Disusun Oleh :
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
KATA PENGANTAR
الر ِحيم
الرحْ َم ِن ه
َّللا ه
ِ س ِم ه
ْ ِب
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik
serta Hidayah-Nya sehingga pelaksanaan Kunjungan Mata Kuliah Teknologi
Pasca Panen Padi, yang bertempat di PB. RAHMA 35. Dan dilaksanakan pada
Tanggal 14 Desember 2022. Alhamdulillah dapat berjalan dengan lancar.
Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Baginda Nabi Besar
Muhammad SAW. Semoga kita semua mendapatkan Syafaat beliau di Yaumil
Mahsyar kelak.Aamiin.
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini yakni untuk memenuhi tugas
dalam kegiatan praktikum kunjungan lapang guna sebagai bahan acuan agar
meningkatkan pengentahuan. Pelaksanaan Praktikum kunjungan ini tidak terlepas
dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik Dosen, Pembimbing serta
Rekan Mahasiswa. Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-
besarnya terutama kepada. Bapak Dr. Ir. Rindam latief, MS Selaku dosen Mata
Kuliah Teknologi Pasca Panen Padi, dan Bapak Muh. Nispar, S.P., M.P Selaku
pembimbing dalam kegiatan praktikum kunjungan ini. Serta semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak bisa saya sebutkan
satu per satu.
Demikian laporan yang saya kerjakan, penulis sadar bahwa dalam
penyusunan laporan praktikum kali ini pasti jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, saya mengharapkan kritik dan saran oleh pembaca agar saya bisa
menghasilkan laporan praktikum kunjungan yang lebih baik kedepannya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Beras merupakan bahan pangan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
masyarakat Indonesia, baik di kota maupun di pedesaan. Dengan konsumsi beras
yang sangat tinggi, sekitar 130 kg per kapita per tahun, maka beras yang harus
disediakan setiap tahunnya, harus melebihi jumlah tersebut agar tercapai
kedaulatan pangan yang diidam-idamkan oleh bangsa Indonesia. Beras tidak dapat
diperoleh secara langsung dari hasil pertanianan, melainkan melalui beberapa
tahapan, salah satunya proses penggilingan.
Proses penggilingan padi adalah tindakan mengolah bentuk fisik dari butiran
padi menjadi beras putih. Butiran padi yang memiliki bagian-bagian yang dapat
dimakan dan bagian tidak layak dimakan, oleh sebab itu perlu dipisahkan. Dalam
perkembangan nilai pengetahuan dan teknologi saat ini kita telah banyak
mengenal macam-macam mesin baik dalam industri penggilingan padi mesin,
pembersih gabah, pemecah kulit, penyosoh, dan ayakan beras. Dalam hal ini
mesin-mesin tersebut telah membantu dalam proses produksi pada penggilingan
padi serta peningkatan mesin beras yang dihasilkan.
Proses pemanenan dan penanganan pasca panen padi harus dilakukan dengan
cara dan penggunaan teknologi yang tepat, untuk menekan susut mutu dan susut
jumlah. Penggilingan padi mempunyai peranan yang sangat vital dalam
mengkonversi padi menjadi beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun
untuk disimpan sebagai cadangan. Kapasitas giling dari seluruh penggilingan padi
yang ada di suatu desa sebaiknya mencukupi baik dari segi produksi maupun
penanganan pascapanennya. Dengan demikian, usaha penggilingan padi harus
dapat menjamin kelangsungannya, agar usaha pemenuhan kebutuhan akan beras
dapat dilakukan secara optimal.
Sebagai mahasiswa teknik Teknologi Produksi Tanaman Pangan, memiliki
tanggung jawab dengan adanya pengolahan hasil pertanian, diharapkan mampu
memecahkan persoalan-persoalan seperti diatas dan masalah lain yang timbul
seiring dengan perkembangan kemajuan teknologi dan perkembangan kebutuhan
manusia akan bahan pangan hasil pertanian sehingga dapat menciptakan
kehidupan yang lebih sejahtera.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kegiatan pasca panen yaitu mengenai proses penggilingan
padi yang ada di PB RAHMA 35.
2. Untuk mengetahui mutu beras yang dihasilkan dari proses mesin penggilingan
padi modern yang ada di PB RAHMA 35 .
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dalam pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi mahasiswa yang ingin melakukan kunjungan
lapang di PB RAHMA 35.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Beras merupakan salah satu kebutuhan pokok penduduk Indonesia karena
sebagian besar mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Salah satu solusi
bijak yang bisa ditempuh untuk mengatasi kelangkaan beras adalah dengan
memaksimalkan produksi beras dalam negeri dengan cara menekan kehilangan
hasil selama pascapanen. Penggilingan padi adalah salah satu tahapan pascapanen
padi yang terdiri dari rangkaian beberapa proses dimana proses utamanya adalah
pemecahan kulit (husking) dan penyosohan (polishing) untuk mengolah gabah
menjadi beras siap konsumsi (Dewi,2009).
Penggilingan beras berfungsi untuk menghilangkan sekam dari bijinya dan
lapisan aleuron, sebagian mapun seluruhnya agar menhasilkan beras yang putih
serta beras pecah sekecil mungkin. Setelah gabah dikupas kulitnya dengan
menggunakan alat pecah kulit, kemudian gabah tersebut dimasukkan ke dalam
alat penyosoh untuk membuang lapisan aleuron yang menempel pada beras.
Selama penyosohan terjadi, penekanan terhadap butir beras sehingga terjadi butir
patah. Menir merupakan kelanjutan dari butir patah menjadi bentuk yang lebih
kecil daripada butir patah (Damardjati, 1988).
Proses pengupasan akan berjalan baik apabila gabah memiliki kadar air yang
sesuai yaitu antara 13-15%(Afzalinia dkk, 2002). Pada kadar air yang lebih tinggi
proses pengupasan akan sulit karena sekam sulit dipecahkan. Sebaliknya, pada
kadar air yang lebih rendah, butiran padi akan mudah pecah atau patah sehingga
akan menghasilkan banyak beras patah atau menir. Untuk mendapatkan kualitas
pengupasan yang baik, maka penyetelan mesin pemecah kulit perlu dilakukan
secara tepat. Penyosohan dilakukan untuk membuang lapisan bekatul dari butiran
beras. Di samping membuang lapisan bekatul, pada proses ini juga dibuang
bagian lembaga dari butiran beras. Untuk mendapatkan hasil yang baik, proses ini
biasanya dilakukan beberapa kali, tergantung pada kualitas beras sosoh yang
diinginkan. Makin sering proses penyosohan dilakukan, atau makin banyak mesin
penyosoh yang dilalui, maka beras sosoh yang dihasilkan makin putih dan beras
patah yang dihasilkan makin banyak.
Susut mutu dari suatu hasil giling dapat diidentifikasikan dalam nilai derajat
sosoh serta ukuran dan sifat butir padi yang dihasilkan. Umumnya semakin tinggi
derajat sosoh, persentase beras patah menjadi semakin meningkat pula. Derajat
sosoh beras (whiteness) hasil penggilingan sangat terkait erat dengan proses
penyosohan. Derajat sosoh umumnya berbanding terbalik dengan persentase
beras kepala yang dihasilkan. Untuk mencapai derajat sosoh yang baik, maka
proses pelepasan katul dari beras pecah kulit membutuhkan waktu yang lebih
lama, dengan demikian konsekuensinya adalah semakin banyak beras yang
mengalami kehancuran selama proses penyosohan. Linearitas antara derajat sosoh
dengan lama penyosohan memiliki nilai yang cukup baik (R2 > 90) (Yadav dan
Jindal, 2008).
Ukuran butir beras hasil giling dibedakan atas beras kepala, beras patah, dan
menir. Berdasarkan persyaratan yang dikeluarkan oleh Bulog, beras kepala
merupakan beras yang memiliki ukuran lebih besar dari 6/10 bagian beras utuh.
Beras patah memiliki ukuran butiran 2/10 bagian sampai 6/10 bagian beras utuh.
Menir memiliki ukuran lebih kecil dari 2/10 bagian beras utuh atau melewati
lubang ayakan 2.0 mm (Waries, 2006).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Mata Kuliah Teknologi Pasca Panen dilaksanakan pada hari
Sabtu, 27 November 2021, pukul 09.00 WITA. Praktikum dilaksanakan di PB.
RAHMA 35, Talumae, Watang Sidenreng, Kabupaten Sidenreng Rappang,
Sulawesi Selatan.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode praktikum yang digunakan adalah kunjungan langsung ke tempat
penggilingan gabah di PB RAHMAH 35. Kunjugan ini dilakukan dengan cara
mengamati dan pencatatan proses penggilingan gabah menjadi beras. Di samping
itu dipandu oleh petugas pengelola PB RAHMA 35 sehingga diperoleh data
primer.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil panen padi dari sawah disebut gabah. Gabah dibagi menjadi 2 yaitu,
gabah kering giling dan gabah kering panen. Gabah yang biasnya digunakan oleh
pabrik-pabrik penggilingan beras terdapat dua macam yakni gabah kering panen
(GKP) dan gabah kering giling (GKG). Gabah kering panen dihasilkan langsung
dari panen tanpa proses pengeringan selanjutnya. Sedangkan Gabah kering giling
merupakan gabah yang siap untuk langsung digiling. Pada jenis gabah kering
panen kadar air yang terkandung masih tinggi yaitu sekitar 22-25%. Gabah
dengan kadar air cukup tinggi tidak dapat langsung digiling karena kulitnya masih
cukup basah sehingga sukar pecah dan terkelupas. Oleh karena itu gabah perlu
dikeringkan hingga kadar airnya berkisar 13-14 %.
Secara umum, mesin-mesin yang digunakan dalam usaha penggilingan
padi bila ditinjau dari kapasitasnya dibagi menjadi dua yaitu rice milling unit
(RMU) dan rice milling plant (RMP). Rice milling plant (RMP) biasanya
memiliki kapasistas giling lebih besar daripada RMU yaitu 1.0 hingga 5.0
ton/jam.
Dari kunjungan yang telah kami laksanakan, PB RAHMA 35 memiliki
tipe penggilingan padi rice milling plant (RMP), dapat dilihat jenis mesin
penggilingan padi yang terdiri dari beberapa unit mesin yang terpisah satu sama
lain untuk masing-masing fungsinya dalam proses penggilingan beras. Karena
terpisah, unit-unit RMP dapat memiliki kapasitas berbeda, sehingga waktu
operasional tiap unit tidak sama untuk jumlah padi yang sama.
Contoh gambar : Mesin pecah kulit (paddy husker tipe roll karet)