Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

NAMA : SAPRIADI
NIM : 2122040044
MATA KULIAH : MEKANISASI PERTANIAN
DOSEN PENGAMPUH : DR. BASRI BABA, SP., MP

PERALATAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT


OLEH :
SAVARINA UTAMI
(2122040045)

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUAN
POLITEKNIK PERTANIAN PANGKAJENE
MANDALLE PANGKEP
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat
menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul “PERAWATAN PASCA PANEN KELAPA
SAWIT.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mekanisasi Pertanian . Selain itu,
makalah ini bertujuanuntuk mengetahui kondisi cekaman lingkungan terhadap tanaman
kakao.

Saya mengucapkan terima kasih kepada DR. BASRI BABA, SP., MP selaku dosen Mata
Kuliah Mekanisasi Pertanian. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Mandalle, Mei 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan salah satu
jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting disektor pertanian  umumnya,
dan sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan karena dari sekian banyak
tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai
ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Balai Informasi Pertanian, 1990). Melihat
pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang, seiring
dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu
dipikirkan usaha peningkatan  kualitas dan kuantitas produksi kelapasawit secara tepat
agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah
pengendalian hama dan penyakit. (Sastrosayono 2003).       
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat
menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia.
Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain
menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga
sebagai sumber devisa negara. Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas
perkebunan primadona Indonesia. Di tengah krisis global yang melanda dunia saat ini,
industri sawit  tetap  bertahan dan memberi sumbangan besar  terhadap perekonomian
negara. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang luas, industri sawit menjadi
salah satu sumber devisa terbesar bagi Indonesia. (Sastrosayono 2003).
Sektor  perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian yang
berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam pembangunan
perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat menjadi penggerak
pembangunan nasional karena dengan adanya dukungan sumber daya yang besar,
orientasi pada ekspor, dan komponen impor yang kecil akan dapat menghasilkan devisa
non migas dalam jumlah yang besar. Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh
teknik budidaya yang diterapkan. Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu kegiatan
budidaya yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman. Salah satu
aspek pemeliharaan tanaman yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya kelapa
sawit adalah pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit yang
baik dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman. (Sastrosayono 2003).
1.2 TUJUAN
1.  Mengetahui cara panen kelapa sawit dan untuk Mengetahui alat panen tanaman
kelapa sawit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PANEN
Panen adalah serangkaian kegiatan kegiatan dimulai dari memotong tandan matang
panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta
menyusun tandan di tempat pengumpulan hasil (TPH) berikut brondolan. Tujuan panen
adalah memproleh minyak sawit dan inti sawit yang optimal dari tandan buah segar (TBS)
dengan mutu asam lemak bebas (ALB) yang standart. (Sulistyo, 2010)

.
2.2 KERAPATAN PANEN
Kerapatan panen adalah penaksiran jumlah pohon yang akan di panen dari suatu
blok yang di tentukan dalam satu hari sebelum hari kerja. Perhitungan angka kerapatan
panen (AKP) tersebut dilakukan sehari sebelum panen.

2.3 ROTASI DAN SISTEM PANEN


Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai
panen berikutnya pada tempat yang sama.

2.4 KEBUTUHAN TENAGA KERJA


Pelaksanaan panen bisa berjalan dengan efektif dan efesien yang terdiri dari mandor
panen, krani panen, dan pemanen.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 ALAT –ALAT PENEN
a. Alat Panen Kelapa Sawit Tipe dodos Secara Mekanis

Cara kerjanya :
 Pelepah yang menyangga (songgo) buah matang dipotong.
 Tandan matang dipotong tangkainya.
 Brondolan yang ada diketiak pelepah diambil/dikorek.
 Tandan dibawa ke jalan pikul, brondolan di piringan dikumpulkan.
 Pelepah disusun digawangan mati dan dipotong menjadi 3 bagian.
 Setelah selesai pindah ke pohon berikutnya.

b. Peralatan panen kelapa sawit secara manual


1. Dodos besar dan kecil dengan lebar ± 10 – 12.5 cm, disambung dengan pipa besi
atau tongkat kayu dengan diameter ± 4 cm untuk tanaman yang berumur < 6
Tahun.
2. Egrek yang disambung dengan galah allumunium atau bambu untuk
tanaman berumur > 6 tahun.

3. Piring plastik atau allumunium dan karung bekas untuk pengumpulan


berondolan TPH.

4. Kampak kecil atau parang untuk memotong tangkai TBS.


5. Batu asah untuk mengasah peralatan supaya tajam

6. Kereta dorong untuk mengangkut TBS ke TPH

7. Jaringan dorong untuk mengangkut buah ke dalam truck


8. Jaringan untuk pengamanan buah di truck agar tidak jatuh.

3.2 Pelaksanaan Panen


Pengaturan jumlah tenaga panen setiap hari mempertimbangkan kerapatan
buah, produktivitas panen dan topografi untuk menjaga rotasi panen. Ancak yang
harus dipanen pada hari itu di tentukan oleh mandor panen. Pemanen haruus
memanen seluruh buah masak yang sesuai dengan kriteria matang panen di ancak
yang ditentukan.

Pada pelaksanaan panen dengan menggunakan alat dodos, harus dihindari


pemotongan pelepah dan diwajibkan menjaga 2 pelepah dibawah buah terakhir
(songgo 2) untuk mempertahankan jumlah pelpah 56 – 64 per pohon.
Pada pelaksanaan panen menggunakan egrek, pelpah yang ada di bawah
buah yang tidak dipanen tidak perlu dipotong untuk mempertahankan jumlah
pekpah minimal 48 per pohon (songgo 1)
Pelpah dipotong menjadi dua bagian dan disusun di gawangan mati. Buah
yang dipanen tangkai tandannya dipotong dengan huruf V menggunakan
tommasun, berondolan harus dikiutip bersih dan selanjutnya di bawa ke TPH dan
disusun berderet 5 tandan per baris. Brondolan harus dimasukkan ke dalam
karung tetapi karung berondolan tidak boleh terangkut ke dalam truck. Pemanen
diwajibkan memberi nomor pemanen di tandan sebagai tandan sebagai tanda hasil
kerja penen dalam satu hari.
3.3 KERAPATAN PANEN
Kerapatan panen adalah penaksiran jumlah pohon yang akan di panen dari
suatu blok yang di tentukan dalam satu hari sebelum hari kerja. Perhitungan angka
kerapatan panen (AKP) tersebut dilakukan sehari sebelum panen. Rumus yang di
gunakan untuk menghitung AKP yaitu :

JUMLAH TANDAN MASAK X 100


AKP
JUMLAH TANAMAN CONTOH
Angka kerapatan panen (AKP) ini berguna untuk menentukan jumlah tenaga panen dan
produksi dari suatu mandoran. Berdasarkan perkiraan produksi tersebut dapat diperkirakan
jumlah angkutan yang di butuhkan, waktu yang di perlukan untuk pengolahan dan
pengorganisasiannya.

3.4 ROTASI DAN SISTEM PANEN


Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai
panen berikutnya pada tempat yang sama. Perkebunan kelapa sawit di indonesia
pada umumnya menggunakan rotasi panen tujuh hari, artinya satu areal panen
harus dimasuki (diancak) oleh pemetik tiap tujuh hari. Rotasi panen dianggap
baik bila buah tidak lewat matang, yaitu dengan menggunakan sistem 5/7.
Artinya, dalam satu minggu terdapat lima hari panen dan masing – masing ancak
panen di ulagi (dipanen) pada tujuh hari berikutnya. Dikenal dua sistem ancak
panen, yaitu sistem giring dan sistem tetap :
a. Sistem Giring
Pada sistem ini, apabila suatu ancak telah selesai di panen, pemanen pindah
ke ancak berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor, begitu seterusnya.
Sistem ini memudahkan pengawasan pekerjaan para pemanen dan hasil
panen lebih cepat sampai di TPH dan pabrik. Namun, ada kecendrungan
pemanen akan memilih buah yang mudah di panen sehingga ada buah atau
berondolan yang tertinggal karena pemanennya menggunakan sistem
borongan.
b. Sistem Tetap
Sistem ini sangat baik diterapkan pada areal perkebunan yang sempit,
topograpi berbukit atau curam, dan dengan tahun tanam yang berbeda. Pada
sistem ini pemanen diberi ancak dengan luas tertentu dan tidak berpindah-
pindah. Hal tersebut menjamin diperolehnya TBS dengan kematangan yang
optimal. Rendemen minyak yang dihasilkan pun tinggi. Namun, kelemahan
sistem ini adalah buah lebih lambat keluar sehingga lambatjuga sampai ke
pabrik.

3.5. KEBUTUHAN TENAGA PANEN


1. Organisasi panen dibentiuk dengan tujuan agar pelaksanaan panen bisa
berjalan dengan efektif dan efesien yang terdiri dari mandor panen, krani
panen, dan pemanen.
2. Mandor panen membawahi 15-20 pemanen
3. Penentuan kebutuhan pemanen adalah
( LUAS AREAL :ROTASI )
Jumlah pemanen yang dibutuhkan =
LUAS PER ANCAK / HK

BAB IV
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Alat – alat yang digunakan untuk panen adalah Dodos besar dan kecil
dengan lebar ± 10 – 12.5 cm, disambung dengan pipa besi atau tongkat kayu
dengan diameter ± 4 cm untuk tanaman yang berumur < 6 Tahun.Egrek yang
disambung dengan galah allumunium atau bambu untuk tanaman berumur > 6
tahun. Piring plastik atau allumunium dan karung bekas untuk pengumpulan
berondolan TPH. Kampak kecil atau parang untuk memotong tangkai TBS. Batu
asah untuk mengasah peralatan supaya tajam Kereta dorong untuk mengangkut
TBS ke TPH Jaringan dorong untuk mengangkut buah ke dalam truckJaringan untuk
pengamanan buah di truck agar tidak jatuh.
DAFTAR PUSTAKA

https://pustaka.stipap.ac.id/files/ta/
11011279_170919023848_LAMPIRAN_.pdf

Anda mungkin juga menyukai