Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah utama dalam penanganan pasca panen padi yang sering dialami
oleh petani adalah tingginya kehilangan hasil selama pasca panen.
Penggilingan padi menjadi beras merupakan salah satu rangkaian utama
penanganan pascapanen padi. Teknologi penggilingan sangat menentukan
kwantitas dan kualitas beras yang dihasilkan. Penggilingan padi mempunyai
peranan yang sangat vital dalam mengkonversi padi menjadi beras yang siap
diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai cadangan.
Dalam kaitan dengan proses penggilingan padi, karakteristik fisik padi
sangat perlu diketahui karena proses penggilingan padi sebenarnya mengolah
bentuk fisik dari butiran padi menjadi beras putih. Butiran padi yang memiliki
bagian-bagian yang tidak dapat dimakan atau tidak enak dimakan, sehingga
perlu dipisahkan. Selama proses penggilingan, bagian-bagian tersebut
dilepaskan sampai akhirnya didapatkan beras yang enak dimakan yang
disebut dengan beras sosoh (beras putih).
Pada umumnya penggilingan padi dilakukan dengan dua tahapan, yaitu
pengupasan sekam (husking) dan pemutihan/penyosohan (whitening).
Dimana kedua proses tersebut perlu dilakukan hingga beberapa kali untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Maka dari itu praktikum tentang
penggilingan padi menjadi hal yang penting. Hal ini dikarenakan supaya
mahasiswa Teknik Pertanian dan Biosistem mampu menganalisis dan
mengevaluasi kinerja husking dan whitening pada penggilingan padi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum penggilingan padi adalah :
1. Mempelajari dan mengamati proses husking dan whitening pada proses
penggilingan padi.
2. Melakukan analisis untuk mengevaluasi kinerja proses husking dan
whitening pada proses penggilingan padi.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
Penggilingan padi merupakan proses pengolahan gabah menjadi beras
dengan batas kadar air 13-14%. Umunya proses penggilingan padi dapat
dipisahkan antara pengolahan gabah menjadi beras pecah kulit dan proses
penyosohan yakni pengolahan beras pecah kulit menjadi beras sosoh. Pemishan
proses ini menggunakan alat yang terpisah juga yakni husker (pemecah kulit) dan
whitener (pemutih atau penyosoh). Berdasarkan penggunaan alat pada
penggilingan secara umum, penggilingan padi cendurung untuk meningkatkan
mutu, terutama pada penggilingan yang berskala kecil. Penggilingan padi dapat
dikategorikan antara lain penggilingan skala besar (kapasitas 2-4 ton beras / jam),
skala menengah (kapasitas 1-2 ton beras / jam) dan skala kecil (kapasitas < 1 ton
beras / jam) (Umar, 2011).
Beras merupakan sumber utama kalori bagi sebagian besar penduduk
Indonesia. Pangsa beras pada konsumsi kalori total adalah 54.3% atau dengan kata
lain setengah dari intake kalori masyarakat Indonesia bersumber dari beras
(Harianto, 2001). Secara umum mutu beras dapat dikelompokkan ke dalam 4
kategori, yaitu mutu giling, mutu rasa dan mutu tunak, mutu gizi, dan standar
spesifik untuk penampakan dan kemurnian biji (misalnya besar, bentuk dan
kebeningan beras).
Proses penggilingan padi melibatkan gaya-gaya mekanis yang
dikombinasikan dengan panas, sehingga terjadi pelepasan sekam bahkan bekatul
(bran) dari endosperm (biji utama). Proses pelepasan sekam (husking) berfungsi
untuk menghasilkan beras pecah kulit (brown rice), yang masih mengandung
bekatul. Selanjutnya jika dilakukan penyosohan (whitening dan polishing), akan
dihasilkan beras sosoh dengan derajat sosoh yang baik (Siebenmorgen dan Qin,
2005).
Permasalahan yang seringkali dijumpai dalam proses penggilingan adalah
pemisahan bekatul yang terikat kuat dengan endosperm sehingga bantuan gaya
mekanik dan perlakuan panas yang diberikan dapat mengakibatkan pecahnya
endosperm dengan berbagai ukuran. Kerusakan endosperm selama proses
penggilingan dapat memberikan rendemen beras kepala yang rendah, penurunan
derajat sosoh, maupun penurunan komponen nutrisi yang melebihi batas yang
diinginkan (Budijanto dan Azis, 2011).
Menurut Nugraha et al.(1998), nilai rendemen beras giling dipengaruhi
oleh banyak faktor yang terbagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah
faktor yang mempengaruhi rendemen melalui pengaruhnya terhadap mutu gabah
sebagai bahan baku dalam proses penggilingan yang meliputi varietas, teknik
budidaya, cekamaman lingkungan, agroekosistem, dan iklim. Kelompok kedua
merupakan faktor penentu rendemen yang terlibat dalam proses konversi gabah
menjadi beras, yaitu teknik penggilingan dan alat penggilingan. Kelompok ketiga
menunjukkan kualitas beras terutama derajat sosoh yang diinginkan, karena
semakin tinggi derajat sosoh maka rendemen akan semakin rendah.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Gabah
2. Husker
3. Polisher
4. Timbangan analitik
5. Alat uji keretakan
6. Grader
7. Corometer
3.2 Cara Kerja
Adapun langkah kerja pada praktikum ini yaitu yang pertama menentukan
kapasitsas husking. Pertama-tama ditimbang 3 sampel gabah masing-masing
sebanyak 0,5 kg, kemudian dilakukan proses husking (dengan ketentuan
sampel 1 untuk 1 kali husking dan sampel 3 untuk 3 kali husking). Setelah itu
masing-masing perlakuan dilakukan pencatatan waktu. Camouran beras
pecah kulit dan gabah yang keluar ditampung. Dari hasil penampungan
tersebut, dipisahkan antara gabah dengan beras pecah kulit yang diperoleh.
Selanjutnya ditimbang berat beras pecah kulit (Bbk) dan sekam diperoleh.
Terakhir, dihitung kapasitas pengupasan (Kkr).
Pada langkah yang kedua yaitu menentukan efisiensi dan prosentase
husking. Dari hasil percobaan yang pertama tadi, diambil sampel hasil
husking (campuran beras pecah kulit dan gabah) sebanyak 50 gram (BS), baik
untuk husking 1 kali, 2 kali, dan 3 kali. Kamudian masing-masing sampel
dipisahkan antara beras pecah kulit dan gabahnya. Ditimbang berat beras
pecah kulit (Bbpk) dan berat gabah (Bgb). Setelah itu dihitung efisiensi
pengupasan (Effp). Dari beras pecah kulit utuh (Bbpku), berat beras pecah
kulit patah (Bbpkp), dan berat menir ( Bsm) kemudian dihitung efisiensi
keutuhan, prosentase beras pecah kulit utuh, prosentase beras pecah kulit
patah, dan terakhir dihitung prosentase beras menirnya.
Untuk pengmabilan data whitening (penyosohan), langkah pertama dengan
ditimbang beras pecah kulit saja sebanyak 0,5 kg (MLM), kemudian
dilakukan proses penyosohan selama 10 detik dan ditampung beras putih
(MLK) dan bekatul yang keluar. Kemudian ditimbang beratnya. Diambil
sampel beras putih yang keluar sebanyak 50 gram (mc). Kemudian
dipisahkan menjadi beras kepala (utuh), beras patah, dan menir. Ditimbang
masing-masing bagian tersebut, yaitu beras kepala (mbk), beras patah (mbp),
dan menir (mbm). Setelah itu dihitung beberapa parameter penyosohan yang
meliputi, prosentase beras kepala (bk), prosentase beras patah, prosentase
menir, dan rendemen. Selanjutkan dilakukan pengulangan langkah untuk
proses penyosohan selama 20 detik dan 30 detik, kemudian bandingkan hasil
penyosohan dengan variasi waktu tersebut.
Selanjutnya untuk pengambilan data uji keretakan dengan diambil 100
butir gabah kering dan kupas secara manual. Diamati dan dihitung jumlah
butir beras yang retak pada alat uji keretaka, dan dicatat jumlahnya.
Selanjutnya diambil 100 beras yang sudah digiling. Diamati dan dihitung
jumlah butir beras yang retak pada alat uji keretakan dan dicatat jumlahnya.
Setelah itu, dilakukan langkah 3-4 untuk beras yang telah disosoh dengan
variasi waktu penyosohan. Kemudian persentase beras retak dihitung.
DAFTAR PUSTAKA
Budijanto, Slamet. dan Azis B, S. 2011. Produktivitas dan Proses Penggilingan
Padi Terkait dengan Pengendalian Faktor Mutu Berasnya. Dalam Jurnal
Pangan Vol. 20 No. 2 141-152. Bogor : IPB
Harianto. 2001. Pendapatan, harga, dan konsumsi beras. Dalam: Suryana, A.
Dan S.Mardianto. Bunga rampai ekonomi beras. Penerbit Lembaga
Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia (LPEM-FEUI).
Nugraha, U.S., S.J.Munarso, Suismono dan A. Setyono. 1998. Tinjauan tentang
rendemen beras giling dan susut pascapanen: 1. Masalah sekitar rendemen
beras giling, susut dan pemecahannya. Makalah. Balai Penelitian Tanaman
Padi. Sukamandi. 15 Hal.
Siebenmorgen, T.J. dan Qin G. 2005. Relating rice kernel breaking force
distributions to milling quality. Transactions of the ASAE. Vol 48(1). pp. 223-
228
Umar, S. 2011. Pengaruh Sistem Penggilingan Padi Terhadap Kualitas Giling di
Sentra Produksi Beras Lahan Pasang Surut. Jurnal Teknologi Pertanian,
7(1):9-17.

Anda mungkin juga menyukai