Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang besar,
luas, sumber daya alam beraneka ragam dan berlimpah. Di negara agraris, pertanian
mempunyai peran yang sangat penting di sektor pemenuhan kebutuhan pokok. Sektor
pertanian merupakan sektor primer dan memegang peranan penting bagi perekonomian
nasional. Salah satu hasil dari sektor pertanian adalah beras yang merupakan makanan pokok
warga negara Indonesia.
Sebagai negara yang dikenal agraris membuat Indonesia mendapat predikat negara
dengan tingkat konsumsi beras nomor empat terbesar di dunia. Beras menjadi kebutuhan
pangan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia dengan tingkat konsumsi sebesar
111,58 kilogram (Kg) per Kapita per Tahun. Dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah
mengakibatkan meningkat pula kebutuhan akan persediaan beras untuk asupan pangan
masyarakat Indonesia (Sains et al., 20212).
Gabah adalah bulir padi yang telah dirontokan dari malai. Gabah merupakan suatu
komoditas hasil produksi padi yang menentukan rendemen beras. Dalam perdagangan
komoditas, gabah merupakan tahap penting dalam proses pengolahan padi sebelum
dikonsumsi karena perdagangan padi dalam partai besar dilakukan dalam bentuk gabah. Beras
adalah bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam. Pada salah satu tahap
pemrosesan hasil panen padi, gabah digiling sehingga kulit gabah terlepas dari isinya.
Penanganan pasca panen padi meliputi beberapa tahapan yaitu penentuan saat
panen,pemanenan, penumpukan sementara di lahan sawah, pengumpulan padi di tempat
perontokan, penundaan perontokan, perontokan, pemisahan gabah bernas dan kosong,
pengangkutan gabah ke rumah petani, pengeringan gabah, pengemasan dan penyimpanan
gabah, penggilingan, pengemasan dan penyimpanan beras.
Beras pecah kulit yang dihasilkan oleh mesin pengupas gabah akan menghasilkan butiran
beras berwarna gelap kotor, kurang bercahaya karena di bagian luarnya masih dilapisi oleh
lapisan kulit ari. Kulit ari atau lapisan bekatul (dedak halus) dapat dilepaskan dari beras pecah
kulit ini, sehingga berasnya akan nampak lebih putih, bersih dan bercahaya. Proses
pembersihan beras pecah kulit dengan menghilangkan lapisan bekatulnya menjadi beras sosoh
disebut proses penyosohan atau pemutihan beras. Akhir dari proses ini adalah beras sosoh
dengan hasil samping berupa bekatul atau dedak halus (Warisno, 2014)
Penyosohan bisa menggunakan berbagai jenis mesin, salah satunya yaitu menggunakan
mesin poles beras Crown tipe RA-75. Mesin poles beras ini bertujuan untuk mempermudah dan
meningkatkan proses penyosohan beras. Namun dalam hal ini kemampuan mesin dilihat dari
segi ekonomi saat mesin tersebut dioperasikan sehingga perlu dilakukan analisis ekonomi saat
mesin tersebut dioperasikan
Prinsip utama suatu perusahaan yaitu menghasilkan produk yang bermutu dengan hasil
sebaik mungkin. Agar hal ini dapat tercapai maka diperlukan perencanaan yang baik dari awal
bahan baku datang, pengolahan hingga barang siap kirim. Untuk dapat memastikan semuanya
berlangsung sesuai dengan yang diinginkan, maka diperlukan juga suatu pengendalian kualitas
sehingga akan menghasilkan produk-produk yang bermutu dengan meminimalisir kecacatan
produk.
Proses penggilingan padi mempunyai peranan yang sangat vital dalam mengkonversi padi
menjadi beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai cadangan.
Dalam kaitan dengan proses penggilingan padi, karakteristik fisik padi sangat perlu diketahui
karena proses penggilingan padi sebenarnya mengolah bentuk fisik dari butiran padi menjadi
beras putih. Butiran padi yang memiliki bagian-bagian yang tidak dapat dimakan atau tidak enak
dimakan, sehingga perlu dipisahkan. Selama proses penggilingan, bagian-bagian tersebut
dilepaskan sampai akhirnya didapatkan beras yang enak dimakan yang disebut dengan beras
sosoh (beras putih), dan juga perlu kesesuaian teknologi yang digunakan dengan yang
dibutuhkan agar efisiensi dari segi teknis maupun ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Menguji kapasitas kerja pada mesin poles beras Crown tipe RA-75
2. Menguji efisiensi pada mesin poles Crown tipe RA-75
1.3 Tujuan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini perlu diketahui beberapa parameter untuk melakukan uji
kinerja mesin poles beras Crown tipe RA-75:
1. Menguji kapasitas kerja mesin poles beras Crown tipe RA-75
2. Menganalisis efisiensi mesin poles beras Crown tipe RA-75
1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

1. Mesin poles beras Crown tipe RA-75 merupakan alat untuk mengukur kerja
pemolesan beras, bukan kandungan berasnya.
2. Penelitian ini tidak membahas rancang bangun alat.
1.5 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat yaitu:


1. Memberikan informasi mengenai kinerja mesin poles beras Crown tipe RA-75 yang
efisien dengan kualitas mutu yang baik.
2. Bagi mahasiswa dapat menambah wawasan dan keterampilan dalam pemolesan
beras secara mekanis.

1.5 Batasan Masalah

Penelitian ini diberikan beberapa batasan permasalahan dengan tujuan agar


pembahasan tidak meluas dan menyimpang dari tujuan. Adapun batasan masalah dari
penelitian ini;
a. Tidak membahas rancang bangun mesin
b. Analisis ekonomi dilakukan hanya untuk 1 varietas padi

Anda mungkin juga menyukai