Anda di halaman 1dari 30

RANCANGAN USAHA AGRIBISNIS

MINYAK KELAPA SAWIT

OLEH :

1. PETSY THESSALONICA DJOMIHA

2. AGIL YAKELTRIS OLANDRI SELLY

3. SANCELIA APRITA HADI

4. NOVITA IRENA SARI

5. QUIRINUS ALIN

6. YUNITA WULANDARI

7. RISMI SOLE

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan limpahan
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Rancangan Usaha Agribisnis
Komoditas Pertanian Kelapa Sawit ini dengan baik guna memenuhi tugas kelompok perkuliahan
mata kuliah Rancangan Usaha Agribisnis. Untuk menyempurnakan makalah ini, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari Dosen dan para pembaca.

Kupang, 20 Oktober 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rencana kerja adalah serangkaian tujuan dan proses yang bisa membantu tim dan/atau seseorang
mencapai tujuan tersebut. Dengan membaca rencana kerja, Anda bisa memahami skala sebuah
proyek dengan lebih baik. Ketika digunakan di dunia kerja maupun akademik, rencana kerja
membantu Anda mengerjakan proyek dengan teratur. Melalui rencana kerja, Anda memecah
proses jadi tugas-tugas kecil yang ringan sekaligus mengetahui apa saja yang Anda ingin capai.

Tujuan perencanaan yaitu Standar pengawasan, yaitu mencocokkan pelaksanaan dengan


perencanaannya, Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan, Mengetahui
siapa saja yang terlibat (struktur organisasinya), Baik kualifikasinya maupun kuantitasnya,
Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan, Meminimalkan
kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan menghemat, biaya, tenaga, dan waktu, Memberikan
gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan, Menyerasikan dan memadukan
beberapa kegiatan, Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui, serta Mengarahkan pada
pencapaian tujuan

Elaeis (dari bahasa Yunani, artinya "minyak") adalah genus dari Arecaceae yang memiliki dua
spesies, yang disebut sebagai kelapa sawit. Tumbuhan ini digunakan untuk usaha pertanian
komersial dalam produksi minyak sawit. Kelapa sawit Afrika Elaeis guineensis (nama spesies
guineensis mengacu pada negara asalnya) adalah sumber utama minyak kelapa sawit. Kelapa
sawit Amerika, Elaeis oleifera (dari bahasa Latin oleifer, artinya "penghasil minyak") adalah
tanaman asli Amerika Selatan dan Tengah tropis, dan digunakan secara lokal untuk produksi
minyak.

Kelapa sawit biasa ditemukan di daerah semak belukar dengan berbagai jenis tipe tanah seperti
podzolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial atau regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai
dan muara sungai. Jenis tanah tersebut mempengaruhi tingkat produksi kelapa sawit, dimana
produktivitas kelapa sawit yang ditumbuhkan di tanah podzolik lebih tinggi dibandingkan
ditumbuhkan di tanah berpasir dan gambut. Kelapa sawit kurang optimal jika ditumbuhkan di
Pulau Jawa karena jenis tanahnya yang kurang sesuai dengan jenis tanah yang mendukung
pertumbuhan kelapa sawit. Temperatur optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 24-28 °C
dengan ketinggian 1-500 mdpl dan tingkat kelembaban 80-90%. Kecepatan angin yang optimal
adalah 5–6 km/jam, dimana kecepatan angin akan membantu proses penyerbukan bunga kelapa
sawit. Kelapa sawit membutuhkan curah hujan yang sangat tinggi yaitu sekitar 1500–4000 mm
per tahun. Tingkat curah hujan mempengaruhi jumlah pelepah yang dihasilkan oleh kelapa sawit.
Pola curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.
Kebutuhan penyinaran kelapa sawit berada pada rentang normal yaitu 5-7 jam/hari, sehingga
dalam perkebunan kelapa sawit jarak tanam dibuat dengan ukuran 9x9 meter agar setiap
tumbuhan mendapatkan cukup cahaya.

Kelapa sawit merupakan tumbuhan industri sebagai bahan baku penghasil minyak masak,
minyak industri, maupun bahan bakar. Kelapa sawit ini memiliki peranan yang penting dalam
industri minyak yaitu dapat menggantikan kelapa sebagai sumber bahan bakunya.
Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama
dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit
terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa,
Kalimantan, dan Sulawesi. Terdapat beberapa spesies kelapa sawit yaitu E. guineensis Jacq., E.
oleifera, dan E. odora. Varietas atau tipe kelapa sawit digolongkan berdasarkan dua karakteristik
yaitu ketebalan endokarp dan warna buah. Berdsarkn ketebalan endokarpnya, kelapa sawit
digolongkan menjadi tiga varietas yaitu Dura, Pisifera, dan Tenera, sedangkan menurut warna
buahnya, kelapa sawit digolongkan menjadi tiga varietas yaitu Nigrescens, Virescens, dan
Albescens. Secara umum, kelapa sawit terdiri atas beberapa bagian yaitu akar, batang, daun,
bunga dan buah. Bagian dari kelapa sawit yang dilolah menjadi minyak adalah buah.

1.2 Rumusan Masalah

1.3. Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

KOMODITAS PERTANIAN KELAPA SAWIT DARI HULU-PROSES-HILIR

Budidaya kelapa sawit saat ini menjadi primadona usaha yang paling diminati di sektor
perkebunan. Hal ini tidak terlepas dari potensi produksi dan harga minyak sawit beserta
produk-produk turunannya yang sangat menggiurkan.

Potensi ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya agar Indonesia tetap bertahan sebagai
negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia bisa dipertahankan. Perbaikan usaha
budidaya kelapa sawit harus terus dilakukan secara menyeluruh dengan melibatkan seluruh
stake holder dan petani kelapa sawit.

Perbaikan cara budidaya kelapa sawit bisa dimulai dengan memenuhi syarat tumbuh kelapa
sawit.

1. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Cara budidaya kelapa sawit yang utama yaitu dengan memenuhi syarat tumbuh kelapa sawit.
Dengan memenuhi syarat tumbuh kelapa sawit, maka dapat dipastikan pertumbuhan dan
produksi kelapa sawit menjadi lebih optimal

Syarat tumbuh kelapa sawit yaitu lahan yang memiliki iklim dan jenis tanah yang sesuai.
Yaitu lahan budidaya kelapa sawit yang seperti berikut :

 Memiliki pH tanah 4,0-6,5


 Subur
 Gembur
 Memiliki curah hujan 2500 – 3000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun
 Suhu 25°-27°C dengan lama penyinaran 5 – 7 jam/hari.

Jika dulur-dulur dapat memenuhi syarat tumbuh kelapa sawit, maka dapat dipastikan hasil
yang diraih akan menjadi lebih optimal.

2. Gunakan Bibit Sawit Unggul

Setelah memenuhi syarat tumbuh kelapa sawit, maka langkah selanjutnya yaitu dengan
menggunakan bibit sawit unggul. Dulur-dulur bisa memperoleh bibit sawit melalui lembaga
pemerintah ataupun dengan membeli langsung melalui toko bibit pertanian terdekat.
Namun pastikan bibit yang dulur-dulur pilih yaitu bibit sawit unggul. Berikut adalah ciri-ciri
bibit sawit unggul :

A. Tunas Berwarna Putih

Hal pertama yang perlu dulur-dulur perhatikan yaitu mata tunas sawit. Bibit sawit unggul
memiliki mata tunas yang normal dan berwarna putih bersih. Jika bibit sawit bewarna
kecoklatan atau bahkan kehitaman, sebaiknya dulur-dulur mencurigai bahwa bibit sawit
tersebut bukanlah bibit sawit unggul.

B. Daun Melebar

Bibit sawit unggul memiliki anak daun yang melebar dan tidak kusut. Bibit sawit yang
unggul tidak memiliki anak daun yang menggulung.

C. Tempurung Berwarna Hitam

Bibit sawit unggul memiliki tempurung yang berwarna hitam gelap. Selain itu, tempurung
pada bibit sawit unggul tidak mengalami keretakan atau kerusakan.

D. Kondisi Akar

Akar pada bibit sawit unggul justru tidak terlalu panjang. Akar pada bibit sawit unggul yaitu
memiliki panjang 2 sampai 3cm.

Selain panjang akar, keadaan akar bibit sawit unggul masih terlihat segar, tidak kering.
Memiliki warna calon akar yang kekuning-kuningan mendekati hijau.

E. Kondisi Batang Bibit Sawit

Kondisi batang bibit sawit unggul yaitu memiliki ukuran yang pendek dan gemuk. Karena
batang yang pendek dan gemuk akan jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan batang yang
tinggi dan kurus.

Pada umumnya, batang bibit sawit yang tinggi dan kurus akan mudah sekali patah sebelum
masuk masa pertumbuhan. Selain itu ukuran batang pada bibit sawit unggul yaitu antara 2
sampai 3 meter.

Ciri-ciri bibit sawit unggul diatas pada umumnya bisa digunakan untuk memilih bibit sawit
unggul jenis apa saja. Baik jenis sawit tenera, dura, ataupun bibit sawit yang liar.

3. Pola Tanam & Jarak Tanam Kelapa Sawit Yang Tepat

Pola tanam kelapa sawit perlu diperhatikan karena berkaitan dengan efektifitas penggunaan
lahan. Pola tanam segitiga sama sisi merupakan pola tanam yang paling efektif di areal datar,
sehingga untuk areal bergelombang/berbukit perlu dilakukan “viol linning” untuk
mempertahankan jumlah populasi per hektarnya dengan tetap memperhatikan tingkat
kesuburan tanahnya.

Karena kelapa sawit saat ini banyak ditanam dilahan marginal maka perlu upaya khusus
untuk “menyuburkan” tanah kembali. Penggunaan pembenah tanah hayati GDM Black BOS
sangat dianjurkan karena akan mempercepat proses remediasi dan revitalisasi tanah-tanah
marginal.

Dosis penggunaan GDM Black Bos yaitu 10 Kg/hektar atau sekitar 75 gram/pokok yang
diberikan pada lubang tanam.

4. Waktu Tanam yang Tepat

Tidak ada waktu tanam yang baku untuk dijadikan patokan dalam budidaya kelapa sawit.
Jadi waktu tanam yang tepat dalam budidaya kelapa sawit adalah jika umur bibit sawit siap
tanam dan lahan budidaya telah tersedia.

5. Pemeliharaan Dalam Budidaya Kelapa Sawit

Setelah ditanam, pohon kelapa sawit juga harus dirawat agar produksi budidaya kelapa sawit
menjadi optimal. Ada 3 proses pemeliharaan pada budidaya kelapa sawit, yaitu :

A. Penyulaman dan penjarangan

Jika terdapat bibit yang memiliki pertumbuhan tidak normal, terkena penyakit atau bahkan
mati, maka bibit sawit tersebut harus disulam. Penyulaman dilakukan ketika bibit berumur 10
hingga 14 bulan.

B. Penyiangan

Penyiangan yaitu membersihkan gulma yang tumbuh disekitar tanaman kelapa sawit. Gulma
merupakan tanaman pengganggu yang dapat mengambil nutrisi dan makanan pokok tanaman
sawit, sehingga tanaman sawit akan tumbuh tidak maksimal. Maka sebaiknya kendalikan
gulma secara baik.

C. Pemupukan Kelapa Sawit

Pemupukan kelapa sawit merupakan kegiatan perawatan budidaya kelapa sawit yang
bertujuan untuk memberikan makanan pada tanaman sawit. Kegiatan ini merupakan kegiatan
yang harus dilakukan dengan cara yang baik agar budidaya kelapa sawit dapat maksimal.

Pemupukan kelapa sawit juga dilakukan sesuai umur, dengan menggunakan setengah dari
dosis pupuk kimia ditambah pupuk organic cair GDM spesialis tanaman perkebunan.

Berikut Dosis Penggunaan POC GDM Sesuai Umur Budidaya Kelapa Sawit :
 Fase Pertumbuhan Dosis Waktu Penggunaan
 Pra-Nursery (0-3 bulan). 20 ml:1 L
 10 L larutan untuk 100 bibit sawit per aplikasi.
 Dikocor/disiram didalam polybag per 15 hari (6x aplikasi).
 Main Nursery (3-12 bulan). 20 ml:1 L
 10 L larutan untuk 50 bibit sawit per aplikasi.
 Dikocor/disiram didalam polybag per 1 bulan (9x aplikasi).
 Saat Tanam. 20 ml:1 L
 2 L larutan per lubang tanam.
 Dikocor/disiram didalam lubang tanam.

TBM (0-4 tahun). 20 ml:1 L

 5 L larutan per tanaman.


 Dikocor/disiram didalam piringan/dekat perakaran setiap 2 bulan (24x aplikasi).
 TM (lebih dari 4 tahun). 20 ml:1 L
 10 L larutan per tanaman.
 Dikocor/disiram didalam piringan/dekat perakaran setiap 3 bulan.

TBM Tanaman Belum Menghasilkan, TM: Tanaman Menghasilakan

Fungsi Bakteri POC GDM Spesialis Tanaman Perkebunan Untuk Tanaman Kelapa Sawit:

 Mengandung bakteri Bacillus sp dan Psedomonas sp yang menghasilkan antibiotic


alami sehingga dapat mencegah berbagai penyakit yang menyerang tanaman kelapa
sawit mulai dari pembibitan, TBM maupun TM dan penyakit tular tanah termasuk
Ganoderma.
 Meningkatkan pertumbuhan dan produksi kelapa sawit karena menghasilkan zat
perangsang tumbuh alami.
 Mampu mengikat N dari alam dan menguraikan P dan K sehingga dapat menghemat
penggunaan pupuk kimia.
 Mengurangi defrensiasi bunga jantan dan mengurangi bunga banci.
 Mengurangi asam lemak bebas dan meningkatkan rendemen minyak.

6. Pengendalian Hama Penyakit Kelapa Sawit

Hama dan penyakit merupakan kendala yang dihadapi oleh pelaku budidaya kelapa sawit.
Serangan hama dan penyakit dapat membuat kelapa sawit tidak berproduksi secara
maksimal, bahkan akan membuat kelapa sawit gagal panen.

Agar hasil budidaya kelapa sawit menjadi maksimal, dulur-dulur harus segera membasmi dan
mengendalikan hama penyakit.
7. Panen Buah Sawit

Tahap terakhir dari budidaya kelapa sawit yaitu pemanenan kelapa sawit. Pada umumnya
kelapa sawit mulai berbuah setelah umur 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan.
Buah sawit dapat dipanen ketika berumur 31 bulan. Namun tidak semua buah kelapa sawit
bisa dipanen secara bersamaan. Jika dulur-dulur memetik buah sawit sebelum waktu panen,
maka kelapa sawit tidak akan menghasilkan kualitas produk yang baik kedepannya.

Buah sawit yang baik untuk dipanen yaitu buah sawit pada tingkat fraksi dua, dengan ciri-ciri

 Terdapat 5 hingga 10 brondolan di piringan


 Buah sawit berubah warna dari kuning menjadi oranye
 Sebanyak 25% hingga 75% buah luar membrondol

Industri hulu perkebunan kelapa sawit menghasilkan berbagai produk primer berupa minyak
kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit. Kedua jenis produk tersebut kemudian dikembangkan
menjadi bermacam-macam produk industri hilir. Pada intinya, kedua produk tersebut termasuk
ke dalam jenis ester asam lemak dan gliserol yang disebut trigliserida. Trigliserida dari minyak
kelapa sawit (CPO) banyak mengandung asam palmitat, linoeleat, stearat, dan gliserol.
Sementara, trigliserida dari minyak inti sawit (PKO) mengandung asam laurat, miristat, stearat,
gliserol, dan sedikit palmitat. Baik minyak kelapa sawit maupun inti sawit merupakan sumber
energi pangan, seperti minyak goreng, margarin, shorteening, dan vanaspati serta sumber karbon
di dalam industri oleokimia. Penggunaan ini terkait dengan sifat senyawa karbon minyak nabati
yang relatif lebih mudah terurai di alam dibandingkan dengan senyawa turunan yang berasal dari
minyak bumi (Pratomo & Puraka, 2008).

Pada industri hilirnya, terdapat beberapa produk jadi lainnya, baik itu berupa makanan maupun
non-pangan. Produk pangan yang dihasilkan antara lain adalah kue, roti, biskuit, cokelat,
kembang gula, es krim, tepung susu nabati (filled milk), coffee whitener (coffee mate), serta mie
siap saji (mie instan). Dalam industri farmasi, penggunaannya terutama pada produk vitamin A
dan E. Sedangkan, untuk produk-produk non-makanan di antaranya adalah sabun, cream lotion,
shampoo, "sabun metalik" untuk minyak pelumas dan campuran cat, pelumas dan pelindung
karat permukaan lembaran baja pada industri baja canai dingin (cold rolling mill), bahan
pengapung (floatation agent) yang digunakan untuk memisahkan biji tembaga atau cobalt dari
baja, industri karoseri, serta industri tinta cetak, lilin, dan crayon (Pratomo & Puraka, 2008).

Minyak inti sawit (palm kernel oil) digunakan sebagai input dalam beberapa industri seperti
sabun, kosmetik, serta pakan ternak. Pada proses pembuatan makanan ternak, buah diproses
dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90°C. Daging yang telah melunak
dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin silinder
berlubang. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah
itu, dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur. Sisa
pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan
difermentasikan menjadi kompos (Pratomo & Puraka, 2008).

Banyaknya kegunaan dan produk turunan dari kelapa sawit inilah yang menyebabkan kelapa
sawit menjadi salah satu komoditas yang laku di pasar internasional. Terlebih saat ini juga
dikembangkan berbagai bahan bakar nabati. Minyak kelapa sawit menjadi salah satu bahan baku
yang relatif sangat ekonomis untuk dikembangkan sebagai bahan baku biodiesel. Kadar minyak
yang dihasilkan oleh kelapa sawit merupakan yang terbesar dibandingkan dengan beberapa
produk lainnya.

Proses Produksi Pengolahan Kelapa Sawit menjadi Minyak Kelapa Sawit

1. LOADING RAMP

Setelah buah disortir pihak sortasi, buah dimasukkan kedalam ramp cage yang berada diatas rel
lori. Ramp cage mempunyai 30 pintu yang dibuka tutup dengan sistem hidrolik, terdiri dari 2 line
sebelah kiri dan kanan. Pada saat pintu dibuka lori yang berada dibawah cage akan terisi dengan
TBS. Setelah terisi, lori ditarik dengan capstand ke transfer carriage, dimana transfer carriage
dapat memuat 3 lori yang masing – masing mempunyai berat rata-rata 3,3 – 3,5 ton. Dengan
transfer carriage lori diarahkan ke rel sterilizer yang diinginkan. Kemudian diserikan sebanyak
12 lori untuk dimasukan kedalam sterilizer. Pemasukan lori ke dalam sterilizer menggunakan
loader.

2. STERILIZER

Sterilisasi adalah proses perebusan dalam suatu bejana yang disebut dengan sterilizer. Adapun
fungsi dari perebusan adalah sebagai berikut:

 Mematikan enzyme.
 Memudahkan lepasnya brondolan dari tandan.
 Mengurangi kadar air dalam buah.
 Melunakkan mesocarp sehingga memudahkan proses pelumatan dan pengepressan.
 Memudahkan lepasnya kernel dari cangkangnya.

Proses perebusan dilakukan selama 85 -95 menit. Untuk media pemanas dipakai steam dari BVP
(Back Pressure Vessel) yang bertekanan 2,8-3 bar. Perebusan dilakukan dengan sistem 3 peak
( tiga puncak tekanan). Puncak pertama tekanan sampai 1,5 Kg/cm2, puncak kedua tekanan
sampai 2,0 Kg/cm2 dan puncak ketiga tekanan sampai 2,8 – 3,0 Kg/cm2.

3. THRESSER

Setelah perebusan TBS yang telah masak diangkut ke thresser dengan mengggunakan hoisting
crane yang mempunyai daya angkat 5 ton. Lori diangkat dan dibalikkan diatas hopper thresser
(auto feeder). Pada stasiun ini tandan buah segar yang telah direbus siap untuk dipisahkan antara
berondolan dan tandannya. Sebelum masuk kedalam thresser TBS yang telah direbus diatur
pemasukannya dengan menggunakan auto feeder. Dengan menggunakan putaran TBS dibanting
sehingga berondolan lepas dari tandannya dan jatuh ke conveyor dan elevator untuk
didistribusikan ke rethresser untuk pembantingan kedua kalinya. Thresser mempunyai kecepatan
putaran 22 – 25 rpm. Pada bagian dalam thresser, dipasang batang-batang besi perantara
sehingga membentuk kisi-kisi yang memungkinkan berondolan keluar dari thresser. Untuk
tandan kosong sendiri didistribusikan dengan empty bunch conveyor untuk didistribusikan ke
penampungan empty bunch.

4. STASIUN PRESS

Berondolan yang keluar dari thresser jatuh ke conveyor, kemudian diangkut dengan fruit elevator
ke top cross conveyor yang mendistribusikan berondolan ke distributing conveyor untuk
dimasukkan dalam tiap-tiap digester. Digester adalah tangki silinder tegak yang dilengkapi
pisau-pisau pengaduk dengan kecepatan putaran 25-26 rpm, sehingga brondolan dapat dicacah di
dalam tangki ini. Bila tiap-tiap digester telah terisi penuh maka brondolan menuju ke conveyor
recycling, diteruskan ke elevator untuk dikembalikan ke digester. Tujuan pelumatan adalah agar
daging buah terlepas dari biji sehingga mudah di-press. Untuk memudahkan pelumatan buah,
pada digester di-inject steam bersuhu sekitar 90 – 95 °C.

Berondolan yang telah lumat masuk ke dalam screw press untuk diperas sehingga dihasilkan
minyak (crude oil). Pada proses ini dilakukan penyemprotan air panas agar minyak yang keluar
tidak terlalu kental (penurunan viscositas) supaya pori-pori silinder tidak tersumbat, sehingga
kerja screw press tidak terlalu berat. Penyemprotan air dilakukan melalui nozzle-nozzle pada
pipa berlubang yang dipasang pada screw press. Kapasitas mesin press adalah 15 ton per jam.

Tekanan mesin press harus diatur, karena bila tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan inti
pecah dan screw press mudah aus. Sebaliknya, jika tekanan mesin press terlalu rendah maka oil
losses di ampas tinggi.

Minyak hasil mesin press kemudian menuju ke sand trap tank untuk pengendapan. Hasil lain
adalah ampas (terdiri dari biji dan fiber), yang akan dipisahkan dengan menggunakan cake
breaker conveyor (CBC).

5. STASIUN PEMURNIAN

Minyak yang berasal dari stasiun press masih banyak mengandung kotoran-kotoran yang berasal
dari daging buah seperti lumpur, air dan lain-lain. Untuk mendapatkan minyak yang memenuhi
standar, maka perlu dilakukan pemurnian terhadap minyak tersebut. Pada stasiun ini terdiri dari
beberapa unit alat pengolah untuk memurnikan minyak produksi, yang meliputi : Sand Trap
Tank, Vibrating Screen, Crude Oil Tank, Continous Settling Tank (CST), Oil Tank, Purifier,
Vacum Dryer, Sludge Oil Tank, Sludge Vibrating Screen, Sludge Centrifuge, Fat Pit, dan
Storage Tank.
a. Sand Trap Tank

Minyak hasil mesin press merupakan minyak mentah yang masih banyak mengandung kotoran-
kotoran. Minyak tersebut masuk ke sand trap tank untuk mengendapkan partikel-partikel yang
mempunyai densitas tinggi. Sand trap tank adalah sebuah bejana yang berbentuk silinder tegak.
Advertisement Report this ad

b. Vibrating Screen

Minyak bagian atas dari sand trap tank yang masih mengandung serat dan sedikit kotoran
dialirkan ke ayakan getar (vibrating screen). Proses penyaringan memakai vibrating screen
bertujuan untuk memisahkan padatan, seperti : serabut, pasir, tanah dan kotoran-kotoran lain
yang masih terbawa dari sand trap tank. Vibrating yang digunakan adalah double deck vibrating
screen, dimana screen pertama berukuran 30 mesh dan screen kedua 40 mesh. Padatan yang
tertahan pada ayakan akan dikembalikan ke digester melalui conveyor, sedangkan minyak
dipompakan ke crude oil tank.

c. Crude Oil Tank (COT)

Minyak yang keluar dari vibrating screen dialirkan ke crude oil tank untuk ditampung sementara.
Pada crude oil tank ini minyak dipanaskan dengan steam melalui sistem pipa pemanas, dan suhu
dipertahankan 90-95°C. Dari sini minyak dipompakan ke CST (Continuous Settling Tank).

d. Continous Settling Tank (CST)

Minyak dari COT dipompakan ke CST dimana sebelumnya dilewatkan ke buffer tank agar aliran
minyak masuk ke CST tidak terlalu kencang. CST bertujuan untuk mengendapkan lumpur
(sudge) berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Di CST suhu dipertahankan 86-90 oC. Minyak
pada bagian atas CST dikutip dengan bantuan skimmer menuju oil tank, sedangkan sludge (yang
masih mengandung minyak) pada bagian bawah dialirkan secara underflow ke sludge vibrating
screen sebelum ke sludge oil tank. Sludge dan pasir yang mengendap didasar CST di-blowdown
untuk dibawa ke sludge drain tank .

e. Oil Tank

Minyak dari CST menuju ke oil tank untuk ditampung sementara waktu, sebelum dialirkan ke oil
purifier. Dalam oil tank juga terjadi pemanasan (75-80°C) dengan tujuan untuk mengurangi
kadar air.

f. Purifier

Di dalam purifier dilakukan pemurnian untuk mengurangi kadar kotoran dan kadar air yang
terdapat pada minyak berdasarkan atas perbedaan densitas dengan menggunakan gaya
sentrifugal, dengan kecepatan perputarannya 7500 rpm. Kotoran dan air yang memiliki densitas
yang besar akan berada pada bagian yang luar (dinding bowl), sedangkan minyak yang
mempunyai densitas lebih kecil bergerak ke arah poros dan keluar melalui sudu-sudu untuk
dialirkan ke vacuum drier. Kotoran dan air yang melekat pada dinding di-blowdown ke saluran
pembuangan untuk dibawa ke Fat Pit.

g. Vacuum Drier

Minyak yang keluar dari purifier masih mengandung air, maka untuk mengurangi kadar air
tersebut, minyak dipompakan ke vacuum drier. Di sini minyak disemprot dengan menggunakan
nozzle sehingga campuran minyak dan air tersebut akan pecah. Hal ini akan mempermudah
pemisahan air dalam minyak, dimana minyak yang memiliki tekanan uap lebih rendah dari air
akan turun ke bawah dan kemudian dipompakan ke storage tank.

h. Sludge Tank

Untuk overflow dari tangki ini di alirkan ke drain tank sedangkan under flownya dialirkan ke
vibrating screen dan brush strainer atau langsung ke bak transit untuk dipompakan ke sand
cyclone. Untuk mempercepat pengendapan lumpur, sludge dipanaskan (80-90oC) dengan
menggunakan uap yang dialirkan melalui coil pemanas. Sehingga densitas minyak menjadi lebih
rendah dan lumpur halus yang melekat pada minyak akan terlepas dan mengendap pada dasar
tangki.

Dari sand cyclone atau brush strainer sludge dialirkan ke balance tank sebagai umpan untuk
decanter atau sludge centrifuge.

i. Sludge centrifuge

Sludge centrifuge untuk mengolah sludge. Sludge Centrifuge adalah alat yang digunakan untuk
memisahkan minyak yang masih terkandung di dalam sludge, dengan cara pemisahan
berdasarkan gaya sentrifugal. Didalam sludge centrifuge ini terdapat bowl yang berputar 1450
rpm, bowl ini berbentuk bintang yang diujungnya terdapat nozzle dengan diameter lubang
tertentu dan nozzle ini dapat diganti sesuai keinginan.

Prinsip kerjanya adalah nozzle separator berputar dengan gaya centifugal dimana pemisahannya,
fraksi berat ( lumpur, kotoran ) terlempar ke dinding bowl dan fraksi ringan (air dan minyak)
akan ketengah. Minyak yang mempunyai densitas lebih kecil akan menuju poros dan terdorong
keluar melalui sudu-sudu (paring disk), dan ditampung di reclaimed tank sebelum dipompakan
oleh reclaimed oil pump untuk alirkan kembali ke CST. Sedangkan sludge (mengandung air)
yang mempuyai densitas lebih besar akan terdorong ke bagian dinding bowl dan keluar melalui
nozzle, kemudian sludge keluar melalui saluran pembuangan menuju fat pit.

j. Sludge drain tank

Lapisan bawah dari CST, dan sludge tank pada selang waktu tertentu didrain menuju sludge
drain tank. Di sludge drain tank minyak mengalir tenang dan dibiarkan overflow untuk mengalir
dan ditampung pada reclaimed tank, dan kemudian dipompakan kembali ke CST untuk
kemudian dimurnikan lagi. Sedangkan kotoran dan air dialirkan menuju fat pit.

k. Fat Pit

Sebelum sludge di buang ke kolam pengolahan limbah, terlebih dahulu ditampung di fat pit
dengan maksud agar minyak yang masih terbawa dapat terpisah kembali. Di Fat Pit diinjeksikan
uap sebagai pemanas untuk mempermudah proses pemisahan minyak dengan kotoran. Minyak
yang ada pada permukaan dibiarkan melimpah (overflow). Selanjutnya minyak ditampung pada
sebuah bak pada pinggiran kolam fat pit, dan kemudian dipompakan kembali ke sludge drain
tank.

l. Storage Tank

Minyak dari vacuum dryer, kemudian dipompakan ke storage tank (tangki timbun), pada suhu
simpan 45-55°C. Setiap hari dilakukan pengujian mutu. Minyak yang dihasilkan dari daging
buah berupa minyak yang disebut Crude Palm Oil (CPO).

6. STASIUN KERNEL

Pada stasiun ini dilakukan aktifitas pemisahan serabut dari nut, pemisahan inti dari cangkangnya
dan juga pengeringan inti. Peralatan yang digunakan di stasiun ini , diantaranya : Cake Breaker
Conveyor (CBC), Depericarper, Nut Silo, Ripple Mill, Claybath, dan Kernel Silo.

1. Cake Breaker Conveyor (CBC)

Ampas dari screw press yang terdiri dari fiber dan nut yang masih menggumpal masuk ke CBC.
CBC merupakan suatu screw conveyor namun screwnya dipasang palt persegi sebagai pelempar
fiber dan nut. CBC berfungsi untuk mengurai gumpalan fiber dengan nut dan membawanya ke
depericarper.

2. Depericarper

Depericarper adalah alat untuk memisahkan fiber dengan nut. Fiber dan nut dari CBC masuk ke
separating column. Disini fraksi ringan yang berupa fiber dihisap dengan fibre cyclone dan di
tampung dalam hopper sebagai bahan bakar pada boiler. Sedangkan fraksi berat berupa nut turun
ke bawah masuk ke polishing drum.

3. Nut Polishing Drum

Nut polishing drum berupa drum berlubang-lubang yang berrputar. Akibat dari perputaran ini
terjadi gesekan yang mengakibatkan serabut yang masih menempel pada nut terkikis dan terpisah
dari nut. Nut jatuh, selanjutnya nut diangkut oleh nut conveyor dan destoner (second
depericarper) untuk memisahkan batu dan benda – benda yang lebih berat dari nut seperti besi.
Nut yang terbawa ke atas jatuh kembali di dalam air lock dan di tampung oleh nut elevator untuk
dibawa ke dalam nut silo.

4. Nut Silo

Fungsi dari alat ini sebagai tempat penampungan nut, hal ini dilakukan untuk mengurangi kadar
air sehingga lebih mudah dipecah dan inti lekang dari cangkangnya.

5. Ripple Mill

Biji dari nut silo masuk ke ripple mill untuk dipecah sehingga inti terpisah dari cangkang. Biji
yang masuk melalui rotor akan mengalami gaya sentrifugal sehingga biji keluar dari rotor dan
terbanting dengan kuat yang menyebabkan cangkang pecah. Setelah dipecahkan inti yang masih
bercampur dengan kotoran-kotoran di bawa ke kernel grading drum.

6. Kernel Grading Drum

Pada kernel grading drum ini di saring antara nut,shell dan kotoran dengan nut yang belum
terpecahkan. Untuk nut shell dan kotoran lolos dari saringan dibawa ke LTDS. Sementara untuk
nut atau yang tertahan dikembalikan ke nut conveyor.

7. Light Tenera Dry Separator (LTDS)

Pada bagian ini akan terjadi pemisahan dimana fraksi-fraksi yang lebih ringan akan dihisap oleh
LTDS cyclone. Fraksi-fraksi yang ringan di hisap yang terdiri dari cangkang dan serabut akan di
bawa ke shell hopper melalui fibre and shell conveyor. Inti dan sebagian cangkang yang belum
terpisahkan, dipisahkan lagi pada clay bath.

8. Clay Bath

Clay bath adalah alat pemisahan Inti dengan cangkang. Proses pemisahan ini secara basah yang
menggunakan larutan CaCO3 dan air dengan ukuran partikel CaCO3 lolos mesh 400. Clay bath
berfungsi sebagai larutan pemisah antara kernel dan cangkang berdasarkan berat jenis. Berat
jenis Kernel basah = 1,07 dan berat jenis cangkang = 1,15 – 1,20, maka untuk memisah kernel
dan cangkang tersebut dibuat larutan dengan berat jenis = 1,12. Bagian yang ringan akan
mengapung dan bagian yang berat akan tenggelam. Inti yang merupakan fraksi ringan akan
dibawa ke kernel silo untuk disimpan dengan suhu tertentu.

9. Kernel Silo

Inti yang masih mengandung air, perlu dikeringkan sampai kadar air 7%. Inti yang berasal dari
pemisahan di clay bath melalui top wet kernel conveyor didistribusikan ke dalam unit kernel silo
untuk dilakukan proses pengeringan. Pada kernel silo ini inti akan dikeringkan dengan
menggunakan udara panas dari steam heater yang dihembuskan oleh Fan kernel silo ke dalam
kernel silo. Pengeringan dilakukan pada temperatur 60-80°C selama 4-8 jam. Kernel yang telah
dikeringkan ini dibawa ke kernel bulk silo melalui dry kernel transport fan.

PENYUSUNAN RENCANA TENTANG PERALATAN KANTOR DAN FURNITURE

Pengadaan adalah setiap kegiatan yang bertujuan untuk menyediakan kebutuhan perlengkapan
kantor untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan kantor. Pengadaan dilaksanakan dengan berbagai
cara sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan dan kebutuhan masing-masing perusahaan. Faktor
yang menyebabkan adanya perbedaan cara pengadaan adalah adanya perbedaan kebutuhan dan
perbedaan pekerjaan kantor.

Dalam pelaksanaanya kegiatan pengadaan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Mengikuti prosedur pengelolaan perbekalan


2. Mentukan jenis, kualitas dan kuantitas perlengkapan yang diperluka
3. Menyediakan dan menggunakan perlengkapan kantor dalam kegiatan operasional
4. Menyediakan perbekalan sesuai dengan anggaran yang berlaku.
5. Menyimpan dan memelihara perlengkapan
6. Mengumpulkan dan mengolah data perbekalan kantor
7. Menghapuskan perlengkapan yang sudah tidak dapat digunakan sesuai prosedur.

Langkah-langkah pengadaan peralatan kantor

Pengadaan peralatan kantor berbeda setiap instansi, perbedaan ini disebabkan beberapa hal,
antara lain, budaya kantor, kebutuhan akan peralatan, tingkat kompetensi pegawai, juga
perbedaan jenis usaha. Namun pada umumnya pengadaan kantor dapat dilakukan dengan cara
berikut ini:

1. Pengajuan surat permohonan ke gudang


2. Pemeriksaan stock barang digudang oleh petugas
3. Jika ada barang diberikan dengan dengan bon pengeluaran
4. Jika tidak ada petugas memberikan nomor pada surat permohonan dari buku induk
5. Surat diserahkan bendahara, bendahara mengecek antara permohonan dan ketersedian
biaya
6. Bendahara meminta persertujuan pimpinan
7. Bagian logistik melakukan pembalian dengan persetujuan pimpinan
8. Barang diperiksa menganai kualitas, kuantitas
9. Barang diserah terimakan dengan menggunakan buku sertah terima barang
10. Dilakukan kegiatan pencatatan, disimpan di gudang untuk didistribusikan.

Pengadaan barang habis pakai dan tidak habis pakai


Barang habis pakai adalah barang yang dapat dipergunakan dalam jangka waktu lama, contoh
barang seperti ini dalam perkantoran adalah, komputer, telepon dan peralatan atau mesin lainnya.
Sedangkan barang habis pakai adalah peralatan yang sebentar masa pakainya semisal, alat tulis
kantor, aneka kertas, lem dan lain sebagainya.

Berikut ini prosedur pengadaan barang tidak habis pakai

1. Menyusun analisis dan menganalisis keperluan perlengkapan sesuai dengan rencana


kegiatan serta dengan memperhatikan barang yang masih layak pakai
2. Melakukan perkiraan biaya yang diperlukan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
3. Menetapkan skala prioritas menurut dana, urgensi kebutuhan dan menyusun rencana
pengadaan tahunan.

Sedangkan barang habis pakai direncanakan dengan urutan sebagai berikut.

1. Menyusun daftar perlengkapan yang disesuaikan dengan kebutuhan dari rencana kegiatan
2. Menyusun perkiraan biaya yang diperlukan untuk pengadaan barang tersebut tiap bulan
3. Menyusun rencana pengadaan barang tersebut menjadi rencana triwulan dan kemudian
menjadi rencana tahunan.

Peralatan dan furniture Pabrik Kelapa sawit

1. Fruit cages, alat yang digunakan untuk menangkut tandan buah segar
2. Capstand, digunakan untuk menarik lori buah
3. Sterilizer station, drum untuk merebus buah sawit
4. Thresher Drum, untuk membanting tandan buah agar brondolan buah dapat rontok
5. Screw press, untuk mengekstrak minyak sawit
6. Vibro separator, memisahkan serabut halus dan bahan-bahan kasar
7. Continuous settling tank, untuk memisahkan minyak murni
8. Oil purifier, pemrosesan minyak menjadi minyak murni dengan kadar air maksimal 0,1%
dan kadar kotoran maksimal 0,02%
9. Vacum oil drier, untuk mengeringkan minyak dalam kondisi vakum melalui penguapan
10. Cake breaker, untuk mengurai kadar air pada ampas
11. Depericarper, untuk memisahkan biji dari serabut
12. Nut polishing drum, membersihkan biji dari serat-serat
13. Nut silo drier, untuk mengurangi kadar air (moistur) biji
14. Nut cracker/ripple mill, memecahkan biji yang telah dikeringkan

PENYUSUNAN RENCANA TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN


JARINGAN KERJA

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembangunan Pabrik Kelapa sawit


Pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian kegiatan usaha pertumbuhan dan
perubahan yang terencana dan dilaksanakan secara sadar oleh suatu bangsa dan Negara
serta pemerintah dalam rangka pembinaan bangsa. Pembangunan yang dilaksanakan
haruslah diusahakan dan direncanakan secara sadar artinya pemerintah baik pusat
maupun daerah harus memperhatikan pembangunan pedesaan demi tercapainya tujuan
pembangunan nasional ( S.P.Siagian 2005).

Perencanaan adalah menetapkan tujuan organisasi dan menentukan cara terbaik untuk dicapai
(Griffin : 2004). Perencanaan pembangunan adalah suatu pengarahan penggunaan sumber-
sumberpembangunan yang terbatas adanya, untuk mencapai tujuan-tujuan keadaan
social ekonomi yang lebih baik, lebih efisien dan efektif (Affifuddin:2010). Dan
mekanisme perencanaan dan penganggaran pembangunan antara pusat dan daerah
dilakukan melalui forum yang dinamakan musrenbang (Musyawarah Perencanaan
Pembangunan.

Tahapan Penyusunan perencanaan pembangunan pabrik kelapa sawit

1. penentuan kapasitas pabrik yang akan dibangun


2. penentuan desain
3. pembuatan anggaran
4. analisa tanah dan topografi detail
5. persiapan lokasi pabrik
6. cut and fill ( pembentukan tanah sesuai keinginan )
7. pembangunan pondasi dan main building (gedung utama)
8. pembangunan stasiun unit processing (pengolahan) dan machinery (mesin-mesin)
9. water treathment (pengolahan air) dan kolam limbah
10. bangunan pendukung
11. perumahan
12. commissioning (uji coba)

Perencanaan Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit

Dalam perencanaan pembangunan pabrik kelapa sawit, perlu mempertimbangkan beberapa


faktor, antara lain lokasi pabrik, kapasitas olah, dan rancangan serta tata letak. Pembangunan
pabrik dianggap layak jika fasilitas, seperti sumber air cukup tersedia, lokasi pabrik mudah di
jangkau, tersedia tempat pembuangan air limbah, dan terhindar dari gangguan alam, seperti
banjir dan longsor.

1. Lokasi Pabrik

Faktor-faktor yang harus diperhatikan untuk penentuan lokasi PKS, antara lain adalah kondisi
tanah, lokasi pabrik dekat dengan sumber air, pengendalian limbah cair, letaknya di potensi TBS,
akses jalan , dan lingkungan.
a. Kondisi Tanah

Biaya pondasi pabrik bisa sampai 30% dari jumlah investasi, tergantung daya dukung tanahnya.
Untuk mengurangi biaya pondasi, sebaiknya daya dukung tanah sekurang kurangnya 1kg/cm².

Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk menahan tekanan atau beban bangunan pada
tanah dengan aman tanpa menimbulkan keruntuhan geser dan penurunan berlebihan. Untuk
tapak pabrik, dipilih tanah yang mempunyai sifat mekanik-fisik tanah yang sesuai untuk tempat
berdirinya pabrik. Biasanya dipilih tempat yang tinggi dengan tujuan agar terhindar dari banjir
dan pengaturan drainase yang lebih mudah. Jika ada bagian berbukit untuk tempat pelataran
bongkar-pindah buah, akan sangat menghemat biaya. Sebaliknya, untuk jaringan rel sistem
transportasi lori rebusan, diperlukan tempat yang datar. Dalam kondisi areal tidak
memungkinkan, misalnya lokasi kebun di areal basah gambut atau rawa, harus dilakukan
pemancangan.

b. Lokasi Pabrik Kelapa Sawit harus dekat dengan sumber air baku

Air merupakan bahan yang sangat penting dalam pengoperasian pabrik sebagai umpan boiler
untuk pembangkit tenaga, air pengolahan, dan perumahan. Air tersebut harus cukup baik dan
bersih (memenuhi syarat) sehingga biaya water treathment rendah. Oleh sebab itu, perencanaan
pembangunan PKS perlu mempertimbangkan ketersediaan air, mutu air , dan jarak dari lokasi
pabrik. Untuk keperluan pabrik besar , diperlukan air sebanyak 1,5 m³/ton TBS.

c. Pengendalian pelepasan limbah terutama limbah cair

Pabrik kelapa sawit banyak menggunakan air pengolah dan air umpan boiler yaitu 1500/liter/ton
TBS. Artinya, membutuhkan 900m³/hari dengan 360-400m³ air limbah tiap hari untuk pabrik
yang mengolah 30 Ton TBS/jam. Pengendalian limbah pabrik minyak sawit harus dapat
dilakukan dengan cara pemanfaatan, pengurangan volume limbah, dan pengawasan mutu limbah.
Sebaiknya letak pabrik ditempat datar untuk kolam-kolam pengendalian air limbah pabrik dan
dekat dengan sungai yang deras.

d. Letaknya diareal potensi Tandan Buah Sawit

Penentuan pabrik di areal potensi TBS dapat mengurangi biaya angkut panen.

e. Akses Jalan

Harus di perhatikan juga akses jalan untuk pengiriman hasil produksi berupa minyak dan inti
sawit. Sebaiknya menghindari pemakaian jalan yang bukan milik perusahaan. Tujuannya untuk
menghindari berbagai konflik yang mungkin terjadi.

f. Faktor Lingkungan
Pabrik Kelapa Sawit sebaiknya dekat dari prasarana yang sudah ada, seperti pemukiman, pasar,
dan fasilitas lainnya. Umumnya jarang semua faktor tersebut dapat terpenuhi, tetapi prioritas
harus di berikan kepada sumber air dan jalan masuk.

2. Kapasitas Olah

Sebelum perencanaan pembangunan pabrik,harus diketahui terlebih dahulu kemampuan produksi


TBS Yang di sesuaikan dengan ukuran besarnya pabrik. Ukuran besarnya pabrik umumnya
dinyatakan dengan kapasitas olah, yaitu kemampuan pabrik untuk mengolah bahan baku atau
menghasilkan produk. Kapasitas olah Pabrik Kelapa Sawit ( PKS ) dinyatakan dengan ton/jam.
Berdasarkan kapasitas pengolahan, pabrik kelapa sawit dapat di bagi atas :

1.PKS besar.PKS besar berkapasitas 20 ton TBS/jam ,30 ton TBS/jam,45ton TBS/jam ,60 ton
TBS/jam, 90 ton TBS/jam ,bahkan hingga 120 ton/jam

2.PKS Mini.PKS berkapasitas 1 ton TBS/jam ,2 ton TBS/jam,3 ton TBS/jam,atau 5 – 10 ton
TBS/jam

3.PKS super mini (PKS SM-500 ).Pabrik teknologi tepat guna yang dirancang khusus untuk
petani atau kelompok tani dengan kapasitas olah 0,5 ton TBS/jam. Adapun faktor-faktor yang
diperhatikan dalam perhitungan kapasitas olah pabrik adalah sebagai berikut :

a. Produksi tandan

Produksi Tandan dinyatakan dengan ton/ha. Produksi tandan tidak sama untuk setiap bulan atau
setiap tahun. Hal tersebut dipengaruhi oleh iklim, perlakuan perawatan, dan jenis tanaman.
Variasi produksi tersebut menjadi pertimbangan dalam penetapan kapasitas olah pabrik.

b. Jam olah pabrik

Pabrik Kelapa Sawit selalu diupayakan agar dapat beroperasi selama 24jam. Akan tetapi,jam
olah pabrik selalu lebih singkat dari jam operasi. Hal ini di karenakan proses pengolahan yang
semi-kontiniu sering stagnasi.Stagnasi pada satu alat atau instalasi sering mengganggu
pengoperasiaan alat di bagian hilir. Lamanya olah pabrik dinyatakan dengan jam olah screw
press.Penghitungan sejak screw press bekerja hingga berhenti.Berdasarkan pengamatan,waktu
operasi pabrik,yaitu 550 – 600 jam/bulan . Pencapaian waktu olah tersebut pada masa panen
puncak ( kira – kira 2 bulan ).

Produksi tandan dipengaruhi oleh musim. Jumlah nya tergambar pada sebaran panen bulanan.
Kapasitas pabrik maksimum harus di sesuaikan dengan produksi maksimum bulanan yang telah
di perhitungkan, yaitu sebesar 12,5% dari setahun. Produksi setahun harus di hitung saat tanaman
mencapai puncak produksi.
Permasalahan yang ada ternyata jarang tercapai kapasitas olah yang terpasang. Oleh
sebab itu, perlu di perhitungkan bahwa kapasitas olah efektif hanya di hitung sebesar 90% dari
kapasitas terpasang dalam perencanaan pembangunan pabrik.

3. Rancangan

Selain faktor selera pemilik , ada faktor – faktor yang menjadi pertimbangan dalam menentukan
rancangan bangun pabrik kelapa sawit . Salah satunya adalah material handling dalam transfer
TBS saat perebusan . Ada yang menggunakan lori sehingga proses perebusan nya menggunakan
type horizontal sterilizer . Ada yang menggunakan scrapper chain conveyor sehingga proses
perebusannya menggunakan type vertical sterilizer atau tipe continous sterilizer . Untuk feeding
TBS masak ke mesin thresher (penebah / perontokan), ada yang menggunakan tippler atau
hoisting crane . Namun , penggunaan hoisting crane saat ini sudah jarang di gunakan.

Hal terpenting dari rancang bangun PKS adalah cara mengoperasikan atau menjalankannya .
Dengan demikian , hasil produksi tidak melebihi dari parameter yang telah ditentukan , baik
untuk CPO maupun kernel . Selain itu operasional mesin berjalan dengan baik dan kebersihan
PKS terjaga .

4. Tata Letak

Untuk mendirikan suatu pabrik, perlu melakukan penataan di dalamnya yang disebut tata letak
pabrik. Dalam tata letak pabrik, ada tiga hal yang perlu diatur lay out – nya, yaitu tata letak parik,
tata letak kantor, tata letak perumahan. Umumnya Lay out PKS terdiri dari Jembatan timbang,
penerimaan TBS dan penimbangan (Loading ramp), bangunan pabrik, tangki timbun CPO,
kolam penyediaan air, kolam limbah, bangunan kantor, laboratorium, bengkel, tempat ibadah,
dan pos jaga, serta perumahan.

Penyusunan Rencana Jaringan Kerja

Jaringan kerja adalah suatu sistem kontrol proyek dengan cara menguraikan pekerjaan menjadi
komponen-komponen yang dinamakan kegiatan (activity). Selanjutnya kegiatan ini disusun dan
diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan proyek dapat dilaksanakan dan diselesaikan
dengan ekonomis, dalam waktu yang sesingkat mungkin dengan jumlah tenaga kerja yang
minimum.

 Jaringan Kerja Produksi Kelapa Sawit

Jaringan kerja untuk produksi kelapa sawit ini dilakukan berdasarkan luas lahan kelapa sawit.
Jika luas lahan kelapa sawitnya besar maka jaringan kerja pun besar sedangkan jika luas lahan
kelapa sawit kecil maka jaringan kerja pun sedikit. Jaringan kerja yang dicari adalah mereka
yang mengerti dalam industry pengolahan kelapa sawit baik pekerja buruh maupun para ahli
bidang pertanian kelapa sawit.
 Langkah-langkah Dalam Menyusun Jaringan Kerja

Ada beberapa tahapan yang diperlukan dalam penyusunan perencanaan jaringan kerja, tahapan
tersebut diantaranya: Pertama, Inventarisasi kegiatan-kegiatan dalam suatu proyek. Kedua,
Perhatikan saling ketergantungan atau logika ketergantungan antara kegiatan yang satu dengan
yang lainnya. Ketiga, Penunjukkan unsur waktu dapat ditentukan baik berdasarkan pengalaman
teori serta perhitungan tertentu, baik menyangkut kapan kegiatan dimulai maupun kegiatan
tersebut berakhir serta lamanya kegiatan tersebut berlangsung.

PENYUSUNAN RENCANA TENTANG TATA LETAK (LAYOUT) PABRIK DAN


PROSES PRODUKSI

Penyusunan Rencana Tata Letak (Layou) Pabrik Kelapa Sawit

Dalam Peyusunan Tata Letak Pabrik ini pada dasarnya akan merupakan proses pengurutan dari
suatu perencanaan tata letak yang sistematis. Urutan proses tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut :

 PEMILIHAN LOKASI

Pemilihan lokasi pada dasarnya adalah menentukan suatu tempat atau lokasi yang tepat untuk
suatu perusahaan atau perkantoran atau lokasi untuk tujuan tertentu, dengan memperhitungkan
kelebihan dan kekurangan lokasi tersebut. Dalam pemilihan lokasi kita akan membandingkan
suatu lokasi dengan lokasi lainnya, berdasarkan nilai break even point lokasi tersebut.

Lokasi pabrik

 kondisi tanah harus memenuhi tumbuh kelapa sawit


 lokasi pabrik harus dekat dengan sumber air baku
 pengendalian pelepasan limbah terutama limbah cair
 letaknya di areal potensi tumbuh kelapa sawit
 akses jalan
 faktor lingkungan

 OPERATION PROCESS CHART (OPC)

OPC adalah suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang dialami oleh
bahan baku yang meliputi urutan proses operasi dan pemeriksaan. Pembuatan OPC ini
merupakan tahap pertama dalam urutan untuk merencanakan tata letak pabrik.

Pada OPC ini berisi informasi mengenai :

 Deskripsi proses bagi setiap kegiatan/aktivitas


 Waktu penyelesaian masing-masing kegiatan
 Peralatan/mesin yang digunakan
 Persentase scrap dari aktivitas

 ROUTING SHEET

Langkah selanjutnya dalam merencanakan tata letak pabrik adalah pembuatan routing sheet.

Routing sheet ini digunakan untuk :

 Menghitung jumlah mesin yang diperlukan untuk mengolah kelapa sawit


 Menghitung jumlah part yang harus dipersiapkan dalam usaha memperoleh sejumlah
produk jadi yang diinginkan.

 MULTI PRODUCT PROCESS CHART (MPPC)

Setelah kita memahami OPC dan Routing Sheet maka langkah selanjutnya adalah pengisian tabel
MPPC dimana dalam pengisiannya terlebih dahulu mengetahui OPC dan Routing Sheet .

 GUDANG

Dalam hal ini gudang terbagi atas 2 bagian, yaitu gudang untuk bahan baku dan gudang untuk
bahan jadi, dimana pada masing-masing gudang tersebut dihitung tempat yang paling
memungkinkan dengan perhitungan pada bahan atau material yang akan ditempatkan, ditambah
dengan tunjangan yang diperlukan.

 ONGKOS MATERIAL HANDLING (OMH)

Aktivitas pemindahan bahan (material handling) merupakan salah satu yang cukup penting untuk
diperhatikan dan diperhitungkan. Aktivitas pemindahan bahan tersebut dapat ditentukan dengan
terlebih dahulu memperhatikan aliran bahan yang terjadi dalam operasi. Kemudian harus
diperhatikan tipe layout yang akan digunakan :

Ada beberapa tipe layout :

1. Layout by Process; Tipe layout yang diatas digunakan dengan mengelompokkan tiap
jenis mesin dalam satu kelompok untuk melaksanakan jenis pekerjaan yang sejenis.

2. Layout by Product; Lauout yang merupakan suatu garis operasi yang artinya mesin
disusun berdasarkan urutan proses operasi yang diperlukan.

3. Group Layout; Merupakan penggabungan layout proses dengan layout produk dengan
cara penyelesaian suatu operasi pada suatu departemen kemudian dilanjutkan dengan proses
berikutnya.
4. Fixed Layout; Digunakan untuk produksi barang-barang besar, misalnya kapal laut,
sehingga memungkinkan mesin atau peralatan yang mendatangi objek produk.

Kembali pada OMH maka proses material handling ini merupakan perhitungan ongkos yang
diperlukan untuk suatu pergerakan material dari suatu departemen ke departemen lain.

 FROM TO CHART (FTC)

From to chart merupakan penggambaran tentang berapa total ongkos material handling, OMH,
dari suatu bagian aktivitas menuju aktivitas yang lainnya dalam suatu pabrik. FTC diisi
berdasarkan data dari OMH.

 OUTFLOW

Ialah untuk melihat koefisien ongkos yang keluar dari suatu mesin

 INFLOW

Ialah untuk melihat koefisien ongkos yang masuk dari ke mesin

 TABEL SKALA PRIORITAS (TSP)

TSP adalah menentukan urutan prioritas berdasarkan data yang diperoleh dari OutFlow atau
InFlow (pilih salah satu)

 ACTIVITY RELATIONSHIP DIAGRAM (ARD)

ARD adalah menerapkan hasil dari TSP ke dalam suatu diagram untuk menyusun tingkat
kedekatan berdasarkan prioritas yang telah dibuat.

 ACTIVITY RELATIONSHIP CHART (ARC)

Dalam industri pada umumnya terdapat sejumlah kegiatan atau aktivitas yang menunjang
jalannya suatu industri. Setiap kegiatan atau aktivitas tersebut saling berhubungan (berinteraksi)
antara satu dengan lainnya, dan yang paling penting diketahui bahwa setiap kegiatan tersebut
membutuhkan tempat untuk melaksanakannya. Aktifitas atau kegiatan tersebut diatas dapat
berupa aktivitas produksi, administrasi, assembling, inventory, dll.

Sebagaimana diketahui diatas bahwa setiap kegiatan atau aktifitas tersebut saling berhubungan
antara satu dengan lainnya ditinjau dari beberapa kriteria, maka dalam perencanaan tata letak
pabrik harus dilakukan penganalisaan yang optimal.

Teknik yang digunakan sebagai alat untuk menganalisa hubungan antar aktifitas yang ada adalah
Activity Relationship Chart.

Teknik ARC
Teknik penganalisaan menggunakan ARC dikemukakan oleh Richard Muthe, adalah sebagai
berikut :

 Hubungan antar aktifitas ditunjukkan dengan tingkat kepentingan hubungan antar


aktifitas tersebut yang dikonversikan dalam bentuk huruf.
 Alasan untuk menyatakan tingkat kepentingan tersebut adalah sebagai berikut :
 Menggunakan catatan yang sama
 Menggunakan personil yang sama
 Menggunakan ruang yang sama
 Tingkat hubungan personil
 Tingkat hubungan kertas kerja
 Urutan aliran kertas
 Melakukan aliran kerja yang sama
 Menggunakan peralatan dan fasilitas yang sama
 Ribut, kotor, getaran, debu, dan lain-lain
 Lain-lain yang mungkin perlu

Untuk mempermudah penganalisaan selanjutnya maka hubungan antar aktivitas tersebut dibuat
kedalam kertas kerja (work sheet).

 AREA ALOCATION DIAGRAM (AAD)

Area Alocation Diagram merupakan lanjutan dari ARC. Dimana dalam ARC telah diketahui
kesimpulan tingkat kepentingan antar aktivitas dengan demikian berarti bahwa ada sebagian
aktivitas harus dekat dengan aktivitas yang lainnya dan ada juga sebaliknya. Atau dapat
dikatakan bahwa hubungan antar aktivitas mempengaruhi tingkat kedekatan antar tata letak
aktivitas tersebut. Kedekatan tata letak aktivitas tersebut ditentukan dalam bentuk Area
Alocation Diagram. Adapun dasar pertimbangan dalam prosedur pengaloaksian area ini adalah
sebagai berikut :

 Aliran produksi, material, peralatan


 ARC, informasi aliran, aliran personil, hubungan fisikal
 Tempat yang dibutuhkan
 ARD

AAD ini merupakan lanjutan penganalisaan tata letak setelah ARC, maka sesuai dengan
persoalan ARC diatas maka dapat dibuat AAD-nya.

AAD merupakan Template secara global informasi yang dapat dilihat hanya pemanfaatan area
saja, sedangkan gambar visualisasi secara lengkap dapat dilihat pada template yang merupakan
hasil akhir dari penganalisaan dan perencanaan tata letak pabrik.

Penyusunan Rencana Proses Produksi Kelapa Sawit


Perencanaan produksi (Production Planning) adalah salah satu dari berbagai macam bentuk
perencanaan yaitu suatu kegiatan pendahuluan atas proses produksi yang akan dilaksanakan
dalam usaha mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan. Perencanaan produksi sangat erat
kaitannya dengan pengendalian persediaan sehingga sebagian besar perusahaan manufacture
menempatkan fungsi perencanaan dan pengendalian persediaan dalamsatu kesatuan. Ditinjau
dari bentuk industri, perencanaan produksi suatu perusahaan yang satu dengan perusahaan yang
lainnya terdapat perbedaan. Banyak hal yang menyebabkan perbedaan tersebut, bahkan pada
perusahaan yang sejenis.

Tahapan dalam Perencanaan Produksi kelapa Sawit

Menurut British Standards Institute, ada empat tahap, langkah, teknik, atau hal-hal penting dalam
proses perencanaan dan pengendalian produksi.

Empat tahap atau langkah dalam perencanaan dan pengendalian produksi adalah:

 Routing (Penyusunan Alur)


 Scheduling (Penjadwalan)
 Dispatching (Penugasan)
 Follow-up (Peninjauan ulang)

Dua langkah awal yaitu Routing dan Penjadwalan, berhubungan dengan perencanaan produksi.
Dua langkah terakhir yaitu Penugasan dan Follow-up, berhubungan dengan kontrol produksi.

 Routing (Penyusunan Alur)

Routing adalah langkah pertama dalam perencanaan dan kontrol produksi. Routing dapat
didefinisikan sebagai proses menentukan jalur (rute) pekerjaan dan urutan operasi.

Hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah:

 Kuantitas dan kualitas produk.


 Karyawan, mesin, dan bahan yang akan digunakan.
 Jenis, jumlah dan urutan operasi pabrik, dan
 Scheduling (Penjadwalan)

Penjadwalan adalah langkah kedua dalam perencanaan dan kontrol produksi. Muncul setelah
routing.

Penjadwalan berarti:

 Perbaiki jumlah pekerjaan yang harus dilakukan.


 Atur operasi pabrik yang berbeda sesuai urutan prioritas.
 Atur waktu kapan mulai dan selesai. Juga anggal dan waktu, untuk setiap operasi.
Penjadwalan juga dilakukan untuk bahan, suku cadang, mesin, dll. Jadi, ini seperti tabel waktu
produksi. Elemen waktu diberikan kepentingan khusus dalam penjadwalan. Ada berbagai jenis
jadwal; yaitu, jadwal tujuan, jadwal Operasi dan jadwal harian. Penjadwalan membantu untuk
memanfaatkan waktu secara optimal. Proses ini akan melihat bahwa setiap pekerjaan dimulai
dan diselesaikan pada waktu tertentu yang telah ditentukan.

Ini membantu untuk menyelesaikan pekerjaan secara sistematis dan tepat waktu dan membawa
koordinasi waktu dalam perencanaan produksi. Semua ini membantu mengirimkan barang
kepada pelanggan tepat waktu dan juga menghilangkan kapasitas idle atau barang menganggur
dan membuat tenaga kerja terus digunakan.

Jadi, penjadwalan adalah langkah penting dalam perencanaan dan pengendalian produks, terlebih
pada pabrik yang memproduksi produk secara bersamaan.

 Dispatching (Penugasan)

Dispatching atau penugasan adalah langkah ketiga dalam perencanaan dan pengendalian
produksi. Ini adalah tahap tindakan, tindakan atau implementasi. Muncul setelah routing dan
scheduling. Penugasan berarti memulai proses produksi berdasarkan tanggung jawab. Ini
memberikan otoritas yang diperlukan untuk memulai pekerjaan. Ini didasarkan pada dua tahap
sebelumnya, routing dan scheduling

Dispatching meliputi:

 Masalah bahan, peralatan, perlengkapan, dll. Yang diperlukan untuk proses produksi
aktual.
 Masalah pesanan, instruksi, gambar, dll. Untuk memulai pekerjaan.
 Menyimpan catatan yang tepat untuk memulai dan menyelesaikan setiap pekerjaan
tepat waktu.
 Memindahkan pekerjaan dari satu proses ke proses lainnya sesuai jadwal.
 Mulai prosedur control.
 Merekam waktu idle mesin.

Dispatching dapat dilakukan secara terpusat atau terdesentralisasi:

Di bawah pengiriman terpusat, pesanan dikeluarkan langsung oleh otoritas terpusat.
Di bawah desentralisasi penugasan dan dikeluarkan oleh departemen terkait.
 Follow-up

Follow-up atau peninjauan ulang adalah langkah terakhir dalam perencanaan dan pengendalian
produksi. Ini adalah perangkat pengendali dan berkaitan dengan evaluasi hasil. Proses ini untuk
menemukan dan menghilangkan cacat produk, keterlambatan, keterbatasan, kemacetan, gap, dan
masalah lainnya dalam proses produksi.
Tahapan ini juga mengukur kinerja aktual dan membandingkannya dengan kinerja yang
diharapkan dengan cara melakukan pencatatan pekerjaan, mencari sumber masalah, dan
mencatat solusi. Catatan semacam itu digunakan di masa depan untuk mengendalikan produksi
yang lebih baik
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Rencana kerja adalah serangkaian tujuan dan proses yang bisa membantu tim dan/atau seseorang
mencapai tujuan tersebut. Dengan membaca rencana kerja, Anda bisa memahami skala sebuah
proyek dengan lebih baik. Ketika digunakan di dunia kerja maupun akademik, rencana kerja
membantu Anda mengerjakan proyek dengan teratur. Melalui rencana kerja, Anda memecah
proses jadi tugas-tugas kecil yang ringan sekaligus mengetahui apa saja yang Anda ingin capai.

Perencananan sangatlah penting untuk melakukan aktivitas sehari-hari dari mulai kerja, kuliah,
maupun kegiatan lain. Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan
organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas
kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen.

Dalam memulai suatu usaha atau pekerjaan dibutuhkan perencanaan yang matang baik mulai
dari penyusunan perencanaan tentang peralatan kantor dan furniture, penyusunan perencanaan
pelaksanaan pembangunan dan jaringan kerja serta penyusunan perencanaan tentang tata letak
(layout) pabrik dan proses produksi.

Saran

Dibutuhkan perencanaan kerja yang baik, matang dan terarah guna menciptakan suatu usaha atau
kerja yang baik pula. Sebelum kita melakukan suatu kegiatan harus sudah mempunyai
perecanaan yang baik, agar memperoleh hasil yang memuaskan
DAFTAR PUSTAKA

https://bpkad.banjarkab.go.id/index.php/2017/07/20/prosedur-pengadaan-peralatan-kantor/

http://repository.uin-suska.ac.id/4378/3/BAB%202.pdf

https://brainly.co.id/tugas/3828145

http://ariskaprescilia.blogspot.com/2015/03/pendekatan-sistem-jaringan-kerja-dan.html

http://dinnyratnasari7.blogspot.com/2016/04/pendekatan-sistem-jaringan-kerja-dan.html

https://id.wikihow.com/Menyusun-Rencana-Kerja

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjY6NLMn8LsAhWMSH0KHbIoB2
UQFjAEegQIAhAC&url=http%3A%2F%2Fopenstorage.gunadarma.ac.id%2Fhandouts
%2FS1_TEKNIK%2520INDUSTRI%2FPLTP
%2FPTLP.doc&usg=AOvVaw036RGewRkuOM41AvM4DoeO

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjk_e7apMLsAhX
_4HMBHf7lDFgQFjABegQIBxAC&url=https%3A%2F%2Fwww.blj.co.id
%2F2013%2F03%2F06%2Fperencanaan-proses-produksi%2F&usg=AOvVaw1R-m-
lbPPyjGMLrEmsom8j

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjk_e7apMLsAhX
_4HMBHf7lDFgQFjADegQIARAC&url=https%3A%2F%2Faksaragama.com%2Fmanajemen
%2Fperencanaan-produksi%2F&usg=AOvVaw2GjRW4TuhQn3GSTyrN_gjE

https://www.validnews.id/KELAPA-SAWIT---PRIMADONA-KOMODITAS-INDONESIA-
dYS

https://gapki.id/news/3152/megasektor-sawit-dan-kebutuhan-pengelolaan-baru

https://www.corteva.id/berita/Cara-Budidaya-Kelapa-Sawit-Hingga-Panen-Terbukti-Panen-
Berlimpah.html

Anda mungkin juga menyukai