Anda di halaman 1dari 6

Nama : Lilis Yuliana

NIM : 134210036
Kelas : PA-A
Matkul : PIP

1. Perkembangan alsintan di Indonesia


Sejarah perkembangan mekanisasi pertanian di Indonesia ditandai dengan pemanfaatan
alat dan mesin pertanian peninggalan Belanda di Sekon. Alat dan mesin pertanian (alsintan)
tersebut dipindahkan ke Jawa digunakan untuk pengenalan serta pengembangan mekanisasi
pertanian di Indonesia. Dalam perkembangannya, di tahun 1966, Indonesia mengimpor
alsintan semakin banyak sehingga membantu dalam pengembangan alsintan. Sehingga dari
tahun ke tahun, perkembangan penggunaan mekanisasi pertanian di Indonesia semakin
meningkat.
Di era pemerintahan Jokowi-JK, penerapan mekanisasi pertanian terlihat fantastis
jumlahnya. Bahkan menurut Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, terbesar dalam sejarah
republik Indonesia. Data Kementerian Pertanian menyebutkan, realisasi bantuan alsintan dari
tahun 2010 hingga 2015 masing-masing sebanyak 8.220, 3.087, 21.145, 6.292, 12.086, dan
65.431. Dari angka ini, terlihat bantuan alat dan mesin pertanian di tahun 2015 fantastis naik
617 persen. Bahkan di tahun 2016, Kementerian pertanian akan mengalokasikan bantuan alat
dan mesin pertanian sebanyak 100 unit. Penerapan mekanisasi pertanian dalam jumlah
fantastis ini bukanlah bak menggarami air laut. Namun, jelas-jelas telah memberikan hasil
nyata dalam sejarah pertanian Indonesia saat ini. Yaitu, terjadi penghematan tenaga kerja
sebanyak 70 hingga 80 persen, penghematan biaya produksi 30 hingga 40 persen, peningkatan
produksi 10 hingga 20 persen, dan penurunan kehilangan (losses) saat panen dari 10 persen
menjadi 20 persen. Sehingga, jika diasumsikan penurunan losses 20 persen, dari luas sawah
padi di Indonesia 14 juta ha dengan tingkat produksi rata-rata nasional 5 ton per ha, dapat
menyelamatkan 14 juta ton gabah kering panen (GKP). Kemudian, apabila diasumsikan harga
GKP Rp 3.700 per kg, maka uang yang diselamatkan sebanyak Rp 5,18 triliun. Artinya dari
satu dampak positif saja penerapan mekanisasi, sektor pertanian mampu memberikan
kontribusi besar pada perekonomian negara.
Kemudian, penerapan mekanisasi pertanian pun telah memberikan hasil pada penambahan
luas tambah tanam 630 ribu ha dan terjadi peningkatan produksi untuk padi dari 70,8 juta ton
di tahun 2014 naik menjadi 75 juta ton di tahun 2015, jagung dari 19 juta ton naik menjadi
19,8 juta ton di tahun 2015 dan kedelai dari 954.997 ton naik menjadi 982.967 ton di tahun
2015. Peningkatan produksi ini memberikan pengaruh yang nyata peningkatan pendapatan
petani. Hal ini dibuktikan dari naiknya nilai tukar usaha pertanian (NTUP) dari 106,04 di tahun
2014 naik menjadi 107,44 di tahun 2015. Hasil lain yang mengejutkan dari penerapan
mekanisasi pertanian, yaitu sukses mewujudkan Indonesia setahun tidak impor beras, cabai,
bawang merah dan raw sugar untuk white sugar. Sehingga, sektor pertanian berhasil
menghemat devisa sebesar Rp 52 triliun.Dari rentetan hasil yang dicapai di atas, sangat jelas
memperlihatkan atau membuka mata kita bahwa mekanisasi pertanian yang menjadi program
prioritaspemerintahan Jokowi-JK sebagai turunan amanah nawa cita untuk mewujudkan
swasembada pangan, telah memberikan hasil nyata dalam menjadikan Indonesia berdaulat
pangan dan mensejahterakan petani. Dengan demikian, mekanisasi pertanian bukanlah
program pepesan kosong atau pun sia-sia bahkan menghambur-hamburkan anggaran negara.
Bahkan, tidak ada keraguan untuk mengapresiasi langkah berani pemerintah tersebut. Untuk
itu, dapat disimpulkan bahwa mekanisasi pertanian merupakan jalan sunyi yang menuntun
Indonesia sebagai raksasa pangan Asia.

Kendala penggunaan alsintan di Indonesia


- Masyarakat kurang menerima adanya perkembangan teknologi
- Kurangnya pemahaman petani dalam pengoperasian teknologi yang ada
- Masih banyaknya petani yang kurang mengetahui pentingnya alsintan itu
- Dana yang kurang bagi petani dalam membeli teknologi untuk keperluan pertanian

Peluang penggunaan alsintan


- Peningkatan peluang pengembangan efisiensi dan produktivitas
- Upaya peningkatan nilai tambah pertanian
- Upaya pengendalian limbah dan pemanfaatannya
- Membantu petani yang ingin maju dalam pertanian
2. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menuju Swasembada pangan agar berhasil
1) Harus ada peningkatan kualitas budidaya pertanian dengan teknik yang lebih modern. cara
ini tentu sangat efektif dalam mendongkrak hasil produksi pangan. Dalam satu hektar lahan
pertanian tentu akan mengalami peningkatan hasil produksi yang signifikan jika proses
budidaya yang dilakukan tepat.
2) Pemerintah harus menjamin pemenuhan kebutuhan produksi pertanian titik kebutuhan
petani akan pupuk, bibit unggul,pengendalian hama dan penyakit tanaman serta irigasi
harus betul-betul diperhatikan. Untuk beberapa tanaman pangan yang musiman tentu akan
sangat terkendala ketika sudah tiba musim tanam tetapi pupuk dan bibit belum didapatkan
oleh petani.
3) Pemerintah harus menjamin pasar bagi distribusi hasil produksi pertanian dengan harga
yang stabil dan sesuai. Sampai hari ini tidak ada satupun kebijakan pemerintah yang
menjamin proses pemasaran untuk hasil produksi pertanian akibatnya untuk beberapa hasil
produksi pertanian yang bukan kebutuhan pokok petani mengalami kesulitan dalam
memasarkan produk mereka sehingga harus menemui harga jual yang murah atau bahkan
tidak laku.
4) Menerapkan sistem budidaya pertanian yang sustainable. sistem budidaya pertanian yang
diterapkan pada era revolusi hijau dipandang sebagai kebijakan yang salah dalam
meningkatkan hasil produksi pertanian karena peningkatan produksi pertanian ditekankan
pada penggunaan bahan kimia besar-besaran, dalam bentuk pupuk dan pestisida.
5) Menggalakkan proses perluasan lahan budidaya pertanian pangan. Perluasan lahan
pertanian yang ”katanya” telah dilakukanOleh pemerintah perlu ditinjau ulang fungsinya.
Jika sembada pangan sudah menjadi program konkret maka proses perluasan lahan
pertanian harus difokuskan pada fungsinya sebagai lahan tanam pangan bukan yang lain.
6) Menghentikan atau membatasi tanaman perkebunan dalam rangka perluasan lahan
produksi tanaman pangan maka pemerintah harus membatasi perluasan lahan untuk
tanaman perkebunan.
7) Penyelesaian konflik agraria petani harus diberikan akses seluas-luasnya untuk
berproduksi oleh karenanya tanah sebagai modal dasar dalam budidaya pertanian harus
disediakan oleh pemerintah.
3. Upaya yang harus dilakukan agar pertanian Indonesia dapat maju seperti pertanian di luar
negeri
- Meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas pertanian serta meningkatkan SDM
pertanian.
- Penerapan pertanian berbiaya rendah melalui peningkatan efisiensi dan pengembangan
kawasan berbasis korporasi.
- Pengembangan dan penerapan mekanisme serta akselerasi pemanfaatannya inovasi
teknologi.
- Ekspansi pertanian melalui perluasan pemanfaatan lahan termasuk lahan rawa dan
suboptimal lainnya serta penyediaan (air irigasi, embung dan bangunan air lainnya).
- Menciptakan keseimbangan ekosistem pertanian yang mendukung berkelanjutan
peningkatan produksi dan produktivitas untuk meningkatkan kemandirian pangan.
- Sistem pertanian berkelanjutan yang efisien berbasis Iptek dan sumber daya lokal serta
pengawasan lingkungan melalui pendekatan sistem agribisnis.
- Menjadikan petani yang kreatif inovatif dan mandiri serta mampu memanfaatkan Iptek dan
sumber daya lokal untuk menghasilkan produk pertanian berdaya saing tinggi.
- Mewujudkan usaha pertanian yang terintegrasi secara vertikal dan horizontal guna
menumbuhkan usaha ekonomi produktif dan menciptakan lapangan kerja di pedesaan.
- Mengembangkan industri hilir pertanian yang terintegrasi dengan sumber daya lokal untuk
memenuhi permintaan pasar domestik regional dan internasional,
- Mendorong terwujudnya sistem kemitraan usaha dan Perdagangan Komoditas pertanian
yang sehat jujur dan berkeadilan.
- Meningkatkan kualitas kinerja dan pelayanan aparatur Pemerintah di bidang pertanian yang
amanah dan profesional.

4. Revolusi 4.0 di Indonesia belum berkembang


- Karena faktanya revolusi 4.0 dalam sektor agrikultur lebih dominan di Eropa. jumlah
penduduk yang berusia produktif lebih sedikit dibanding penduduk yang berusia non-
produktif, di Indonesia sendiri Lebih dominan pertaniannya masih tradisional dan masih
banyak ditemukan di berbagai wilayah.
- Karena masalah yang dihadapi Indonesia adalah SDM mereka sendiri. Seperti yang kita
ketahui Indonesia memiliki SDM yang sangat banyak, meski begitu orang-orang yang
memiliki kualitas yang bagus masih terbilang sedikit sehingga walaupun terdapat di
lapangan pekerjaan hingga kini masih banyak masyarakat yang tidak mendapatkan
pekerjaan. Dikarenakan rendahnya kualitas mereka Indonesia memiliki angkatan kerja
terbesar ke-4 di dunia namun, sangat kekurangan talenta selain dari kualitas SDM yang
masih belum memenuhi dari segi zona industri di Indonesia sendiri masih belum optimal
contohnya Migas vs Petrokimia Selain itu kawasan industri di Indonesia juga kurang
dikembangkan dan digunakan seperti Batam, Karawang Dan Bekasi.

5. Prospek pemanfaatan teknologi informasi untuk bidang pertanian di Indonesia yaitu :


- Mendorong terbentuknya jaringan informasi pertanian di tingkat lokal dan nasional
- Membuka akses petani terhadap informasi pertanian untuk meningkatkan peluang potensi
peningkatan pendapatan dan cara pencapaiannya, meningkatkan kemampuan Petani dalam
meningkatkan posisi tawarnya rumah serta meningkatkan kemampuan Petani dalam
melakukan diversifikasi usaha tani dan komoditas yang diusahakannya dengan input yang
tersedia jumlah produksi yang diperlukan dan kemampuan pasar output
- Mendorong terlaksananya kegiatan pengembangan pengelolaan dan pemanfaatan
informasi pertanian secara langsung maupun tidak langsung untuk mendukung
pengembangan pertanian dengan lahan marjinal
- Memfasilitasi dokumentasi informasi pertanian di tingkat lokal (indigenous knowledge)
yang dapat diakses secara lebih luas untuk mendukung pengembangan pertanian lahan
marjinal

6. Perbedaan ketahanan pangan dan kedaulatan pangan dan cara pencapaian kedua hal tersebut
- Ketahanan pangan (food security)
Ketahanan pangan berupaya untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri meskipun
harus mengimpor dari negara lain. Di Indonesia dalam UU No.18 Tahun 2012 Kondisi
terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari
Tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman dan beragam bergizi
merata, terjangkau dan tidak bertentangan dengan agama keyakinan dan budaya
masyarakat untuk hidup sehat aktif produktif
- Kedaulatan pangan
Hak setiap bangsa dan rakyat untuk memiliki kemampuan guna memproduksi kebutuhan
pokok secara mandiri
Untuk mencapai kedua hal tersebut dengan cara :
1) Meningkatkan produksi dan produktivitas pangan pokok
2) Diversifikasi pangan dan pengembangan atau family farming
3) Mengembangkan buffer stock dan intervensi pasar
4) Manajemen distribusi dan akses transportasi pangan
5) Membangun model kelembagaan petani yang modern dan tangguh

7. Upaya pemerintah untuk memuliakan petani yaitu


- Peningkatan anggaran subsidi pupuk merupakan wujud komitmen Pemerintah dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan petani demi terwujudnya kedaulatan pangan.
- Memberikan sosialisasi dan pengajaran tentang modernisasi pertanian
- Membantu menyediakan teknologi dan mendukung petani menjadi lebih maju
- Implementasi UU Cipta kerja terkait penyederhanaan
- Percepatan kepastian dalam perizinan
- Persetujuan ekspor/impor
- Perbaikan infrastruktur pertanian
- Pemerataan penerimaan bantuan untuk petani

Kendala negara kita untuk menjadi lumbung pangan dunia 2045 yaitu
- Penambahan penduduk berdasarkan PBB jumlah penduduk dunia pada tahun 2015 sekitar
7,3 miliar dan pada tahun 2050 menjadi 9,7 miliar
- Kemudian dkabarkan dunia akan mengalami krisis pangan pada tahun 2050 dikarenakan
ledakan penduduk kesenjangan dan ketidakcukupan pangan perubahan iklim dan
kelangkaan yang mengancam keberlanjutan sistem produksi dan kerusakan lingkungan.
- Bahan pangan diolah menjadi energi dan jumlah wilayah yang cocok untuk
mengembangkan pertanian pangan semakin terbatas akibat perubahan iklim global.

Anda mungkin juga menyukai