TEKNIK PASCAPANEN
ACARA KE I
PENGGILINGAN PADI
DISUSUN OLEH :
NAMA
: Roudlotun Nafingah
NIM
: 15/385477/TP/11346
Golongan
: KAMIS B
CO. Asisten
: Dwi Ayuni
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris dengan komoditas utama yaitu padi.
Padi menjadi komoditas utama pertanian karena kebutuhannya yang sangat
diperlukan bagi masyarakat. Mayoritas masyarakat Indonesia memakan nasi
sebagai zat pemenuh kebutuhan karbohidrat yang dimiliki. Seperti yang
diketahui, nasi berasal dari pengolahan beras, dan beras merupakan hasil dari
pengolahan padi. Oleh sebab itu, perlu adanya suatu pengolahan padi yang
sesuai guna menjadikannya sebagai beras yang dapat didistribusikan dengan
baik sehingga masyarakat terpenuhi kebutuhan gizinya.
Pada pengolahan padi menjadi beras, terdapat penggilingan yang berfungsi
untuk memisahkan beras dengan sekam dan kulit arinya. Proses penggilingan
ini merupakan proses yang sangat vital dalam pengolahan pascapanen.
B. Tujuan
1 Mempelajari dan mengamati husking dan whitening pada proses
2
penggilingan padi
Melakukan analisis untuk mengevaluasi kinerja proses husking dan
whitening pada proses penggilingan padi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.Alat dan bahan
-Alat:
1. Husker
2. Polisher
3. Timbangan analitik
-Bahan: Gabah
B. Cara kerja
a. Kapasitas husking
Gabah sebanyak 1 kg ditimbang, kemudian dilakukan proses husking 1 kali,
campuran beras pecah kulit dan gabah yang keluar ditamping.Setelah proses
husking berjalan lancar, dilakukan proses penyamplingan, yaitu selama 0, 25
menit(t1) tamping banyaknya campuran pecah kulit dan gabah yang keluar. Dari
hasil penampungan tersebut, antara gabah dengan beras pecah kulit yang dieroleh
dipisahkan. Berat beras pecah kulit yang diperoleh (Bbk) ditimbang. Dan
kapasitas pengupasan (Kkr) dihitung. Langkah diatas diulang sebanya dua kali.
Kkr dihitung lagi dan dibandingkan dengan husking satu kali. Setelah itu di
ualangi untuk husking sebanyak dua kali dan dibandingkan dengan husking 1 kali
dan 2 kali.
b. Efesiensi dan Porsentase husking
Dari hasil percobaan nomor satu, sampel hasil husking diambil(campuran
beras pecah kulit dan gabah) sebanyak 100 gam(BS), baik untuk husking 1 kali, 2
kali, dan 3 kali. Masing masing sampel tersebut dipisahkan antara beras pecah
kulit dan gabahnya. Berat beras pecah kulit dan berat gabah ditimbang. Lalu
effesiensi pengupasan dihitung. Dari beras pecah kulit yang diperoleh, dipisahkan
antara beras pecah kulit utuh, beras pecah kulit path, dan menir. Berat beras pecah
kulit utuh, Berat beras pecah kulit patah , dan berat menir ditimbang. Efisiensi
keutuhan dihitung. Prosesntase beras pecah kulit utuh juga ditimbang. Kemudian
dihitung prosentase beras pecah kulit patah. Prosentase beras mnir juga dihitung.
c. Pengambilan data whitening
Berat beras pecah kulit diimbang sebanyak 1 kg, kemudian dilakukan proses
penyosohan 1 kali dan beras putih yang keluar ditampung dan dihitung
jumlahnya. Sampel beras putih yang keluar diambil sebanyak 100 gram, dan
dipisahkan menjadi beras kepala (utuh), beras patah, dan menir. Masing masing
bagian tesebut ditimbang yaitu beras kepala, beras patah dan menir. Kemudian
dihitung beberapa parameter penyosohannya seperti prosentase beras kepala,
prosentase beras patah, prosentase menir dan rendemen. Langkah 1-4 dilakukan
untuk proses penyosohan 2 kali dan 3 kali, kemudian hasilnya dibandingkan.
Skema alat
DAFTAR PUSTAKA