Anda di halaman 1dari 2

Perkembangan Pertanian di Indonesia

Di Indonesia bidang pertanian menjadi sektor penting dalam kehidupan masyarakat. Mayoritas masyarakat
perdesaan
Tujuanmemiliki mata pencaharian sebagai petani, baik bertani padi maupun tanaman lainnya. Sebelum
Pembelajaran
masyarakat Indonesia mengenal teknologi mesin untuk bidang pertanian, hewan ternak seperti kerbau atau
sapi digunakan untuk membajak sawah. Hingga saat ini masih dapat ditemui masyarakat yang menggunakan
tenaga hewan dalam mengolah lahan pertanian. Selain itu, para petani menggunakan peralatan sederhana
seperti pacul, garu, dan parang.
Perkembangan pertanian di Indonesia juga dapat dilihat dari sistem pertanian yang diterapkan. Masyarakat
perdesaan mengolah lahan pertanian menggunakan sistem ladang, sistem tegal pekarangan, sistem sawah,
dan sistem perkebunan. Sistem ladang merupakan upaya penanaman tumbuhan dengan meminimalisasi
pengolahan tanah. Artinya, sistem tersebut hanya mengandalkan kandungan lapisan humus yang terdapat
dalam tanah. Sementara itu, sistem tegal pekarangan merupakan sistem bertani yang diterapkan di daerah
yang kering dan jauh dari sumber air. Kondisi demikian menjadikan petani memilih jenis tumbuhan yang dapat
beradaptasi dengan lingkungan yang kering.
Berbeda dengan sistem ladang dan sistem tegal pekarangan, sistem sawah merupakan sistem bertani
yang mengandalkan persediaan air yang cukup dan pengolahan secara intens. Pemberlakuan sistem sawah
memiliki pengaruh besar dalam menjaga ketahanan pangan. Tanaman yang diterapkan pada sistem sawah
misalnya padi dan palawija. Sementara itu, sistem perkebunan diperuntukan pada tanaman yang memiliki
nilai jual ekspor seperti karet, kopi, teh, cengkih, dan kelapa sawit. Pemberlakuan sistem perkebunan tersebut
biasanya dilakukan oleh suatu perusahaan, baik negeri maupun swasta. Pada sistem bertani inilah industri
pertanian atau pengolahan bahan pangan diberlakukan.
Secara umum perkembangan pertanian terjadi ketika
penerapan kebijakan Revolusi Hijau pada abad XX.
Kondisi tersebut telah memengaruhi modernisasi
pertanian di Indonesia. Pada masa Orde Baru pemerintah
melaksanakan serangkaian kebijakan yang didukung
iptek untuk mendongkrak hasil produktivitas pertanian.
Kebijakan yang dicanangkan tersebut seperti
pengembangan benih varietas unggul dan pemberlakuan
mekanisasi. Dengan upaya tersebut, pada 1984 Indonesia
berhasil mencapai swasembada beras. Pencapaian ini
berhasil mengubah status Indonesia dari negara
pengimpor beras menjadi negara yang dapat memenuhi
kebutuhan beras sendiri. Presiden Soeharto membuka periode panen raya padi pada 1990
Dalam pengembangan varietas unggul, pemerintah Sumber: https://web.archive.org/web/20210109061215/https://tirto.id/
swasembada-beras-ala-soeharto-rapuh-dan-cuma-fatamorgana-
Orde Baru melakukan penelitian varietas unggul padi c2eV, diunduh 2 Maret 2021
jenis IR yang dikembangkan oleh International Rice
Research Institute. Selain itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian)
melakukan penelitian yang ditujukan untuk menghasilkan varietas unggul jenis baru. Pada periode 1966
hingga 1999 Badan Litbang Pertanian menghasilkan 118 varietas padi unggul jenis baru. Penemuan varietas
unggul merupakan salah satu teknologi yang memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan produksi
padi. Penggunaan varietas unggul tersebut diiringi pemupukan dan pengairan yang ideal sehingga menuai
hasil yang diharapkan.
Upaya pengembangan varietas unggul pada masa Orde Baru diikuti program mekanisasi. Program
tersebut merupakan pemanfaatan tenaga mesin dalam mengolah hasil pertanian untuk meningkatkan
produktivitas pertanian. Salah satu penerapan dalam mekanisasi adalah traktorisasi yang dilakukan pada
1970-an. Pemerintah memberikan hibah traktor kepada kelompok tani sebagai upaya efisiensi kerja sekaligus
meningkatkan hasil pertanian yang diperoleh. Pada mulanya kebijakan tersebut beriringan dengan kebijakan
ekstensifikasi pemerintah Orde Baru dalam upaya perluasan lahan pertanian. Seiring meluasnya lahan pertanian,
dibutuhkan ketersediaan tenaga kerja dalam jumlah cukup. Akan tetapi, musim tanam padi biasanya terjadi secara
serentak. Kondisi tersebut menyebabkan tenaga kerja di beberapa tempat mengalami kelangkaan. Dengan demikian,
traktorisasi juga diarahkan untuk mengatasi kelangkaan tenaga kerja.
Mekanisasi mendorong masyarakat untuk membuka jasa usaha penggilingan padi. Usaha tersebut makin
meluas ketika tersedia jasa kredit murah dari perbankan. Keadaan tersebut dapat dicermati dari peningkatan jumlah
penggilingan padi dari 46.236 unit pada 1990 menjadi 79.568 pada 1998. Selain usaha tersebut, sebagian masyarakat
membuka jasa usaha panen padi mekanis dengan menggunakan alat perontok padi. Usaha tersebut juga mengalami
peningkatan signifikan, dari 47.509 unit pada 1990 menjadi 367.250 unit pada 1998.
Hingga saat ini alat-alat dalam bidang pertanian makin modern dan mengalami perkembangan, seperti
alat penanam padi rice transplanter Jajar Legowo (Jarwo) dan mesin pemanen padi Indo Combine Harvester.
Rice transplanter Jajar Legowo merupakan mesin pertanian yang berfungsi membantu aktivitas penanaman padi. Mesin
rice transplanter Jajar Legowo yang diproduksi oleh PT Lambang Jaya ini dikenal dengan nama RTP-LJ. Keberadaan
mesin tanam padi ini menjadi solusi bagi aktivitas tanam padi terutama ketika tenaga kerja tanam padi sulit diperoleh.
Di beberapa wilayah sentra produksi padi telah terjadi kekurangan tenaga kerja tanam sehingga menyebabkan
tertundanya waktu tanam serempak, rendahnya cakupan garapan dan indeks pertanaman padi. Di samping itu,
kurangnya tenaga kerja dapat mengakibatkan keterlambatan tanam dan berujung pada resiko gagal panen. Saat ini,
mesin tanam padi yang ada di Indonesia umumnya masih impor dengan harga yang relatif mahal. Keunggulan mesin
ini adalah meningkatkan produktivitas dan efisiensi penanaman padi serta mengurangi risiko gagal panen akibat
kurangnya tenaga tanam padi.

Rice transplanter Jajar Legowo Mesin Indo Combine Harvester


Sumber: https://web.archive.org/web/20210308093810/https:// Sumber: https://web.archive.org/web/20201202123509/https://
pilarpertanian.com/kementan-launching-mesin-tanam-jajar- badakpos.com/keunggulan-dan-kelemahan-combine-saat-
legowo-riding-transplanter/, diunduh 8 Maret 2021 panen/, diunduh 23 Maret 2021

Indo Combine Harvester adalah mesin yang digunakan untuk memanen tanaman serealia, seperti padi, gandum,
oat, rye, barley, jagung, kedelai, dan flax. Indo Combine Harvester merupakan kombinasi dari tiga operasi berbeda,
yaitu menuai, merontokkan, dan menampi. Mesin ini merupakan salah satu penemuan penting di bidang pertanian
yang mampu menghemat biaya tenaga kerja dan mengefisiensikan usaha pertanian.
Mesin Indo Combine Harvester dikembangkan di Jepang. Mesin ini hanya mengumpankan bagian untaian dari
padi yang dipotong ke bagian perontok mesin. Gabah hasil perontokan dapat ditampung pada karung atau tangki
penampung gabah sementara. Bagian pemotong dari mesin ini hampir sama dengan bagian pemotong dari binder,
bagian pengikatnya digantikan dengan bagian perontokan. Selain itu, sisa rontokan padi atau jerami dapat dipotong
kecil-kecil sepanjang 5 cm untuk keperluan lain.

Anda mungkin juga menyukai