Anda di halaman 1dari 11

Vol.

1 Issue 2, 20
CANREA JOURNAL E-ISSN :2621-9468
Desember 2018

KARAKTERISTIK DAN MUTU BERAS LOKAL KABUPATEN BULUNGAN


KALIMANTAN UTARA

(Characteristics And Quality Of Local Rice In Bulungan District, North Kalimantan)

Fitrah Pangerang1*), Nila Rusyanti2)


1*)
Jurusan Agroteknologi Pertanian Universitas Kaltara, Indonesia
*)
email Penulis Korespondensi: fitrah_pangerang@yahoo.com

ABSTRAK
Mutu beras sangat menentukan harga beras dan selera konsumen. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi karakteristik dan mutu beras lokal berdasarkan standar SNI 01-6128-
2015. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksplorasi. Jumlah beras yang diambil adalah 1
kg. Setiap beras lokal diamati sifat fisik dan mutunya. Sifat fisik meliputi derajat putih,
kebeningan, bentuk dan ukuran beras sedangkan mutu beras disesuaikan dengan mutu standar
SNI 01-6128-2015. Hasil menunjukkan bahwa sifat fisik beras lokal memiliki derajat putih
yang bervariasi antara 58,8 - 54,6 %. Dimana jenis beras krayan dan beras keladi menunjukkan
derajat putih tertinggi. Nilai kebeningan beras lokal menunjukkan di kisaran 1.70 - 2.57 %.
Tingkat kebeningan beras mempengaruhi tingkat kesukaan konsumen. Ukuran beras lokal
memiliki kategori berukuran panjang dan sedang. Beras yang berukuran panjang adalah beras
Puy, Ikang, Angga dan beras Merah yang dibudidayakan dengan sistem pertanian sawah
tradisional di dataran rendah dengan ukuran panjang (6,5-7 ) mm. Sedangkan beras yang
berukuran sedang adalah jenis beras krayan dan beras keladi yang dibudidayakan secara
organik dengan sistem pertanian sawah tradisional oleh masyarakat dataran tinggi dengan
ukuran panjang (5,5-5,6) mm. Bentuk beras lokal memiliki bentuk beras ramping (2,8-3,5) dan
bentuk beras medium (2,2-2,8). Beras Ikang, Angga dan krayan memiliki bentuk yang ramping
sementara Puih, Keladi dan Merah memiliki bentuk medium. Ditinjau dari persyaratan mutu
beras dari standar SNI (2015), terlihat bahwa beras lokal yang ada di Bulungan memenuhi
persyaratan standar mutu beras III, IV dan V. Beras Ikang dan Krayan memenuhi mutu III.
Beras Puy, Angga, dan Keladi memenuhi mutu beras IV. Sedangkan beras merah memenuhi
mutu beras V. Hal ini menujukkan bahwa beras lokal bulungan pasti perlu dilakukan
penanganan pascapanen yang lebih baik untuk meningkatkan mutu beras sehingga beras yang
dihasilkan mampu untuk bersaing dalam pasar. Kesimpulan beras lokal Bulungan memiliki
karakteristik dengan ukuran dan bentuk beras ramping dan medium dengan mutu yang masih
tergolong rendah.

Kata Kunci : Karakteristik, Beras Lokal, mutu, sifat fisik

ABSTRACT
The quality of rice determines rice prices and consumer tastes. This study aims to identify
the characteristics and quality of local rice based on SNI 01-6128-2015 standards. This
research was conducted by exploration method. The amount of rice taken is 1 kg. Each local
rice is observed for its physical properties and quality. Physical properties include white
degree, clarity, shape and size of rice while the quality of rice is adjusted to the standard quality
SNI 01-6128-2015. The results show that the physical properties of local rice have white
degrees which vary between 58.8 - 54.6%. Where the type of krayan rice and rice taro shows
the highest white degree. The value of clarity of local rice shows in the range of 1.70 - 2.57%.
The level of rice clarity affects the level of consumer preference. The size of local rice has a
long and medium sized category. Long-term rice is Puy, Ikang, Angga and Red rice which are
cultivated with traditional lowland rice farming systems with a length (6.5-7) mm. While
107
Vol. 1 Issue 2, 20
CANREA JOURNAL E-ISSN :2621-9468
Desember 2018

medium-sized rice is the type of krayan rice and taro rice which are cultivated organically with
traditional rice farming systems by the people of the highlands with a length (5.5-5.6) mm. The
form of local rice has the form of lean rice (2.8-3.5) and the form of medium rice (2.2-2.8).
Ikang rice, Angga and krayan have a slim shape while Puih, Keladi and Merah have medium
forms. Judging from the rice quality requirements of the SNI standard (2015), it can be seen
that the local rice in Bulungan meets the requirements for quality standards for rice III, IV and
V. Ikang and Krayan rice meets III quality. Puy, Angga and Keladi rice meets the quality of
rice IV. While brown rice fulfills the quality of rice V. This shows that the local rice in Bulungan
definitely needs better postharvest handling to improve the quality of rice so that the rice
produced is able to compete in the market. Conclusion Bulungan local rice has characteristics
with the size and shape of lean and medium rice with a relatively low quality.

Keywords : Characteristics, Local Rice, quality, physical properties

I. PENDAHULUAN Beras lokal Kabupaten Bulungan


memiliki sifat unggulan, yang diantaranya
Kabupaten Bulungan Provinsi adalah kualitas rasa yang tinggi dan tahan
Kalimantan Utara merupakan wilayah di terhadap cekaman lingkungan abiotik seperti
Indonesia yang terletak dibagian utara pulau kekeringan dan salinitas, aromanya yang
kalimantan dengan kekayaan alam hayati wangi, bentuk beras kecil ramping yang
yang melimpah, memiliki berbagai spesies disukai oleh petani dan konsumen serta
tanaman lokal/khas yang hanya terdapat di pemeliharaan tanaman padinya sederhana.
provinsi ini. Diantara spesies tanaman Keanekaragaman beras padi lokal di daerah
tersebut adalah terdapatnya beberapa ini belum banyak diketahui karakteristik dan
varietas tanaman padi lokal dengan sifat- mutu berasnya.
sifat unggulan yang tidak terdapat pada
varietas-varietas lain. II. METODOLOGI PENELITIAN
Keragaman beras lokal Kabupaten
Bulungan Kalimantan Utara, ini merupakan 2.1 Prosedur Penelitian
modal dasar yang sangat berharga untuk Penelitian dilakukan dalam dua tahap,
pengembangan pertanian sektor tanaman tahap pertama dilakukan eksplorasi beras
pangan dalam mendukung program lokal untuk mendapatkan sampel beras.
swasembada pangan nasional dan Pengambilan sampel dilakukan secara
keberadaannya hanya bisa bergantung sengaja. Setiap jenis beras yang didapat
kepada budidaya yang dilakukan oleh diambil sebanyak 1 kg. Tahap kedua
masyarakat setempat. Beras lokal dilakukan identifikasi karakteristik sifat fisik
merupakan plasma nutfah yang potensial dan mutu beras lokal. Sifat fisik yang
dikembangkan sebagai sumber gen-gen diamati meliputi derajat putih, nilai
yang mengendalikan sifat-sifat penting pada kebeningan dan ukuran dan bentuk beras
tanaman padi. Keragaman genetik yang lokal. Identifikasi mutu beras lokal
tinggi pada padi-padi lokal dapat berdasarkan standar mutu beras SNI 01-
dimanfaatkan dalam program pemuliaan 6128-2015 meliputi kadar air, butir patah,
padi secara umum. Identifikasi sifat-sifat butir menir, butir mengapur, butir
penting yang terdapat pada beras padi-padi rusak/kuning, butir gabah dan butir benda
lokal yaitu beras Krayan, beras Angga, beras asing.
Puy, beras keladi, beras merah dan beras
ikang. perlu terus dilakukan agar dapat
diketahui potensinya dalam program
pemuliaan.

108
Vol. 1 Issue 2, 20
CANREA JOURNAL E-ISSN :2621-9468
Desember 2018

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Sifat Fisik Beras sifat fisik padi lokal beberapa daerah
Hasil pengujian indentifikasi karakteristik Bulungan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Identifikasi Karaktersitik Sifat fisik beras padi lokal di beberapa daerah
Kabupaten Bulungan.
No Varietas Derajat Kebeningan Panjang Lebar Rasio Ukuran Bentuk
Putih (%) (mm) (mm) P/L Beras Beras
(%)
1 Puy 54,0 2,57 6,5 2,5 2,6 Panjang Medium
2 Ikang 54,3 2,52 7 2 3,5 Panjang Ramping
3 Angga 54,5 2,52 7 2 3,5 Panjang Ramping
4 Krayan 57,6 1,55 5,6 2 2,8 Sedang Ramping
5 Keladi 58,8 1,70 5,5 2,5 2,2 Sedang Medium
6 Merah - - 7 2,5 2,8 Panjang Medium
Data Primer : Identifikasi Karakteristik Sifat Fisik Beras Lokal Bulungan

Hasil identifikasi karaktersitik sifat fisik beras terhadap tingkat kebeningan beras
beras padi lokal di beberapa daerah mempengaruhi tingkat kesukaan konsumen.
Kabupaten Bulungan menunjukkan bahwa Pada umumnya konsumen menyukai beras
derajat putih dari beberapa beras lokal yang yang bening dan mengkilat. Nilai
ada di Bulungan bervariasi antara 58,8 – kebeningan varietas beras lokal
54,0 %. Dimana jenis beras Krayan dan menunjukkan di kisaran 1.70 - 2.57 %.
beras Keladi menunjukkan derajat putih Ukuran dan bentuk beras merupakan
yang tinggi. Tingkat derajat putih diukur karakter dominan yang diturunkan dari sifat
dari banyaknya lapisan dedak/bekatul dan genetik induk padinya. Ukuran beras lokal
lapisan silver skin yang terlepas dari butiran Bulungan memiliki kategori berukuran
beras. Tingkat derajat putih menurut panjang dan sedang. Beras yang berukuran
Bergman et.al (2006), dipengaruhi oleh panjang adalah beras Puy, Ikang, Angga dan
kekerasan, ukuran dan bentuk, kedalaman beras Merah dimana jenis beras ini
lekukan butiran beras dan ketebalan lapisan umumnya dibudidayakan dengan sistem
bekatul. Sementara menurut (Setyono dan pertanian sawah tradisional di dataran
Wibowo, 2008), karakter ukuran dan bentuk rendah dengan ukuran panjang (6,5-7 ) mm.
beras dipengaruhi oleh faktor genetik, Sedangkan beras yang berukuran sedang
agroekosistem dan kesuburan tanah. Beras adalah jenis beras krayan dan beras keladi
krayan dan beras keladi merupakan varietas yang umumnya dibudidayakan secara
lokal yang dibudidayakakan secara organik organik dengan sistem pertanian sawah
dengan sistem pertanian sawah tradisional tradisional oleh masyarakat dataran tinggi
oleh masyarakat dataran tinggi. Disamping dengan ukuran panjang (5,5-5,6) mm.
itu nilai derajat putih berbanding lurus Sementara bentuk beras yang menunjukkan
dengan derajat sosoh beras. Semakin tinggi perbandingan antara panjang dan lebar beras
nilai derajat putih, makin tinggi nilai derajat utuh (rasio P/L) berdasarkan hasil
sosohnya (Lamberts et.al, 2007). pengamatan beras lokal memiliki bentuk
Karakteristik mutu fisik beras terhadap beras yang bervariasi yaitu bentuk beras
tingkat kebeningan beras mempengaruhi ramping (2,8-3,5) dan memiliki bentuk beras
tingkat kesukaan konsumen. Pada umumnya medium (2,2-2,8). Beras Ikang, Angga dan
konsumen menyukai beras yang bening dan krayan memiliki bentuk yang ramping
mengkilat. Nilai Karakteristik mutu fisik sementara Puih, Keladi dan Merah memiliki

109
Vol. 1 Issue 2, 20
CANREA JOURNAL E-ISSN :2621-9468
Desember 2018

bentuk medium. Menurut Setyono dan Untuk menghasilkan produk akhir yang baik,
Wibowo (2008) bahwa ukuran dan bentuk mutu harus dikendalikan diseluruh rantai
beras dipengaruhi oleh sifat genetik, pangan. Oleh karena itu mutu beras
agroekosistem, dan kesuburan lahan. merupakan salah satu faktor yang
menentukan tingkat penerimaan konsumen
3.2 Standar Mutu Beras Lokal terhadap suatu varietas. Berdasarkan mutu
Mutu merupakan bagian penting untuk giling beras lokal Bulungan menurut SNI
mampu bersaing dalam pasar produk pangan. 6128: 2015 disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Komponen dan Penggolongan Mutu Beras Padi Lokal Kabupaten Bulungan
No Varietas KA Butir Butir Butir Butir Butir Benda Mutu
(%) Patah Menir Kuning/ Mengapur Gabah Asing Beras
(%) (%) Rusak (%) (%) (%)
(%)
1 Puy 13,39 3,66 0,09 0,33 1,46 2 - IV
2 Ikang 11,94 11,78 0,78 0,39 0,91 - - III
3 Angga 12,52 3,43 1,02 0,45 2,46 2 - IV
4 Krayan 12,51 1,58 0,41 0,59 1,33 - - III
5 Keladi 13,39 9,65 0,81 - 1,44 2 - IV
6 Merah 13,25 0,72 0,07 0,89 0,61 3 - V
Data Primer : Hasil Penggolongan Mutu Beras Padi Lokal Bulungan

Berdasarkan hasil pengujian kadar air Persentase jumlah butir patah dari setiap
dari beras lokal yang ada menunjukkan beras beras lokal yang diuji terlihat adanya
lokal memiliki persentase kadar air yang perbedaan mutu gabah dari setiap jenis beras
bervariasi yaitu 11,94% - 13,39%. Beras lokal. Beras Merah, Puih, dan Krayan tidak
Ikang memiliki persentase kadar air yang terlihat perbedaan yang menyolok terhadap
terendah sebesar 11, 94%. Sementara beras persentase butir patah dimana persentase
Puih dan Keladi memiliki persentase kadar butir patah beras puih 3,66% dan beras
air yang tertinggi sebesar 13,39 %. Krayan 1,58%. Hal ini diduga tingkat
Perbedaan kadar air dari setiap beras lokal penanganan budidaya, pascapanen dan
yang diuji tidak terlalu menyolok hal ini penggunaan alat pascapanen yang
diduga penanganan pascapanen yang sama digunakan tidak jauh berbeda. Beras Merah,
saat proses penggilingan dengan melakukan Puih, Krayan memenuhi mutu beras standar
penjemuran gabah terlebih dahulu. Beras mutu I. Menurut SNI (2015) presentase butir
lokal yang diuji memenuhi persyaratan mutu patah mutu I maksimal 5%. Dibandingkan
beras yaitu kadar airnya < 14 %, dimana dengan beras Keladi tingkat perbedaan
memenuhi standar mutu I. Jumlah kadar air terhadap persentase beras patah terlihat
pada komponen setiap beras sangat menyolok dimana persentase butir patah
berpengaruh terhadap kualitas beras selama 9,66%. Beras Keladi memenuhi Standar
dalam penyimpanan. Menurut SNI (2015) beras mutu II menurut SNI (2015)
beras dengan kadar air dibawah 14% aman presentase butir patah mutu II maksimal
untuk disimpan. 10 %. Perbedaan ini diduga karena faktor
Besarnya hasil persentase jumlah butir penanganan pascapanen dan varietas.
patah beras lokal yang diuji menunjukkan Sementara beras Ikang memiliki persentase
persentase butir patah yang bervariasi yaitu butir patah yang tertinggi. Hal ini di duga
0,72 -11,78 %. Jumlah beras dengan karena kadar air yang terlalu rendah
presentase butir patah terendah adalah beras sehingga mengakibatkan beras mudah patah
merah sebesar 0,72%, sedangkan yang ketika mengalami proses penggilingan.
tertinggi adalah beras Ikang sebesar 11,78%. Pengeringan gabah yang dilakukan sampai

110
Vol. 1 Issue 2, 20
CANREA JOURNAL E-ISSN :2621-9468
Desember 2018

kadar air <13% berpotensi menghasilkan presentase butir kuning/rusak semua beras
beras patah yang tinggi pada saat dilakukan lokal yang diuji termasuk dalam mutu II
penggilingan. Beras Ikang berdasarkan dengan presentase butir kuning/rusak
persentase butir patah memenuhi standar maksimal 1%.
mutu beras mutu III. Menurut SNI (2015), Jumlah butir mengapur berkisar antara
presentase butir patah mutu III maksimal 0,61-2,46 %. Jumlah beras dengan
20%. presentase butir mengapur terendah adalah
Hasil persentasi butir menir beras lokal beras merah, sedangkan yang tertinggi
yang diuji bervariasi dimana menunjukkan adalah beras Angga. Butir mengapur berasal
persentase butir menir berkisar antara 0,07 - dari gabah yang masih muda atau
1,02 %. Beras merah menunjukkan jumlah pertumbuhannya kurang sempurna atau
presentase butir menir terendah yaitu 0,07%. faktor genetik sehingga menyebabkan beras
Sedangkan beras Angga menunjukkan lebih rapuh dan mudah hancur bila digiling
persentase butir menir tertinggi adalah beras dan kurang disukai oleh konsumen.
Angga. Beberapa penyebab jumlah Berdasarkan presentase butir mengapurnya
persentase butir beras patah /menir semua beras tersebut termasuk dalam mutu
disebabkan karena pemanenan gabah belum II, III dan IV. Beras Ikang dan beras merah
waktunya sehingga gabah yang masih muda termasuk mutu II dengan presentase butir
berwarna hijau cenderung mudah patah saat kapur < 1 %. Beras Puih, Krayan dan Keladi
digiling, sebaliknya gabah yang dipanen termasuk mutu III dengan presentase butir
lewat matang akan mudah rontok di lahan kapur < 2%. Beras Angga termasuk mutu IV
dan mudah pecah saat digiling serta kadar air dengan presentase butir kapur < 3 %.
yang terlalu rendah juga mengakibatkan Jumlah butir gabah dari beras varietas
beras mudah patah ketika mengalami proses lokal di Bulungan berkisar antara 2-3 %.
penggilingan. Selain itu rangkaian proses Berdasarkan presentase butir gabah semua
selama penggilingan beras juga berpengaruh beras tersebut termasuk dalam golongan IV
pada jumlah butir patah. Menurut (Nugraha, dan V menurut SNI dengan presentase butir
2012), konfigurasi penggilingan akan gabah maksimal 3%. Berbagai faktor yang
berpengaruh terhadap kualitas beras yang menyebabkan butir gabah meliputi keadaan
ditentukan dengan besaran derajat sosoh, lingkungan, panen hingga penanganan lepas
persentase beras pecah maupun butir menir panen di samping faktor genetik (Haryadi,
yang terjadi. Berdasarkan standar mutu 2006).
beras menurut SNI (2015), Beras Puy, Ikang, Jumlah butir asing dari beras varietas
Krayan, Keladi dan beras merah termasuk lokal berdasarkan presentase butir asing
dalam mutu II dimana menujukkan semua beras tersebut termasuk dalam
persentase butir menir < 1%. Menurut SNI golongan I menurut SNI dengan presentase
(2005) Mutu II dengan presentase butir butir gabah maksimal 0 %.
menir maksimal 1 %. Sementara beras Penggolongan mutu beras lokal
Angga menurut standar SNI (2015) masuk berdasarkan persyaratan yang sesuai dengan
dalam kategori mutu III yang jumlah SNI 6128: 2015, menunjukkan bahwa beras
presentase butir menirx > 1% yaitu 1,02%. lokal yang ada di Bulungan memenuhi
Menurut SNI (2015) Mutu III dengan persyaratan standar mutu beras III, IV dan V.
persentase butir menir maksimal 2%. Beras Ikang dan Krayan yang
Jumlah butir kuning/rusak berkisar dibudidayakakan secara organik dengan
antara 0,33 -0,89 %. Jumlah beras dengan sistem pertanian sawah tradisional oleh
presentase butir kuning/ terendah adalah masyarakat dataran tinggi memenuhi mutu
beras Puy, sedangkan yang tertinggi adalah III. Beras Puy, Angga, dan Keladi
beras Merah. Butir kuning/rusak disebabkan memenuhi mutu beras IV. Sedangkan beras
oleh proses perubahan warna yang terjadi merah memenuhi mutu beras V. Hal ini
selama penyimpanan. Berdasarkan menunjukkan bahwa mutu beras lokal masih

111
Vol. 1 Issue 2, 20
CANREA JOURNAL E-ISSN :2621-9468
Desember 2018

tergolong rendah dan perlu dilakukan Sifat kimia dari setiap kandungan beras
penanganan pascapanen yang lebih baik yang dihasilkan sangat berpengaruh besar
untuk meningkatkan mutu fisik beras terhadap kualitas mutu tanak nasi yang
sehingga beras yang dihasilkan mampu dihasilkan. Karakteristik Sifat kimia beras
untuk bersaing dalam pasar. lokal Bulungan dapat dilihat pada tabel 3.

3.3 Sifat Kimia Beras


Tabel 3. Sifat kimia beras varietas padi lokal di Bulungan
Kriteria
Protein Lemak Serat Abu BETN Amilosa Kandungan
No Varietas
(%) (%) (%) (%) (%) (%) Amilosa
Beras
1 Puy 7,37 1,02 0,43 0,40 77,39 16,6 Rendah
Sangat
2 Ikang 8,55 0,92 0,10 0,42 78,07 8,21
Rendah
3 Angga 8,66 1,27 0,58 0,57 76,40 10,25 Rendah
4 Krayan 7,40 1,51 0,03 0,41 78,14 11,55 Rendah
Sangat
5 Keladi 10,10 1,91 0,30 0,91 73,32 4,59
Rendah
6 Merah 8,70 1,27 0,58 0,76 74,14 15,2 Rendah
Data Primer : Hasil Pengujian Sifat Kimia Beras Lokal Bulungan

3.3.1. Kadar Protein Disamping itu kandungan protein dalam


Protein merupakan salah satu zat gizi yang beras menurut Ishima et.al (1984) dalam
sangat diperlukan oleh makhluk hidup yang Setyono dan Wibowo (2008) mempengaruhi
sebagian besar terdiri atas unsur nitrogen. tekstur nasi yang dihasilkan. Beras dengan
Kadar protein dari setiap beras yang diuji kadar protein tinggi biasanya menghasilkan
berada pada kisaran 7,37- 10,10 %. Hal ini nasi yang kurang lunak (cenderung keras).
menunjukkan bahwa kadar protein beras Protein beras bersifat menghambat
lokal Bulungan menghasilkan kandungan penyerapan air dan pengembangan granula
protein yang sesuai dengan standar nilai gizi pati ketika beras ditanak, sehingga
beras yaitu sebesar 7%. Nilai protein membatasi kemampuan pati membentuk
tertinggi beras lokal dimiliki oleh varietas gelatinisasi secara optimal. Menurut
beras Keladi (10,10%). Sedangkan nilai Setyono dan Wibowo (2008), faktor genetik,
kadar protein terendah dimiliki oleh vareitas teknologi budidaya, pemupukan, dan
beras Puy (7,37%). Perbedaan kadar protein agroekosistem wilayah pertanaman padi
yang dihasilkan dari setiap beras lokal yang diketahui banyak mempengaruhi kuantitas
diuji tidak memperlihatkan perbedaan yang kadar protein.
menyolok. Kadar protein pada beras giling
sangat dipengaruhi oleh derajat sosoh dan 3.3.2. Kadar Lemak
kondisi tanah tempat beras yang ditanam. Lemak pada beras mengandung banyak
Beras yang tumbuh pada tanah yang kaya asam lemak tidak jenuh dan memiliki
akan unsur N akan cenderung memiliki peranan penting dalam citarasa suatu bahan
kadar protein yang tinggi (Juliano, 1972). pangan, sehingga ketika mengalami oksidasi
Protein beras merupakan salah satu lemak mengakibatkan perubahan menjadi
unsur gizi setelah karbohidrat. Sumbangan apek sehingga akan terjadi penyimpangan
gizi protein beras bagi tubuh manusia yang bau dan rasa. Kandungan lemak tertinggi biji
mengkomsumsinya cukup tinggi. beras terdapat dalam lembaga dan lapisan

112
Vol. 1 Issue 2, 20
CANREA JOURNAL E-ISSN :2621-9468
Desember 2018

aleuron yang tekumpul dalam butiran lemak. kerapatan atau ketebalan campuran makanan
Kadar lemak beras lokal berada di kisaran dalam saluran pencernaan. Hal ini
0,92- 1,91 % . Kadar lemak tertinggi dimiliki memperlambat laju makanan pada saluran
oleh varietas beras Keladi (1,91%) dan yang pencernaan dan menghambat pergerakan
terendah varietas beras Ikang (0,92%). enzim. Dengan demikian, proses pencernaan
Kadar lemak beras lokal Bulungan tidak menjadi lambat, sehingga respon glukosa
sesuai dengan standar nilai gizi yang sesuai darah lebih rendah.
dengan Anonim (2009) yaitu sebesar 0,66%.
Kandungan lemak beras lokal Bulungan 3. 3.5.Kadar Abu.
dimungkinkan dipengaruhi oleh faktor Abu adalah residu anorganik yang
varietas, derajat kematangan biji, kondisi didapatkan setelah proses penghilangan
pertanaman, penyimpanan dan metode bahan-bahan organik yang terkandung
ekstraksi lemak. Perbedaan kadar lemak dalam suatu bahan (Sudarmadji et .al,1996).
beras lokal tidak menunjukkan perbedaan Kadar abu ditentukan berdasarkan
yang menyolok hal ini disebabkan karena kehilangan bobot yang terjadi setelah
adanya proses budidaya, penanganan sampel mengalami proses pembakaran pada
pascapanen dan proses penggilingan yang suhu yang sangat tinggi (500-600 oC). Kadar
dilakukan tidak jauh berbeda dari setiap abu secara kasar dapat mencerminkan kadar
petani padi. Menurut Ryan (2011), kulit mineral yang terkandung dalam beras. Kadar
bekatul beras hilang selama penggilingan Abu beras lokal berada di kisaran 0,40%-
dan akan semakin hilang apabila tingkat 0,91%. Kadar abu tertinggi dimiliki oleh
polishing beras meningkat. beras Keladi (0,91%) dan yang terendah
dimiliki oleh beras Puy (0,40%). Kadar abu
3.3.4. Kadar Serat pada beras dipengaruhi oleh derajat
Serat pangan adalah salah satu jenis penyosohan dan kandungan unsur hara
komponen bahan pangan yang saat ini dalam tanah.
seringkali digunakan sebagai komponen Menurut Juliano (1972), distribusi
utama dalam produk - produk pangan khusus mineral pada beras yang sudah disosoh
bersama dengan zat bioaktif (Ryan 2011). adalah sekitar 28 % dari total mineral yang
Serat pada bahan pangan terdiri dari serat terkandung pada beras pecah kulit.
pangan larut air dan serat pangan tidak larut Kandungan mineral terbesar ditemukan pada
air, namun keduanya tetap memiliki fungsi bagian dedak yaitu sebesar 51 % dari total
kesehatan pada tubuh manusia (Ausman mineral yang terkandung dalam beras pecah
et.al 2005). Kadar serat kasar beras lokal kulit. Proses penyosohan adalah proses yang
berada dalam kisaran 0,03-0,58 %. Serat paling bertanggung jawab terhadap
Kasar tertinggi dimiliki oleh varietas beras rendahnya kandungan mineral pada beras
merah (0,03%) dan yang terendah varietas giling yang dikonsumsi sehari-hari.
beras Krayan (0,58%). Serat kasar yang Kandungan mineral pada beras sebagian
dihasilkan tergolong cukup rendah hal ini besar ditemukan pada bagian dedak dan
dapat terjadi karena serat pada beras terpusat embrio yang hilang pada saat proses
di bekatul beras, sehingga perlakuan penyosohan (Rosniyana et. al , 2006).
penyosohan sangat berpengaruh terhadap
jumlah total serat pangan yang tersedia 3.3.6. Karbohidrat
(Ryan 2011; Fujino 1978; Houston dan Karbohidrat adalah zat gizi yang dapat
Kohler 1970). Menurut Rimbawan & ditemui dalam jumlah terbesar pada beras.
Siagian (2004), bahwa keberadaan serat Karbohidrat dalam serealia termasuk beras
pangan memberikan pengaruh pada kadar sebagian besar terdapat dalam bentuk pati.
gula darah. Serat terlarut dapat menurunkan kadar karbohidrat beras lokal berada di
respon glikemik pangan secara nyata, kisaran 73, 32%- 78,14%. Kadar karbohidrat
sedangkan serat kasar mempertebal tertinggi dimiliki oleh varetas beras Krayan

113
Vol. 1 Issue 2, 20
CANREA JOURNAL E-ISSN :2621-9468
Desember 2018

(78,14%) dan terendah beras Keladi Kandungan amilosa merupakan bagian


(73,32%). Kandungan karbohidrat beras konstituen dari pati beras, dengan satuan
lokal Bulungan tergolong rendah struktur-anhidroglukosa yang dihubungkan
dibandingkan dengan standar gizi beras oleh α-1, 4 ikatan glikosidik, dan ikatan
yang sesuai dengan Anonim (2009) dan hidrogen pada intramolekul menyebabkan
Larasati (2013), yaitu sebesar 79% . rantai spiral membentuk struktur sekrup
berongga atau dikenal dengan double helix.
3.3.7. Kadar Amilosa Kandungan amilosa memiliki hubungan
Kadar amilosa adalah salah satu kriteria dekat dengan suhu gelatinisasi pati. Beras
penting dalam menentukan sifat pati dalam dengan kandungan amilosa tinggi, suhu
beras yang sangat berpengaruh terhadap rasa gelatinisasi tinggi, dan nilai alkali rendah
nasi yang dihasilkan. Berdasarkan kadar akan menyebabkan tekstur beras kering dan
amilosanya, beras lokal Bulungan yang diuji lembek serta viskositas rendah, namun tidak
diklasifikasikan menjadi beras beramilosa mudah rusak dalam proses tanak.
sangat rendah (<10%) dan beramilosa Sebaliknya, beras dengan amilosa rendah,
rendah (10-20%). Beras Puy (16,6%), beras suhu gelatinisasi rendah, dan nilai alkali
Angga (10,25%), beras Krayan (11,5%), dan tinggi menyebabkan viskositas tinggi dan
beras merah (15,2%) tergolong beras dengan mudah rusak. Kandungan amilosa juga
kadar amilosa rendah. Sedangkan beras mempengaruhi penyerapan air dan tingkat
Ikang (8,21%) dan beras keladi (4,59%) ekspansi dalam proses tanak. Umumnya,
tergolong beras dengan kadar amilosa sangat beras dengan kandungan amilosa rendah
rendah. Menurut Damardjati, (1995), bahwa dianggap lezat. Hal ini terkait dengan
beras yang berkadar amilosa rendah bila struktur pecular, karakter anti-bengkak
dimasak menghasilkan nasi lengket, (anti-swelling), daya rentang yang baik, dan
mengkilap, tidak mengembang, dan tetap karakter gel amilosa yang berdekatan (Qin et
menggumpal setelah dingin. Beras yang al. 2014).
berkadar amilosa tinggi bila dimasak Perbedaan kadar amilosa beras lokal
nasinya tidak lengket, dapat mengembang, Bulungan dimungkinkan dipengaruhi oleh
dan menjadi keras jika sudah dingin, faktor jenis varietas, lokasi penanaman,
sedangkan beras beramilosa sedang kadar N dalam tanah, waktu panen dan
umumnya mempunyai tekstur nasi pulen. penyimpanan gabah serta pengaruh
Kandungan amilosa mempengaruhi perubahan pascapanen beras selama
tekstur nasi. Beras dengan kandungan penyimpanan. Penelitian oleh Juliano (1979)
amilosa tinggi akan menghasilkan nasi menunjukkan bahwa beras dengan varietas
dengan volume pengembangan yang tinggi, yang sama namun ditanam pada daerah yang
tekstur yang keras dan kering. Beras dengan memiliki perbedaan kandungan nitrogen
kandungan amilosa rendah akan dalam tanah dan suhu udara lokasi
menghasilkan nasi yang lembut dan lengket. penanaman yang berbeda akan
Semakin tinggi kadar amilosa beras semakin menghasilkan beras dengan kandungan
pera tekstur nasi dan semakin rendah amilosa yang berbeda. Penelitian tersebut
amilosa beras semakin pulen tekstur nasi. menunjukkan bahwa kadar amilosa pada
Menurut Ramesh et al. (1999), Tekstur nasi beras berbanding terbalik dengan suhu udara
ditentukan oleh interaksi komponen struktur lokasi penanaman dan kadar N dalam tanah.
pati seperti banyaknya rantai panjang, Disamping itu menurut Chrastil (1990),
amilosa bebas, dan amilosa terikat dengan perubahan komposisi kimia beras selama
amilopektin. Karena itu, beras dengan penyimpanan disebabkan oleh kegiatan
kandungan amilosa yang sama tidak berarti enzim dalam biji yang masih aktif setelah
memiliki tekstur yang persis sama, padi dipanen. Perubahan pascapanen padi
bergantung pada struktur pati beras tersebut. mempengaruhi sifat-sifat kimiawi,
fisikokimiawi, dan sifat fungsional beras.

114
Vol. 1 Issue 2, 20
CANREA JOURNAL E-ISSN :2621-9468
Desember 2018

Kecepatan dan besarnya perubahan sifat- peroksimat yang bervariasi yaitu


sifat gabah terutama disebabkan oleh suhu memiliki kandungan protein pada kisaran
penyimpanan dan kadar air. Makin tinggi 7,37- 10,10 %. Kadar lemak pada kisaran
suhu dan kadar air, makin besar perubahan 0,92- 1,91 %. Kadar serat kasar pada
yang terjadi. Kadar amilosa meningkat kisaran 0,03-0,58 %. Kadar abu pada
selama penyimpanan, disebabkan suhu yang kisaran 0,41-0,91%. Kadar karbohidrat
semakin naik (selalu berubah-ubah sesuai pada kisaran 73,32 - 78,07 %. Kandungan
dengan suhu ruang) dan lamanya amilosa rendah (< 20%). Kandungan
penyimpanan. beras lokal yang diuji memiliki kadar
Kandungan amilosa beras juga sangat amilosa berkisar antara 3,61 – 16,6 %.
berpengaruh terhadap tingkat glisemik beras 3. Penggolongan mutu beras lokal
lokal Bulungan. Beras beramilosa tinggi berdasarkan persyaratan yang sesuai
dilaporkan tidak menaikkan kadar glukosa dengan SNI 6128: 2015, menunjukkan
darah secara drastis dibandingkan dengan bahwa beras lokal yang ada di Bulungan
beras beramilosa sedang maupun rendah memenuhi persyaratan standar mutu
(Miller et. al, 1992). Hal ini juga didukung beras III, IV dan V. Beras Ikang dan
oleh Rusilanti (2008), bahwa pangan yang Krayan yang dibudidayakakan secara
memiliki kadar amilosa dan amilopektin organik dengan sistem pertanian sawah
berbeda menunjukkan kadar glukosa darah tradisional oleh masyarakat dataran
dan pengaruh insulin lebih rendah setelah tinggi memenuhi mutu III. Beras Puy,
mengkonsumsi pangan berkadar amilosa Angga, dan Keladi memenuhi mutu beras
tinggi daripada pangan berkadar amilopektin IV. Sedangkan beras merah memenuhi
tinggi. Makanan yang tinggi kandungan mutu beras V.
amilopektin dan rendah amilosa pada zat
tepungnya memiliki IG tinggi, karena UCAPAN TERIMA KASIH
molekul amilopektin lebih besar, mudah
terbuka, mudah tergelatinisasi, dan mudah Ucapan terima Kasih kepada
dicerna. Makanan dengan rasio Direktorat Jederal Penguatan Riset dan
perbandingan amilosa lebih tinggi dari Pengembangan Kementerian Riset,
amilopektin memiliki indeks glikemik Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang
rendah karena lebih sulit tergelatinisasi dan telah mendanai kegiatan penelitian ini,
dicerna. Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat Unikaltar yang telah banyak
IV. KESIMPULAN membantu dan mendorong kegiatan
terselenggaranya penelitian ini, Rektor
Penelitian yang dilakukan pada beras Universitas Kaltara, Prof. Abdul Jabarsyah,
lokal di beberapa wilayah Bulungan M.Sc, Wakil Rektor I, II dan III, Dekan
menunjukkan karakteristik fisik, kimia dan Fakultas Pertanian Unikaltar, rekan sejawat
standar mutu yang bervariasi. di Lingkungan Fakultas Pertanian unikaltar
1. Sifat fisik beras padi lokal menunjukkan atas dukungan dan supporting tinggi. Prof.
karakteristik dengan memiliki derajat DR. Enos Tangke Arung. P.hd selaku
putih yang bervariasi antara 58,8 - 54,6 %. revierw yang telah banyak memberikan
Nilai kebeningan berada pada kisaran masukan dan bimbingan bagi peneliti.
1.70 - 2.57 %. Bentuk dan ukuran beras
bervariasi yaitu memiliki ukuran panjang DAFTAR PUSTAKA
dan ukuran sedang sementara bentuk
beras yang dihasilkan yaitu bentuk beras Askanovi D. 2011. Kajian Resistensi Beras
yang ramping dan medium. Pecah Kulit Dan Beras Sosoh Dari Lima
2. Sifat kimia beras lokal menujukkan Varietas Padi Unggul Terhadap
karakteristik dengan kandungan

115
Vol. 1 Issue 2, 20
CANREA JOURNAL E-ISSN :2621-9468
Desember 2018

Serangan Hama Beras Sitophilus oryzae Dianti, R. W. 2010. Kajian karakteristik


(L.). Skripsi. Bogor : FATETA IPB. fisikokimia dan sensori beras organik
dan IR64, pecah kulit dan giling selama
Akhbar, M. A. 2015. Analisis Sifat penyimpanan. Skripsi. Universitas
Fisikokimia dan Sifat Fungsional Beras Sebelas Maret. Surakarta.
(Oryza sativa) Varietas Beras Hitam dan
Beras Merah asal Cianjur, Solok, dan Damardjati, D. S. 1995. Karakteristik Sifat
Tangerang. Skripsi. Departemen Ilmu Standarisasi Mutu Beras sebagai
dan Teknologi Pangan. Fakultas Landasan Pengembangan Agribisnis
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian dan Agroindustri Padi di Indonesia.
Bogor, Bogor. Balai Penelitian Teknologi Pangan.
Bogor.
Ausman LM, Rong N, Nicolosi RJ.
Hypocholesterolemic effect of physically Haryadi. 2006. Teknologi Pengolahan
refined rice bran oil: studies of Beras. Penerbit UGM Press.
cholesterol metabolism and early Yogyakarta.
atherosclerosis in hypercholesterolemic
hamsters. J Nutr Biochem. 2005 IRRI, 2002. Rice grain quality evaluation
(16):521–529. procedures. Methods currently in use the
PBGB (Plant Breeding, Genetic and
Anonim, 2009. Nutrisi Beras. htt p://az Biochemistry) grain quality laboratory.
aima.tri pod .com/ka ndungan_gizi/id2 International Rice Research Institute,
.html. Los Banos, Philippines.

Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2015. Irawan B, Purbayanti K. 2008. Karakterisasi


Standar mutu dan cara uji beras giling. dan kekerabatan kultivar padi lokal di
Standar Nasional Indonesia (SNI) No. desa Rancakalong Kecamatan
01-6128-2015. Jakarta. Rancakalong Kabupaten Sumedang.
Seminar Nasional PTTI, Cibinong-
Badan Standardisasi Nasional. (2008). SNI Bogor, 21-23 Oktober 2008.
6128:2008 Beras. Jakarta: BSN
Lambert, D.M. dan Cooper, M.C. (2000).
Balitbangtan, 2011. Pedoman Umum Issues in Supply Chain Management.
Adaptasi Perubahan Iklim Sektor Journal Industrial Marketing
Pertanian. Badan Penelitian dan Management. 29, 65-83.
Pengembangan Pertanian. Kementerian
Pertanian. Larasati, A. S. 2013. Glikemik Snack Bar
Beras Warna sebagai Makanan Selingan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Penderita Nefropati Diabetik, Skripsi S-
(BPTP) Yogyakarta. 2006. Laporan 1, Universitas Diponegoro.
Tahunan Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Yogyakarta. Badan Penelitian Nugraha S. 2012. Inovasi Teknologi
dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Pascapanen Untuk Mengurangi Susut
Hasil Dan Mempertahankan Mutu
Bergman, R.N., Kim, S.P., Catalano, K.J., Gabah/Beras di Tingkat Petani. Balai
Hsu, I.R., Chiu, J.D., Kabir, M., et al. Besar Penelitian dan Pengembangan
2006. Why Visceral Fat is Bad: Pascapanen Pertanian. Buletin
Mechanisms of the Metabolic Syndrome. Teknologi Pascapanen Pertanian vol 8
Obesity, (14):16-19. (1) ; p. 48-61.

116
Vol. 1 Issue 2, 20
CANREA JOURNAL E-ISSN :2621-9468
Desember 2018

Muchtadi, Tien R. 1992. Ilmu Pengetahuan Susilowati, E. 2010. Kadar amilosa pada
Bahan Pangan. IPB Press. Bogor. nasi yang disubtitusi denga ubi jalar
(Ipomoea batatas L.) sebagai bahan
Rosniyana A, Rukunudin IH, Shariffah makanan pokok. Skripsi. Universitas
Norin SA. Effects of milling degree on Sebelas Maret. Surakarta.
the chemical composition,
physicochemical properties and cooking Singh, U.S., R. Rohilla, P.C., Srivastava,
characteristics of brown rice. J Trop N.S., Singh, R.K., (2003).
Agric and Fd Sc. 2006 (1): 37– 44. Environmental factors affecting aroma
and other quality traits. In A Treatise on
Ryan EP. Bioactive food components and the Scented Rice of India. Ludhiana:
health properties of rice bran. Javma. Kalyani Publishers, pp. 143–164.
2011 (238): 593- 600. Vet Med Today:
Timely Topics in Nutrition. Sudarmadji. S., Haryono, B., Suhardi. 1996.
Makanan dan Pertanian Analisa Bahan.
Priyanto. 2012. Beras Ketan Dan Sifat Liberty Yogyakarta. Yogyakarta.
Fisika-Kimia.
http://www.alatcetakrengginang.com/20 Juliano, B.O. 1979. Amylose Analysis in
12/02/beras-ketan-sifat-fisika-kimianya. Rice. Di dalam : Proceedings of the
Workshop on Chemical Aspect of Rice
Setyono, A., Bram, K., Jumali dan Prihadi W. Grain Quality. IRRI, Los Banos, pp 252-
(2008), “Evaluasi Mutu Beras di 259.
Beberapa Wilayah Sentra Produksi
Padi”, dalam Prosiding Seminar Yusof, B.N.M., R.A. Talib, and N.A. Karim.
Nasional Padi 2008, Eds: Setyono dkk, 2005. Glycemic index of eight types of
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, commercial rice. Mal. J. Nutr.
Subang. 11(2):151-163.

117

Anda mungkin juga menyukai