Anda di halaman 1dari 11

TUGAS LAPORAN

PERDAGANGAN INTERNASIONAL

KELOMPOK II

PITRA YANI (190520149)


ANNISA AMALIAH (190530154)
SULHIJA (190510129)
ANDI MEGA MUSTIKA (190520134)
NUR JAYA (190530173)
JUSMA SRI PUTRI (190530165)
A. PERDI (190530150)
AHMAD JALALLUDDIN (190510123)
TITI MAQFIRA NURJANNA(190520145)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN, DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
KOLAKA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penggilingan memiliki peran sangat penting dalam sistem agribisnis

padi/perberasan di Indonesia. Peranan ini tercermin dari dari besarnya jumlah

penggilingan padi dan sebarannya hampir merata diseluruh daerah sentra produksi

padi di Indonesia. Penggilingan padi merupakan pusat pertemuan antara produksi,

pasca panen, pengolahan dan pemasaran gabah/beras sehingga, merupakan mata

rantai penting dalam suplai beras nasional yang dituntut untuk dapat memberikan

kontribusi dalam penyediaan beras, bagi dari segi kuantitas maupun kualitas untuk

mendukung ketahanan pangan nasional.

Untuk menunjang produksi dan kebutuhan beras diperlukan pabrik

penggilingan padi yang merupakan rangkaian mesin yang memiliki fungsi untuk

memisahkan bulir beras dengan kulitnya dari bentuk gabah kering sampai dengan

menjadi beras siap konsumsi. Pabrik penggilingan padi UD Sido Muncul

merupakan sebuah usaha penggilingan padi yang memproduksi beras siap

konsumsi, terletak di desa Labangka, Kecamatan Babulu, PPU. Dalam proses

produksi beras UD Sido Muncul memiliki bahan baku gabah yang diambil

langsung dari para petani, diproses dengan rangkaian mesin penggiling padi dan

hasil produksi beras dipasarkan ke berbagai agen beras dan konsumen yang

datang langsung ke pabrik penggilingan UD Sido Muncul.

Proses produksi beras yang dilakukan UD Sido Muncul tidak terlepas dari

risiko-risiko yang menyebabkan terganggunya proses produksi beras. Risiko yang


terjadi seperti halnya keterlambatan bahan baku gabah dalam proses produksi,

terjadinya kerusakan alat pada mesin penggilingan padi, beras hasil produksi yang

memiliki kualitas yang tidak baik seperti biji beras yang tidak utuh atau hancur

dan sebagainya. Risiko-risiko yang terjadi dapat menyebabkan beberapa kerugian

seperti terganggunya proses produksi beras sehingga tidak dapat memenuhi

kebutuhan permintaan.Risiko produksi merupakan suatu keadaan yang dapat

merugikan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi bisnisProses produksi beras

yang dilakukan UD Sido Muncul tidak terlepas dari risiko-risiko yang

menyebabkan terganggunya proses produksi beras. Risiko yang terjadi seperti

halnya keterlambatan bahan baku gabah dalam proses produksi, terjadinya

kerusakan alat pada mesin penggilingan padi, beras hasil produksi yang memiliki

kualitas yang tidak baik seperti biji beras yang tidak utuh atau hancur dan

sebagainya. Risiko-risiko yang terjadi dapat menyebabkan beberapa kerugian

seperti terganggunya proses produksi beras sehingga tidak dapat memenuhi

kebutuhan permintaan.Risiko produksi merupakan suatu keadaan yang dapat

merugikan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi bisnis.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana faktor produksi penggilingan padi?

C. Tujuan

1. Mengetahui bagaimana faktor produksi penggilingan padi


BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Gabah
Gabah adalah bulir padi. Biasanya mengacu pada bulir padi yang telah

dipisahkan dari tangkainya (jerami). Asal kata "gabah" dari bahasa Jawa gabah.

Dalam perdagangan komoditas, gabah merupakan tahap yang penting dalam

pengolahan padi sebelum dikonsumsi karena perdagangan padi dalam partai besar

dilakukan dalam bentuk gabah. Terdapat definisi teknis perdagangan untuk gabah,

yaitu hasil tanaman padi yang telah dipisahkan dari tangkainya dengan cara

perontokan.

Secara anatomi biologi, gabah merupakan buah padi, sekaligus biji. Buah

padi bertipe bulir atau caryopsis, sehingga pembedaan bagian buah dan biji sukar

dilakukan. Karena padi/gabah/beras merupakan komoditas vital bagi Indonesia,

Pemerintah memberlakukan regulasi harga dalam perdagangan gabah. Muncullah

istilah-istilah khusus yang mengacu pada kualitas gabah sebagai referensi

penentuan harga:

a) Gabah Kering Panen, gabah yang mengandung kadar air lebih besar dari

18% tetapi lebih kecil atau sama dengan 25% (18%<KA<25%),

hampa/kotoran lebih besar dari 6% tetapi lebih kecil atau sama dengan

10% (6%<HK<10%), butir hijau/mengapur lebih besar dari 7% tetapi

lebih kecil atau sama dengan 10% (7%<HKp<10%), butir kuning/rusak

maksimal 3% dan butir merah maksimal 3%.


b) Gabah Kering Simpan (GKS), adalah gabah yang mengandung kadar air

lebih besar dari 14% tetapi lebih kecil atau sama dengan 18%

(14%<KA<18%), kotoran/hampa lebih besar dari 3% tetapi lebih kecil

atau sama dengan 6% (3%<HK<6%), butir hijau/mengapur lebih besar

dari 5% tetapi lebih kecil atau sama dengan 7% (5%<HKp<7%), butir

kuning/rusak maksimal 3% dan butir merah maksimal 3%.

c) Gabah Kering Giling (GKG), adalah gabah yang mengandung kadar air

maksimal 14%, kotoran/hampa maksimal 3%, butir hijau/mengapur

maksimal 5%, butir kuning/rusak maksimal 3% dan butir merah maksimal

3%. Ketentuan-ketentuan itu dipakai Bulog dalam menentukan harga

gabah/beras berdasarkan kualitasnya.

2. Beras
Beras adalah bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam.

Sekam (Jawa merang) secara anatomi disebut 'palea' (bagian yang ditutupi) dan

'lemma' (bagian yang menutupi). Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen

padi, gabah ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga bagian luarnya (kulit

gabah) terlepas dari isinya. Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan,

ungu, atau bahkan hitam, yang disebut beras.

Beras umumnya tumbuh sebagai tanaman tahunan. Tanaman padi dapat

tumbuh hingga setinggi 1-1,8 m. Daunnya panjang dan ramping dengan panjang

50-100 cm dan lebar 2-2,5 cm. Beras yang dapat dimakan berukuran panjang 5-

12 mm dan tebal 2-3 mm. Beras dari padi ketan disebut ketan.
Beras sendiri secara biologi adalah bagian biji padi yang terdiri dari

a. Aleuron, lapis terluar yang sering kali ikut terbuang dalam proses

pemisahan kulit,

b. Endosperma, tempat sebagian besar pati dan protein beras berada, dan

c. Embrio, yang merupakan calon tanaman baru (dalam beras tidak dapat

tumbuh lagi, kecuali dengan bantuan teknik kultur jaringan). Dalam

bahasa sehari-hari, embrio disebut sebagai mata beras.

3. Proses Penggilingan Beras di PB. Alena Jaya

Penggilingan padi adalah salah satu tahapan pascapanen yang terdiri dari

rangkaian beberapa proses untuk mengolah gabah menjadi beras siap konsumsi.

Gabah yang dimasukan pada proses penggilingan padi adalah gabah kering giling

(GKG) dan hasilnya berupa beras sosoh berwarna putih yang siap dikonsumsi.

Operasi penggilingan yang baik akan menghasilkan kualitas beras yang baik,

susut rendah dan biaya pengolahan yang rendah pula (Indrajaya, 2011).

Pengilingan beras merupakan tahap yang dilakukan setelah pengeringan gabah

(Hasbullah, 2007). Pada tahap ini gabah yang sudah dikeringkan akan diolah

menjadi beras setelah melewati tahap-tahap sebagai berikut:

1. Penyosohan gabah

Pengosohan gabah adalah pengupasan kulit padai yang merupakan tahapan

paling penting dalam keseluruhan proses. Pengupasan kulit adalah

transformasi padi menjadi beras yang secara prinsip sudah dapat dimasak

untuk dimakan.
2. Sortasi

Proses selanjutnya setelah pengosohan gabah atau yang biasa dikenal

dengan pemecahan kulit, kemudian dilakukan sortasi yang bertujuan untuk

memisahkan benda asing seperti batu mesin pemisah batu (destoner) dan

butiran gabah dengan menggunakan mesin pemisah gabah (paddy

separator). Hal ini menyempurkan dari pengosohan dan untuk

meningkatkan kebersihan. Gabungan dari sosoh serta kebersihan dan

keutuhan biji adalah ukuran mutu beras putih.

3. Pengosohan dan pengkilapan beras

Pengosohan dan pengkilapan beras meliputi proses pemutihan

menggunakan mesin pemutih (rice withening) dan pengkilapan

menggunakan mesin pengkilap (shinning). Pada mesin withening

dilengkapi kipas pengumpul katut (bran collectigfan) yang berfungsi

untuk mengangkut katut yang dihasilkan menuju cyclone. Demikian pula

pada mesin shining juga dilengkapi dengan alat ini. Setiap melewati

tahapan proses pemutihan melakukan pemisahan menir menggunakan

mesin pengayak (rotary shifter).

4. Pemisahan butiran

Setelah melewati tahap penyosohan selanjutnya dilakukan pemisahan

beras patah (broken) dan beras kepala menggunakan mesin pemisah

butiran (length grader) dan hasilnya ditampung dalam bak penampungan

(bin length grader). Persentase broken yang diinginkan sesuai klasifikasi


mutu dapat diatur secara otomatis menggunakan mesin. Dari proses inilah

yang akan menentukan merek produk yang akan dihasilkan.

4. Faktor-Faktor Produksi Padi

Adaapun faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi yaitu :

1. Gabah kering giling

Gabah kering giling adalah gabah yang mengandung kadar air

maksimal 14%. Untuk menurunkan kadar air agar bisa digiling,

dilakukanlah penjemuran di lantai jemur. Lantai jemur merupakan lantai

semen yang dibagian tengahnya dibuat agak tinggi dengan saluran air

untuk mencegah berkumpulnya air hujan. Biasanya beralaskan terpal atau

tikar sehingga gabah tidak terkena panas langsung yang berlebihan dari

lanta semen. Terpal juga berguna untuk memudahkan untuk pelipatan

apabila terjadi hujan sewaktu-waktu. Penjemuran dilakukan sampai kadar

air maksimal 14 %, agar siap untuk digiling.

2. Modal

Modal (capital) mengandung banyak arti, tergantung pada penggunaannya.

Dalam arti sehari-hari modal sama artinya dengan harta kekayaan seseorang.

Seperti: uang, tanah, tempat tinggal, alat transportasi dan lain sebagainya. Modal

dalam usaha tani diklasifikasikan sebagai bentuk kekayaan, baik berupa uang

maupun barang yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu secara langsung

maupun tidak langsung dalam suatu proses produksi. Pembentukan modal

bertujuan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usaha tani, serta


menunjang pembentukan modal lebih lanjut. Dalam pengambangan pertanian,

ketersediaan modal dalam jumlah cukup dan tepat waktu merupakan unsur

penting dan strategis.

3. Tenaga kerja

Menurut Susanto, (2003) yang dimaksud tenaga kerja adalah semua orang

yang sanggup dan bersedia bekerja. Dalam hal ini tercakup didalamnya mereka

yang menganggur karena tidak ada kesempatan kerja. Dengan demikian tidak

termasuk bagi mereka yang tidak mau bekerja pada tingkat upah/gaji yang

berlaku, sebab mereka beranggapan bahwa dengan tingkat upah yang sedemikian

rendahnya tingkat sesuai dengan pendidikan dan keahlian yang dimilikinya.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penggilingan memiliki peran sangat penting dalam sistem agribisnis

padi/perberasan di Indonesia. Peranan ini tercermin dari dari besarnya

jumlah penggilingan padi dan sebarannya hampir merata diseluruh daerah

sentra produksi padi di Indonesia. Salah satunya pabrik Penggilingan

Beras di PB. Alena Jaya yang berada di kolaka timur. Dalam penggilingan

beras memiliki tahapan yang dilakukan setelah pengeringan gabah, pada

tahapan ini gabah yang sudah di keringkan akan di olah menjadi beras

setelah melewati tahapan yang pertama penyosonan gabah yang kedua

sortasi yang ketiga pengosohan dan pengkilapan beras dan terakhir

pemisahan butiran. Dari Proses inilah yang akan menentukan produk yang

dihasilkan dan dipasarkan kekonsumen.

B. Saran

Operasi penggilingan yang baik akan menghasilkan kualitas beras

yang baik, maka perlu di perhatiakan faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi padi agar terhindar dari resiko-resiko yang menjadi

keterhambatan produksi beras. Yaitu Upah Tenaga kerja harus lebih

diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA

Dedi Mulyadi, S. E., (2021). Faktor-Faktor Produksi Manajerial Dalam

Pengolahan Usaha Penggilingan Padi. Media Sains Indonesia

Indrajaya, A. H. (2011). Analisis Biaya Dan Kelayakan Usaha Penggilingan Padi

Di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat.

Patiwiri AW. (2006). Teknologi Penggilingan Padi. Gramedia Pustaka

Utama.Jakarta.

Yahman, M. B., Anggriani P., & H. Dharma Widada (2020). Analisis Risiko Dan

Penentuan Strategi Mitigasi Pada Proses Produksi Beras. MATRIK vol XX

(2). 67-78

Anda mungkin juga menyukai