Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BUDIDAYA

TANAMAN TAHUNAN

Strategi Budidaya Kelapa (Cocos nucefera L) dan


Kelapa Sawit (Elaeis guinensis jacq)

Dosen Pengampu : Ir. RUBEN TINTING S., M.Si

Di susun Oleh :
MUHAMAD AGUST SYAFRIZAL
CAA 117 123

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2020
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang luar biasa saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan juga Inayah-Nya kepada kita semua, sehingga
saya bisa menyelesaikan makalah Budidaya Tanaman Tahunan tentang Strategi
Budidaya Kelapa (Cocos nucefera L) dan Kelapa Sawit (Elaeis guinensis
jacq)
Makalah ini telah saya susun secara maksimal agar bisa memuaskan
pembaca, dan saya mendapatkan informasi dari berbagai sumber sehingga pembuatan
makalah ini bisa berjalan lancar. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas individu
dari mata kuliah Budidaya Tanaman Tahunan. Penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh sekali dari kata sempurna dan masih terdapat
banyak sekali kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun guna kesempurnaan makaalah ini. Semoga makalah ini bisa
berguna bagi kita semua amin.

Palangka Raya, 9 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan Makalah
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Strategi Budidaya Kelapa (Cocos nucefera L) dan Kelapa Sawit


( Elaeis guinensis jacq )

2.2. Teknik Penanaman Kelapa Sawit (Elaeis guinensis jacq)


2.3. Syarat Tumbuh
III. PEMBAHASAN
3.1. Teknik Persiapan Lahan
3.2. Pengendalian Hama dan Penyakit
3.3. Panen Kelapa (Cocos nucefera L)
3.4. Panen Kelapa Sawit (Elaeis guinensis jacq)
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sektor perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian yang
berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam pembangunan
perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat menjadi penggerak
pembangunan nasional karena dengan adanya dukungan sumber daya yang besar,
orientasi pada ekspor, dan komponen impor yang kecil akan dapat menghasilkan
devisa non migas dalam jumlah yang besar (Sabran, 2007).
Kelapa (CocosnuciferaL.) merupakan komoditas strategis yang memiliki
peran sosial, budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Manfaat
tanaman kelapa tidak saja terletak pada daging buahnya yang dapat diolah menjadi
santan, kopra, dan minyak kelapa, tetapi seluruh bagian tanaman kelapa
mempunyai manfaat yang besar. Demikian besar manfaatanaman kelapa sehingga ada
yang menamakannya sebagai pohon kehidupan. Tanaman kelapa (Cocos nucifera L)
merupakan tanaman serbaguna atau tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Seluruh bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia,
sehingga pohon ini sering disebut pohon kehidupan (tree of life) karena hampir
seluruh bagian dari pohon, akar, batang, daun dan buahnya dapat dipergunakan untuk
kebutuhan kehidupan manusia sehari-hari.
Kelapa sawit ( Elaeis guinensis jacq ) merupakan salah satu jenis tanaman
perkebunanyang menduduki posisi terpenting di sektor pertanian, hal ini dikarenakan
kelapa sawit mampu menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya jika
dibandingkan dengantanaman penghasil minyak atau lemak lainya. Selain itu kelapa
sawit juga memiliki banyak manfaat sebagai bahan bakar alternatif Biodisel, bahan
pupuk kompos, bahan dasar industri lainnya. Prospek pasar bagi olahan kelapa sawit
cukup menjanjikan, karena permintaan dari setiap tahun mengalami peningkatan yang
cukup besar, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri (Sabran, 2007).
1.1. Tujuan Makalah
Tujuan dari pembuatan Makalah Budidaya Tanaman Tahunan, yaitu :
a). untuk mengetahui Strategi Budidaya Kelapa (Cocos nucifera L) dan Kelapa Sawit (
Elaeis guinensis jacq ) dan teknik pengendalian hama dan penyakit pada tanaman
kelapa sawit.
b). untuk mengetahui syarat tumbuh bagi budi daya tanaman kelapa (Cocos nucifera
L) dan Kelapa Sawit ( Elaeis guinensis jacq )
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Strategi Budidaya Kelapa (Cocos nucefera L) dan Kelapa Sawit


( Elaeis guinensis jacq )

Hal yang perlu ditekankan adalah pentingnya jenis tanah untuk menjamin
ketersediaan air dan ketersediaan bahan organik dalam jumlah besar yang berkaitan
dengan jaminan ketersediaan air (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Tanah yang
sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai tanaman kelapa sawit karena
akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase yang jelek bisa menghambat
kelancaran penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi akan terganggu, sehingga
tanaman akan kekurangan unsur nitrogen (N). Karena itu, drainase tanah yang akan
dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit harus baik dan lancar, sehingga ketika
musim hujan tidak tergenang (Sastrosayono, S., 2003).
Pada strategi budidaya kelapa mengupayakan hasil dari buah kelapa tersebut.
Bagaimana mendapatkan buah yang berkualitas dan terbaik, sehingga akan
meningkatkan hasil penjualan dan tidak mengecewakan kepada para konsumen
tentunya. Tanaman Kelapa berakar serabut yang terdiri atas akar primer, skunder,
tertier dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan
akar skunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar
kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah.
Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan
batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang
kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun. Di batang
terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh (Sunarko, 2008).
Pertumbuhan awal daun berikutnya akan membentuk sudut. Daun pupus yang tumbuh
keluar masih melekat dengan daun lainnya. Arah pertumbuhan daun pupus tegak lurus
ke atas dan berwarna kuning. Anak daun (leaf let) pada daun normal berjumlah 80-120
lembar (Sastrosayono, S., 2003).

2.2. Teknik Penanaman Kelapa Sawit (Elaeis guinensis jacq)


 Penentuan Pola Tanam
Pola tanam dapat monokultur ataupun tumpangsari. Tanaman penutup tanah
(legume cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena
dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi,
mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu
(gulma). Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah
persiapan lahan selesai (Sunarko, 2008).
 Pengajiran (Pancang)
Pengajiran atau pemancangan adalah penentuan tempat/titik yang akan
ditanaman bibit kelapa sawit sesuai dengan jarak tanam yang dipakai. Pengajiran
biasanya ditandai dengan menggunakan kayu atau bambu. Sistem jarak penanaman
kelapa sawit yang umum digunakan adalah segitiga sama sisi dengan jarak tanam 9m x
9m x 9cm. Pada sistem ini pada arah utara – selatan tanaman berjarak 8,82 m dan jarak
setiap tanaman adalah 9 m. Jika menggunakan sistem dan jarak tanam tersebut maka
kebutuhan bibit kelapa sawit dalam satu hektar sebanyak 143 pohon.
 Pembuatan Lubang Tanam
Setelah pengajiran dan penentuan jarak tanam selesai, selanjutnya adalah
pembuatan lubang tanam. Lubang tanam dibuat tepat pada ajir/pancang yang telah
dipasang dengan posisi ajir tepat ditengah-tengah lubang tanam. Ukuran lubang tanam
kelapa sawit yaitu 50 x 40 x 40 cm atau kedalaman lubang tanam disesuaikan dengan
tinggi polybag bibit di tambah 5-10 cm supaya ketika ditanam media tertutup oleh
tanah. Kemudian ditabur kapur dolomit dan kieserit atau pupuk rock phosphat dengan
dosis disesuaikan kebutuhan. Kemudian dibiarkan selama 7 – 10 hari
2.3 Syarat Tumbuh
Sebagai tanaman yang dibudidayakan, tanaman kelapa sawit memerlukan
kondisi lingkungan yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat
berproduksi secara maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
kelapa sawit antara lain keadaan iklim dan tanah. Selain itu, faktor yang juga dapat
mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit adalah faktor genetis, perlakuan budidaya,
dan penerapan teknologi.
a). Curah hujan dan kelembaban
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan di daerah tropik, dataran rendah yang
panas, dan lembab. Curah hujan yang baik adalah 2.500-3.000 mm per tahun yang
turun merata sepanjang tahun. Daerah pertanaman yang ideal untuk bertanam kelapa
sawit adalah dataran rendah yakni antara 200-400 meter di atas permukaan laut. Pada
ketinggian tempat lebih 500 meter di atas permukaan laut, pertumbuhan kelapa sawit
ini akan terhambat dan produksinya pun akan rendah
b). Penyinaran matahari
Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit adalah 7-5 jam per
hari.pertumbuhan kelapa sawit di Sumatera Utara terkanal baik karena berkat iklim
yang sesuai yaitu lama penyinaran matahari yang tinggi dan curah hujan yang cukup.
Umumnya turun pada sore atau malam hari.
c). Suhu
Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan hasil kelapa sawit. Suhu
rata-rata tahunan daerah-daerah pertanaman kelapa sawit berada antara 25-27 0C, yang
menghasilkan banyak tandan. Variasi suhu yang baik jangan terlalu tinggi. Semakin
besar variasi suhu semakin rendah hasil yang diperoleh. Suhu, dingin dapat membuat
tandan bunga mengalami merata sepanjang tahun.
d). Tanah
Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dalam banyak hal bergantung pada
karakter lingkungan fisik tempat pertanaman kelapa sawit itu dibudidayakan. Jenis
tanah yang baik untuk bertanam kelapa sawit adalah tanah latosol, podsolik merah
kuning, hidromorf kelabu, aluvial, dan organosol/gambut tipis. Kesesuaian tanah
untuk bercocok tanam kelapa sawit ditentukan oleh dua hal, yaitu sifat-sifat fisis dan
kimia tanah.
e). Sifat fisik tanah
Pertumbuhan kelapa sawit akan baik pada tanah yang datar atau sedikit miring,
solum dalam dan mempunyai drainase yang baik, tanah gembur, subur, permeabilitas
sedang, dan lapisan padas tidak terlalu dekat dengan permukaan tanah. Tanah
yang baik bagi pertumbuhan juga harus mampu menahan air yang cukup dan hara
yang tinggi secara alamiah maupun hara tambahan. Tanah yang kurang cocok adalah
tanah pantai berpasir dan tanah gambut tebal. Dalam menentukan batas-batas yang
tajam mengenai kesesuaian sifat fisis tanah di antara tipe-tipe tanah memang relatif
sulit.
f). Sifat kimia tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah pH 4,0-6,5 dan pH
optimumnya antara 5,0-5,5. Tanah yang memiliki pH rendah biasanya dijumpai pada
daerah pasang surut, terutama tanah gambut. Tanah organosol atau gambut
mengandung lapisan yang terdiri atas lapisan mineral dengan lapisan bahan organik
yang belum terhumifikasi lebih lanjut memiliki pH rendah. Persiapan Lahan
Pembukaan lahan merupakan salah satu tahapan kegiatan dalam budidaya Kelapa
Sawit yang sudah ditentukan jadwalnya berdasarkan tahapan pekerjaan yang akan
dilakukan sesuai dengan jenis lahannya (areal) hutan, areal alang-alang, areal gambut.
Supaya areal tersebut dapat ditanami Kelapa sawit maka areal tersebut harus bersih
dari vegetasi atau semak belukar yang akan mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan tanaman pokok. Sedangkan untuk memudahkan dalam pengelolaan
tanaman Kelapa sawit dibutuhkan suatu perencanaan tata ruang kebun yang
direncanakan pada saat pembukaan lahan dan sebelum penanaman Kelapa sawit
(Setyamidjaja, 2003).
III. PEMBAHASAN
3.1 Persiapan Lahan
Pembukaan lahan merupakan salah satu tahapan kegiatan dalam budidaya Kelapa
Sawit yang sudah ditentukan jadwalnya berdasarkan tahapan pekerjaan yang akan
dilakukan sesuai dengan jenis lahannya (areal) hutan, areal alang-alang, areal gambut.
Supaya areal tersebut dapat ditanami Kelapa sawit maka areal tersebut harus bersih
dari vegetasi atau semak belukar yang akan mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan tanaman pokok. Sedangkan untuk memudahkan dalam pengelolaan
tanaman Kelapa sawit dibutuhkan suatu perencanaan tata ruang kebun yang
direncanakan pada saat pembukaan lahan dan sebelum penanaman Kelapa sawit
(Setyamidjaja, 2003).
 Pembibitan Bibit
Pembibitan bibit merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan
bahan tanaman yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa
selanjutnya. Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan
budidaya tanaman kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan sesuai standar teknis
diharapkan dapat dihasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa sawit yang
baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta
berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan pada saat pelaksanaan
penanaman (transplanting). Menurut Setyamidjaja, (2006), untuk menghasilkan bibit
yang baik dan berkualitas seperti tersebut di atas, diperlukan pedoman kerja yang
dapat menjadi acuan, sekaligus kontrol selama pelaksanaan di lapang. Untuk itu
berikut ini disampaikan tahapan pembibitan, mulai dari persiapan, pembibitan awal
dan pembibitan utama.

 Penyemaian
Kecambah dimasukkan polybag 12x23 atau 15x23 cm berisi 1,5-2,0 kg tanah lapisan
atas yang telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2 cm. Tanah di polibag harus selalu
lembab. Simpan polybag di bedengan dengan diameter 120 cm. Setelah berumur 3-4
bulan dan berdaun 4-5 helai bibit dipindah tanamkan. Bibit dari dederan dipindahkan ke
dalam polybag 40x50 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang
diayak. Sebelum bibit ditanam, siram tanah dengan POC NASA 5 ml atau 0,5 tutup per
liter air. Polybag diatur dalam posisi segitiga sama sisi dengan jarak 90x90 cm.
 Pemeliharaan Pembibitan

Penyiraman dilakukan dua kali sehari. Penyiangan 2-3 kali sebulan atau disesuaikan
dengan pertumbuhan gulma. Bibit tidak normal, berpenyakit dan mempunyai kelainan
genetis harus dibuang. Seleksi dilakukan pada umur 4 dan 9 bulan.
3.2 Pengendalian Hama dan Penyakit
3.2. 1 Hama Tungau
Penyebabnya tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. Gejala
terlihat pada daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian dapat
dilakukan dengan cara Semprot Pestisida atau Natural BVR.
b. Ulat Setora
Penyebabnya adalah (Setora nitens). Bagian yang diserang adalah daun. Gejala yang
terlihat pada daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian dengan cara
penyemprotan dengan Pestisida
3.2.2. Penyakit
a. Root Blast
Penyebab dari penyakit ini yaitu (Rhizoctonia lamellifera) dan (Phythium Sp). Bagian
diserang akar. Gejala dapat dilihat dari bibit di persemaian mati mendadak, tanaman
dewasa layu dan mati, terjadi pembusukan akar. Pengendalian dengan cara pembuatan
persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit
berumur lebih dari 11 bulan (Zaman, 2006).
b. Garis Kuning
Penyebab dari penyakit ini yaitu (Fusarium oxysporum). Bagian diserang daun. Gejala
terdapat bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun,
daun mengering. Pengendalian dengan cara inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman
muda.
c. Dry Basal Rot
Penyebab penyakit ini yaitu (Ceratocyctis paradoxa). Bagian diserang batang. Gejala
terdapat pada pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan
kering. Pengendalian dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit.
2.6. Panen Kelapa (Cocos nucefera L)
2.6.1 Ciri, Umur Panen dan Cara Panen
Ciri buah kelapa yang sudah bisa di panen sekitar berumur ± 12 bulan, 4/5 bagian kulit
kering, berwarna coklat, kandungn air berkurang dan bila digoyang berbunyi nyaring.
Berikut cara panen buah kelapa yang baik dan benar, yaitu :
a. Buah kelapa dibiarkan jatuh: kekurangan, yaitu buah yang jatuh sudah lewat masak,
sehingga tidak sesuai untuk bahan baku kopra atau bahan baku kelapa parutan kelapa
kering (desiccated coconut).
b. Cara dipanjat: dilakukan pada musim kemarau saja. Keuntungan yaitu : 1) dapat
membersihkan mahkota daun dan 2) dapat memilih buah kelapa siap panen dengan
kemampuan rata-rata 25 pohon per-orang. Kelemahan adalah merusak pohon, karena
harus membuat tataran untuk berpijak.
c. Cara panen dengan galah: menggunakan bambu yang disambung dan ujungnya
dipasang pisau tajam berbentuk pengait. Kemampuan pemetikan rata-rata 100
pohon/orang/hari.
3.3. Panen Kelapa Sawit (Elaeis guinensis jacq)
Tanaman kelapa sawit mulai berbuah pada umur 2,5 tahun. Buah masak 5,5 bulan
setelah penyerbukan. Buah yang dapat dipanen adalah buah yang telah matang panen.
Ciri-ciri buah kelapa sawit matang yang sudah bisa dipanen adalah sedikitnya ada 5
buah yang jatuh dari tandan (brondolan). Panen kelapa sawit dilakukan setiap 2
minggu sekali. Pemanenan dilakukan untuk umur <7 tahun menggunakan alat dodos
dengan lebar 10- 12,5 cm dengan gagang pipa besi atau tongkat kayu dan untuk kelapa
sawit umur >7 tahun menggunakan egrek yang disambung dengan pipa alumunium
atau batang bambu. Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang
menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi di tengah gawangan. Tandan
buah yang matang dipotong sedekat mungkin dengan pangkalnya, maksimal 2 cm.
Brondolan harus bersih dan tidak tercampur tanah atau kotoran lain. Selanjutnya
tandan dan brondolan dikumpulkan di TPH.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat
menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia.
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah
antara 120º Lintang Utara 120º Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang
dikehendaki antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata
sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan
suhu optimum berkisar 240-380C
Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan
setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya
60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri
tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang
beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang
beratnya 10 kg atau lebih. Tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah
brondolan kuran lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih 10 tahun, jumlah
brondolan sekitar 15-20 butir. Tanaman kelapa sawit akan menghasilkan tandan buah
segar (TBS) yang dapat dipanen pada saat tanaman berumur 3 atau 4 tahun
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Perkebunan Dati I Provinsi Irian Jaya. 1992. Budi Daya Kelapa Sawit.
Jayapura: Balai Informasi Irian Jaya

Sabran Damanik, 2007. Strategi Pengembangan Agribisnis Kelapa (Cocos


nucifera) untuk Meningkatkan Pendapatan Petani di Kabupaten
Indragiri Hilir, Riau. Jurnal Perspektif. Vol. 6 (2) : 94 – 104.
Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sunarko, 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Suwarto dan Octavianty, Y. 2010. Budi Daya 12 Tanaman Perkebunan Unggulan.
Jakarta: Penebar Swadaya

Anda mungkin juga menyukai