NIM : G041191065
Matakuliah : Alat dan Mesin Pertanian
Kawasan Hilal Subur di Asia Barat, serta Mesir dan India merupakan lokasi awal
pembudidayaan tanaman untuk mendapatkan hasilnya. Sebelum aktivitas ini dimulai,
manusia terbiasa mencari sumber makanan di alam liar. Pertanian berkembang secara
independen di berbagai tempat di dunia, yaitu di China, Afrika, Papua, India, dan
Amerika.Sebagai bagian dari kebudayaan manusia, pertanian telah membawa revolusi yang
besar dalam kehidupan manusia sebelum revolusi industri. Bahkan dapat dikatakan,
revolusi pertanian adalah revolusi kebudayaan pertama yang dialami manusia. Setiap
bagian di dunia memiliki perkembangan penguasaan teknologi pertanian yang berbeda-
beda, sehingga garis waktu perkembangan pertanian bervariasi di setiap tempat. Di
beberapa bagian di Afrika dan Asia Tengah masih dijumpai masyarakat yang semi-
nomaden (setengah pengembara), yang telah mampu melakukan kegiatan peternakan atau
bercocok tanam, namun tetap berpindah-pindah demi menjaga pasokan pangan. Sementara
itu, di Amerika Utara dan Eropa traktor-traktor besar yang ditangani oleh satu orang telah
mampu mendukung penyediaan pangan ratusan orang.
Pada tahun 2017, Kementerian Pertanian mengeluarkan tiga prototipe alsintan, yaitu
alsintan panen multikomoditas jagung dan padi dengan kemampuan 3 jam/ha; mesin olah
tanah amfibi kapasitas 3,5 jam/ha yang dapat digunakan secara bersamaan setelah jagung
dipanen, dan mesin penanam jagung kapasitas 8 jam/ha. Ketiga alsintan tersebut dapat
dioperasikan secara bersamaan sehingga dapat mempercepat proses budidaya dan
meningkatkan Indeks Pertanaman. Sebagai contoh mesin pemanen multikomoditas
(Multicrops Combine Harvester), dapat digunakan untuk memanen jagung atau padi,
sekaligus memasukkan hasil panen ke dalam karung dalam satu operasi. Dalam tiga tahun
terakhir (2015-2017), Kementerian Pertanian telah menyalurkan bantuan alsintan sebanyak
284.436 unit, meningkat 2.175% dibandingkan periode tahun 2014 yang hanya 12.501 unit.
Jenis bantuan alsintan terutama ialah traktor roda dua untuk pengolahan lahan, pompa air
untuk irigasi, transplanter untuk penanaman padi, combine harvester untuk panen dan
perontokan padi. Program bantuan/fasilitasi merupakan bentuk intervensi langsung
pemerintah, yang kini cukup dominan dalam bidang alsintan. Pengembangan mekanisasi
pertanian di Indonesia tidak terlepas dari situasi dan kondisi lingkungan strategis
masyarakat lokal. Karena itu diperlukan pendekatan sistem transformasi sosiokultural
masyarakat dengan mempertimbangkan keragaman dalam setiap budaya lokal. Mengingat
hal tersebut, maka pengembangan mekanisasi pertanian di Indonesia menganut azas
mekanisasi pertanian selektif, yaitu mengintroduksi alat dan mesin pertanian yang sesuai
dengan kondisi sosial ekonomi daerah setempat. Modernisasi pertanian melalui penerapan
mekanisasi pertanian telah memberikan hasil nyata dalam sejarah pertanian Indonesia saat
ini. Dampaknya terjadi penghematan tenaga kerja sebanyak 70 hingga 80 persen, dan
penghematan biaya produksi 30 hingga 40 persen. Peningkatan produksi 10 hingga 20
persen dan penurunan kehilangan hasil saat panen dari 20 persen menjadi 10 persen. Jika
diasumsikan penurunan kehilangan hasil 20 persen, dari luas panen sawah padi di Indonesia
14 juta ha dengan tingkat produksi rata-rata nasional 5 ton per ha, dapat menyelamatkan 14
juta ton gabah kering panen (GKP). Apabila diasumsikan harga GKP Rp3.700 per kg, maka
uang yang diselamatkan sebanyak Rp5,18 triliun. Hal ini berarti dari salah satu dampak
positif saja dari penerapan mekanisasi, sektor pertanian mampu memberikan kontribusi
besar pada perekonomian negara. Hasil lain yang bersifat positif dari penerapan mekanisasi
pertanian, yaitu sukses mewujudkan Indonesia tidak impor beras, jagung untuk pakan,
cabai, dan bawang merah, sehingga sektor pertanian berhasil menghemat devisa sekitar
Rp52 triliun.
Peranan mekanisasi dalam pembangunan pertanian Indonesia dapat dilihat secara rinci
sebagai berikut:
a. Mesin dan alat budidaya pertanian. Mencakup rekayasa mesin dan alat proses
budidaya penggunaan tenaga dan alat-alat untuk transportasi hasil panen pertanian.
b. Teknik pengelolaan tanah dan air yang memanfaatkan alat dan mesin pertanian dan
kaitannya dengan keadaan teknik tanah dan air.
c. Bangunan pertanian. Mencakup gudang penyimpanan, gedung pengolahan,
bangunan dan perlengkapan pertanian.
d. Mesin pengolahan hasil pertanian. Mencakup rekayasa alat dan mesin, dan
penggunaan mesin dalam menyiapkan hasil pertanian, baik untuk diproses,
disimpan maupun untuk langsung digunakan.
e. Mesin pengolahan pangan. Mencakup rekayasa mesin dan penggunaan alat, serta
syarat-syarat yang diperlukan dalam pengolahan pangan.
Cakupan alat mesin pertanian terus berkembang sejalan dengan kemajuan bidang teknik
rekayasa dan kemajuan usaha tani, serta kemajuan bidang lainnya. Permasalahan
Mekanisasi Pertanian di Indonesia Terdapat sejumlah permasalahan dalam upaya
pengembangan teknologi pertanian, terutama alsintan, yakni :
a. Proses rekayasa alsintan belum mampu mengikuti kemajuan teknik alsintan negara
maju.
b. Sistem standarisasi, sertifikasi, dan pengujian alat dan mesin pertanian (alsintan)
masih lemah.
c. Pemanfaatan dan ketersediaan alsintan masih kurang, karena lemahnya permodalan
petani dan sempitnya skala usaha.
d. Skala usaha tani untuk penggunaan alat dan alsintan belum memadai.
e. Dukungan perbengkelan masih lemah.
f. Belum mantapnya kelembagaan alsintan.
g. Belum optimalnya pengelolaan alsintan di subsektor peternakan.
h. Masih rendahnya partisipasi masyarakat/swasta dalam pemanfaatan dan
pengembangan alsintan, serta terbatasnya daya beli maupun permodalan.
a. Permodalan
Umumnya petani di Indonesia mempunyai lahan yang sangat sempit dan sangat lemah
dalam permodalan. Akibatnya, tidak semua petani mampu untuk membeli alsin
pertanian yang harganya mahal.
b. Kondisi Lahan
c. Tenaga kerja
Ketersediaan tenaga kerja di perdesaan cukup banyak. Karena itu, bila digantikan
tenaga mesin, dikhawatirkan akan menimbulkan pengangguran.
d. Tenaga Ahli
a. Input
Input terdiri dari bahan baku, modal, tenaga kerja, informasi, pengetahuan, dan
teknologi yang dimanfaatkan dalam penciptaan output.
b. Output
Output dari sistem mekanisasi pertanian berupa alat dan mesin pertanian yang
dihasilkan, jasa-jasa alsintan, dan pemanfaatan alsintan oleh masyarakat.
c. Sistem
Sistem terdiri dari pihak-pihak yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam
menciptakan mekanisasi pertanian, contohnya produsen, importir alsintan, penyedia jasa
alsintan, dan lembaga penunjang lainnya
d. Lingkungan
Lingkungan dari sistem mekanisasi pertanian terdiri dari lingkungan langsung dan
tidak langsung. Lingkungan langsung terdiri dari pihak-pihak yang langsung
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sistem, contohnya petani, pedagang,
dan Departemen Pertanian. Sedangkan lingkungan tidak langsung terdiri dari lembaga
atau kebijakan yang memiliki dampak luas terhadap sistem, contohnya: keadaan sosial
ekonomi, keadaan politik, sistem nilai dan norma masyarakat, serta insentif.
e. Proses
Proses mencakup teknologi dan metode-metode yang digunakan untuk mengubah input
menjadi output. Dalam proses ini dibutuhkan peran lembaga riset untuk menentukan
teknologi apa yang sesuai dan bagaimana metode pengadopsian teknologi tersebut.
f. Struktur
Struktur menggambarkan peran, tanggung jawab, dan hubungan antara pihak-pihak
yang berkaitan dengan mekanisasi pertanian. Mulai dari produsen, petani, pedagang
alsintan, pemerintah, sampai lembaga-lembaga penunjang lainnya yang terkait. Struktur
sangat penting karena ia menentukan penyalurkan informasi dalam sistem, dan
memberikan insentif kepada pihak pihak yang terkait.
g. Tujuan
Tujuan dari sistem mekanisasi pertanian adalah meningkatkan kinerja sektor pertanian
dan kesejahteraan masyarakat.