Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris dan sebagian besar penduduk Indonesia bercocok
tanam atau bertani guna memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga pertanian merupakan
sektor yang memegang peranan penting dalam kesejahteraan kehidupan penduduk
Indonesia.

Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang
hijau, ubi kayu, ubi jalar merupakan komoditas pertanian yang paling penting di
Indonesia. Penduduk Indonesia membutuhkan tanaman pangan khususnya padi (Oryza
sativa) untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Padi merupakan tanaman pangan utama di
Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai
sumber karbohidrat.

Sistem agribisnis terdiri dari subsistem input, usahatani (pertanian), sistem output,
pemasaran dan penunjang. Dengan demikian pembangunan agroindustri tidak dapat
dilepaskan dari pembangunan agribisnis secara keseluruhan. Pembangunan agroindustri
akan dapat meningkatkan produksi, harga hasil pertanian,pendapatan petani, serta dapat
menghasilkan nilai tambah hasil pertanian (Masyhuri, 1994:16).Sektor pertanian dalam
wawasan agribisnis dengan perannya dalam perekonomian nasional memberikan
beberapa hal yang menunjukkan keunggulan yang dapat dipertimbangkan.

Keunggulan tersebut antara lain nilai tambah pada agroindustri, misalnya dengan cara
melakukan pengolahan, mengubah gabah menjadi beras kemudian diprose sehingga
dapat dikonsumsi oleh manusia dan nilai jual juga bertamabah.

Penggilingan padi mempunyai peranan yang sangat vital dalam mengkonversi padi
menjadi beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai
cadangan makanan pokok. Dalam kaitan dengan proses penggilingan padi, karakteristik
fisik padi sangat perlu diketahui karena proses penggilingan padi sebenarnya mengolah
bentuk fisik dari butiran padi menjadi beras putih. Butiran padi yang memiliki bagian-
bagian yang tidak dapat dimakan atau tidak enak dimakan, sehingga perlu dipisahkan.

1
Selama proses penggilingan, bagianbagian tersebut dilepaskan sampai akhirnya
didapatkan beras yang enak dimakan yang disebut dengan beras sosoh (beras putih).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulisan laporan ini difokuskan pada “ Proses
Penggilingan Padi dan Peningkatan Nilai Tambah Padi Menjadi Beras”
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses penggilingan padi
2. Untuk mengetahui nilai tambah dari proses penggilingan padi

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Penggilingan Padi


Penggilingan padi merupakan industri padi tertua dan tergolong paling besar di Indonesia,
yang mampu menyerap lebih dari sepuluh juta tenaga kerja, menangani lebih dari empat
puluh juta ton gabah menjadi beras giling per tahun. Penggilingan padi merupakan titik
sentral agroindustri padi, karena disinilah diperoleh produk utama berupa beras dan bahan
baku untuk pengolahan lanjutan produk pangan dan industri (Thahir, 2008) Penanganan
pascapanen adalah tindakan yang dilakukan atau disiapkan agar hasil pertanian siap dan
aman digunakan oleh konsumen atau dapat diolah lebih lanjut melalui kegiatan produksi.

Penanganan pascapanen padi meliputi semua kegiatan perlakuan dan pengolahan yang
meliputi proses pemotongan, perontokan, pengangkutan, perawatan dan pengeringan,
penyimpanan, penggilingan, penyosohan, pengemasan, penyimpanan, dan pengolahan
(Setyono, 1994).

Untuk memperoleh beras yang putih bersih harus mencapai derajat sosoh 100% dan
memerlukan waktu penumbukan lebih lama. Secara tradisional, beras yang telah disosoh
dengan cara ditumbuk, ditaruh pada tampah dan diinteri. Bekatul yang terpusat di sentral
tampah diambil dengan tangan. Pada mesin penggiling padi, saat penyosohan, beras
bergesekan atau dikikis sehingga bekatul keluar lewat saringan dan beras tersosoh terus
berjalan keluar karena dorongan dari beras berikutnya (Suprayono dan Setyono, 1997).

Secara umum, mesin-mesin yang digunakan dalam usaha industri jasa penggilingan padi
adalah mesin pemecah kulit/sekam, (huller atau husker), mesin pemisah gabah dan beras
pecah kulit (brown rice separator), mesin penyosoh atau mesin pemutih (polisher), mesin
pengayak bertingkat (sifter), mesin atau alat bantu pengemasan (timbangan dan penjahit
karung). Bila ditinjau dari kapasitasnya, mesin-mesin penggiling padi dapat dibagi
menjadi dua jenis yaitu rice milling unit (RMU) dan rice milling plant (RMP). Perbedaan
yang mendasar antara keduanya adalah pada ukuran, kapasitas dan aliran bahan dalam
proses penggilingan yang dilakukan. Penggilingan padi yang lengkap kadangkala

3
dilengkapi dengan pembersih gabah sebelum masuk mesin pemecah kulit, dan pengumpul
dedak sebagai hasil sampingan dari proses penyosohan.

Gabah yang ditumbuk dengan menggunakan alu dan lesung memerlukan lebih banyak
tenaga kerja dan waktu. Butiran beras yang dihasilkan juga kurang baik karena banyak
butiran yang pecah sehingga hanya cocok untuk konsumsi sendiri. Sebaliknya dengan
mesin penggiling, tenaga dan waktu yang diperlukan lebih sedikit dan hasilnya pun lebih
baik (Andoko, 2006).

Di Indonesia, usaha penggilingan gabah dikelompokkan berdasarkan kapasitas


penggilingan yang meliputi penggilingan sederhana (PS), penggilingan kecil (PK),
penggilingan besar atau terpadu (PB). Jenis usaha penggilingan gabah yang termasuk
dalam penggilingan sederhana dan penggilingan kecil merupakan yang paling banyak
ditemui di pedesaan pada umumnya. Secara umum, penggilingan sederhana dan
penggilingan kecil memiliki karakteristik secara umum menghasilkan beras dengan mutu
rendah, skala ekonominya kecil dan jangkauan pemasarannya lokal (Hasbullah, 2007).

Penggilingan gabah kecil memiliki 2 unit mesin yang dipasang secara terpisah, yaitu
pemecah kulit dan pemutih dengan kapasitas produksi riil antara 0,3 – 0,7 ton beras/jam
(Departemen Pertanian, 2005).
Menurut Hardjosentono (2000), Terdapat perbedaan antara penggilingan padi dengan
penumbukan padi (cara tradisional) antara lain:

Tabel 1. Perbedaan Antara Penggilingan Padi dengan Penumbukan Padi


Kriteria Penggilingan Penumbukan Padi
Tenaga penggerak (power) Mesin/listrik Manusia
Sistem pengupasan (pecah Gesekan antara dua rubber Ditumbuk dengan alu
kulit) roll dengan arah berbeda
Pemisah sekam Hembusan angin Ditampi dengan tangan
manusia
Pemisahan bekatul Sistem saringan diinteni
Persentase butir pecah Rendah Tinggi
Mutu beras Baik, putih, bersih Kurang putih

4
Penggilingan gabah menjadi beras sosoh, dimulai dengan pengupasan kulit gabah. Syarat
utama proses pengupasan gabah adalah kadar keringnya gabah yang akan digiling. Gabah
kering giling berarti gabah yang sudah kering dan siap digiling. Bila diukur dengan alat
pengukur air, maka angka kekeringannya mencapai 14%- 14,5% ( Hardjosentono.M,
2000).

Gabah masuk kedalam mesin pemecah kulit sekam /gabah kering giling yang berfungsi
untuk memecahkan dan melepaskan kulit gabah, hasil yang diperoleh berupa beras pecah
kulit yang berwarna putih kecoklatan (kusam) atau disebut 10 juga brown rice. Gabah
yang diumpankan ke dalam mesin pemecah kulit biasanya tidak seluruhnya terkupas.

Menurut Hardjosentono (2000) ada beberapa model dan tipe mesin penggiling padi.
Besarnya kapasitas penggunaan sangat bervariasi; ada yang kecil, sedang, dan besar.
Dalam penggilingan padi terdapat alat-alat yang digunakan dalam penggilingan padi, alat-
alat itu adalah sebagai berikut:
a. Pocket elevator.
Alat ini untuk mengangkut gabah ke atas dan memasukkannya ke mesin pengupas
penyosoh, atau alat lain.
b. Saringan atau ayakan bergetar/bergoyang.
Ayakan untuk memisahkan kotoran dan benda asing, seperti kayu dan paku agar
tidak ikut masuk ke mesin pengupas sehingga kerusakan mesin pengupas dapat
dihindari.
c. Mesin pengupas.
Dulu, mesin pengupas gabah menggunakan batu pengupas berbentuk meja bulat,
tetapi sekarang jarang digunakan. Sekarang ini banyak digunakan rubber roll. Rubber
roll ini terdiri atas dua buah roll karet yang perputarannya berlawanan arah.
d. Mesin penyosoh.
Untuk mendapatkan beras dengan derajat sosoh seperti yang dikehendaki dapat
dilakukan dengan mengatur berat beban pada bandul penyosoh beras. Untuk
mendapatkan beras yang bermutu baik dengan derajat sosoh 90- 100%, biasanya

5
dilakukan penyosohan secara bertahap dengan menggunakan dua buah mesin
penyosoh.

e. Mesin pemoles.
Mesin pemoles digunakan untuk membersihkan bekatul yang masih menempel pada
butir-butir beras sehingga diperoleh butir beras yang bersih, putih dan mengkilat.
f. Mesin grader.
Beras sosoh yang bersih masuk ke mesin grader untuk memisahkan beras yang
patah, beras yang pecah, dan beras yang utuh.
Teknik penggilingan gabah yang baik meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Persiapan Bahan Baku Beras bermutu dihasilkan dari bahan baku gabah bermutu.
Gabah harus diketahui varietasnya, asal gabah, kapan dipanen dan kadar air gabah.
Penundaan gabah kering panen sampai lebih dari 2-3 hari akan menimbulkan kuning
pada gabah dan sebaiknya gabah yang sudah kering dijaga agar tidak kehujanan,
karena apabila kehujanan akan menyebabkan butir patah. Diusahakan agar gabah
yang hendak digiling merupakan gabah kering panen (GKG) yang baru dipanen, agar
penampakan putih cerah dan cita rasa belum berubah. Jika penggilingan terhadap
gabah kering yang telah disimpan lebih dari 4 bulan atau 1 musim, menyebabkan
penampakan beras yang tidak optimal dan berubahnya citarasa.
b. Proses Pemecahan Kulit Proses ini diawali dengan menyiapkan tumpukan gabah
berdekatan dengan lubang pemasukan (corong sekam) gabah. Mesin penggerak
dihidupkan, corong sekam dibuka dan ditutup dengan klep penutup. Proses ini
dilakukan 2 kali, kemudian diayak 1 kali dengan alat ayakan beras pecah kulit, agar
dihasilkan beras pecah kulit. Proses ini dapat berjalan dengan baik, apabila tidak
terdapat butir gabah dalam kumpulan beras pecah kulit. Apabila masih ditemukan
juga butir gabah dalam kumpulan beras pecah kulit, maka harus dilakukan penyetelan
ulang struktur rubber roll dan kecepatan putarannya.
c. Proses Penyosohan Beras Dalam proses ini digunakan alat penyosoh tipe friksi, yaitu
gesekan antar butiran, sehingga dihasilkan beras dengan penampakan bening. Yang
perlu dicermati untuk memperoleh beras bermutu adalah kecepatan putaran, yaitu
1.100 rpm dengan menyetel mesin penggerak dan dan katup pengepresan keluarnya
beras. Proses ini berjalan baik, apabila rendemen beras yang dihasilkan sama atau
lebih dari 65% dan derajat sosoh sama atau lebih dari 95%. Terdapat 3 jenis
preferensi konsumen terhadap beras yaitu beras bening, beras putih dan beras

6
mengkilap. Untuk menghasilkan beras bening digunakan alat penyosoh tipe friksi,
beras putih digunakan alat penyosoh tipe abrasif dan beras putih menggunakan alat
penyosoh sistem pengkabutan.
d. Proses Pengemasan Beras yang sudah digiling hendaknya tidak langsung dikemas,
agar panas akibat penggilingan hilang. Untuk jenis kemasan sebaiknya memerhatikan
berat isinya. Kemasan lebih dari 10 kg sebaiknya menggunakan karung plastik yang
dijahit tutupnya. Pada kemasan 5 kg dapat menggunakan kantong plastik yang
memiliki ketebalan 0,8 mm. Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis kemasan
adalah kekuatan kemasan dan bahan kemasan (sebaiknya tidak korosif, tidak
mencemari produk beras dan kedap udara).
e. Proses Penyimpanan Yang perlu diperhatikan dari tempat penyimpanan beras adalah
kondisi tempat penyimpanan yang aman dari tikus dan pencuri, bersih, bebas
f. kontaminasi hama, terdapat sistem pengaturan sirkulasi udara, tidak terdapat
kebocoran dan tidak lembab. Karung yang sudah berisi beras diletakkan di atas
bantalan kayu, agar 13 dapat menghindari kelembapan yang disebabkan oleh kontak
langsung dengan lantai (Departemen Pertanian, 2005)

2.2 Nilai Tambah (Value added)


Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena
mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu
produksi. Dalam proses pengolahan, nilai tambah dapat didefinisikan sebagai selisih
antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk
tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih antara nilai produk dengan harga bahan
bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup komponen faktor produksi yang digunakan
yaitu tenaga kerja, input lainnya dan balas jasa pengusaha pengolahan (Hayami et al.,
1987).

Menurut Hayami et al. (1987), ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu nilai
tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor yang
memperngaruhi nilai tambah untuk pengolahan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu
faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas
produksi, jumlah bahan baku yang digunakan dan tenaga kerja. Sedangkan faktor
pasar yang berpengaruh adalah harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku,
dan nilai input lain.

7
Perhitungan nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan suatu produk dapat
menggunakan Metode Hayami. Kelebihan dari analisis nilai tambah dengan
menggunakan Metode Hayami adalah pertama, dapat diketahui besarnya nilai tambah,
nilai output, dan produktivitas, kedua, dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap
pemilik-pemilik faktor produksi, serta ketiga, prinsip nilai tambah menurut Hayami
dapat diterapkan untul subsistem lain diluar pengolahan, misalnya untuk kegiatan
pemasaran (Suprapto, 2006).

Suatu agroindustri diharapkan mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi selain
mampu untuk memperoleh keuntungan yang berlanjut. Nilai tambah yang diperoleh
dari pengolahan merupakan selisih antara nilai komoditas yang mendapat perlakuan
pada suatu tahap dengan nilai korbanan yang harus dikeluarkan selama proses
produksi terjadi. Nilai tambah yang diperoleh lebih dari 50% maka nilai tambah
dikatakan besar dan sebaliknya, nilai tambah yang diperoleh kurang dari 50% maka
nilai tambah dikatakan kecil (Sudiyono, 2004).
Tabel 1. Prosedur perhitungan nilai tambah metode Hayami
No Variabel Nilai
Output, Input dan Harga
1 Output (Kg/Bulan) A
2 Bahan Baku (Kg/Bulan B
3 Tenaga Kerja (HOK/Bulan) C
4 Faktor Konversi D =A/B
5 Koefisien Tenaga Kerja E = C/B
6 Harga Output (Rp/Kg) F
7 Upah Rata-rata Tenaga Kerja G
(Rp/HOK)
Pendapatan dan Keuntungan (Rp/Kg)
8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) H
9 Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) I
10 Nilai Output J=DxF
11 a Nilai Tambah (NT) K = J-1-H

8
b Rasio Nilai Tambah L% = (K/J) x 100%
12 a Imbalan Tenaga Kerja M=ExG
b Bagian Tenaga Kerja N% = (M/K) x 100%
13 a Keuntungan O = K-M
b Tingkat Keuntungan P% = (O/K) x 100%
Balas Jasa untuk Faktor Produksi
14 Margin Q = J-H
A Keuntungan R = O/Q x100%
B Tenaga Kerja S = M/Q x 100%
c Input Lain T = I/Q x 100%

Keterangan

A = Output/total produksi beras yang dihasilkan oleh RMU.

B = Input/bahan baku yang digunakan untuk memproduksi beras yaitu gabah.

C = Tenaga kerja yang digunakan dalam memproduksi beras dihitung dalam bentuk HOK
(Hari Orang Kerja) dalam satu periode analisis.

F = Harga produk yang berlaku pada satu periode analisis.

G = Jumlah upah rata-rata yang diterima oleh pekerja dalam setiap satu periode produksi
yang dihitung berdasarkan per HOK (Hari Orang Kerja).

H = Harga input bahan baku utama yaitu gabah per kilogram (kg) pada saat periode analisis.

I = Sumbangan/biaya input lainnya yang terdiri dari biaya bahan baku penolong, biaya
penyusutan, dan biaya pengemasan.

Kriteria nilai tambah adalah :

1. Jika NT > 0, berarti penggunaan Rice Milling Unit memberikan nilai tambah

(positif).

2. Jika NT ≤ 0, berarti penggunaan Rice Milling Unit tidak memberikan nilai

tambah (negatif).

9
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan survei lapang ini dilakukan pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 12 April 2017
Waktu : 07.00 – 15.00
Tempat : Desa Tanggul Rejo Kec. Kota Gajah Kab. Lampung Tengah
3.2 Alat dan Bahan
a. Kuisioner
b. Pena
c. Buku
d. Komputer
3.3 Metode Pelaksanaan
a. Membuat daftar pertanyaan yang relevan.
b. Melakukan kunjungan lapang.
c. Mencari narasumber.
d. Melakukan wawancara kepada narasumber.
Membuat laporan parktikum

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identitas Responden

Nama : Alex Martono

Umur : 40 Tahun

Alamat : Dusun IV Desa Tanggul Rejo, Kec. Kota Gajah Kab. Lampung

Tengah

Status : Menikah

Jenis usaha : Penggilingan Padi

Lama usaha : 10 tahun

4.1.1 Letak Lokasi Pabrik Penggilingan Padi


Pabrik penggilingan padi PP Poktan Sidowaras II Dususn IV terletak
di Desa Tanggul Rejo. Adapun batas-batas lokasi antara lain :
a. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Pugung
b. Sebelah timur berbatasan dengn Desa Rejosari
c. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Rejo Basuki
d. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kotasari
4.1.2 Keadaan Bangunan

pabrik penggilingan padi PP Poktan Sidowaras II berdiri diatas tanah seluas


15 x 40 m. didalam bangunan terdapat beberapa mesin-mesin penggilingan
padi dan gudang penyimpanan, adapun jenis mesin tersebut antara lain:

a. Mesin pecah kulit padi


Mesin ini digunakan untuk memecahkan dan memisahkan
antara beras dengan kulitnya.
b. Mesin tunner
Mesin ini berfungsi mengayak untuk memisahkan beras dari
kotoran-kotoran dan batu-batu.
c. Mesin tunner
Mesin ini berfungsi mengayak untuk memisahkan beras dari
kotoran-kotoran dan batu-batu.
d. Mesin poles

11
Mesin ini digunakan untuk membersihkan beras agar menjadi
putih.
e. Mesin broken
Mesin ini berfungsi memisahkan antara beras dengan menir.
f. Gudang penyimpan
Gudang ini berfungsi untuk menyimpan hasil penggilingan
sehingga dapat memudahkan pemilik untuk mengamankannya.

4.2 Pengadaan Penggilingan Padi


1. Bahan baku
Bahan baku sangat menentukan produk yang dihasilkan, dengan menggunakan
bahan baku yang berkualitas maka produk yang dihasilkan juga akan baik.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam usaha penggilingan padi
adalah ketersediaan bahan baku, baik dari segi kuantitas, kualitas, maupun dari
segi kontinuitas. Bahan baku yang digunakan oleh PP Poktan Sidowaras II
adalah padi yang berasal dari petani-petani di wilayah Lampung. Padi
diperoleh dari Sumatera Selatan, Blintang, Rawajitu, Mesuji, Talang Padang,
Palas, Metro, Seputih Raman dan Punggur. Ketersediaan bahan baku tersebut
selalu dipantau keberadaanya agar penyediaan bahan baku selalu berjalan
lancar, sehingga proses produksi tidak terganggu.
No Gabah / Hari (Kg) Harga/Kg (Rp) Penegeluaran Bahan
Baku (Gabah/hari)
1 9.000 4.200 37.800.000
2. Bahan Bakar
Bahan bakar yang digunakan penggilingan padi PP Poktan Sidowaras II untuk
mengolah padi menjadi beras adalah menggunakan tenaga listrik. Jumlah
bahan bakar yang digunakan dalam penggilingan padi selalu mengalami
perubahan, sesuai dengan berapa banyak bahan baku yang diolah. Namun
biaya rata-rata listrik per bulan adalah Rp 9.000.000
3. Tenaga kerja
Tenaga kerja yang digunakan dalam penggilingan padi PP Poktan Sidowaras
II adalah tenaga kerja buruh harian dan berasal dari desa itu sendiri. Jumlah
tenaga kerja yang digunakan adalah 12 orang dalam sekali produksi.
4. Modal
Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa modal yang dimiliki
pelaku usaha penggilingan padi PP Poktan Sidowaras II merupakan modal
12
sendiri yang berasal dari tabungan pribadi bapak Alex Martono. Modal awal
yang dikeluarkan oleh pengusaha penggilingan padi sebesar Rp 100.000.000.

4.3 Proses Penggilingan Padi


Pengolahan/proses produksi beras dilakukan di pabrik penggilingan padi yang
berada di pekarangan rumah pemilik usaha. Dengan luas areal 12 x 12 m2 tepat
dibelakang bangunan rumah pemilik usaha. Proses penolahan beras ada beberapa
tahapan.
a. Penjemuran
Proses penjemuran padi merupakan tahap awal dari proses penggilingan padi.
Proses penjemuran dilakukan hanya ketika cuaca panas. Jika cuaca
mendukung maka proses penjemuran dapat dilakukan kurang lebih 2 hari,
namun jika tidak ada panas maka penjemuran membutuhkan waktu kurang
lebih 3 – 4 hari.
b. Proses penginapan padi
Proses ini dilakukan agar sewaktu padi digiling tidak hancur. Proses
penginapan padi ini dilakukan selama semalam.
c. Proses penggilingan padi
Dalam proses penggilingan padi dilakukan bertahap dengan menggunakan
mesin-mesin penggilingan padi, berikut adalah prose-prosesnya :
1. Padi diangkut menggunkan elevator turun menuju alat yang bernama
ayakan sampah, ayakan sampah berguna untuk memisahkan padi dari
kotoran-kotoran seperti sisa-sisa jerami dan lain-lain.
2. Setelah proses pengayakan selesai maka padi turun menuju Husker.
Husker merupakan mesin yang berfungsi untuk mengupas atau mimasakan
padi dari kulitnya.
3. Padi yang sudah terkupas lalu naik menuju saparator. Saparator merupakan
mesin yang berfungsi untuk memisahkan padi yang bercampur dengan
beras pecah kulit.
4. setelah proses pemisahan padi dan beras selesai maka tahap selanjutnya
beras naik ke Stoner. Stoner merupakan alat pemisah batu. Dalam tahap ini
beras dipisahkan dari batu-batu yang terkandung dalam prose
penggilingan.

13
5. Selanjutnya beras akan turun ke alat Polisher. Polisher merupakan alat
yang digunakan untuk memutihkan beras.
6. Beras yang telah melewati proses polisher akan naik melalui elevator ke
ayakan menir. Ayakan menir merupakan alat yang digunakan untuk
memisahkan beras yang utuh dengan menir.
7. Setelah proses ayakan selesai maka beras akan turun kebawah dan
langsung dilakukan penimbangan dan pengemasan.

Penjemuran

Penginapan padi

Penggilingan

Penimbangan

Pengemasan

Diagram Proses Pengolahan Beras

14
4.4 Analisis Nilai Tambah
4.4.1 Tabel Biaya Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan menggunakan sistem borongan dengan
uraian kegiatan sebagai berikut :
No Uraian TK Upah Jumlah
Upah
1 Penjemuran Rp 40 Rp 50.000
Gabah
2 Bongkar Rp 15 Rp 50.000
Muat
3 Penggilingan Rp 30 Rp 50.000
Jumlah tenaga kerja sebanyak 12 orang/hari dan diberi upah sebanyak
Rp 50.000, maka dalam satu bulan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan
adalah Rp 18.000.000
4.4.2 Tabel Biaya Tetap Penggilingan PP Poktan Sidowaras II

No Jenis peralatan Jmlh Satuan Harga satuan Jumlah biaya UE Nilai


penyusutan(thn)
1. Elefator 5 Unit Rp. 7.500.000 Rp. 37.500.000 5 Rp. 7.500.000

2. Ayakan sampah 1 Unit Rp. 10.000.000 Rp. 10.000.000 5 Rp. 2.000.000

3. Hasker (pemecah 1 Unit Rp. 60.000.000 Rp. 60.000.000 5 Rp. 12.000.000


kulit)
4. Separator 1 Unit Rp. 40.000.000 Rp. 40.000.000 5 Rp. 8.000.000

5. Destuner 1 Unit Rp. 45.000.000 Rp. 45.000.000 5 Rp. 9.000.000

6. Poleser 2 Unit Rp. 15.000.000 Rp. 30.000.000 5 Rp. 6.000.000

7. Ayakan menir 1 Unit Rp. 7.500.000 Rp. 7.500.000 5 Rp. 1.500.000

8. Packing 1 Unit Rp. 4.000.000 Rp. 4.000.000 5 Rp. 800.000

9. Timbangan 1 Unit Rp. 2.000.000 Rp. 2.000.000 5 Rp. 400.000

15
digital

Total Per Rp. 47.200.000


tah
un
Total Per Rp. 3.933.333
bul
an

4.5 Menganalisis dan Menghitung Nilai Tambah


4.5.1 Tabel Produksi

`No Produksi Harga Jual Nilai Total peneriman


Produksi
1. Beras Rp. 8.600/ Kg 148.500 Rp. 1.277.100.000
Kg
2. Dedak Rp. 2.500/Kg 15.000 Rp. 37.500.000
Total Rp. 1.314.600.000
4.5.2 Tabel Bahan Baku dan Bahan Penolong

No Jenis bahan-bahan Jumlah Satuan Harga Jumlah biaya


satuan
1. Bahan Baku Utama:
Gabah 270000 Kg Rp 4.200 Rp. 1.340.000.000
2. Bahan Baku Penolong :

Karung 5.940 Buah Rp. 1.350 Rp. 8.019.000


Tali 20 Gulung Rp. 10.000 Rp. 200.000
Label 5.940 Lembar Rp. 75 Rp. 405.000
Listrik Rp. 9.000.000
Total Rp. 1.357.624.000

16
4.5.3 Tabel Analisis Nilai Tambah

Output, Input, Harga


1. Output (kg/bln) 162000
2. Bahan baku (kg/bln) 270000
3. Input tenaga kerja langsung
(HOK/bln) 360
4. Faktor konveksi ½ 0,6
5. Konfeksi tenaga kerja 3/2 0,001666667
6. Harga produk (Rp/kg) 8600
7. Upah rata-rata tenaga kerja
(Rp/HOK) 50000

Pendapatan dan Keuntungan (Rp/satuan


bahan baaku)

8. Harga bahan baku (Rp/Kg) 4200


9. Sumbangan Input 422
10. Nilai produk (kopi bubuk organik) 4x6 5160
11. a) Nilai tambah 10 – 8 – 9 538
b) Rasio nilai tambah (11a/10) x 100% 10,42635659
12. a) Imbalan tenaga kerja 5x7 83,33333333
b) Bagian tenaga kerja (12a/11a) x 100% 15,48946716
13. a) Keuntungan 11a-12a 454,6666667
b) Bagian keuntungan (13a/10) x 100% 8,811369509

Balas Jasa Pemilik Faktor-faktor


Produksi

14. Marjin keuntungan kantor 10 – 8 960


a) Pendapatan Tenaga kerja (12a/14) x 100% 8,680555556
b) Sumbangan input lain (9/14) x 100% 43,95833333
c) Keuntungan perusahaan (13a/14) x 100% 47,36111111
Dasar perhitungan dalam analisis ini adalah nilai tambah untuk setiap kilogram bahan

baku gabah dalam satu tahun dengan hasil produksi rata-rata per tahun sebanyak 162.000

kilogram gabah . Rata-rata input bahan baku yang digunakan per tahun adalah 270.000

kilogram. Dari jumlah bahan baku yang digunakan dan jumlah produk yang dihasilkan,

diperoleh nilai konversi sebesar 0,6 artinya untuk setiap 1 kilogram gabah kering yang

diolah akan menghasilkan 0,6 kilogram beras

17
Koefisien tenaga kerja yang diperoleh dari rasio antara banyaknya tenaga kerja yang

terlibat dalam satuan Hari Orang Kerja (HOK) dengan jumlah bahan baku yang diolah.

Rata-rata tenaga kerja yang terlibat dalam pengolahan gabah adalah 360 per bulan

dengan koefisien kerja sebesar 0,0016. Nilai koefisien tenaga kerja ini menunjukan

bahwa jumlah Hari Orang Kerja yang dibutuhkan untuk pengolahan satu kilogram

gabah kering menjadi kopi bubuk organik adalah 0,0016 HOK.

Harga bahan baku rata-rata untuk gabahkering adalah Rp.4.200 per kilogram.

Sumbangan input lain berupa biaya bahan bakar bernilai Rp.422 .

Harga rata-rata beras sebesar Rp. 8.600 per kilogram merupakan nilai yang diterima

perusahaan dari penjualan produknya. Nilai produk merupakan hasil perkalian antara

faktor konversi dengan harga produk. Besar nilai produk yang dihasilkan adalah Rp.

5.160 artinya nilai beras yang dihasilkan dengan pengolahan setiap satu kilogram kopi

gabah kering adalah Rp. 5.160

Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produk dengan harga bahan baku dan

sumbangan input lain, tidak termasuk tenaga kerja. Nilai tambah diperoleh dari

pengolahan satu kilogram biji kopi organik kering menjadi kopi bubuk organik sebesar

Rp. 538 Nilai tambah ini merupakan nilai tambah kotor karena belum termasuk imbalan

tenaga kerja. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk adalah 10.42 persen, artinya

untuk setiap Rp.100,00 nilai produk akan diperoleh nilai tambah sebesar Rp. 10.42

Imbalan tenaga kerja menyatakan besarnya imbalan yang diperoleh tenaga kerja dalam

mengolah setiap satu kilogram bahan baku menjadi beras . Besarnya imbalan tenaga

kerja pada setiap proses pengolahan beras tergantung dari jumlah tenaga kerja dan

18
tingkat upah yang berlaku. Imbalan tenaga kerja yang diperoleh dari pengolahan satu

kilogram biji kopi organik kering menjadi kopi bubuk organik adalah Rp. 83,333

Untuk melihat besar bagian tenaga kerja yang diperoleh dari proses pengolahan maka

besarnya imbalan tenaga kerja dibandingkan dengan nilai tambah yang didapatkan dari

proses pengolahan tersebut. Dari perhitungan didapat nilai sebesar 15,48 %, artinya

dalam setiap Rp. 100,00 nilai tambah yang diperoleh dari hasil pengolahan kopi bubuk

organik terdapat Rp. 15,48 untuk imbalan tenaga kerja.

Besarnya keuntungan berdasarkan analisis nilai tambah yang diperoleh perusahaan dari

proses pengolahan kopi bubuk organik adalah Rp. 454.666 dengan tingkat keuntungan

sebesar 8.81% dari nilai produk. Nilai keuntungan tersebut merupakan selisih dari nilai

tambah dengan imbalan tenaga kerja. Keuntungan ini merupakan nilai tambah bersih

serta merupakan imbalan bagi perusahaan pengolahan. Nilai keuntungan yang diperoleh

dari proses pengolahan ini cukup tinggi, hal ini berarti perusahaan pengolahan dalam

aktifitasnya sudah berorientasi pada pencapaian tingkat keuntungan tertentu.

Berdasarkan analisis nilai tambah, diperoleh marjin keuntungan kotor dari proses

pengolakan beras . Besarnya marjin keuntungan kotor yang diperoleh dari nilai produk

dikurangi dengan harga bahan baku adalah Rp. 960 dari setiap satu kilogram bahan yang

diolah.

Marjin keuntungan kotor tersebut dapat diketahui distribusi untuk faktor-faktor produksi

seperti tenaga kerja, sumbangan input lain serta keuntungan bersih dari perusahaan.

Balas jasa yang diperoleh dari faktor produksi tenaga kerja adalah 8.68%. Balas jasa

tenaga kerja tersebut merupakan imbalan terhadap tenaga kerja pengolahan atau disebut

juga pendapatan tenaga kerja.

19
Balas jasa yang diperoleh untuk sumbangan input lain adalah 43.95% dari marjin

keuntungan kotor, sedangkan balas jasa yang diperoleh untuk keuntungan adalah 47,36

% dan merupakan bagian terbesar. Hal ini menunjukan bahwa keuntungan perusahaan

banyak mempengaruhi marjin keuntungan kotor dari pengolahanberas . Keuntungan ini

merupakan imbalan terhadap usaha yang dijalankan dan risiko yang harus ditanggung

oleh perusahaan.

20
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

1. Proses pengolah gabah menjadi beras dimulai dari proses penjemuran, penginapan
gabah, penggilingan (pembersihan kotoran, pengelupasan kulit, pemisahan gabah
dengan beras, pemisahan batu, pemutihan beras, pemisahan menir), penimbangan
dan pengemasan.
2. Nilai tambah yang diperoleh dari proses penggilingan padi adalah 538, keuntungan
454,66 dan marjin keuntungan 960.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://henlis212.blogspot.co.id/2015/08/usaha-penggilingan-padi-sumber-pangan.html

https://aryaagh.files.wordpress.com/2011/01/laporan-penggilingan-padi.pdf

22

Anda mungkin juga menyukai