DISUSUN OLEH :
MEDAN
2021
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………....1
1.2 Tujuan………………………………………………………………………2
3.1 Bahan………………………………………………………………………..9
4.2 Pembahasan………………………………………………………………...11
BAB V KESIMPULAN………………………………………………………..13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….....14
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui mutu beras berdasarkan SNI dengan
melihat persentase butir kepala, butir patah dan butir menir dalam 100 gram beras.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beras
Padi ( baras ) adalah tanaman pangan yang sangat penting dalamkehidupan. Salah
satu usaha dari peningkatan produksi beras adalah introduksikultivar – kultivar dari lembaga
penelitian internasional ( suwandi, 1985 ). Beras adalah butir padi yang telah dibuang kulit luarnya
(sekamnya) yangmenjadi dedak kasar (Sediotama, 1989)
Beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan
disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling serta alat penyosoh (Astawan, 2004). Factor–
factor yang menentukan rasa beras antara lain : bentuk, ukuran,warna nasi, serta rendemen. Beras yang
mempunyai harga tinggi dipasaran umumnyabening. Rendemen merupakan suatu unsur mutu penting.
Rendemen dikatakan baik bila dari gabah dihasilkan 70 % beras giling yang terdiri dari 50 % beras kepala
dan20 % beras pecah ( Harahap et al, 1984 ).Factor – factor yang menentukan mutu beras antara lain :
bentuk, ukuran,dan warna beras, serta randemen. Beras yang diinginkan dan mempunyai harga tinggi di
pasar, berukuran panjang ( 6,61 – 7,50 mm ) atau sedang ( 5,51 – 6,60 mm ) serta mempunyai bentuk
lonjong ( slender ) atau sedang ( medium ) dan berwarna bening (transclucent ) ( 1,6 ). Rendemen
merupakan salah satu factor mutu yang penting.
Rendemen dikatakan baik apabila gabah diproleh minimum 70 % beras giling, terdiridari ± 50
% beras kepala dan 20 % beras pecah ( 3,8 ). Factor lain yang harusdiperhatikan adalah
rasa nasi. ( Widjono dan Syam, 1982 ).Tempat faktor utama yang mempengaruhi mutu beras yaitu : sifat
genetic,lingkungan dan kegiatan prapanen, perlakuan prapanen, dan prlakuan pascapanen.Sifat
genetic beras meliputi ukuran dan bentuk beras, rendemen giling, dan penampakkan biji, sifat
mutu tanak, dan cita rasa nasi. Aroma beras juga ditentukan juga oleh sifat genetic.
a. Derajat sosoh
Derajat sosoh adalah tingkat terlepasnya lapisan perikarp, testa, aleuron dan
lembaga dari butir beras pecah kulit. Dal.am standar mutu beras, derajat sosoh hanya
diperbolehkan minimum 80%. Tidak boleh lebih kecil dari 80%. Derajat sosoh 0% adalah
beras yang tidak disosoh sama sekali sedangkan derajat sosoh 100% adalah penyosohan
yang melepas seluruh lapisan perikarp, testa, aleuron dan lembaga dari butir beras pecah
kulit. Derajat sosoh dihitung dengan metoda pewarnaan dengan methylen blue (metode
kualitatif). Derajat sosoh dipersyaratkan dalam beras karena menentukan tingkat putihnya
warna beras, penampakan yang memang disukai konsumen untuk beras sosoh. Tahapan
penyosohan menentukan derajat sosoh beras.
b. Kadar air
Kadar air adalah jumlah kandungan air didalam butir beras yang dinyatakan dalan
satuan persen dari berat beras yang mengandung air tersebut (berat basah). Kadar air pada
beras merupakan faktor mutu utama karena menentukan masa simpan beras. Kadar air
penting dlm standar beras karena menentukan kondisi kritis dimana mikroorganisme dpt
tumbuh dan merusak beras. Dalam SNI beras, kadar air harus < 14% untuk mutu
premium, medium 1 dan 2, sedangkan medium 3 dipersyaratkan < 15%. Kadar air diukur
dgn menggunakan “air oven method”. Bila % kadar air beras tidak memenuhi persyaratan
SNI maka kemungkinan perbaikan dapat dilakukan di tahapan pemanenan, pengeringan
dan/atau penyimpanan gabah/beras.
c. Beras kepala
Beras kepala : butir beras dengan ukuran > 0.8 bagian dari butir beras utuh. Beras
kepala disyaratkan dalam SNI beras karena menentukan tingkat keutuhan beras setelah
proses penggilingan. Penggilingan yang terlalu keras akan menghasilkan butir patah dan
menir yg banyak beras seperti hancur dgn butiran yang lebih kecil ukurannya. Beras
kepala disyaratkan > 95% utk mutu premium dan > 78%, 73% dan 60% untuk mutu
medium 1, 2 dan 3. Pengukuran kadar beras kepala dilakukan secara manual. Bila
persentase beras kepala tidak memenuhi persyaratan standar maka kemungkinan
perbaikan dapat dilakukan di tahapan pemanenan, perontokan, pengeringan, penggilingan
storage gabah, penggilingan dan/atau penyosohan.
d. Butir patah
Butir patah adalah butir beras denan ukuran > 0.2 sampai < 0.8 bagian dari butir
beras utuh, yaitu ukuran antara beras kepala dan menir. Kandungan butir patah
menunjukkan ketidak utuhan beras, beras terlihat seperti hancur. Dalam SNI, butir patah
disyaratkan tidak boleh lebih dari 5% untuk mutu premium serta 20%, 25% dan 35%
masing masing untuk mutu medium I, II dan III. Pengukuran kadar beras kepala
dilakukan secara manual. Bila persentase beras kepala tidak memenuhi persyaratan
standar maka kemungkinan perbaikan dapat dilakukan di tahapan pemanenan,
perontokan, pengeringan, penggilingan, storage gabah, penggilingan dan/atau
penyosohan.
e. Butir menir
Butir menir adalah butir beras dengan ukuran < 0.2 bagian butir beras utuh, yaitu
ukuran butiran beras yang lebih kecil dari ukuran butir patah. Kandungan menir
menunjukkan ketidak utuhan beras, beras terlihat seperti sangat hancur. Dalam SNI,
menir disyaratkan tidak boleh ada butir patah (0%) untuk mutu premium serta 2%, 2%
dan 5% masing masing untuk mutu medium I, II dan III. Pengukuran menir dilakukan
secara manual. Bila persentase beras kepala tidak memenuhi persyaratan standar (terlalu
banyak menir) maka kemungkinan perbaikan dapat dilakukan di tahapan pemanenan,
perontokan, pengeringan, penggilingan, storage gabah, penggilingan dan/atau
penyosohan.
f. Butir merah
Butir merah adalah butir beras yang berwarna merah/coklat akibat faktor genetis.
Kandungan butir merah menunjukkan adanya jenis campuran sehingga beras tidak
tampak putih. Dalam SNI, mutu beras premium tidak diperbolehkan adanya butir merah
(0%) sedangkan untuk mutu medium I, II dan III masih diperbolehkan masing masing
hingga maksimum 2%, 2% dan 3%. Pengukuran butir merah dilakukan secara manual.
Bila persentase butir merah tidak memenuhi persyaratan standar maka kemungkinan
perbaikan dapat dilakukan di tahapan pemanenan, perontokan, pengeringan, storage
gabah dan/atau penggilingan yaitu dengan menghindari tercampurnya beras dengan
varietas warna merah.
g. Butir kuning
Butir kuning atau rusak adalah butir beras yang berwarna kuning, kuning
kecoklatan, atau kuning semu akibat proses fisik atau aktifitas mikroorganisme. Dalam
syarat mutu beras premium tidak diperbolehkan adanya butir kuning. Sedangkan untuk
syarat mutu beras medium butir kuning masih diperbolehkan hingga 2%, 3% dan 5%
masing masing untuk mutu medium I, II dan III. Pengukuran butir kuning/rusak
dilakukan secara manual. Bila persentase butir kuning/rusak tidak memenuhi persyaratan
standar maka kemungkinan perbaikan dapat dilakukan di tahapan pemanenan,
pengeringan, storage gabah dan storage beras.
h. Butir mengapur
Butir mengapur adalah beras yang berwarna/tampak seperti kapur (chalky) dan
bertekstur lunak/rapuh yang disebabkan oleh faktor fisiologis. Dalam syarat mutu beras
premium tidak diperbolehkan adanya butir kapur/mengapur. Sedangkan untuk syarat
mutu beras medium butir mengapur masih diperbolehkan hingga 2%, 3% dan 5% masing
masing untuk mutu medium I, II dan III. Pengukuran butir mengapur dilakukan secara
manual. Bila persentase butir mengapur tidak memenuhi persyaratan standar maka
kemungkinan perbaikan dapat dilakukan di tahapan budidaya, pemanenan dan
pengeringan.
i. Butir gabah
Butir gabah adalah butiran padi yang sekamnya belum terkupas. Butiran gabah
tidak diinginkan karena akan mengganggu palatabilitas/rasa nasi. Selain
itu, butir gabah, menunjukkan tingkat kebersihan dan kesempurnaan proses pengolahan beras.
Dalam syarat mutu beras premium tidak diperbolehkan adanya butir gabah. Sedangkan untuk
syarat mutu beras medium butir gabah masih diperbolehkan 1%, 2% dan 3% masing masing
untuk mutu medium I, II dan III. Butiran gabah dilakukan secara manual. Bila persentase butir
gabah tidak memenuhi persyaratan standar maka kemungkinan perbaikan dapat dilakukan di
tahapan penggilingan serta proses pemisahan gabah .
BAB III
METODE PRAKTIKUM
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Mutu beras dipengaruhi oleh jenis beras dan cara penganannya yang baik. Secara
umum beras dengan mutu yang baik ditandai dengan bebas dari benda asing, hama , penyakit,
abu, batu kecil dan kotoran lainnya dan kontaminasi bahan kimia yang berbahaya. Mutu beras
dapat diketahui berdasarkan derajat sosoh, kadar air, butir patah, butir menir, butir merah,
butir kuning, butir mengapur, benda asing dan butir gabah.
Beras utuh yaitu, beras tumbuk, atau beras giling yg berukuran sama atau berukuran
tiga perempat bagian panjang butir yg tidak patah beras kepala.Beras patah, yaitu butir beras
sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran lebih besar dari 25% sampai dengan lebih kecil
75% bagian dari butir beras utuh. Butir menir, yaitu butir beras sehat maupun cacat yang
mempunyai ukuran lebih kecil dari 25% bagian butir beras utuh.Pada penghitungan beras 100
gr yang saya lakukan dapat diperoleh hasil perhitungan mutu beras sebagai berikut:
Rumus = (jumlah kelompok masing masing beras / (jumlah butir utuh + patah + menir) X
100 %.
= 70 %
= 10 %
Penentuan butir kepala dilakukan pada beras contoh analisis sebanyak 100 gram, yang
telah dipisahkan dari komponen mutu yang lain sehingga setelah diolah datanya didapat bobot
beras utuh 70 % pada beras patah 20 %,dan beras menir 10 %. Dari hasil pengamatan diketahui
bahwa pada jumlah butir beras utuh memiliki persentase yang lebih banyak dibandingkan dengan
beras patah dan menir, serta memiliki persentase yang lebih banyak juga dibandingkan dengan
yang lainnya. Beras yang mimiliki persentase terendah yaitu pada beras menir dengan tingkat
sebesar 10 %.
BAB V
KESIMPULAN
1. Beras memiliki tingkat mutu yang berbeda-beda serta warna yang berbeda
2. Tujuan dilakukannya standarisasi mutu beras adalah untuk melakukan pengukuran atau
identifikasi secara kuantitatif terhadap karakter fisik beras dan menentukan klasifikasi mutu
beras yang diinginkan pasar dan konsumen.
3.Dari persentase diatas diketahui bahwa jenis beras yang 100 gram tersebut lebih banyak
beras utuh atau beras kepala.
4. Dari hasil tabel diketahui bahwa beras memiliki persentase paling banyak adalah beras utuh
persentase 70 %, serta merupakan beras yang memiliki persentase yang paling rendaha dalah
beras menir dengan persentase 10 %.
BAB V
Daftar pustaka
https://bsn.go.id/uploads/download/4._SNI_unggulan_SulSel_-
_TAR_Hanafiah_1.pdf
https://123dok.com/document/qokogvjy-laporan-praktikum-penjaminan-mutu-
inte.html
https://www.academia.edu/36055239/SNI_6128_2015_beras_
https://www.google.com/search?
q=gambar+padi&safe=strict&sxsrf=ALeKk02M7lPRJSchCGrl9BK71MFnxTkMkA:
1592272796516&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwjayK-
znoXqAhXXT30KHRVfAhgQ_AUoAXoECAwQAw&biw=1366&bih=657#imgrc=
m5SxETRp0xDM_M
Sarasuti, Ahmad usman.2018 “Analisis Mutu Beras Dan Penerapan
http://eprints.ums.ac.id/61106/13/BAB%20I.pdf