Anda di halaman 1dari 11

Journal TABARO Vol. 3 No.

1, Mei 2019 David dan Kartinaty

KARAKTERISTIK MUTU BERAS DI BERBAGAI PENGGILINGAN


PADA SENTRA PADI DI KALIMANTAN BARAT

Jhon David H1*) dan Tietyk Kartinaty2)

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Pontianak, Kalimantan Barat


1*)
Jhondavidsilalahi@yahoo.com
2)
Tietik_1977@yahoo.com

Ringkasan

Mutu beras secara umum dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 6128:2015, mutu beras giling meliputi kriteria
rendemen beras kepala, rendemen beras giling, persentase beras pecah, dan derajat sosoh.
Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi mutu beras di berbagai pengilingan padi
dan hubungannya dengan standar mutu beras konsumsi di Kalimantan Barat. Penelitian
dilakukan pada tahun 2018 dengan objek penelitian unit penggilingan padi, kemudian
dilanjutkan analisa karakteristik mutu beras di laboratorium. Lokasi penelitian merupakan
sentra utama penghasil beras yaitu Kabupaten Sambas dan Kubu Raya. Komponen mutu
yang di amati meliputi meliputi, ukuran dan bentuk beras, kadar air, derajat sosoh/derajat
putih, persentase beras kepala, butir pecah, butir menir, butir kuning-rusak, dan butir
mengapur). Hasil penelitian di dua Kabupaten menunjukkan mutu yang relatif sama, kadar
air <14%, bentuk butiran ramping (rasio p/l:3,0-3,4), berukuran panjang (6.6-6,8 mm),
persentase beras kepala (>65%), berwarna putih (derajat sosoh >90%), butir patah <28%,
menir <2%, butir mengapur <4%, butir kuning-rusak <5%, tingkat kepulenan nasi sedang
(kadar amilosa 21-23%) dengan tekstur nasi sedang (konsistensi gel 56~60 mm), dan kadar
protein 7%. Pemahaman akan pentingnya tentang mutu beras di tingkat penggilingan
masih relatif rendah. Diperlukan sosialisasi standar dan labeling komponen mutu beras
secara intensif sehingga pemilik penggilingan padi termotivasi meningkatkan mutu beras..

Kata kunci: RMU, mutu beras, SNI, padi

p-ISSN : 2580-6165 | 276


e-ISSN : 2597-8632
Journal TABARO Vol. 3 No. 1, Mei 2019 David dan Kartinaty

CHARACTERISTICS OF RICE QUALITY IN VARIOUS MILLING


IN SENTRA PADDY IN WEST BORNEO

Abstract

Rice quality is generally influenced by genetic and environmental factors. In


accordance with the Indonesian National Standard (SNI) 6128: 2015, the quality of milled
rice includes the criteria for head rice yield, yield of milled rice, percentage of broken rice,
and degree of morale. The aim of the study was to identify the quality of rice in various
rice grains and its relationship with the quality standards of rice consumption in West
Borneo. The study was conducted in 2018 with the object of research in the rice milling
unit, then continued to analyze the characteristics of rice quality in the laboratory. The
research location is the main rice producing center, Sambas Regency and Kubu Raya. The
components of quality observed included covering, size and shape of rice, water content,
degree of white / white degree, percentage of head rice, broken grains, grains, yellow-
damaged grain, and calcifying grains). The results of the research in two districts showed
relatively the same quality, water content <14%, slender granular form (p / l ratio: 3.0-
3.4), long size (6.6-6.8 mm), percentage of head rice ( > 65%), white (morph> 90%),
broken grain <28%, mined <2%, whitewashed <4%, yellow-broken grain <5%, medium
fluffier rice rate (amylose content 21-23 %) with medium rice texture (gel consistency of 56
~ 60 mm), and protein content of 7%. Understanding the importance of the quality of rice
at the grinding level is still relatively low. Intensive socialization of standards and labeling
of rice quality components is needed so that rice mill owners are motivated to improve the
quality of rice

Keywords: RMU, rice quality, SNI, rice

PENDAHULUAN beras, sehingga beras yang dihasilkan


bermutu rendah (Handayani et al, 2013).
Beras adalah bagian bulir padi (gabah)
Kerusakan endosperm selama proses
yang telah dipisahkan dari sekam.
penggilingan akan memberikan rendemen
Sebagaimana bulir serealia lain, bagian
beraskepala yang rendah, penurunan
terbesar beras didominasi oleh pati, serta
derajat sosoh maupun penurunan nutrisi
mengandung vitamin, mineral, protein,
melebihi batas yangdiinginkan. Rendahnya
dan air. Beras terdiri dari berbagai macam
mutu beras hasil gilingan dipengaruhi oleh
varietas, dan semua varietas ini agar
beberapa hal yaitu:kondisi varietas padi
menjadi beras yang dapat dikonsumsi,
yang digiling rusak, bentuk geometris
tentunya harus melalui penggilingan.
padi, tingkat kekerasan, kualitasgabah
Teknologi penggilingan padi dapat
yang diindikasikan dengan kadar air
dilakukan secara bertahap yaitu sistem
tinggi, derajat kemurnian padi
penggilingan proses gabah menjadi beras
(adanyakontaminasi fisik pada padi yang
pecah kulit hingga beras sosoh. Salah satu
akan digiling), padi yang telah retak di
penyebab tingginya persentase beras patah
dalamnya, teknologi penggilingan yang
ialah saat penggilingan dan penyosohan di
digunakan, sistem penggilingan serta
RMU yang umumnya belum menerapkan
sistem jaminan mutu, bahkan sebagian prosedur penggilingan (Budijanto et al,
2011).
besar belum mengetahui standar mutu
p-ISSN : 2580-6165 | 277
e-ISSN : 2597-8632
Journal TABARO Vol. 3 No. 1, Mei 2019 David dan Kartinaty

Menurut Patiwiri (2006) kadar air kandungan amilosa, suhu gelatinisasi dan
gabah kering giling rendah yang digiling konsistensi gel. Mutu rasa berbeda dengan
oleh penggilingan padi minimal 13% aspek mutu lainnya. Mutu fisik dan mutu
sedangkan kadar air tinggi pada gabah tanak dinilai secara objektif menggunakan
kering giling maksimal 15%. Pengaruh instrumen, sedangkan mutu rasa
kadar air gabah kering giling tinggi dapat ditentukan secara objektif dan subjektif.
mengakibatkan kerusakan rol pemecah Suherman (1999), karakteristik umum
kulit, yang akan berakibat ausnya silinder yang banyak mempengaruhi mutu beras di
penyosoh semakin cepat. Berdasarkan pasaran adalah (1) ukuran dan bentuk, (2)
kondisi tersebut, adanya teknologi dalam derajat sosoh, (3) keterawangan, (4)
penggilingan padi skala kecil akan kebersihan dan kemurnian, (5) kepulenan
berpengaruh terhadap mutu beras yang dan aroma, kemudian dilanjutkan oleh
dihasilkan. (Anonim, 2003), yang menyebutkan
Kualitas beras dipengaruhi oleh bahwa dikarenakan beras dikonsumsi
beberapa faktor seperti mutu fisik, mutu dalam bentuk butiran utuh, maka sifat fisik
tanak (cooking quality), dan mutu rasa beras seperti ukuran, bentuk, keseragaman
(eating quality) (Damardjati, 1995). Mutu dan penampakan sangat berperan dalam
tanak dan mutu rasa dipengaruhi oleh mutu
Tabel 1. Syarat Mutu Beras Sesuai SNI 6128: 2015
Kelas Mutu
No Komponen Mutu Satuan Premium Medium
1 2 3
1. Derajat sosoh (min) (%) 100 95 90
80
2. Kadar air (maks) (%) 14 14 14
15
3. Butir kepala (min) (%) 95 78 73
60
4. Butir patah (maks) (%) 5 20 25
35
5. Butir menir (maks) (%) 0 2 2 5
6. Butir merah (maks) (%) 0 2 3 3
7. Butir kuning/ rusak (maks) (%) 0 2 3 5
8. Butir mengapur (maks) (%) 0 2 3 5
9. Benda asing (maks) (%) 0 0,02 0,05
0,2
10. Butir gabah (maks) (butir/ 100g) 0 1 2 3
Sumber: SNI 6128: 2015

BAHAN DAN METODE unit penggilingan padi dan pedagang


Penelitian dilakukan pada tahun 2018 beras. Di masing-masing kabupaten dipilih
di Kabupaten Sambas dan Kuburaya yang 40 unit penggilingan padi dan 10 pedagang
merupakan sentra produksi beras. beras pasar tradisional. Beras yang paling
Penelitian diawali dengan survei ke unit- sering digiling dan konsumsi diambil
p-ISSN : 2580-6165 | 278
e-ISSN : 2597-8632
Journal TABARO Vol. 3 No. 1, Mei 2019 David dan Kartinaty

secara acak, kemudian dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN


pengamatan/pengukuran sesuai dengan
Profil RMU
SNI beras. Persyaratan kualitas beras
pengadaan dalam negeri BULOG tahun Berikut hasil survei yang dilakukan
2015 digunakan sebagai pembanding terhadap unit penggilingan padi di dua
standar mutu. Kabupaten yaitu kabupaten Sambas dan
Kubu Raya (Tabel 1).
Tabel 2. Profil RMU Pada Daerah Sentra Padi di Kabupaten Sambas dan Kubu Raya
No. Kriteria Sambas (unit) Kuburaya (Unit)
a. Umur Mesin
1. < 5 Tahun 25 20
2. 5- 10 tahun 12 18
3. > 10 tahun 3 2

b. Kepemilikan
1. Warisan 8 10
2. Beli sendiri 20 19
3. Bantuan 12 11

d. Type RMU
1. single phase 6 10
2. double phase 34 30

f. Kapasitas Mesin
1. 0.7 t/jam (PPK) 14 27
2. 0.7 - 3 ton/jam (PPM) 22 18
3. > 3ton/jam (PPB) 2 5

Dari aspek umur mesin penggilingan


padi, 52.5 % (42 unit) penggilingan padi
dilapangan masih relatif baru, rata rata
pemakaiannya di bawah 5 tahun (tahun
operasi penggilingan 2012), disusul
dengan pemakaian 5-10 tahun 37.5 % (30
Unit) dan terakhir 5 % (5 unit) yang
berumur lebih dari 10 tahun. Sedangkan
kepemilikan penggilingan padi 22.5 %
(18 unit) merupakan warisan, 48.7% (39
unit) merupakan hasil pembelian sendiri,
28.75 5 (23 unit) merupakan bantuan dari
pemerintah, perseorangan aspirasi.
Gambar 1. Pengujian Rendemen dan Mutu Beras
(Laboratorium Mutu Beras BB Padi, Sukamandi)
(Soerjandoko, 2010).

p-ISSN : 2580-6165 | 279


e-ISSN : 2597-8632
Journal TABARO Vol. 3 No. 1, Mei 2019 David dan Kartinaty

Tabel 3. Persentase Profil RMU di Kabupaten Sambas dan Kubu Raya, Kalimantan Barat
Umur RMU (tahun) Type RMU Pembersihan Gabah Kapasitas Rmu (t/j)
Lokasi ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ ---------------------------
----
<5 5-10 >10 Single pas Double pas Ya tidak 0.7 0.7-3
>3

Sambas 62.5 % 30 % 7.5% 15 % 85 % 55 % 45 % 35 % 55 % 5


%
Kuburaya 50 % 45 % 5% 25 % 75 % 45 % 55 % 67.7% 45%
12.5%

Di Kabupaten Sambas, RMU yang dilakukannya pembersihan awal pada


beroperasi di lapangan 85 % merupakan proses penggilingan gabah maka akan
type Double Pass, dan sisanya merupakan berpengaruh terhadap besarnya rendemen
single pass, sedangkan di Kabupaten beras giling. Apabila cara penanganan
Kuburaya RMU yang digunakan sehari- pasca panennya tidak dilakukan dengan
hari 75 % merupakan Double pass, dan cara yang tepat dan benar akan terjadi
sisanya 25 % merupakan single pass. penurunan mutu gabah di lapangan
Sehingga dapat dikatakan bahwa kedua sebagai konsekuensinya akan menurunkan
kabupaten tersebut mampu memproduksi harga gabah di pasar (Mudjisihono et al.,
beras dengan kualitas seperti yang 1997).
dipersyaratkan dalam SNI perberasan, Kapasitas mesiin di kedua wilayah
kualitas berasnya sangat layak. tersebut, umunya 0.7 – 3 ton/jam, 55 %
Rangkaian unit penggilingan padi di (Sambas), 45% (Kubu Raya), menurut
dua kabupaten pada umumnya terdiri dari penggolongan dari direktorat tanaman
pemecah kulit gabah (husker) dan pangan, RMU yang beroperasi merupakan
penyosoh (polisher). Dalam pengoperasian Penggilingan Padi Menengah (PPM). Hal
di lapangan, ada RMU yang menggunakan sesuai dengan fakta dilapangan bahwa
tipe double pass terdiri dari alat pemecah gabah yang diserap dari petani, tidak perlu
kulit dengan rubber roll dan alat penyosoh menunda-nunda penggilingan lagi.
berjenis friksi dengan menggunakan Rangkaian sistem penggilingan padi
silinder besi. Sedangkan tipe “single pass” yang lengkap dapat meminimalkan
adalah RMU yang hanya terdiri dari satu kehilangan atau susut selama proses
polisher atau penyosoh yang berfungsi perubahan dari gabah menjadi beras. Susut
ganda sebagai pemecah kulit dan sebagai yang sedikit selama proses perubahan dari
penyosoh. Proses penggilingan single pass gabah menjadi beras dapat meningkatkan
dengan cara langsung memasukkan gabah rendemen penggilingan. Penggilingan padi
ke mesin penyosoh dan biasanya diulang yang lengkap tidak hanya meningkatkan
2-3 kali, sehingga kualitas beras yang rendemen tetapi juga kualitas dari beras
dihasilkan kurang baik dan rendemen yang dihasilkan (Hasbullah dan Dewi,
beras rendah 2009) serta dapat menghemat energi dan
Dengan rendahnya tingkat kemurnian mengurangi emisi (Golmohammadia et al.,
gabah yang diserahkan petani kepada 2015). Mutu beras yang berkualitas baik
pemilik penggilingan serta tidak merupakan tuntutan utama konsumen di

p-ISSN : 2580-6165 | 280


e-ISSN : 2597-8632
Journal TABARO Vol. 3 No. 1, Mei 2019 David dan Kartinaty

masa sekarang dan akan datang. Rendemen total beras giling dipengaruhi
Konsumen berani membayar lebih juga oleh faktor diatas serta ditentukan
terhadap kualitas beras yang bermutu oleh perbandingan sekam, kulit ari, dan
tinggi dengan harga yang pantas sesuai bagian endosperm. Semua karakter mutu
kualitas, petani tidak lagi takut akan tersebut akan menentukan tingkat
jatuhnya harga beras di pasaran (Warisno penerimaan konsumen terhadap beras
et al., 2014) (Pattiwiri, 2006).
Beras pecah kulit (brown rice) Satu unit penggilingan terdiri dari
adalah beras yang dihasilkan setelah biji mesin pengupas kulit dan mesin penyosoh
gabah mengalami proses pengulitan dan ditambah dengan ayakan dan pembersih
hanya terkupas bagian kulit luar (sekam)- yang masingmasing terpisah. Mesin
nya, sebelum melalui proses penyosohan. penggiling yang dipakai adalah tipe rol
Sedangkan beras giling (milled rice) karet yang biasa disebut mollen buatan
adalah beras pecah kulit yang seluruh atau RRC, terdiri dari dua buah roll atau
sebagian dari kulit arinya telah dipisahkan silinder yang digerakkan dari satu sumber
dalam proses penyosohan. Pada umumnya, putaran yang berasal dari motor
semakin tinggi rendemen beras pecah penggerak. Motor penggerak yang biasa
kulit, maka rendemen beras giling yang dipakai adalah merek “Kubota” atau
dihasilkan juga semakin tinggi. Rendemen “Yanmar” buatan Jepang dengan bahan
beras pecah kulit diperoleh dari bakar solar. Ada unit usaha yang memakai
perbandingan antara bobot beras pecah satu motor penggerak untuk sekaligus
kulit yang dihasilkan dengan bobot gabah memutar mesin penggiling dan mesin
contoh awal dikalikan seratus persen. penyosoh, tetapi ada juga yang memakai
Sedangkan rendemen beras giling satu mesin penggerak untuk setiap mesin
diperoleh dari perbandingan antara bobot penggiling dan penyosoh.
beras gilingyang dihasilkan dengan bobot Selain dipengaruhi oleh varietas,
gabah contoh awal dikalikan seratus besarnya padi saat panen juga turut
persen (Suismono et al., 2003). mempengaruhi tinggi rendahnya rendemen
yang dihasilkan. Kehilangan pada tahapan
Karakteristik Mutu Fisik Beras di
penggilingan juga umumnya disebabkan
Penggilingan
oleh ketidaktepatan dalam penyetelan
Rendemen beras kepala merupakan blower penghisap, penghembus sekam dan
persyaratan utama dalam penetapan mutu bekatul. Penyetelan yang tidak tepat dapat
gabah, karena akan menentukan jumlah menyebabkan banyak gabah yang
berat beras yang dihasilkan dan nilai terlempar ikut ke dalam sekam atau beras
ekonomis beras. Rendemen beras kepala yang terbawa ke dalam dedak. Hal ini
mempunyai keragaman yang besar yang menyebabkan rendemen giling rendah
tergantung pada berbagai faktor yaitu (Miilati dan Susi, 2009; Nugraha et al.,
varietas, jenis biji, butir kapur, cara 2005). Selain itu, agroekosistem juga
budidaya, faktor lingkungan, perlakuan mempengaruhi kehilangan hasil pada
lepas panen yang dimulai sejak tahap penggilingan. Hasil penelitian lain
pemanenan, perontokan, pengeringan, menunjukkan bahwa kehilangan hasilpada
penyimpanan, hingga penggilingan. tahapan penggilingan di agroekosistem
p-ISSN : 2580-6165 | 281
e-ISSN : 2597-8632
Journal TABARO Vol. 3 No. 1, Mei 2019 David dan Kartinaty

padi lahan irigasi sebesar 2,16 persen, agroekosistem padi lahan pasang surut
pada agroekosistem padi lahan tadah hujan sebesar 2,60 persen (Santika dan Aliawati,
sebesar 2,35 persen dan pada 2007).

Tabel 4. Karakteristik mutu fisik beras di tingkat penggilingan padi Kabupaten Sambas dan
Kuburaya
Karakteristik fisik Sambas Kuburaya
(n=40) (n=40)
Bentuk beras
Panjang beras (mm) 6,7 ± 0,2 6,8 ± 0,4
Rasio panjang/lebar 3,3 ± 0,3 3,5 ± 0,7

Mutu beras giling


Kadar air (%) 13,2 ± 0,5 13,8 ± 1,1
Derajat putih 36,5 ± 3,4 35,8 ± 3,8
Beras kepala (%) 71,3 ± 1,2 70,7 ± 2,5
Beras patah (%) 20,9 ± 2,5 17,4 ± 1,8
Menir (%) 2,3 ± 0,3 2,8 ± 1,4
Butir mengapur (%) 0,2 ± 0,7 0,5 ± 0,5
Butir kuning/rusak (%) 1,0 ± 1,4 0,8 ± 1,7
Butir merah (%) 0,8 ± 1,7 0,3 ± 1,2
Butir gabah (%) 0,7± 1,9 1,0 ±1,7
Sumber : Data Primer, 2018

Derajat sosoh yang ditentukan pada 2006). Dari nilai derajat putih di atas dapat
standar perdagangan beras berkisar antara dikatakan bahwa beras dari unit
85-100%. Nilai yangidentik dengan penggilingan padi di dua memiliki derajat
pengukuran derajat sosoh adalah derajat sosoh yang baik karena mempunyai nilai
putih yang dapat diukur secara kuantitatif derajat putih 35-46, atau identik dengan
menggunakan milling meter. Nilai derajat derajat sosoh 90-100% (Tabel 4).
putih berbanding lurus dengan derajat Unit penggilingan padi lebih menyukai
sosoh beras. Semakin tinggi nilai derajat varietas yang memiliki rendemen giling
putih, makin tinggi pula tingkat derajat dan persentase beras kepala yang tinggi.
sosohnya (Lamberts et al., 2007). Tingkat Tinggi rendahnya persentase beras kepala
derajat putih diukur dari banyaknya dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain
lapisan dedak/bekatul dan lapisan silver varietas, tipe butiran, butir mengapur,
skin yang terlepas dari butiran beras. teknik budidaya, pengeringan,
Tingkat derajat putih beras menurut penyimpanan, dan teknik penggilingan
Bergman et al. (2006) juga banyak (Dipti et al., 2002). Ada korelasi tidak
dipengaruhi oleh kekerasan, ukuran dan langsung antara beras kepala dengan
bentuk, kedalaman lekukan butiran beras, derajat putih beras giling seperti telah
dan ketebalan lapisan bekatul. Sebagai diuraikan di atas. Secara keseluruhan,
perbandingan, nilai derajat putih menurut persentase beras kepala di dua kabupaten
standar beras di tingkat pasar dan impor tersebut termasuk tinggi (>70%).
negara Jepang adalah > 39% (Anonim,
p-ISSN : 2580-6165 | 282
e-ISSN : 2597-8632
Journal TABARO Vol. 3 No. 1, Mei 2019 David dan Kartinaty

Butir mengapur dan butir kuning/rusak menyebabkan beras giling yang dihasilkan
dari beras giling yang diidentifikasi masih mengandung kapur, berwarna kuning, dan
memenuhi persyaratan, rata-rata di bawah ada bercak hitam. Salah satu penelitian
1,0% (Tabel 4). Nilai maksimum menyatakan bahwa bagian mengapur
persentase butir kapur dan butir (chalky) sering terbentuk karena kondisi
kuning/rusak beras giling pengadaan perubahan iklim selama pengisian biji, dan
dalam negeri adalah 3%. Tinggi rendahnya diperkirakan suhu tinggi sebagai faktor
butir mengapur maupun butir kuning/rusak penyebabnya (Lisle et al., 2000). Suhu
dipengaruhi oleh kualitas gabah yang tinggi pada saat stadia pengisian biji akan
diproses. Gabah yang belum masak mempercepatlaju pengisian cairan pati,
optimum atau tidak matang serempak, dan akibatnya terbentuk ruang-ruang udara di
terjadinya fermentasi gabah akibat antara granula pati di dalam endosperm
terlambatnya proses pengeringan (Umemoto et al., 1995).

Tabel 5. Fisikokimia beras di tingkat pedagang beras di Kabupaten Sambas dan Kuburaya.
Fisiko-kimia Sambas Kuburaya
Kadar amilosa (%) 22,2 ± 2,4 23,1 ± 2,8
Konsistensi gel (mm) 51,0 ± 2,8 55,0 ± 3,2
Kadar protein (%) 7,3 ± 3,4 8,1 ± 2,5

Selain amilosa, konsistensi gel juga menyatakan bahwa beras dengan kadar
merupakan salah satu karakter yang amilosa tinggi dan memiliki amilopektin
menentukan mutu rasa (eatingquality). rantai panjang cenderung mempunyai
Konsistensi gel beras merupakan karakter tekstur nasi yang keras. Sebaliknya, beras
yang akan menunjukkan tekstur nasi yang memiliki kadar amilosa rendah dan
setelah dingin. Beras yang didapatkan amilopektin rantai pendek cenderung
pada pedgang beras pada dua kabupaten mempunyai tekstur nasi yang lunak.
rata-rata memiliki konsistensi gel sedang Karakter fisikokimia (cooking & eating
(nilai 53 mm) dengan variasi nilai 48-68 quality) juga dipengaruhi oleh komponen
mm (Tabel 5). Sifat konsistensi sedang protein (nutrition quality) beras. Menurut
tersebut menunjukkan bahwa nasi Ishima et al. (1984), protein beras
memiliki tekstur sedang (tidak keras dan dinyatakan sebagai komponen sekunder
tidak lunak). Karakteristik konsistensi gel yang ikut menentukan eating quality, yaitu
beras seperti ini lebih dominan diturunkan akan mempengaruhi tekstur nasi. Beras
oleh sifat genetik padi. dengan kadar protein yang tinggi
Menurut Singh et al. (2003), cenderung menghasilkan nasi yang keras.
perbedaan tekstur antar varietas terkait erat Ong dan Blanshard (1995) juga
dengan perbedaan kandung anamilosa, melaporkan bahwa semakin panjang rantai
perbandingan rantai panjang dan pendek amilopektin dan makin tinggi kandungan
molekul amilopektin, serta struktur amilosa akan memberikan kondisi yang
granula pati. Pernyataan tersebut didukung sesuai bagi terjadinya inter atau intra-
oleh penelitian Reddy et al. (1993), yang interaksi antara molekul pati dengan
p-ISSN : 2580-6165 | 283
e-ISSN : 2597-8632
Journal TABARO Vol. 3 No. 1, Mei 2019 David dan Kartinaty

komponen lain, seperti protein dan lemak. sebesar hanya 61,4 persen dengan beras
Keadaan sebaliknya untuk struktur beras kepala dan utuh 76 persen. Sedangkan
yang memiliki rantai amilopektin pendek. rata-rata rendemen beras giling yang
Kadar protein beras dari unit penggilingan dihasilkan oleh penggilingan padi kecil
padi berkisar antara 8-9% percontohan (pilot) dengan konfigurasi
Husker-Separator-Polisher adalah sebesar
Mesin Penggilingan Padi
65,8 persen, dengan beras kepala dan utuh
Hasil penelitian yang dilakukan oleh 78 persen (Budiharti et al., 2006a). Dalam
Balai Besar Pengembangan Mekanisasi studi yang lain dilaporkan bahwa rata-rata
pertanian tahun 2003 menunjukan bahwa rendemen yang dihasilkan pada
konfigurasi (susunan komponen) mesin konfigurasi Pengupas gabah-Pemoles
penggilingan gabah berpengaruh terhadap beras (HP) adalah 65,3 persen, konfigurasi
rendemen dan kualitas beras giling. Pengupas gabah-Separator-Pemoles beras
Rendemen beras giling yang dihasilkan (HSP) adalah 66,3 persen dan Pembersih
dari mesin penggiling berkonfigurasi H-P gabah-Pengupas gabah-Separator-Pemoles
rata-rata hanya sebesar 55,71 persen beras (CHSP) adalah 67,2 persen. Dengan
dengan kualitas beras giling yang persentase beras utuh dan kepala untuk
dihasilkan adalah 74,25 persen beras masing-masing konfigurasi tersebut adalah
kepala dan beras patah dan menir sebesar 77,5 persen; 77,6 persen dan 81 persen
15 persen. Penambahan mesin separator (Budiharti et al., 2006b).
akan dapat meningkatkan rendemen
sebesar 0,94 persen, sedangkan KESIMPULAN
penambahan mesin paddy cleaner 1). Hasil survei/ identifikasi mutu fisik
(pembersih gabah) akan meningkatkan beras, di dua kabupaten Sambas dan
rendemen sebesar 0,95 persen dari Kuburaya menunjukkan mutu beras di
rendemen rata-rata sebesar 55,71 persen. penggilingan padi, relatif sama dengan
Penambahan pembersih gabah dan SNI 6128 2015, dan dikelompokkan
separator secara bersama-sama pada dalam kategori Beras Medium I, dalam
konfigurasi H-P dapat meningkatkan memiliki butiran kering, panjang, dan
rendemen sebesar 1,9 persen. Dari hasil ramping, berwarna putih, persentase
penelitian lain dilaporkan bahwa rendemen beras kepala tinggi, tingkat kepulenan
beras giling yang dihasilkan dari mesin
dan tekstur nasi sedang.
penggiling berkonfigurasi C-H-S-P rata- 2). Pemahaman dan penyadaran tentang
rata sebesar 59,69 persen dan mampu mutu beras di tingkat penggilingan
menghasilkan beras giling dengan mutu sudah mulai faham akan pentingya
beras yang dihasilkan adalah 75,73 persen
menghasilkan beras yang berkualitas,
beras kepala dan beras patah dan menir namum masih diperlukan sosialisasi
sebesar 12,52 persen (Nurmansyah, 2009). standar dan labeling komponen mutu
Studi yang dilakukan oleh Budiharti et al. beras secara intensif agar memiliki
(2006a) melaporkan bahwa rata rata
nilai jual yang lebih baik.
rendemen beras giling yang dihasilkan 3). Inovasi teknologi yang mungkin
oleh penggilingan padi kecil yang
dilakukan untuk meningkatkan tingkat
berkonfigurasi sederhana Husker-Polisher
p-ISSN : 2580-6165 | 284
e-ISSN : 2597-8632
Journal TABARO Vol. 3 No. 1, Mei 2019 David dan Kartinaty

rendemen dan kualitas beras giling Rendemen Beras. Balai Besar


adalah introduksi penggunaan mesin Mekanisasi Pertanian Serpong.
separator (pemisah beras pecah kulit Budijanto, S., dan Sitanggang A.B 2011.
dengan gabah yang belum terkupas) Produktivitas Dan Proses Penggilingan
dan mesin cleaner (pembersih gabah). Padi Terkait Dengan Pengendalian
Faktor Mutu Berasnya. Artikel. IPB.
DAFTAR PUSTAKA Bogor Vol. 20 No. 2: 141-152.
Damardjati, D.S. 1995. Karakterisasi sifat
Anonim. 2003. Concepts of rice quality.
dan standardisasi mutu beras sebagai
Rice Quality Workshop 2003.
landasan pengembangan agri-bisnis
www.plansciences.ucdavies.edu/rice/Q
dan agroindustri padi di Indonesia.
uality/2003/ QualityConcepts.pdf.22 p.
Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama.
9/1/2006. Diakses tanggal 10
Badan Litbang Pertanian. Departemen
Nopember 2018.
Pertanian. 52p.
Anonim. 2006. Rice grain quality:
Dipti, S.S, S.T. Hossain, M.N. Bari, and
determining the physical characteristics
K.A. Kabir. 2002. Physicochemical
of milled rice.
and cooking properties of some fine
www.knowledgebank.irri.org/
rice varieties. Asian Network for
grainQuality_loband/module_5/04.htm
Scientific Information. Pakistan
. 4/12/2006. Diakses tanggal 8 Januari
Journal of Nutrition 1(4):188-190.
2019.
Golmohammadia, M., Assara, M., Rajabi-
Badan Standarisasi nasional (BSN) 2015.
Hamaneha, M., & Hashemi, S.J.
Stadar Nasional Beras 6128:2015.
(2015). Energy efficiency investigation
Jakarta.
of intermittentpaddy rice dryer:
Bergman, C., Ming-Hsuan Chen, J.
Modeling and experimental study.
Delgado, and N. Gipson. 2006.Kernel
Food and Bioproducts Processing 94,
form: rice grain quality.USDA-ARS-
275–283.
RiceResearch Unit Rice Quality
Hasbullah, R., & Dewi, A.R. (2009).
Program. http://beaumont.tamu.edu/
Kajian Pengaruh Konfigurasi Mesin
eLibrary/StudiRiceContest/2006/Rice
Penggilingan terhadap Rendemen dan
Grain Quality. March 2006.Diakses
Susut Giling beberapa Varietas Padi.
tanggal 7 Desember 2018.
Jurnal Teknik Pertanian. Vol. 23 No.
Budiharti, U., Harsono dan Gultom, R. J.
2.
2006a. Perbaikan Konfigurasi Mesin
Handayani, Alfina, Sriyanto, Sulistyawati
Pada Penggilingan Padi Kecil Untuk
Ita 2013. Evaluasi Mutu Beras dan
Meningkatkan Rendemen Giling Padi.
Tingkat Kesesuaian Penangannya
Balai Besar Mekanisasi Pertanian
(Studi Kasus di Kabupaten
Serpong.
Karanganyar). Jurnal Litbang Provinsi
Budiharti, U., Tjahjohutomo, R., Harsono,
Jawa Tengah Vol. 11 No.1.
Handaka, Gultom, R.J. 2006b.
Ishima, T., H. Taira, and K. Mikoshiba.
Rekayasa ModelMekanisasi
1984. Effect nitrogenous fertilizer
Penggilingan Padi untuk Meningkatkan
application and protein content in
milled rice on organoleptic quality of
p-ISSN : 2580-6165 | 285
e-ISSN : 2597-8632
Journal TABARO Vol. 3 No. 1, Mei 2019 David dan Kartinaty

cooked rice. In S. Kawamura et al. of rice starch amylopectin and its


2003. Development of an automatic relation to the texture of cooked rice.
rice-quality inspection system. Carbohydrate Polymers 22:267-275.
Computer and Electronics in Santika, A. dan Aliawati, G. 2007. Teknik
Agriculture 40. Pengujian Tampilan Beras Untuk Padi
Lamberts, L., Els De Bie, G.E. Sawah, Padi Gogo, dan Padi Pasang
Vandeputte, W.S. Veraverbeke, Surut. Buletin TeknikPertanian Vol. 12
V.Derycke, W. De Man, and J.A. No. 1,2007: 19-23.
Delcour. 2007. Effect of milingon Suherman, D. 1999. Peningkatan nilai
colour and nutritional properties of tambah pada prosesing produk
rice. Food Chemistry100:1496-1503. tanaman pangan (beras). Makalah
Lisle, A.J., M. Martin, and M.A. Seminar Strategi Peningkatan Nilai
Fitzgerald. 2000. Chalky and Tambah Komoditi Tanaman Pangan
translucent rice grains differ in starch dan Hortikultura dalam Antisipasi
composition and structure and cooking Pasar Global Era Milenium III. Ditjen
properties. Cereal Chemistry 77:627- Tanaman Pangan dan Hortikultura.
632. Jakarta. 9p.
Mudjisihono R., A. Setyono dan Sutrisno, Soerjandoko, R.N.E. 2010. Teknik
1997. Evaluasi Sistem Pemanenan Padi Pengujian Mutu Beras Skala
Tabela di Lokasi SUTPA, Kecamatan Laboratorium. Buletin Teknik
Lendah, Kabupaten Kulon Progo, Pertanian Vol. 15, No. 2, 2010: 44-47.
Belum dipublikasi : 19 hal. Singh, N., N.S. Sodhi, M. Kaur, and S.K.
Miilati, T. dan Susi. 2009. Mutu Giling Saxena. 2003. Physicochemical,
Beberapa Varietas Gabah Lepas Panen. morphological, thermal, cooking
Ziraa'ah Vol. 24 No 1,2009: 61-67. andtextural properties of chalky and
Nugraha, S., Setyono, A. dan Damardjati, translucent kernels. Food Chemistry
D.S. 2005. Pengaruh Keterlambatan 82:433-439.
Perontokan Padi Terhadap Kehilangan Umemoto, T., Y. Nakamura, and N.
dan Mutu Pascapanen. Kompilasi hasil Ishikura. 1995. Activity of starch
penelitian 1988/1989. Balai Penelitian synthase and the amylose content in
Tanaman Pangan Sukamandi. rice endosperm.Phytochemistry
Nurmansyah, D. 2009. Meningkatkan 40:1613-1616.
Rendemen dan Kualitas Beras Giling Patiwiri, A.W 2006. Teknologi
Melalui Revitalisasi Sistem Penggilingan Padi. Jakarta: Gramedia
Penggilingan Padi Rakyat. Dalam Pustaka Utama.
http:// perpadian.or.id/. Warisno, W., Tamrin, & Lanya, B..
Ong, M.H. and J.M.V. Blanshard. 1995. (2014). Analisis mutu beras pada
Texture determination of cooked mesin penggilingan padi berjalan di
parboiled rice. I. Rice starch amylose Kabupaten Pringsewu. Artikel Ilmiah
and the fine structure of amylopectine. Teknik Pertanian Lampung, 7- 12.
Journal of Cereal Science 21:251- 260.
Reddy, K.R., S.Z. Ali, and K.R.
Bhattacharya. 1993. The fne structure
p-ISSN : 2580-6165 | 286
e-ISSN : 2597-8632

Anda mungkin juga menyukai