 2 0 0 0,00
5 Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0,00
Jumlah 50 211 100,00
Rata-Rata 4,22
Sumber : Hasil Analisis, 2018

Tabel 5.9 dapat diketahui tanggapan responden pada kategori sangat setuju

adalah sebanyak 17 orang (34,00%), pada kategori setuju sebanyak 27 orang

(54,00%), sedangkan pada kategori cukup setuju sebanyak 6 orang (12,00%), dan

kategori tidak setuju dan sangat tidak setuju responden menjawab tidak ada.

Tanggapan responden dengan rata-rata 4,22 dapat disimpulkan bahwa tanggapan

responden mengenai pernyataan Komoditi kelapa sawit dapat memberikan

kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan, maupun

pengeluaran adalah sangat setuju.

Jawaban responden mengenai pernyataan keempat yaitu komoditi kelapa

sawit memiliki keterkaitan dengan daerah lain baik dalam hal pasar maupun

pemasok bahan bakudapat dilihat pada Tabel 5.10 berikut ini :

99
Tabel 5.10
Komoditi Kelapa Sawit Memiliki Keterkaitan Dengan Daerah Lain Baik
Dalam Hal Pasar Maupun Pemasok Bahan Baku

No Jawaban Skor Frekuensi Bobot Persentase


1 Sangat Setuju 5 13 65 26,00
2 Setuju 4 32 128 64,00
3 Cukup Setuju 3 5 15 10,00
4 Tidak Setuju 2 0 0 0,00
5 Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0,00
Jumlah 50 208 100,00
Rata-Rata 4,16
Sumber : Hail Analisis, 2018

Tabel 5.10 dapat diketahui tanggapan responden pada kategori sangat

setuju adalah sebanyak 13 orang (26,00%), pada kategori setuju sebanyak 32

orang (64,00%), sedangkan pada kategori cukup setuju sebanyak 5 orang

(10,00%), dan kategori tidak setuju dan sangat tidak setuju responden menjawab

tidak ada. Tanggapan responden dengan rata-rata 4,16 dapat disimpulkan bahwa

tanggapan responden mengenai pernyataan komoditi kelapa sawit dapat

memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan,

maupun pengeluaran adalah setuju.

Jawaban responden mengenai pernyataan kelima yaitu komoditi kelapa

sawit mampu menyerap tenaga yang berkualitas secara optimal sesuai dengan

skala produksidapat dilihat pada Tabel 5.11 berikut ini :

100
Tabel 5.11
Komoditi Kelapa Sawit Mampu Menyerap Tenaga Yang Berkualitas
Secara Optimal Sesuai Dengan Skala Produksi

No Jawaban Skor Frekuensi Bobot Persentase


1 Sangat Setuju 5 16 80 32,00
2 Setuju 4 28 112 56,00
3 Cukup Setuju 3 6 18 12,00
4 Tidak Setuju 2 0 0 0,00
5 Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0,00
Jumlah 50 210 100,00
Rata-Rata 4,20
Sumber : Hail Analisis, 2018

Tabel 5.11 di atas dapat diketahui tanggapan responden pada kategori

sangat setuju adalah sebanyak 16 orang (32,00%), pada kategori setuju sebanyak

28 orang (56,00%), sedangkan pada kategori cukup setuju sebanyak 6 orang

(12,00%), dan kategori tidak setuju dan sangat tidak setuju responden menjawab

tidak ada. Tanggapan responden dengan rata-rata 4,20 dapat disimpulkan bahwa

tanggapan responden mengenai pernyataan komoditi kelapa sawit dapat

memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan,

maupun pengeluaran adalah setuju.

Jawaban responden mengenai pernyataan keenam yaitu komoditi kelapa

sawit dapat bertahan dalam jangka waktu tertentu baik dari awal pembibitan

sampai dengan masa panen dapat dilihat pada Tabel 5.12 berikut ini :

101
Tabel 5.12
Komoditi Kelapa Sawit Dapat Bertahan Dalam Jangka Waktu Tertentu Baik
Dari Awal Pembibitan Sampai Dengan Masa Panen

No Jawaban Skor Frekuensi Bobot Persentase


1 Sangat Setuju 5 11 55 22,00
2 Setuju 4 32 128 64,00
3 Cukup Setuju 3 7 21 14,00
4 Tidak Setuju 2 0 0 0,00
5 Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0,00
Jumlah 50 204 100,00
Rata-Rata 4,08
Sumber : Hasil Analisis, 2018

Tabel 5.12 dapat diketahui tanggapan responden pada kategori sangat

setuju adalah sebanyak 11 orang (22,00%), pada kategori setuju sebanyak 32

orang (64,00%), sedangkan pada kategori cukup setuju sebanyak 21 orang

(14,00%), dan kategori tidak setuju dan sangat tidak setuju responden menjawab

tidak ada. Tanggapan responden dengan rata-rata 4,08 dapat disimpulkan bahwa

tanggapan responden mengenai pernyataan komoditi kelapa sawit dapat

memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan,

maupun pengeluaran adalah setuju.

Berdasarkan tanggapan responden terhadap 6 pernyataan tentang variabel

komoditi kelapa sawit (X) yang dapat dilihat pada tabel 5.13 berikut ini :

102
Tabel 5.13
Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Pernyataan Variabel
Komoditi Kelapa Sawit (X)

Kategori
No Pernyataan SS S CS TS STS Rata-
5 4 3 2 1 Jumlah Keterangan
rata
1 Komoditi kelapa sawit 20 26 4 0 0 50 4,32 Sangat
dapat memberikan Setuju
kontribusi yang
signifikan pada
peningkatan produksi,
pendapatan, maupun
pengeluaran
2 Komoditi kelapa sawit 12 27 11 0 0 50 4,02 Setuju
mempunyai keterkaitan
yang kuat terhadap
sesama komoditi
maupun komoditi
lainnya
3 Komoditi kelapa sawit 17 27 6 0 0 50 4,22 Sangat
mampu bersaing baik di Setuju
pasar nasional maupun
di pasar internasional
baik dilihat dari harga
produk, biaya produksi,
kualitas pelayanan
maupun aspek-aspek
lainnya
4 Komoditi kelapa sawit 13 32 5 0 0 50 4,16 Setuju
memiliki keterkaitan
dengan daerah lain baik
dalam hal pasar maupun
pemasok bahan baku
5 Komoditi kelapa sawit 16 28 6 0 0 50 4,20 Setuju
mampu menyerap
tenaga yang berkualitas
secara optimal sesuai
dengan skala produksi
6 Komoditi kelapa sawit 11 32 7 0 0 50 4,08 Setuju
dapat bertahan dalam
jangka waktu tertentu
baik dari awal
pembibitan sampai
dengan masa panen
Jumlah 89 172 39 0 0 300
Jumlah Responden 15 29 6 0 0 50 4,17
Setuju
Persentase (%) 30,00 58,00 12,00 0 0 100 -
Sumber : Hasil Analisis, 2018

103
Berdasarkan Tabel 5.13, dapat diketahui tanggapan responden mengenai

pernyataan tentang variabel Komoditi Kelapa Sawit (X) adalah sebanyak 15 orang

(30,00%) responden yang berada pada kategori sangat setuju. Pada kategori setuju

sebanyak 29 orang (58,00%) responden, sedangkan kategori cukup setuju

sebanyak 6 orang (12,00%) responden. Kategori tidak setuju dan sangat tidak

setuju tidak ada. Adapun rata-rata tanggapan responden adalah 4,17, hal ini

menunjukkan bahwa rekapitulasi tanggapan responden terhadap Komoditi Kelapa

Sawit (X) adalah setuju.

5.3.2 Penjelasan Responden Atas Variabel Pengembangan Wilayah (Y)

Friedman and Allonso (2008) dalam Sembiring, (2012) menyatakan

pengembangan wilayah dalam jangka panjang ditekankan pada pengenalan

sumber daya alam dan potensi pengembangan local wilayah yang mampu

mendukung (menghasilkan) pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan sosial

masyarakat, termasuk pengentasan kemiskinan, serta upaya mengatasi kendala

pembangunan yang ada di daerah dalam rangka mencapai tujuan pembangunan.

Jawaban responden mengenai pernyataan pertama yaitu Sarana

transportasi sudah tersedia untuk digunakan masyarakat dalam melakukan

aktifitas sehari-hari dapat dilihat pada Tabel 5.14 berikut ini :

104
Tabel 5.14
Sarana Transportasi Sudah Tersedia Untuk Digunakan Masyarakat Dalam
Melakukan Aktifitas Sehari-Hari

No Jawaban Skor Frekuensi Bobot Persentase


1 Sangat Setuju 5 15 75 30,00
2 Setuju 4 30 120 60,00
3 Cukup Setuju 3 5 15 10,00
4 Tidak Setuju 2 0 0 0,00
5 Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0,00
Jumlah 50 210 100,00
Rata-Rata 4.20
Sumber : Hasil Analisis, 2018

Tabel 5.14 dapat diketahui tanggapan responden pada kategori sangat

setuju adalah sebanyak 15 orang (30,00%), pada kategori setuju sebanyak 30

orang (60,00%), sedangkan pada kategori cukup setuju sebanyak 5 orang

(10,00%), dan kategori tidak setuju dan sangat tidak setuju responden menjawab

tidak ada. Tanggapan responden dengan rata-rata 4,20 dapat disimpulkan bahwa

tanggapan responden mengenai pernyataan sarana transportasi sudah tersedia

untuk digunakan masyarakat dalam melakukan aktifitas sehari-hari adalah sangat

setuju.

Jawaban responden mengenai pernyataan kedua yaitu sarana komunikasi

sudah tersedia sebagai alat untuk berkomunikasi masyarakat baik di lingkungan

sekitar maupun daerah lainnya dapat dilihat pada Tabel 5.15 berikut ini :

105
Tabel 5.15
Sarana Komunikasi Sudah Tersedia Sebagai Alat Untuk Berkomunikasi
Masyarakat Baik Di Lingkungan Sekitar Maupun Daerah Lainnya

No Jawaban Skor Frekuensi Bobot Persentase


1 Sangat Setuju 5 14 70 28,00
2 Setuju 4 28 112 56,00
3 Cukup Setuju 3 8 24 16,00
4 Tidak Setuju 2 0 0 0,00
5 Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0,00
Jumlah 50 206 100,00
Rata-Rata 4,12
Sumber : Hasil Analisis, 2018

Tabel 5.15 dapat diketahui tanggapan responden pada kategori sangat

setuju adalah sebanyak 14 orang (28,00%), pada kategori setuju sebanyak 28

orang (56,00%), sedangkan pada kategori cukup setuju sebanyak 8 orang

(16,00%), dan kategori tidak setuju dan sangat tidak setuju responden menjawab

tidak ada. Tanggapan responden dengan rata-rata 4,12 dapat disimpulkan bahwa

tanggapan responden mengenai pernyataan sarana komunikasi sudah tersedia

sebagai alat untuk berkomunikasi masyarakat baik di lingkungan sekitar maupun

daerah lainnya adalah sangat setuju.

Jawaban responden mengenai pernyataan ketiga yaitu gaji/upah yang

didapatkan oleh masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dapat

dilihat pada Tabel 5.16 berikut ini :

106
Tabel 5.16
Gaji/Upah Yang Didapatkan Oleh Masyarakat Dapat Memenuhi
Kebutuhan Hidup Sehari-Hari

No Jawaban Skor Frekuensi Bobot Persentase


1 Sangat Setuju 5 14 70 28,00
2 Setuju 4 33 132 66,00
3 Cukup Setuju 3 3 9 6,00
4 Tidak Setuju 2 0 0 0,00
5 Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0,00
Jumlah 50 211 100,00
Rata-Rata 4,22
Sumber : Hasil Analisis, 2018

Tabel 5.16 dapat diketahui tanggapan responden pada kategori sangat

setuju adalah sebanyak 14 orang (28,00%), pada kategori setuju sebanyak 33

orang (66,00%), sedangkan pada kategori cukup setuju sebanyak 3 orang (6,00%),

dan kategori tidak setuju dan sangat tidak setuju responden menjawab tidak ada.

Tanggapan responden dengan rata-rata 4,22 dapat disimpulkan bahwa tanggapan

responden mengenai pernyataan gaji/upah yang ddidapatkan oleh masyarakat

dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari adalah sangat setuju.

Jawaban responden mengenai pernyataan keempat yaitu sarana dan

prasarana yang disediakan oleh pemerintah daerah sudah sesuai dengan taraf

hidup masyarakat atau memenuhi kebutuhan hidup dapat dilihat pada Tabel 5.17

berikut ini :

107
Tabel 5.17
Sarana Dan Prasarana Yang Disediakan Oleh Pemerintah Daerah Sudah
Sesuai Dengan Taraf Hidup Masyarakat Atau Memenuhi Kebutuhan Hidup

No Jawaban Skor Frekuensi Bobot Persentase


1 Sangat Setuju 5 11 55 22,00
2 Setuju 4 35 140 70,00
3 Cukup Setuju 3 4 12 8,00
4 Tidak Setuju 2 0 0 0,00
5 Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0,00
Jumlah 50 207 100,00
Rata-Rata 4,14
Sumber : Hasil Analisis, 2018

Tabel 5.17 dapat diketahui tanggapan responden pada kategori sangat

setuju adalah sebanyak 11 orang (22,00%), pada kategori setuju sebanyak 35

orang (70,00%), sedangkan pada kategori cukup setuju sebanyak 4 orang (8,00%),

dan kategori tidak setuju dan sangat tidak setuju responden menjawab tidak ada.

Tanggapan responden dengan rata-rata 4,14 dapat disimpulkan bahwa tanggapan

responden mengenai pernyataan Sarana dan prasarana yang disediakan oleh

pemerintah daerah sudah sesuai dengan taraf hidup masyarakat atau memenuhi

kebutuhan hidup adalah setuju.

Berdasarkan tanggapan responden terhadap 4 pernyataan tentang variabel

pengembangan wilayah (Y) yang dapat dilihat pada Tabel 5.18 berikut ini :

108
Tabel 5.18
Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Pernyataan
Variabel Pengembangan Wilayah (Y)

Kategori
No Pernyataan SS S CS TS STS Rata-
5 4 3 2 1 Jumlah Keterangan
rata
1 Sarana transportasi 15 30 5 0 0 50 4,20 Setuju
sudah tersedia untuk
digunakan masyarakat
dalam melakukan
aktifitas sehari-hari
2 Sarana komunikasi 14 28 8 0 0 50 4,12 Setuju
sudah tersedia sebagai
alat untuk
berkomunikasi
masyarakat baik di
lingkungan sekitar
maupun daerah lainnya
3 Gaji/upah yang 14 33 3 0 0 50 4,22 Sangat
didapatkan oleh Setuju
masyarakat dapat
memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari
4 Sarana dan prasarana 11 35 4 0 0 50 4,14 Setuju
yang disediakan oleh
pemerintah daerah
sudah sesuai dengan
taraf hidup masyarakat
atau memenuhi
kebutuhan hidup
Jumlah 54 126 20 0 0 300
Jumlah Responden 13 32 5 0 0 50 4,17
Setuju
Persentase (%) 26,00 58,00 12,00 0 0 100 -
Sumber : Hasil Analisis, 2018

Tabel 5.18 dapat diketahui tanggapan responden mengenai pernyataan

tentang variabel Pengembangan Wilayah (Y) adalah sebanyak 13 orang (26,00%)

responden yang berada pada kategori sangat setuju. Pada kategori setuju sebanyak

32 orang (58,00%) responden, sedangkan kategori cukup setuju sebanyak 5 orang

(12,00%) responden. Kategori tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada.

Adapun rata-rata tanggapan responden adalah 4,17, hal ini menunjukkan bahwa

rekapitulasi tanggapan responden terhadap pengembangan wilayah (Y) adalah

setuju.

109
5. 4 Analisis Data dan Pembahasan

5.4.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur ketepatan suatu item dalam

kuesioner atau skala, apakah item item pada kuesioner tersebut sudah tepat dalam

mengukur apa yang ingin di ukur. Metode pengujian valididtas yang digunakan

adalah Pearason Correlation, yaitu dengan cara mengkorelasikan skor item dengan

skor total item, kemudian pengujian signifikansi dilakukan dengan kriteria r tabel

pada tingkat signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi.

Kriteria yang digunakan dalam uji validitas adalah jika r hitung > rtabel , maka

item pernyataan tersebut dinyatakan valid. Nilai rtabel dalam penelitian ini untuk N

= 50 pada taraf signifikan 0,05 adalah 0,278 (lihat lampiran tabel r) yang akan

dibandingkan dengan rhitung yang diperoleh dari hasil pengolahan spss,

sebagaimana diuraikan pada Tabel 5.23.

Rumus r tabel : df = (N-2) = 50-2 = 48

a. Uji Validitas Variabel Komoditi Kelapa Sawit (X)

Tabel 5.19
Hasil Uji Validitas Variabel Komoditi Kelapa Sawit

Item Pernyataan r hitung r tabel Keterangan


VAR00001 0,731 0,278 Valid
VAR00002 0,667 0,278 Valid
VAR00003 0,574 0,278 Valid
VAR00004 0,364 0,278 Valid
VAR00005 0,676 0,278 Valid
VAR00006 0,386 0,278 Valid
Sumber : Hasil Analisis, 2018

110
Berdasarkan 5.19 di atas dapat di lihat bahwa nilai r hitung masing-

masing item lebih besar dari nilai r tabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

masing-masing item pernyataan pada variabel komoditi kelapa sawit telah valid.

b. Uji Validitas Variabel Pengembangan Wilayah (Variabel Terikat)

Selanjutnya untuk menguji validitas pada variabel pengembangan

wilayah dapat dilihat pada Tabel 5.20 berikut ini :

Tabel 5.20
Hasil Uji Validitas Variabel Pengembangan Wilayah

Item Pernyataan r hitung r tabel Keterangan


VAR00001 0,701 0,278 Valid
VAR00002 0,762 0,278 Valid
VAR00003 0,690 0,278 Valid
VAR00004 0,385 0,278 Valid
Sumber : Hasil Analisis, 2018

Tabel 5.20 dapat dilihat bahwa semua indikator yang digunakan untuk

mengukur indikator pada variabel Pengembangan Wilayah mempunyai koefisien

korelasi yang lebih besar dari pada tabel r tabel untuk sampel sebanyak 50 orang

responden yaitu 0,278 disajikan pada Tabel 5.20 dari hasil tersebut menunjukkan

bahwa semua indikator pada variabel pengembangan wilayah tersebut valid.

5.4.2 Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas adalah untuk mengetahui adanya konsistensi alat ukur

dalam penggunaannya, atau dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil

yang konsisten apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda. Dalam

penelitian ini metode yang digunakan adalah metode Alpha (Cronbach’s).

111
Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus alpha, rumus

yang digunakan adalah koefisien alpha cronbach’s. Instrumen dikatakan reliabel

bila koefisien kehandalannya (α) lebih dari 0,6 dengan kriteria tinggi.

Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan dua cara di atas adalah sebagai

berikut :

Tabel 5.21
Hasil Uji Reliabilitas Metode Alpha (Cronbach’s)

Variabel Alpha Kriteria Keterangan


(Cronbach’s)
Komoditi Kelapa Sawit (X) 0,806 0,60 Reliabel
Pengembangan Wilayah (Y) 0,810 0,60 Reliabel
Sumber : Hasil Analisis, 2018

Hasil analisis didapat nilai alpha variabel Komoditi Kelapa Sawit sebesar

0,806 artinya termasuk kriteria tinggi dan nilai alpha variabel Pengembangan

Wilayah sebesar 0,810 artinya termasuk kriteria sangat tinggi. Karena nilainya

lebih besar dari 0,60 maka dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel instrumen

penelitian tersebut reliabel.

5.4.3 Uji Persamaan Regresi Linear Sederhana

Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel terikat

pengembangan wilayah terhadap variabel bebas komoditi kelapa sawit. Adapun

persamaan regresi linear sederhana adalah sebagai berikut :

Y = a + bX + ε

Keterangan :

Y = Variabel dependen (Pengembangan Wilayah)

X = Variabel independen (Komoditi Kelapa Sawit)

112
a = Konstanta (nilai Y apabila X = 0)

b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

ε = standar of error 10%

Setelah diolah dengan menggunakan SPSS hasilnya adalah sebagai

berikut :

Tabel 5.22
Hasil Uji Regresi Linear Sederhana

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 1.090 1.129 .966 .339

Komoditi .624 .045 .895 13.890 .000


Sumber : Hasil Analisis, 2018

Hasil pengolahan dengan SPSS seperti terlihat pada Tabel 5.22 di atas

dapat diperoleh persamaan regresi linear sederhana sebagai berikut :

Y = a + bX

Y = 1.090 + 0,624 X

1. Nilai konstanta sebesar 1,090 hal ini menunjukkan apabila variabel bebas X

(Komoditi Kelapa Sawit) nilainya adalah 0, maka variabel terikat Y

(Pengembangan Wilayah) nilainya yaitu sebesar 1,090.

2. Nilai koefisien regresi variabel X (Komoditi Kelapa Sawit) sebesar 0,624

satuan menunjukkan bahwa apabila komoditi kelapa sawit mengalami kenaikan

sebesar 1 satuan maka Pengembangan Wilayah juga akan mengalami kenaikan

sebesar 0,624 satuan.

113
Jadi, berdasarkan hasil persamaan regresi linier sederhana seperti tersaji

diatas, dapat diinterpretasikan bahwa pengembangan komoditi kelapa sawit

memberikan pengaruh yang positif terhadap pengembangan wilayah dapat

dijelaskan dari koefisien regresi sebesar 0,624 yang berarti bahwa setiap adanya

kenaikan sebesar 1 kali dari pengembangan komoditi kelapa sawit, maka akan

meningkatkan pengembangan wilayah sebesar 0,624 satuan.

5.4.4 Uji t (Parsial)

Uji ini digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh

variabel bebas (Komoditi Kelapa Sawit) terhadap variabel terikat (Pengembangan

Wilayah). Dari hasil regresi output dapat disajikan sebagai berikut :

Tabel 5.23
Hasil Uji t (Parsial)
Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 1.090 1.129 .966 .339

Komoditi .624 .045 .895 13.890 .000


Sumber : Hasil Analisis 2018

Berdasarkan Tabel 5.23 terlihat bahwa nilai t hitung adalah 13.890.

Untuk melakukan uji t maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menentukan hipotesis nihil dan hipotesis alternatif

114
Ho : β = 0; Tidak ada pengaruh secara signifikan Komoditi Kelapa

Sawit Kecamatan Kandis terhadap Pengembangan Wilayah

Kabupaten Siak.

Ha : β 0; Ada pengaruh secara signifikan Komoditi Kelapa Sawit

Kecamatan Kandis terhadap Pengembangan Wilayah

Kabupaten Siak.

2. Menentukan tingkat signifikansi

Tingkat signifikansi penelitian ini adalah α = 5% atau 0,05.

3. Menentukan t hitung

Berdasarkan tabel 5.23 di atas diperoleh t hitung sebesar 13.890.

4. Menentukan t tabel

Tabel distribusi t dicari pada α = 5% dengan rumus sebagai berikut :

t( = t (0,025, 50-2 = 48)

= 2,010

Keterangan :

α = 5%

2 = 25% (uji 2 sisi)

n = 50 (jumlah data)

k = 2 (jumlah variabel)

5. Kriteria Pengujian

Ho diterima, Ha ditolak jika t hitung < t tabel

Ho ditolak, Ha diterima jika t hitung > t tabel atau -t hitung < -t tabel

115
6. Membandingkan t hitung dengan t tabel
Ho : β = 0; Tidak ada pengaruh secara signifikan Komoditi Kelapa
Nilai t hitung > t tabel (13.890 > 2.010) maka Ho ditolak
Sawit Kecamatan Kandis terhadap Pengembangan Wilayah
7. Kesimpulan

Berdasarkan nilai t hitung > t tabel (13.890 > 2.010) maka Ho ditolak Ha diterima

artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara Komoditi Kelapa Sawit terhadap

Pengembangan Wilayah. Jadi dapat disimpulkan bahwa Komoditi Kelapa Sawit

berpengaruh signifikan terhadap Pengembangan Wilayah.

5.4.5 Uji Determinasi R Square (R2)

Nilai koefisien determinasi atau R Square (R2) digunakan untuk mengetahui

seberapa besar persentase pengaruh variabel bebas (Komoditi Kelapa Sawit) terhadap

variabel terikat (Pengembangan Wilayah). Dari hasil pengolahan dengan SPSS

diperoleh sebagai berikut :

Tabel 5.24
Hasil Analisis Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate

1 .895a .801 .797 .84708

Sumber : Hasil Analisis, 2018

Berdasarkan Tabel 5.24 diperoleh nilai R Square sebesar 0,801 atau 80,1%.

Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel bebas (Komoditi

Kelapa Sawit) terhadap variabel terikat.

116
1
1

BAB VI PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti mengenai

faktor penyebab beralihnya petani sawit ke petani jeruk di Jorong Tanjung

Pangka Nagari Lingkungan Aua Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman

Barat maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:

a) Murahnya harga sawit, dimana dulu sebelum harga sawit ini turun maka harga

sawit perkilonya sekitar Rp. 1.800/Kg sampai dengan Rp.2.500/Kg, sedangkan

harga sawit pada saat sekarang yaitu Rp.1.000/Kg sampai dengan

Rp.1.800/Kg.

b) Kurangnya produksi kelapa sawit ini disebabkan karena faktor usia kelapa

sawit yang sudah berumur 10 tahun keatas maka produksi kelapa sawit sudah

mulai berkurang dan pemanenan dini yang dilakukan oleh petani sehingga

menyebabkan kondisi batang pohon kelapa sawit menjadi kecil dan

meruncing sehingga menghambat terjadinya pembuahan.

c) Hasil panen sawit yang sedikit tentu masyarakat mendapatkan penghasilan

yang secukupnya atau pas-pasan, hal ini disebabkan karena kelapa sawit

panennya hanya satu kali dalam satu bulan, apabila dipanen dua kali dalam

sebulan maka hasilnya jauh berkurang dibandingkan dengan hasil kelapa

sawit yang di panen satu kali dalam satu bulan.

d) Sawit lebih lama berbuah dimana dari bertanam sampai berbuah itu sekitar 2,5

tahun sampai dengan 3 tahun jika di bandingkan dengan kebun jeruk maka

117
1
1

kebun jeruk dari bertanam sampai berbuah dan siap panen itu sekitar

2,5 tahun.

e) Panen sawit lebih susah dari pada panen jeruk, dimana proses pemanenan

kelapa sawit memerlukan beberapa alat untuk panen salah satunya dodos

untuk pemanenan kelapa sawit yang masih remaja, tetapi jika berumur 10

tahun keatas maka memerlukan agrek untuk memanennya sedangkan kebun

jeruk panennya tidak membutuhkan alat bantu karena buah jeruk bisa di panen

langsung oleh tangan petani tanpa ada alat perantara.

6.1 Saran

a) Untuk pemerintah Jorong Tanjung Pangka Khususnya pemerintah Kebupaten

Pasaman Barat harus memperhatikan masyarakat Jorong Tanjung Pangka agar

pendapatan masyarakat meningkat.

b) Bagi petani atau masyarakat yang melakukan proses beralih dari petani sawit

ke petani jeruk harus lebih memperhatikan pengolahan lahan agar

penghasilannya lebih meningkat.

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin menindak lanjuti penelitian ini bisa di jadikan
sebagai bahan rujukan dan pedoman yang berguna.

118

Anda mungkin juga menyukai