Anda di halaman 1dari 33

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

I.

PENDAHULUAN.

A.

Latar Belakang Penggilingan padi memiliki peran yang sangat penting dalam sistem

agribisnis padi/perberasan di Indonesia. Peranan ini tercermin dari besarnya jumlah penggilingan padi dan sebarannya yang hampir merata di seluruh daerah sentra produksi padi di Indonesia. Penggilingan padi merupakan pusat pertemuan antara produksi, pasca panen, pengolahan dan pemasaran gabah/beras sehingga merupakan mata rantai penting dalam suplai beras nasional yang dituntut untuk dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan beras, baik dari segi kuantitas maupun mendukung ketahanan pangan nasional. Prospek pengembangan usaha penggilingan padi mempunyai harapan yang cukup cerah untuk masa-masa yang akan datang karena kebutuhan akan beras masih cukup tinggi. Jika diasumsikan penduduk Indonesia pada tahun 2008 sekitar 230 juta jiwa dengan kebutuhan beras per kapita sebanyak 85/kg/tahun/orang, maka kebutuhan beras per tahunnya sekitar 19,55 juta ton. Dengan pertumbuhan penduduk sebesar 2% pertahun tentunya hal ini harus diimbangi dengan upaya program peningkatan produksi beras nasional (P2BN) sebasar 2 juta ton pertahun melalui peningkatan luas lahan, produktifitas, perbaikan penanganan pasca panen khususnya usaha penggilingan padi dan pemasaran beras baik di dalam negeri maupun luar negeri (ekspor). Berdasarkan data statistik (BPS) tahun 2000, jumlah penggilingan padi di Indonesia sebanyak 108.512 unit yang terdiri dari 5.133 unit penggilingan padi besar (PPB), 39.425 unit pengilingan padi kecil (PPK), 35.093 unit rice milling unit (RMU), 1.630 unit penggilingan padi engelberg, 14.153 unit mesin huller dan 13.178 unit mesin penyosoh beras. Jumlah ini sekaligus menggambarkan potensi usaha penggilingan padi yang cukup besar. kualitas untuk

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

Penggilingan padi yang ada tersebut, telah melayani puluhan juta ton produksi padi petani setiap tahunnya dari kurang lebih 11,5 juta hektar luas lahan padi sawah dan ladang. Namun dilihat dari kenyataan di lapangan, ternyata masih banyak penggilingan padi yang bekerja di bawah kapasitas giling dengan kualitas dan rendemen berasnya yang masih rendah. Hal ini disebabkan karena usaha penggilingan padi yang ada selama ini tidak dilakukan dengan pendekatan sistem agribisnis yang terpadu, teknologi penggilingan padinya yang digunakan masih sederhana, konfigurasi mesinnya hanya terdiri dari husker dan polisher saja dan sudah berumur tua serta belum mempunyai jaringan pemasaran yang luas. Dan di lapangan masih banyak penggilingan padi kecil yang menggunakan sistim kerja one pass atau satu kali proses penyosohan sehingga berdampak kurang baik terhadap kualitas dan rendemen beras yang dihasilkan. Atas dasar hasil inventarisasi data yang telah dilakukan, diperkirakan paling tidak sebanyak 65 % penggilingan padi di Indonesia adalah penggilingan padi kecil (PPK) dan rice milling unit (RMU) yang masih menggunakan sistim kerja one pass. Akhir-akhir ini justru berkembang penggilingan padi mobile yang menggunakan sistim kerja one pass dan diperkirakan jumlahnya cukup banyak. Berdasarkan keadaan tersebut di atas, maka perlu dilakukan revitalisasi penggilingan padi kecil (PPK) dan rice milling unit (RMU) di Indonesia untuk menekan tingkat susut hasil, meningkatkan rendemen, meningkatkan mutu/ kualitas, nilai tambah dan daya saing beras sehingga pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani/gapoktan dan penggilingan padi di perdesaan. Revitalisasi penggilingan padi ini juga perlu dilakukan karena adanya desakan konsumen bagi yang liberalisasi semakin dana perdagangan tinggi yang dunia, tuntutan kecil. masyarakat dan upaya terhadap kualitas gabah/beras Dengan

ketersediaan

pemerintah

semakin

revitalisasi penggilingan padi ini diharapkan dapat pula meningkatkan nilai tambah dan daya saing usaha penggilingan padi yang saat ini kita akui

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

bahwa kinerja penggilinan padi kita masih jauh tertinggal dibanding dengan kinerja penggilingan padi di negara berkembang lainnya. Dalam rangka mendukung program peningkatan produksi beras nasional (P2BN) sebesar 2 juta ton per tahun dan peningkatan ketahanan pangan nasional, maka Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian pada tahun 2008 mengalokasikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam bentuk Dana Dekonsentrasi kepada 32 Dinas Pertanian Propinsi dan Dana Tugas kepada 148 Dinas Pertanian Kabupaten/Kota untuk kegiatan revitalisasi penggilingan padi kecil (PPK) dan pengembangan usaha pelayanan jasa alat mesin pasca panen (UPJA). Berkaitan dengan hal tersebut maka disusun Pedoman Teknis Revitalisasi Penggilingan Padi. Pedoman Teknis ini diharapkan dapat dipakai sebagai acuan serta panduan bagi petugas Dinas Pertanian Propinsi maupun Kabupaten/Kota serta pelaku usaha penggilingan padi di daerah. B. Pengertian Dalam rangka menyamakan pengertian, definisi dan persepsi, maka dalam pedoman teknis ini, digunakan beberapa istilah antara lain : 1. Revitalisasi penggilingan padi kecil (PPK) adalah upaya meningkatkan rendemen dan mutu gabah/beras pada penggilingan padi kecil (PPK) dan rice milling unit (RMU) di daerah dengan jalan menambah atau mengganti satu atau beberapa alat mesin penggilingan padi seperti mesin pembersih (cleaner), mesin pemecah kulit gabah (husker), mesin pemisah gabah dan beras pecah kulit (separator), mesin penyosoh (polisher), beras (shinning) dan atau motor penggeraknya. 2. Penggilingan padi kecil (PPK) adalah penggilingan padi dengan kapasitas produksi < 0,75 ton beras per jam dengan konfigurasi mesin penggilingan padi terdiri dari husker dan polisher (H-P). Penggilingan padi kecil biasanya hanya melakukan 1 kali penyosohan atau disebut dengan penggilingan padi 1 phase. mesin pemisah beras kepala, beras patah dan menir (shifter), mesin pengkristal/pencuci

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

3.

Penggilingan padi menengah (PPM) adalah penggilingan padi dengan kapasitas produksi 0,75 - 3 ton beras per jam dengan konfigurasi mesin penggilingan padi terdiri dari cleaner, husker, separator dan polisher (C-HS-P-P). Penggilingan padi menengah dapat melakukan 2 kali proses penyosohan atau disebut dengan penggilingan padi 2 phase.

4.

Penggilingan padi besar (PPB) adalah penggilingan padi dengan kapasitas produksi > 3 ton beras per jam dengan konfigurasi mesin penggilingan padi terdiri dari dryer, cleaner, husker, separator dan polisher (D-C-H-S-P-P-P). Penggilingan padi besar dapat melakukan 3 kali atau lebih proses penyosohan atau disebut dengan penggilingan padi 1 phase.

5.

Penggilingan

padi

kecil

(PPK)

adalah

penggilingan

padi

yang

konfigurasinya terdiri dari 2 unit mesin yang terpisah yaitu mesin pecah kulit (husker) dan mesin penyosoh (polisher) sehingga pemindahan gabah pecah kulit dari husker ke polisher dilakukan dengan tenaga manusia. 6. Rice milling unit (RMU) adalah penggilingan padi yang konfigurasinya terdiri dari 2 unit mesin yaitu mesin pecah kulit (husker) dan mesin penyosoh (polisher) yang menyatu/tidak terpisahkan sehingga proses dari gabah langsung keluar menjadi beras putih. 7. 8. 9. Rendemen adalah prosentase hasil bagi antara berat beras gilling yang dihasilkan dengan berat gabah yang digilling/ dimasukan. Pasca panen padi adalah suatu kegiatan mulai dari proses panen sampai dengan proses yang menghasilkan beras. Kegiatan pasca panen padi meliputi kegiatan panen, pengumpulan, penundaan beras. 10. 11. Kegiatan pemasaran, antara lain meliputi pengangkutan atau distribusi, standarisasi, pembungkusan/pengepakan, penjualan dan lain-lain Alat dan mesin pasca panen padi adalah peralatan dan mesin yang dioperasikan dengan motor penggerak maupun tanpa motor penggerak untuk kegiatan penanganan pasca panen pagi. perontokan, perontokan, pembersihan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan, pengemasan, dan pelabelan

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

12.

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) adalah organisasi gabungan kelompok tani di suatu wilayah/daerah sentra produksi yang bergerak di bidang usahatani, pasca panen dan pemasaran yang anggotanya terdiri dari petani/kelompok tani.

13.

Usaha pelayanan jasa alat mesin (UPJA) pasca panen adalah usaha pelayanan jasa pemanenan dengan menggunakan sistem grup/kelompok pemanen yang terdiri dari 15-20 orang dengan menggunakan alat mesin pasca panen seperti sabit begerigi untuk memotong padi, terpal untuk tempat penumpukan gabah, dan pedal/power threser untuk merontok gabah. Dengan UPJA pasca panen ini petani tinggal menerima gabah dalam karung di sawah/ di rumah.

14.

Pendampingan adalah kegiatan yang melibatkan secara aktif tenaga profesional/ tenaga ahli yang ditunjuk sebagai site manajer yang akan melakukan bimbingan teknis dan manajemen usaha penanganan pasca panen khususnya revitalisasi penggilingan padi dan pemasaran gabah/beras di daerah. Disamping itu site manajer juga diharapkan dapat menjembatani penggilingan padi kecil dan gapoktan dalam mengakses sumber-sumber permodalan dan pasar.

15.

Supervisi adalah kegiatan yang melibatkan tenaga profesional/ tenaga ahli yang berasal dari Perguruan Tinggi/LSM/Swasta yang ditunjuk sebagai supervisor yang akan melakukan pengawalan, pelatihan, bimbingan teknis dan manajemen kepada pendamping/ site manajer dan gapoktan di daerah.

16.

Pelatihan adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kapasitas, kemampuan dan ketrampilan peserta dalam bidang penanganan pasca panen dan pemasaran gabah/beras. C. Tujuan Tujuan revitalisasi penggilingan padi adalah : 1. 2. Meningkatkan rendemen giling gabah/beras. Meningkatkan mutu beras.

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

3. 4. 5.

Menekan tingkat susut hasil gabah/beras ditingkat petani/gapoktan dan penggilingan padi Menciptakan model/sistem pengembangan agribisnis padi yang terpadu berbasis gapoktan mulai dari hulu sampai hilir. Berperan dalam memberdayakan petani/gapoktan tidak saja sebagai produsen tetapi juga sebagai pemasok bahan baku gabah kering giling (GKG)/ beras pecah kulit (BPK)/ Beras kepada industri atau pasar/ konsumen.

6.

Meningkatan pedapatan sekaligus kesejahteraan petani/gapoktan dan penggilingan padi.

D.

Sasaran Sasaran revitalisasi penggilingan padi adalah :

1. 2. 3. 4. 4.

Meningkatnya rendemen giling gabah/beras sebesar 2-3 %. Meningkatnya mutu beras. Menurunnya susut tingkat susut di penggilingan padi sebesar 2-3 % Terciptanya model/sistem pengembangan agribisnis padi/perberasan yang terpadu berbasis gapoktan mulai dari hulu sampai hilir. Meningkatnya peran petani/gapoktan tidak saja sebagai produsen gabah tetapi juga sebagai pemasok bahan baku gabah kering giling (GKG)/ beras pecah kulit (BPK)/ Beras putih kepada industri atau pasar/ konsumen.

5.

Meningkatnya pedapatan sekaligus kesejahteraan petani/gapoktan dan penggilingan padi.

D.

Indikator keberhasilan Indikator keberhasilan kegiatan revitalisasi penggilingan padi kecil ini adalah : 1. Tersalurnya dana tugas pembantuan (belanja lembaga sosial lainnya ) kegiatan bantuan alat mesin penggilingan padi kecil

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

RMU 1 phase (husker, polisher dan lain-lain) dan penguatan modal usaha. 2. Terlaksananya fasilitasi pengadaan alat mesin pdan pendayagunaan alat dan mesin penggilingan padi kecil RMU 1 phase (husker, polisher, cleaner, separator dan lain-lain) dalam upaya untuk meningkatkan rendemen giling, meningkatkan mutu dan menekan susut hasil gabah/beras. 3. Tumbuhkembangnya unit usaha penggilingan padi kecil (PPK) berbasis Gapoktan di daerah Kabupaten/Kota yang berdaya saing sehingga dapat berperan tidak saja sebagai produsen gabah tetapi juga sebagai pemasok bahan baku gabah kering giling (GKG)/ beras pecah kulit (BPK)/ Beras putih kepada industri atau pasar/ konsumen. 4. Terciptanya sampai hilir. 5. Meningkatnya pedapatan sekaligus kesejahteraan petani/gapoktan dan penggilingan padi di daerah. E. Pola Pikir Pencapaian Sasaran Pembangunan pertanian pada dasarnya mengacu pada Panca Yasa yaitu antara lain : (1) perbaikan infrastruktur pertanian, (2) pengembangan kelembagaan petani, (3) penyuluhan, (4) fasilitasi pembiayaan pertanian dan (5) pemasaran hasil pertanian. Pembangunan pertanian pada masa mendatang harus lebih banyak model/sistem pengembangan agribisnis padi/perberasan yang terpadu berbasis gapoktan mulai dari hulu

diorientasikan pada kegiatan penanganan pasca panen dan pemasaran hasil pertanian, karena dari sinilah nilai tambah dan daya saing tersebut bersumber. Untuk itu penguasaan terhadap sumberdaya langka yaitu akses terhadap output pertanian, akses terhadap teknologi pemasaran, dan akses terhadap konsumen adalah mutlak adanya. Untuk mendapatkan akses yang seluas-luasnya terhadap

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

ketiga sumber daya langka tersebut, dalam membangun pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, digunakan tiga filosofi dasar yang pemasaran hasil pertanian disebut dengan trilogi pengolahan dan

(PPHP) yang mencadi acuan kerja, yaitu (a) fasilitasi pembangunan harus berbasis pada gabungan kelompok tani (Gapoktan), bukan pada individu petani, (b) petani harus didorong untuk tidak hanya sebagai produsen, namun juga sebagai pemasok (supplier), dan (c) pasar di tingkat petani (farm-gate market) harus menjadi sarana untuk meningkatkan akses pasar dan posisi tawar petani.

PANCA YASA: Perbaikan infrastruktur pertanian. Pengembangan kelembagaan. Penyuluhan. Fasilitasi pembiayaan pertanian. Pemasaran hasil pertanian.

menjadi dasar filosofi

Pembangunan berbasis GAPOKTAN. Menjadikan PETANI tidak sekedar sebagai produsen namun juga menjadi SUPPLIER bahan baku. Pembangunan FARMGATE MARKETING SYSTEM.

TRILOGI PPHP:

Penanganan Pasca Panen Pengembangan Agroindustri Pedesaan Pengembangan Mutu & Standarisasi Pengembangan Pemasaran

KEGIATAN UTAMA :

Gambar 1. : Dasar Filosofi Pembangunan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Untuk mendukung program Trilogi PPHP tersebut di atas maka kegiatan/program pengolahan dan pemasaran hasil pertanian harus

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

dilakukan secara terpadu mulai dari pusat sampai ke daerah baik propinsi dan kabupaten/kota dengan karakteristik umum kegiatan sebagai berikut : 1. Kegiatan di Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian (Pusat) meliputi : Menyusunan kebijakan Melakukan pembinaan dan pengawalan Melakukan pelayanan teknis dan manajemen usaha bisnis Menyusun sistem informasi dan database Melakukan palayanan publik (public awareness) dan promosi

2. Kegiatan di Dinas Pertanian Propinsi meliputi : Menyusun petunjuk teknis (JUKNIS) Melakukan pembinaan dan pengawalan Melakukan pelatihan/ bimbingan teknis dan manajemen Melakukan pengadaan sarana strategis Melakukan promosi Melakukan koordinasi, monitoring dan evaluasi Menyusun petunjuk pelaksanaan (JUKLAK) Melakukan pendampingan Melakukan bantuan langsung pada masyarakat (BLM) Melakukan pengadaan sarana dan prasarana Melakukan monitoring dan evaluasi

3. Kegiatan di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota meliputi :

Ditjen PPHP

K
9

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

II. PELAKSANAAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI

Gambar 2. : Karakteristik Umum Kegiatan Pusat dan Daerah

KECIL (PPK).

A.

Penumbuhan

dan

Pengembangan

Penggilingan

Padi

Kecil

(PPK) Penumbuhan dan pengembangan penggilingan padi kecil (PPK) diartikan sebagai upaya meningkatkan kemampuan penggilingan padi dalam meningkatkan rendemen dan mutu gabah/beras serta dapat menjalankan/ mandiri dan mengembangkan berkelanjutan. usaha Dalam penggilingan upaya padi secara dan penumbuhan

pengembangan penggilingan padi kecil ini perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Lokasi terpilih adalah penggilingan padi kecil yang mempunyai kapasitas produksi < 0,75 ton beras per jam dan diharapkan penggilingan padi tersebut dapat bermitra dengan gapoktan dengan luas areal hamparan minimal 250 Ha. 2. Penetapan penggilingan padi kecil dilakukan berdasarkan seleksi dari Tim Teknis/ POKJA Penanganan Pasca Panen dan Pemasaran Gabah/Beras di Kabupaten/ Kota.

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

10

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

3. Revitalisasi pengglingan padi kecil (PPK) merupakan upaya meningkatkan kemampuan penggilingan padi kecil (PPK) dan rice milling unit (RMU) dengan jalan menambah atau mengganti satu atau beberapa alat mesin penggilingan padi seperti mesin pembersih (cleaner), mesin pemecah kulit gabah (husker), mesin pemisah gabah dan beras pecah kulit (separator), mesin penyosoh (polisher), mesin pemisah beras kepala, beras patah dan menir (shifter), dan atau mesin pengkristal/pencuci beras (shinning). Penambahan alat mesin tersebut bertujuan untuk meningkatkan rendemen giling, meningkatkan mutu beras, menekan susut hasil dan meningkatkan nilai tambah serta daya saing sehingga pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani/gapoktan.

B. 1. 2. 3. 4. 5.

Kriteria Penggilingan Padi Kecil (PPK) yang di Revitalisasi Kriteria penggilingan padi kecil yang direvitalisasi adalah : Penggilingan padi kecil yang mempunyai kelembagaan dan

organisasi (AD/ART) yang baku. Mempunyai dana operasional yang cukup dan manajemen usaha yang baik serta adanya pencatatan usaha secara teratur. Mempunyai sumber daya manusia (pengelola dan operator) yang memadai dan terampil Bermitra minimal 500 Ha Adanya kesulitan dalam mengakses sumber daya modal perbankan, teknologi dan informasi pasar. dengan gapoktan yang memiliki luas hamparan

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

11

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

C.

Seleksi

Penggilingan

Padi

Kecil

Yang

Akan

Memperoleh

Revitalisasi. Seleksi calon penggilingan padi kecil didasarkan kepada prioritas pengembangan wilayah sentra produksi padi dan usulan/proposal yang diajukannya. Proses seleksi dilakukan oleh Tim Teknis/ POKJA Kabupaten/Kota dengan menilai potensi dan usulan/proposal rencana usahanya. Proposal rencana usaha setidaknya memuat, diskripsi usaha penggilingan padi saat ini, sumberdaya sarana yang dimiliki, potensi yang dapat dikembangkan, rencana usaha yang akan dilakukan dan kelayakan usahanya. Hasil seleksi dari Tim Teknis/POKJA dituangkan dalam berita acara yang memuat daftar penggilingan padi kecil terpilih. Mekanisme seleksi pemilihan penggilingan padi kecil dapat dilihat pada Gambar 3.

Pembentukan Tim Tekni/POKJA Kabupaten/Kota

Persetujuan Tim Teknis/ POKJA Kabupaten/ Kota

KPA

Seleksi CP/CL PPK

Pendampingan dan Pengawalan

Rapat Tim Teknis/ POKJA dan BA Acara CP/CL PPK

Menyusun Usulan/ Proposal Rencana Usaha

Penetapan PPK Terpilih

PPK Terpilih

PENGADAAN ALSIN PPK 12

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

Gambar 3. : Mekanisme Seleksi PPK yang akan di Revitalisasi.

D.

Pengadaan Jenis

dan Jumlah Alat

dan Mesin Untuk

Revitalisasi

Penggilingan Padi Kecil (PPK). Pengadaan jenis alat dan mesin untuk revitalisasi penggilingan padi kecil meliputi mesin pembersih (cleaner), mesin pemecah kulit gabah (husker), mesin pemisah gabah dan beras pecah kulit (separator), mesin penyosoh (polisher), mesin pemisah beras kepala, beras patah dan menir (shifter), mesin pengkristal/pencuci beras (shinning) dan mesin penggerak (diesel). Jumlah dan kapasitas alat mesin untuk revitalisasi disesuaikan dengan kebutuhan penggilingan padi kecil (PPK) terpilih. Spesifikasi masing-masing peralatan mesin untuk revitalisasi penggilingan padi kecil (PPK) dapat dilihat pada lampiran. Tata cara pengadaan alat mesin untuk revitalisasai penggilingan padi kecil (PPK) harap disesuaikan dengan Kepres No. 80 Tahun 2003.

E.

Pemberdayaan Gapoktan dan Penggilingan Padi Kecil (PPK) Pemberdayaan gapoktan dan penggilingan padi kecil (PPK) diarahkan untuk mewujudkan sistem dan usaha agribisnis perberasan yang terpadu antara pengembangan kawasan budidaya padi di bagian hulu dengan penggilingan padi kecil (PPK) di bagian hilirnya.

PEMBERDA
13

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

Gambar 4. Pemberdayaan gapoktan dan penggilingan padi kecil (dalam program revitalisasi penggilingan padi di Indonesia. Konsep a. pemberdayaan gapoktan dan penggilingan padi kecil (PPK) Lembaga/ unit usaha pasca panen padi akan dikelola oleh gapoktan di daerah sentra produksi padi dan berperan sebagai pengumpul gabah dari petani/ kelompok tani. b. pengeringan c. dan Lembaga/ penyimpanan unit usaha ini berfungsi untuk kepada melakukan kegiatan pasca panen seperti pemanenen, serta penggilingan padi/ bulog. Lembaga/ unit usaha ini mensupply kebutuhan pasar seperti penggilingan padi, Bulog dan konsumen sesuai dengan mutu dan jumlah yang diperlukan. F. Peningkatan Manusia. Kemampuan dan Ketrampilan Sumber Daya perontokan,

adalah sebagai berikut :

pemasarannya

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

14

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

Peningkatan kemampuan dan ketrampilan sumber daya manusia dapat dilakukan teknis dengan dan pendampingan/pengawalan, manajemen secara pelatihan, bimbingan berkelanjutan.

Pendampingan, pelatihan, bimbingan teknis dan manajemen dilakukan setelah peralatan mesin tersebut diterima oleh penggilingan padi kecil di daerah. Pada tahap ini peran Dinas Pertanian Propinsi dan Kabupaten/Kota sangat menentukan keberhasilan kegiatan revitalisasi penggilingan padi di daerahnya. Materi pendampingan, pelatihan, bimbingan teknis dan manajemen usaha penggilingan padi kecil, meliputi : 1. Kelompok Teknis 2. Standar operasional prosedur (SOP) pengoperasian revitalisasi penggilingan padi secara baik dan benar. Cara-cara perawatan dan perbaikan alat dan mesin penggilingan padi. Manajemen perbengkelan.

Kelompok Usaha padi. Akses sumber-sumber permodalan/pembiayaan oleh lembaga keuangan/ perbankan. Manajemen keuangan Demontrasi dan promosi serta praktek lapang. Analisis kebutuhan alat dan mesin penggilingan padi disuatu wilayah/daerah. Perhitungan/analisis kelayakan ekonomi (finansial) usaha penggilingan padi. Pembukuan dan pencatatan usaha penggilingan

3.

Kelompok Manajemen Usaha

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

15

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

4.

Perencanaan usaha penggilingan padi. Pengorganisasian usaha penggilingan padi. Manajemen pemasaran gabah/beras Kerjasama/ kemitraan usaha. Peningkatan penggilingan padi. Kewirausahaan. kemampuan manajerial usaha

Pengorganisasian Penggilingan Padi Secara Bisnis Dalam usaha penggilingan padi di suatu wilayah/daerah perlu dilakukan penerapan standar operasional prosedur (SOP) yang baik dan benar. Setiap penggilingan padi berupaya untuk mencapai kapasitas kerja secara optimal dengan cara bekerjasama/bermitra dengan petani/kelompok tani/ gapoktan, dealer/ pabrikan, dan lembaga keuangan/ perbankan, dan pasar di daerah.

III.

PENDAMPINGAN

DAN

SUPERVISI

KEGIATAN

REVITALISASI PENGGILINGAN PADI KECIL (PPK).


A. Rekruitmen dan Tugas Tenaga Pendamping/ Supervisor

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

16

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

1.

Dinas Pertanian Propinsi atau Kabupaten/Kota melalaui POKJA/ Tim Teknis mengadakan (rekruitmen) petugas pendamping atau Supervisor bukan PNS yang berkompeten di bidang penggilingan padi, jujur dan bertanggung jawab.

2.

Masa kerja pendamping dan supervisor adalah selama 8 bulan (April s/d Desember) yang diikat dengan perjanjian kontrak kerja yang dikeluarkan oleh kepala Dinas Pertanian/KPA.

B.

Tugas pendamping Pendamping atau site manager adalah sarjana pertanian/ praktisi dengan latar belakang bidang studi teknologi/mekanisasi pertanian, sosial ekonomi, yang mempunyai jiwa bisnis (enterprenaurship). Pendamping atau site manager bertugas memdamping dan membimbing Gapoktan dan atau penggilingan padi di bidang : a) manajemen usaha dan pemasaran, b) teknis penanganan pasca panen muali dari panen, perontokan, pengeringan, penyimpanan, panggilingan, mutu, packaging dan labeling, c) akses ke sumber pembiayaan/ permodalan, teknologi dan informasi, d) kemitraan usaha dan pemasarannya, serta e) membuat laporan kegiatan baik kepada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, Propinsi maupun Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian.

C.

Tugas Supervisor Supervisor adalah tenaga ahli/ pakar yang berasal dari perguruan tingg/ LSM/Swasta yang mempunyai tugas : a) membina dan mengawal kegiatan site manager di wilayah kabupaten/Kota, b) memberikan pelatihan, bimbingan teknis dan manajemen usaha serta pemasarannya, c) mengadakan pertemuan rutin dengan site manager maupun instansi terkait untuk pengawalan rivitalisasi penggilingan padi, d) membuat laporan kegiatan baik kepada Dinas Pertanian

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

17

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

Propinsi maupun Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian. D. Pembinaan Pembinaan kegiatan revitalisasi penggilingan padi dilakukan melalui jalur struktural dan jalur informal. Jalur struktural di tingkat pusat dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, c/q Direktorat Penanganan Pasca Panen, di tingkat propinsi dilakukan oleh Dinas Pertanian Propinsi dan di tingkat kabupaten/kota dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Tim Teknis/POKJA Sedangkan melalui jalur informal dilakukan oleh

Penanganan Pasca Panen dan pemasaran gabah/beras tingkat Pusat, Propinsi maupun Kabupaten/Kota. Kegiatan revitalisasi penggilingan padi dilakukan berdasarkan pada perencanaan yang memperhatikan asas akuntabilitas kinerja. Anggota Tim Teknis (POKJA) terdiri dari : 1) Pelaksana) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Dinas Perdagangan Biro Ekonomi Pemda Badan Ketahanan Pangan Daerah Kantor Badan Pusat Statistik Daerah Perum Bulog (Divre/Subdivre) dan Instansi lainnya yang terkait dan dianggap perlu Dinas Pertanian Propinsi, Kabupaten/Kota (sebagai Ketua

PUSAT

DITJEN PPHP DEPTAN

TIM TEKNIS (POKJA)


18

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

PROPINSI

DINAS PERTANIAN PROPINSI

TIM TEKNIS (POKJA)

KABUPATEN/ KOTA

DINAS PERTANIAN KABUPATEN/ KOTA

TIM TEKNIS (POKJA)

KECAMATAN (KCD)

PENGGILINGAN PADI KECIL DAN GAPOKTAN

UNIT USAHA PEMBIAYAAN DAN PEMBELIAN

UNIT USAHA PENGUMPULAN DAN PENYIMPANAN

UNIT USAHA PENGGILINGAN BERAS

UNIT USAHA PEMASARAN

Gambar 5 : Organisasi Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK) darii Pusat ke Daerah. Tugas Tim Teknis (POKJA), adalah sebagai berikut : a. b. Merumuskan kebijakan dan memberikan pedoman tentang pelaksanaan kegiatan revitalisasi penggilingan padi kecil. Memberikan fasilitasi/sosialisasi untuk perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, bimbingan teknis dan manajemen pengembangan revitalisasi penggilingan apdi kecil (PPK).

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

19

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

c.

Melakukan koordinasi lintas sektor/sub sektor, nasional, propinsi, dan kabupaten/kota untuk meningkatkan gerakan dan efektifitas kegiatan revitalisasi penggilingan padi kecil (PPK).

d.

Melakukan pelaporan.

pemantauan revitalisasi

dan

pengendalian padi

kegiatan kecil serta

pengembangan

penggilingan

Penembangan revitalisasi penggilingan padi kecil ini diupayakan dapat mendukung program peningkatan produksi beras nesional sebasar 2 juta ton (5%) per tahun dan diharapkan dilakukan secara berkelanjutan sehingga mampu menurunkan susut hasil, meningkatkan rendemen, mutu nilai tambah dan daya saing beras. Pengembangan revitalisasi penggilingan padi ini diharapkan dapat didukung oleh dana APBN, APBD dan Swasta. Dalam kegiatan pengembangan revitalisasi penggilingan padi ini maka pembagian tugas di tingkat pusat dan daerah dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Tingkat Pusat. a. Menyusun pedoman umum atau pedoman teknis untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan pengembangan revitalisasi penggilingan padi agar dapat mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan. b. Menggalang kerjasama dan koordinasi dengan propinsi dan kabupaten/kota dalam melaksanakan advokasi, pengendalian, pemantauan dan evaluasi pengembangan revitalisasi penggilingan padi kecil (PPK) c. Mengadakan fasilitasi, pembinaan, pelatihan, bimbingan teknis dan manajemen usaha penggilingan padi melalui kegiatan pengawalan.

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

20

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

d.

Menyusun laporan pelaksanaan pengembangan revitalisasi penggilingan padi kecil (PPK) kepada Menteri Pertanian.

2.

Tingkat Propinsi. a. Menyusun petunjuk pelaksanaan (JUKLAK) pengembangan revitalisasi penggilingan padi kecil dengan mengacu pada Pedoman Teknis yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. b. Memantau revitalisasi pelaksanaan penggilingan kegioatan padi kecil pengembangan dalam upaya

mendukung peningkatan produksi beras nasional (P2BN) sebasar 2 juta ton (5%) per tahun. c. Mengadakan sinkronisasi dan koordinasi lintas sektoral di tingkat propinsi dalam rangka pengembangan revitalisasi penggilingan padi kecil (PPK) di daerah Kabupaten/Kota. d. Melakukan koordinasi dengan Tim Teknis (POKJA) kegiatan

Kabupaten/Kota

dalam

pemantauan

pengembangan revitalisasi penggilingan padi kecil serta membantu mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi di daerah kabupaten/kota. e. Melakukan fasilitasi, pemantauan, pembinaan, pelatihan, bimbingan teknis dan manajemen serta pengawalan/supervisi.

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

21

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

f.

Menyusun dan melaporkan hasil pemantauan, pembinaan dan supervisi pengembangan revitalisasi penggilingan padi kecil serta menyampaikan laporan ke Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian.

3.

Tingkat Kabupaten/Kota. a. Menyusun Petunjuk Teknis (JUKNIS) dengan mengacu kepada Pedoman Teknis dan Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) b. yang disesuaikan dengan kondisi sosialisasi dan seleksi teknis, ekonomi, sosial budaya setempat (spesifik lokasi). Melakukan mesin penggilingan padi. c. site manager d. pelatihan, penggilingan e. f. pemantauan, Melakukan bimbingan padi teknis secara fasiltasi, dan optimal pembinaan, usaha layak/ dan manajemen Merekrut tenaga pendamping atau calon penggilingan padi kecil (PPK) penerima alat dan

menguntungkan di daerahnya. Melakukan pemantauan dan evaluasi. Menyusun pembinaan dan dan melaporkan kepada hasil Dinas evalusi

Pertanian Propinsi dan Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian.

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

22

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

IV. INOVASI PENGEMBANGAN PENGGILINGAN PADI KECIL


Sebagaimana diketahui, peningkatan rendemen dan mutu beras sebenarnya hanya bisa dicapai apabila gabah yang akan digiling bermutu baik dan penggilingan padi yang dipakai untuk mengolahnya memadai. Mutu gabah sangat ditentukan oleh faktor tanaman, cuaca, waktu pemanenan dan penanganan pasca panennya. Terjadinya peningkatan mutu beras ini tentu saja bisa meningkatkan keuntungan bagi usaha penggilingan padi. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu upaya untuk meningkatkan mutu dan rendemen melalui revitalisasi penggilingan padi kecil (PPK). Penggilingan padi kecil (PPK) daerah pada umumnya hanya terdiri dari mesin poecah kulit (husker) dan mesin penyosoh beras (polisher) sehingga mempunyai rendemen yang rendah dan mutu beras yang dihasilkan kurang baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan Mekanisasi pertanian tahun 2003 menunjukan bahwa penggilingan padi kecil mempunyai rendemen rata-rata sebesar 55,71% dengan mutu beras yang dihasilkan adalah 74,25% beras kepala dan beras patah dan menir sebesar 15%. Dengan penambahan mesin separator (pemisah beras pecah kulit

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

23

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

dengan gabah yang belum terkupas) akan meningkatkan rendemen sebasar 0,94% dan dengan penambahan mesin cleaner (pembersih gabah) akan meningkatkan rendemen sebesar 0,95%. Sehingga dengan revitalisasi penggilingan padi kecil ini secara nasional diharapkan dapat meningkatkan rendemen sebesar 1% -2% dan secara kuantitatif dapat meningkatkan/menyelamatkan produksi beras sekitar 450.000 950.000 ton per tahun. Revitalisasi penggilingan padi kecil ini diharapkan akan dapat menjadi ladang pemberdayaan penggilingan padi kecil (PPK) dan sekaligus dapat memberikan peluang pada petani untuk meningkatkan nilai tambah dan pendapatannya. Penggilingan padi secara mekanis dikatakan memadai, antara lain harus tersedia mesin : a) Mesin Pembersih Kotoran Gabah (cleaner), b) Mesin Pecah Kulit (husker), c) Mesin Pemisah Batu (De-Stoner), d) Separator, (Pemisah Antara Gabah dan Beras Pecah Kulit), e) Mesin Pemutih Batu (Abrassive), f) Mesin Pemutih Besi (Friction), g) Mesin pengkilap (RiceRefiner), h) Rice Sifter (mesin pemisah menir), i) Rice Grader (Mesin pemisah antara beras Kepala dan beras Patah), j) Timbangan dan k) Packing (pengarungan). Komposisi dari mesin-mesin tersebut di atas, dapat disusun seperti bagan di bawah ini : ILUSTRASI KOMPOSISI UNIT PENGGILINGAN PADI MESIN PEMBERSIH KOTORAN GABAH (CLEANER) MESIN PENGUPAS KULIT GABAH (HUSKER) SEPARATOR MESIN PEMISAH BATU (DE-STONER) MESIN PEMUTIH ABRASSIVE (BATU)

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

24

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

MESIN PEMUTIH ABRASSIVE (BATU) MESIN PEMUTIH FRICTION (BESI) MESIN PEMISAH MENIR (RICE SIFTER) MESIN PEMISAH ANTARA BERAS KEPALA DAN PATAH (RICE GRADER) TIMBANGAN PENGARUNGAN (PACKING) Gambar 6 : Ilustrasi Komposisi Unit Penggilingan Padi yang Lengkap Fungsi utama masing-masing mesin penyusun komposisi unit penggilingan padi tersebut di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut : A. FUNGSI MESIN-MESIN PENGGILINGAN PADI : 1. Mesin Pembersih Gabah (Paddy Cleaner) Berfungsi untuk memisahkan kotoran/ benda asing yang bercampur di dalam gabah. Setelah melalui mesin ini akan terjadi penyusutan berat yang besarnya sangat tergantung pada jumlah kotorannya. 2. Mesin Pecah Kulit (Paddy Husker) Berfungsi untuk mengupas kulit gabah. Pada mesin pecah kulit yang berkualitas baik, ratio pengupasan ditentukan antara 8590% gabah sudah terkupas dan 10-15% gabah belum terkupas. Faktor lain yang dapat mempengaruhi ratio pengupasan adalah kualitas roll karet yang dipakai. 3. Separator

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

25

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

Berfungsi untuk memisahkan gabah yang bercampur dengan beras pecah kulit. Dengan adannya separator maka daya tahan komponen utama pada mesin pemutih menjadi awet, karena proses pengelupasan kulit ari selama masih di dalam ruang pemutihan, murni, hanya berdasarkan pergesekan antar beras pecah kulit. 4. Mesin Pemisah Batu (de-Stoner) Berfungsi untuk memisahkan batu yang bercampur dengan beras pecah kulit. 5. Mesin Pemutih Batu (Abrassive) Berfungsi sebagai pra-poles atau untuk mengawali proses pengelupasan lapisan kulit ari beras yang menutup biji beras dari sistem pemutihan yang lebih dari satu pass. Dengan memakai mesin pemutih batu, disamping tingkat butir patah dapat ditekan pada presentase yang terkecil juga tingkat drajat sosoh diatur sejak dari fase ini. Sehingga untuk fase selanjutnya beban gaya gesek beras menjadi berkurang. 6. Mesin Pemutih Besi (Friction) Berfungsi sebagai pemutih akhir dari rangkaian proses

pemutihan beras 2 atau 3 kali proses/ pass pemutihan/ penyosohan. 7. Mesin Pengkilap (Rice Refiner) Berfungsi untuk mencuci permukaan biji beras, dimana umumnya masih terdapat katul yang menempel. Beras yang dihasilkan oleh mesin ini selain secara visual tampak kilap (bening kaca) dan bila disimpan dapat bertahan lama. 8. Mesin Pemecah Menir (Rice Sifter) Berfungsi untuk memisahkan kandungan menir yang bercampur didalam beras kepala maupun beras patah.

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

26

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

9.

Mesin Pemisah Antara Beras Kepala Dan Beras Patah (Rice Grader) Berfungsi untuk memisahkan Beras Kepala (Head Rice) dari percampuran beras patah. Keberadaan mesin ini terutama diperuntukkan untuk membuat Beras berkualitas eksport/super.

B.

RENDEMAN GILING Rendemen dalam pengertian yang sederhana adalah presentase hasil

bagi antara berat beras gilling yang dihasilkan dengan berat gabah yang digilling. Dengan kata lain rendeman gilling merupakan keuntungan atau kelebihan dalam pendapatan, sebagai akibat daripada usaha kerja. Rendeman dalam kaitannya dengan usaha kerja penggilingan, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : Berat Beras Yang dihasilkan (out put) Rendeman (%) = Berat Gabah yang digiling (input) Gabah yang digiling dan menjadi beras adalah gabah yang berisi/ bernas. Jadi yang dimaksuk dengan gabah yang digiling tersebut di atas, adalah gabah yang benar-benar bebas dari kotoran. Oleh karena itu jika gabah yang digiling masih mengandung unsur kotoran maka secara matematis rumus perhitungan rendeman tadi akan berubah. Contoh Perhitungan : Misalnya, gabah yang digiling 1000 Kg, terdappat kotoran sebesar 10%. Setelah digiling menghasilkan beras sebanyak 585 Kg (terdiri beras kepala, beras patah dan menir). Karena mengandung unsur kotoran, maka perhitungan rendeman, berubah menjadi : Berat beras yamg dihasilkan Rendemen (%) = x 100 % x 100%

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

27

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

Berat Gabah Awal ( Berat Gabah Awal x 0,1 ) 585 = 1000 ( 1000 x 0,1 ) x 100 % = 65 %

Salah satu cara untuk mengetahui berat kotoran antara lain : 1. Sejumlah gabah kotor dimasukkan

kedalam mesin pembersih kotoran (Paddy Cleaner) lalu hasil akhirnya ditimbang. Setelah mengetahui berat akhir gabah, berat tersebut dibagi dengan berat awal dikalikan seratus persen untuk mengetahui kadar kebersihannya. 2. Mengambil sejumlah contoh gabah sacara acak dari gabah yang akan digiling lalu memasukkan kedalam alkohol berkadar minimal 90%. Didalam cairan alkohol, gabah bernas akan tenggelam dan gabah non bernas mengapung (mengambang). Yang mengapung semua diambil kemudian semua dijemur hingga benar-benar kering. Setelah kering, gabah non-bernas ditimbang dan hasilnya dibagi dengan berat awal (berat contoh) dikalikan seratus persen untuk mengetahui persentase jumlah kotorannya. Berdasarkan analisa laboratoris dapat diuraikan komposisi gabah bernas seperti gambar dibawah ini :

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

28

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

Gambar 7. : Struktur Gabah Bernas Dari data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa setiap gabah bernas akan menghasilkan :

Sekam Beras pecah kulit (BPK) Katul + Lembaga Beras Putih C.

: 23% : 77% : 8-10% : 68%

KONFIGURASI ALAT MESIN PABRIK PENGGILINGAN PADI Konfigurasi alat mesin penggilingan padi merupakan suatu konfigurasi/

rangkaian dari beberapa unit alat mesin yang disusun secara terpadu dan terintegrasi, dimana dalam konfigurasi ini terdapat mesin-mesin utama dan mesin-mesin pembantu, yang sifatnya untuk mendukung kelancaran dan fungsi operasional dari rangkaian mesin-mesin tersebut. Mesin-mesin pembantu umumnya berfungsi untuk transformasi bahan yang diolah dan dihasilkan (baik hasil utama maupun hasil samping), serta berfungsi sebagai penerus daya dari mesin-mesin yang digunakan. Mesin-mesin pembantu ini diaantaranya : bucket elevator, screw conveyor, belt conveyor, pipa-pipa, blower, compressor, cyclone, poros transmisi, dan lain-lain. Untuk unit mesin pengering padi dapat dirangkaikan secara terpadu maupun secara terpisah
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

29

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

dengan rangkaian alat mesin penggilingan padi yang ada sesuaai kondisi dan situasi yang diinginkan. Dalaam menyusun konfigurasi sebuah unit penggilingan mengacu pada beberapa aspek yang telah diuraikan Konfigurasi alat mesin padi harus sebelumnya.

penggilingan padi dibuat berdasarkan jumlah

kapasitas dan tuntutan mutu yang diinginkan, yang tentunya hal ini akan berkaitan erat dengan biaya atau harga dari konfigurasi mesin penggilingan padi yang dibuat. Konfigurasi alat mesin penggilingan padi adalah sebagai berikut :
Optional/ Tambahan

secara umum

Paddy Cleaner

Paddy Husker

Paddy Sparator

Rice Polisher

Rice Sifter

Rice Grader

Rice Refiner

Untuk memperoleh mutu beras yang lebih baik yang menyangkut derajat sosoh dan randemen beras yang dihasilkan, proses pemutihan/ pemolesan beras dapat dilakukan dalam beberapa tahap/phase, tidak hanya 1 tahap, tetapi bisa dilakukan dalam 2 sampai dengan 4 tahap/phase. Proses pemutihan/ pemolesan beras dengan 2 sampai dengan 4 phase dapat dilakukan dengan kombinasi penyosohan/pemutihan sebagai berikut :

1. Kombinasi pemutihan/pemolesan 2 phase 1 a. Pemoles Besi 1 2 Pemoles Besi 2

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

30

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

b.

Pemoles Batu

Pemoles Besi

2. Kombinasi pemutihan/ pemolesan 3 phase 1 a. Batu 1 b. Batu 1 c. Batu Pemoles Pemoles Pemoles 2 Pemoles Besi 2 Pemoles Batu 2 Pemoles Batu 3 Pemoles Batu 3 Pemoles Besi 3 Pemoles Besi

3. Kombinasi pemutihan/ pemolesan 4 phase 1 a. Batu 1 b. Pemoles Pemoles 2 Pemoles Besi 2 Pemoles 3 Pemoles 3 Pemoles Besi 4 Pemoles 4 Pemoles Besi

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

31

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

Batu Besi

Batu

Besi

V.

PENUTUP

Kegiatan pengembangan revitalisasi penggilingan padi kecil (PPK) merupakan bentuk fasilitasi dalam rangka peningkatan rendemen, mutu dan menekan susut hasil dalam upaya mendukung peningkatan produksi beras nasional (P2BN) sebesar 2 juta ton (5%) per tahun untuk mempertahankan ketahanan pangan nasional. Pengembangan revitalisasi penggilingan padi kecil ini akan dapat memberikan hasil sesuai yang diharapkan apabila

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

32

Pedoman Teknis Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK)

dilakukan dengan prinsip bisnis yang sehat dan mandiri serta berkelanjutan. Kegiatan pengembangan akan dapat rivitalisasi penggilingan secara padi kecil tersebut dan diharapkan berkembang optimal, layak

menguntungkan sehingga mampu meberikan andil yang signifikan dalam meningkatkan rendemen dan mutu, niali tambah dan daya saing sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani/gapoktan serta pelaku usaha penggilngan padi. Pedoman teknis ini merupakan acuan bagi Dinas Pertanian Propinsi maupun Kabupaten/Kota dalam melaksanakan panen program/ kegiatan dan untuk pengembangan Pedoman teknis penanganan ini pasca pada kepada umumnya daerah

pengembangan revitalisasi penggilingan padi kecil (PPK) pada khususnya. memberikan keleluasaan menjabarkan kedalam JUKLAK dan JUKNIS lokasi. Keberhasilan kegiatan pengembangan revitalisasi penggilingan padi ini sangat tergantung kepada komitmen semua pemangku kepentingan (stake holders) yang terkait baik ditingkat pusat maupun daerah baik propinsi maupun kabupaten/kota. yang disesuaikan dengan

keragaman kondisi daerah yang disertai kearifan lokal atau bersifat spesifik

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian .

33

Anda mungkin juga menyukai