Disusun Oleh:
Dian Al-Munawar Zuhri
NIM 07.16.19.003
A. Pendahuluan
Beras sangat penting bagi Thailand karena merupakan makanan pokok rakyatnya
dan Thailand adalah salah satu pengekspor beras terbesar di dunia. Ada banyak jenis
beras yang berbeda di Thailand seperti beras Jasmine, beras Sao Hai, beras merah, beras
ketan dan berbagai varietas beras asli seperti beras Sang Yod, beras Doi, dll.
Karena masalah harga beras yang rendah, petani Thailand dipaksa oleh
penggilingan padi besar untuk menjual produk mereka dengan harga di bawah harga.
Akibatnya, sebagian petani mulai memproduksi beras sendiri dengan menggunakan
mesin penggilingan padi berukuran kecil untuk penjualan beras langsung ke konsumen
tanpa melalui perantara. Bagaimanapun, keefektifan mesin penggilingan padi sangat
penting untuk harga jual beras karena harga beras yang baik mensyaratkan beras harus
lengkap dengan persentase pemecahan yang rendah.
Mesin penggilingan padi masyarakat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
mesin kecil dengan ukuran motor 4,5 tenaga kuda dan kapasitas produksi kurang lebih 80
kilogram per jam. Untuk menghasilkan beras putih yang sesuai dengan preferensi
konsumen, beras perlu digiling dua hingga tiga kali. Hal ini berakibat pada rendahnya
kapasitas produksi harian yang tidak dapat memenuhi kebutuhan penggilingan harian
petani. Selain itu, mesin penggilingan padi berukuran kecil juga menghasilkan persentase
bulir padi pecah yang lebih tinggi daripada mesin besar yang digunakan di pabrik
penggilingan padi, yang juga menyebabkan petani menderita harga rendah.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat yang tepat dari mesin yang
disiapkan untuk mesin penggilingan padi berukuran kecil untuk meningkatkan efektivitas
penggilingan padi.
C. Subjek Penelitian Teori
Badan Standar Pangan dan Komoditas Pertanian, Kementerian Pertanian dan
Koperasi Thailand, membagi benih padi menjadi tiga jenis menurut karakteristik
penggilingan, yaitu sekam padi, beras merah dan beras putih atau beras giling. Ada
empat komponen struktur bulir padi: sekam, bibit, dedak padi, dan endosperma. Sekam
adalah lapisan terluar yang melindungi bagian luar biji-bijian. Itu terbuat dari selulosa
dan hemiselulosa. Setelah sekam dibuang, beras merah diperoleh. Beras merah terdiri
dari bibit padi (atau embrio) dan endosperm atau nasi putih yang dilapisi dedak padi.
Dedak padi terdiri dari lapisan jaringan yang menutupi biji-bijian, dan merupakan
sumber nutrisi yang kaya. Endosperma adalah bagian biji-bijian yang dikonsumsi,
terutama terdiri dari karbohidrat dalam bentuk pati. Untuk penjualan biji-bijian beras,
biji-bijian utuh bisa dijual dengan harga lebih tinggi daripada biji-bijian pecah. Biji utuh
mengacu pada butiran beras utuh yang tidak mengandung bagian yang rusak dan
termasuk setidaknya 90% dari panjang bulir. Sebaliknya, butiran pecah berarti butiran
beras pecah dengan panjang paling sedikit 25% dari panjang bulir. Butir pecah juga
mengacu pada butiran beras pecah dengan kurang dari 80 persen volume gabah.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah meliputi lima langkah: Kajian Produk
Beras dan Proses Penggilingan Padi, Identifikasi Penyebab Masalah, Penentuan Faktor
dan Desain Eksperimen, Hasil eksperimen dianalisis dengan pengujian ANOVA dan
ringkasan temuan dan rekomendasi.
E. Alat dan Bahan Penelitian
1. Deskripsi Mesin
Mesin Penggilingan Padi Komunitas. Mesin penggilingan padi masyarakat
merupakan pilihan bagi petani dimana mereka dapat mengolah padi tanpa
bergantung pada penggilingan besar. Hal ini dapat meningkatkan pendapatan dengan
memungkinkan petani membentuk kelompok penggilingan padi dan menjual beras
di dalam dan di luar masyarakat.
Pada penelitian ini digunakan mesin penggilingan padi berukuran kecil
dengan dimensi lebar 50 cm, panjang 60 cm dan tinggi 140 cm. Spesifikasinya
adalah bobot 80 kg, putaran mesin 1.500 putaran per menit, tenaga 220 V dan 2,5
kilowatt, dengan motor tenaga 4,5 kuda. Masalahnya, mesin ini menghasilkan
hingga 50-60 persen beras pecah.
2. Proses Penggilingan Padi.
Gabah yang akan digiling harus dihilangkan dari kelembaban berlebih untuk
mendapatkan kelembaban 13-15 persen. Tahapan proses penggilingan padi adalah
sebagai berikut.
a. Padi padi harus dibersihkan untuk menghilangkan kontaminan seperti jerami,
tumbuh-tumbuhan, debu, serbuk, kerikil dan pasir dari sawah.
b. De-hulling dilakukan untuk menghilangkan sekam dari bijinya. Pada tahap ini,
terdiri dari huller dua bola karet yang berputar satu sama lain dengan kecepatan
yang berbeda atau alat pengupas yang terbuat dari dua panel baja yang dilapisi
dengan batu kasar digunakan untuk menciptakan gesekan dan menghilangkan
sekam dari butiran. Beras yang didapat dari tahap ini adalah beras merah yang
masih mengandung lapisan serat dan embrio.
c. Pemutihan dan pemolesan adalah tahap pemolesan dedak padi dari beras merah,
hanya menyisakan endosperma. Dedak padi merupakan produk sampingan dari
tahap ini.
d. Dalam menyortir ukuran bulir beras, digunakan saringan dengan bukaan untuk
berbagai ukuran untuk menyortir kepala nasi dari biji-bijian pecah dan ujung nasi.
F. Prosedur Penelitian
1. Kajian Produk Beras dan Proses Penggilingan Padi
2. Identifikasi Penyebab Masalah.
Setelah mempelajari komponen-komponen mesin penggilingan padi dan parameter-
parameter yang berhubungan dengan penggilingan padi, diketahui penyebab
persentase kerusakan beras yang tinggi adalah sebagai berikut.
Mesin - Penyesuaian jarak kenop, Perawatan tidak memadai.
Metode - Laju aliran padi, kecepatan putaran motor.
Pengoperasian-Pengetahuan dan keterampilan yang tidak memadai tentang
penggunaan mesin.
Bahan Baku - Kelembaban padi, strain padi, penyimpanan beras padi.
3. Penentuan Faktor dan Desain Eksperimen.
Berdasarkan pemeriksaan masing-masing penyebab, ditemukan tiga faktor yang
mempengaruhi persentase kerusakan beras, yaitu ukuran hopper feed, gap adjuster,
dan outlet regulator. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen faktorial
lengkap 3x3 untuk mencari faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap persentase
kerusakan beras. Setiap faktor dibagi menjadi tiga tingkatan seperti yang ditunjukkan
pada Tabel 1. Dua ulangan dilakukan untuk setiap percobaan dengan 1 kilogram per
ulangan. Variabel respon dalam penelitian ini adalah persentase kerusakan nasi.