Anda di halaman 1dari 23

Teknologi Pascapanen Jagung

 Uncategorized

 5 September 2017, 16.24

 By : admin

Jagung merupakan tanaman kedua yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia
setelah padi, sebagai bagian dari famili poaceae jagung penuh dengan karbohidrat dan menjadi
bahan pangan utama di beberapa negara dan sebagian kecil daerah di Indonesia. Kadar
karbohidrat dari jagung cukup tinggi yaitu 72,4 gram/100 gram jagung dan bila dibandingkan
dengan kadar karbohidrat padi sebesar 78,9 gram/100 gram beras maka tidak terdapat perbedaan
yang terlalu besar dan dapat dipertimbangkan menjadi bahan penganti beras. Data
kadarkarbohidrat dari beberapa bahan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data kandungan karbohidrat bahan pangan

Bahan pangan Kadar Karbohidrat (gram)*

Beras giling 78,9

Jagung giling kuning 72,4

Jawawut 73,4

Gaplek 81,3

Havermout 86,2

Katul Beras 54,6

Katul Jagung 64,5

*kandugan per 100 gram bahan

Sumber : Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi DIY


Dalam proses pembudidayaanya cukup mudah karena persyaratan tumbuh untuk jagung dapat
dipenuhi mengingat keberagaman topografi sebagai hasil dari luasnya wilayah Indonesia. Jagung
yang siap dipanen akan menjalani serangkaian proses pascapanen. Proses pascapanen meliputi:

1. Pemanenan
Pada proses pemanenan, penentuan umur panen merupakan hal yang perlu diperhitungkan
karena bila jagung dipanen sebelum waktu panen akan menyebabkan banyak butir muda yang
belum masak terpanen, sehingga kualitas jagung menurun begitu pula dengan daya simpannya
juga akan menurun. Sebaliknya bila dipanen melebihi umur panen, jagung akan mengalami
degradasi nutrisi yang mengakibatkan kenaikan kehilangan hasil serta ancaman dari tumbuhnya
jamur (Aspergillus sp.) dan cendawan dengan tanda-tanda klobot dan atau biji berwarna kehitam-
hitaman, putih dan kehijauan [1]. Ciri-ciri jagung yang telah memasuki umur siap panen yaitu a)
jagung berumur 7-8 minggu setelah berbunga [2], b)daun dan batang tanaman mulai menguning
dan berwarna cokelat pada kadar air 35-40% [1]. Penentuan umur panen juga dapat bervariasi
berdasarkan varietas jagung yang ditanam.

Alat dan mesin yang digunakan dalam proses pemanenan jagung meliputi sabit (konvensional)
dan alat pemanen jagung / corn harvester (modern) yang pada tahun 2015 telah mendapat pujian
dari Menteri Pertanian dikarenakan dengan menggunakan alat pemanen ini dapat menekan biaya
panen hingga 60% [3]. Untuk pemanenan dengan cara konvensional menggunakan sabit terdapat
dua tipe pemanenan yaitu jagung tongkol dengan klobot dan pemanenan jagung tongkol tanpa
klobot. Pada pemanenan jagung dengan klobot, jagung berkadar air tinggi yaitu berkisar 30-40%
dan jagung disabit setinggi pinggang, lalu jagung segera dipetik dan dipisahkan dari kelobotnya.
Jagung yang sudah bersih kemudian dimasukkan dalam keranjang. Sedangkan untuk jagung
tanpa klobot, jagung berkadar air rendah berkisar 17-20% dan jagung dipisahkan terlebih dari
klobotnya terlebih dahulu lalu dipetik jagung tanpa harus menyabit batang jagung terlebih
dahulu.

2. Pengeringan jagung
Jagung yang berasal dari proses pemanenan biasanya memiliki kadar air yang terlalu tinggi dan
amat berbahaya pada proses penyimpanan. Pengeringan diperlukan untuk mengurangi kadar air
bahan sehingga aman untuk disimpan. Dengan pengeringan jagung juga lebih mudah untuk
dipipil. Pengeringan pada jagung dapat dilakukan dalam beberapa tahap yaitu a) pengeringan
jagung tongkol di lahan, cara ini biasanya digunakan para petani di daerah yang memiliki
karakteristik tadah hujan dan kering yang periode perisapan penanaman berikutnya tidak
mendesak, b) pengeringan dalam bentuk jagung tongkol, dan c) pengeringan dalam bentuk
jagung pipilan [1]. Untuk pengeringan jagung tongkol sendiri terbagi menjadi 2 bentuk yaitu
jagung tongkol berkelobot dan jagung tongkol tanpa kelobot, namun perlu diperhatikan bahwa
pengeringan jagung tongkol berkelobot tidak dianjurkan karena memakan waktu yang lama dan
hasilnya tidak baik.

Dalam pengeringan jagung terdapat dua metode pengeringan yaitu pengeringan dengan cara
konvensional yaitu dengan pengeringan sinar matahari langsung dan cara modern dengan
menggunakan alat pengeringan khusus jagung contoh bed dryer, recirculation batch dryer,
dan continuous mix flow dryer, dan lain sebagainya. Pengeringan jagung dalam bentuk tongkol
tanpa kelobot diusahakan mencapai kadar air 17-18% dan pengeringan jagung pipil dilakukan
hingga mencapai 14-15%.

3. Pemipilan Butir Jagung


Pemipilan jagung berfungsi untuk memisahkan biji jagung dari tongkolnya. Pemipilan ini dapat
dilakukan dengan cara manual dengan tenaga manusia maupun secara mekanis dengan
menggunakan mesin pemipil. Pemipilan jagung manual dilakukan dengan tangan, tongkat
pemukul, gosrokan, pemipil besi putarm pemipil besi bergerigi dan alat pemipil jagung
sederhana lainnya. pemipilan menggunakan tangan oleh seorang wanita dewasa menghasilkan 2-
9 kg biji jagung per jam tergantung dari keahliannya. Cara memipil dengan tangan adalah jagung
tongkol dipegang dengan tangan kiri. Kemudian dengan tangan kanan biji jagung dilepas dari
janggelnya, gunakan ibu jari untuk menekan dan mendorong jagung.

Gambar 1. Pemipilan dengan menggunakan tangan

(Sumber : Haryoto, 1995)

Alat pemipil TPI juga dapat digunakan untuk memipil jagung secara manual. Alat yang
sederhana terbuat dari papan kayu dengan ketebalan 3 cm. Penggunaan alat ini adalah jagung
tongkol dipegang dengan tangan kiri dan alat pemipil dengan tangan kanan. Jagung didorong
masuk ke alat lalu alat pemipil diputar. Dengan alat ini dapat dihasilkan 12-15 kg biji jagung per
jam per orang. Dalam penggunaan alat ini perlu diperhatikan keseeragaman besar jagung tongkol
untuk mengurangi angka kerusakan butir jagung [4].
Gambar 2. Alat pemipil jagung tipe TPI

(Sumber : Haryoto, 1995)

Sedangkan alat pemipil jagung mekanis (corn sheller) memiliki banyak variasi disesuaikan
dengan kapasitas pengolahan yang diinginkan dan faktor-faktor lainnya.

4.Sortasi dan Pembersihan


Sortasi dilakukan untuk mendapatkan bahan dengan kualitas yang seragam dan
mengelompokkan bahan dengan kualitas yang sama. Sortasi jagung memisahkan biji jagung
sehat (baik) dari biji-biji pecah, rusak, dan hampa serta untuk menyeragamkan ukuran
butirannya. Proses pembersihan bertujuan untuk membersihkan butiran jagung dari kotoran
seperti sisa tongkol, seresah, dan kotoran-kotoran lainnya. proses sortasi dan pembersihan dapat
dilakukan dengan cara manual (konvensional) menggunakan tangan dan peralatan sederhana atau
dengan menggunakan cara mekanis yaitu menggunakan alat dan mesin pertanian. Secara manual
sortasi dan pembersihan pipilan jagung dapat dilakukan dengan cara : a) menggunakan tangan
untuk memilih dan memisahkan jagung yang rusak, pecah, hampa, dan kotoran-kotoran yang
terbawa, b) menggunakan ayakan, jagung diayak sehingga kotoran dan jagung yang berukuran
kecil akan jatuh dan terpisah sesuai ukurannya.

Sedangkan untuk cara mekanis dapat dilakukan dengan menggunakan blower/winowwer.Prinsip


kerja blower/winowwer adalah menghembuskan udara pada pipilan jagung sehingga kotoran-
kotoran, jagung berukuran kecil, dan hampa akan terpisah satu sama lain.

5. Penyimpanan dan Pengemasan


Setelah butir jagung bersih dan memiliki kadar air yang sesuai untuk proses penyimpanan maka
proses selanjutnya adalah penyimpanan. Tujuan dari penyimpanan adalah untuk menjaga
kualitas yang dimiliki oleh biji-bijian, kualitas dari bijian tidak dapat ditingkatkan selama proses
penyimpanan sehingga menjaga agar kualitas butir jagung baik harus dilakukan dari awal proses
pascapanen. Tak dipungkiri kerusakan bijian akan terjadi selama proses penyimpanan apalagi
jagung adalah bahan biologis yang mengalami proses metabolisme dan kadar air, hal ini
dipengaruhi oleh lingkungan seperti suhu dan kelembaban. Terdapat beberapa faktor penyebab
kerusakan bijian, salah satunya adalah jamur, serangga, tikus, respirasi bijian, dan migrasi air.

Penyimpanan pada jagung terbagi menjadi 2 metode yaitu penyimpanan dalam karung dan
penyimpanan curah. Secara umum kelebihan serta kekurangan dari kedua metode tersebut dapat
dilihat pada tabel 2. Namun perlu diperhatikan kedua metode ini aman selama dalam
pelaksanaannya semua sesuai dengan aturan.

Tabel 2. Kelebihan dan kekurangan metode penyimpanan jagung

No. Dalam karung Curah

1 Fleksibel Tidak fleksibel


2 Sebagian dapat ditangani secara mekanis Dapat ditangani secara mekanis
seluruhnya

3 Penanganan lambat Penanganan cepat

4 Tumpahan banyak Tumpahan sedikit

5 Modal rendah Modal besar

6 Biaya oprasi tinggi Biaya operasi rendah

7 Potensi kehilangan karena hama tikus Potensi kehilangan karena hama tikus
tinggi rendah

8 Pengulangan serangan hama dapat terjadi Perlindungan terhadap serangan hama


kembali lebih baik

Setelah menentukan metode penyimpanan yang digunakan, perawatan perlu dilakukan untuk
menjaga agar butir jagung tidak terserang hama dan penyakit selama proses penyimpanan.
Perawatan yang dapat dilakukan meliputi aerasi dan fumigasi. Aerasi adalah pengaliran udara
kedalam ruang simpan untuk menjaga kelembaban dan temperatur ruang simpan, kemudian
fumigasi adalah pemberian obat dalam bentuk gas (asap) ke dalam ruang simpan untuk
memberantas hama.

Syarat udara untuk aerasi adalah suhu udara rendah (dingin) dan kelembabannya juga rendah
(kering). Aerasi akan menghilangkan panas, bau apek, dan uap air sehingga potensi terserang
hama dan penyakit berkurang. Aerasi juga berfungsi untuk mencegah perkecambahan serta
mengurangi pemakaian bahan kimia. Selanjutnya untuk fumigasi, jenis pestisida yang digunakan
untuk pemberantasan hama dan serangga haruslah memenuhi syarat berikut ini [5]: a) efektif
pada cara pengunaan yang ekonomis, b) tidak meninggalkan residu yang melebihi batas
maksimum (MRL), c) tidak mempengaruhi kualitas, rasa, dan bau bahan pangan; dan d) tidak
mudah terbakar dan menimbulkan karat. Sebagai contoh BULOG menggunakan gas metil
bromida dan phosphine sebagai bahan fumigasi gudang penyimpanannya.

Ketika semua proses pascapanen dari jagung diatas sudah terlaksana maka jagung dapat
disimpan dalam jangka waktu yang lebih lama dan kualitas yang tidak jauh berkurang dari awal
proses pemanenan. Diharapkan kedepannya akan lebih banyak teknologi yang diterapkan pada
bidang pertanian yang akan memudahkan para petani untuk mengambil hasil dari lahannya dan
meningkatkan nilai tambah dari hasil panen yang didapatkannya.

Berikut ini video mengenai teknologi pengerignan jagung secara modern dengan menggunakan
pengering tipe bed dryer. Dengan menggunakan mesin ini diharapkan kekurangan dari
pengeringan konvensional.

Referensi :

[1] Sudarti & Turang, A. C. 2015. Penanganan Pasca Panen Jagung. Diakses pada 4 September
2017 pada http://sulut.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?
option=com_content&view=article&id=630&Itemid=76.

[2] Hidayat, Y. Y. 2017. Penanganan Pasca Panen Jagung. Diakses pada 4 September 2017
pada http://nuansatani.com/penanganan-pasca-panen-jagung/

[3] Kurnianto, M. 2016. Menteri Amran Kagum Inovasi Alat Pemanen Jagung. Diakses pada 4
September 2017 pada https://m.tempo.co/read/news/2016/06/23/061782497/menteri-amran-
kagum-inovasi-alat-pemanen-jagung.

[4] Haryoto, 1995.Membuat Alat Pemipil Jagung. Kanisius. Yogyakarta.

[5] Sidik, M. & Halid, H. 1983. Sistem Penyimpanan dan Perawatan Kualitas Bahan Pangan di
Bidang Urusan Logistik.

AERASI FUMIGASI JAGUNG PASCAPANEN PEMANENAN JAGUNG PEMIPILAN


TAGS:
JAGUNGPENGEMASAN JAGUNG PENGERINGAN JAGUNG PENYIMPANAN JAGUNG

Leave A Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment *

Nama *

Email *

Forum Diskusi Komunitas

Alat Pendeteksi Asam Manis Mangga …by maryani8 months ago

Petani Kopi Akan Dapat Bantuan So …by maulana8 months ago

IPB Apresiasi Mekanisasi Pertania …by maulana8 months ago

Recent Comments

 A WordPress Commenter on Hello world!

Archives

 September 2017
 August 2017
 May 2017

Categories

 Akademik
 Features
 Komunitas
 Uncategorized

Meta

 Register
 Log in
 Entries RSS
 Comments RSS
 WordPress.org

Menara Ilmu Teknik Pascapanen


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN & BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Jln. Flora 1. Bulaksumur 55281 Yogyakarta Indonesia
pascapanen.tp@ugm.ac.id
+62-274-563-542
+62-274-563-542
© UNIVERSITAS GADJAH MADA 2017


HOME
 DAFTAR ISI
 PRIBADI
 KET.PANGAN
 PENYULUHAN
 TEKNOLOGI»
 REKAN»
 ROHANI»
 DOWNLOAD»
 HUMOR
BUKU TAMU
POPULAR POSTS


PASCA PANEN JAGUNG


BUDIDAYA UBI JALAR CILEMBU ST 1


Talas dan manfaatnya
PENDAHULUAN Talas merupakan tumbuhan yang 90% bagiannya dapat dimakan. Daun, tangkai daun,
pelepah, umbi induk dan umbi anakan dapat dimakan...


Pembuatan Permen Susu


PEMANFAATAN PEKARANGAN


ANEKA RESEP SUKUN

Contoh Banner, Baliho Dan Poster
Pengemasan informasi merupakan hal yang sangat penting didalam kegiatan penyuluhan pertanian.
Kegiatan komunikasi hanya mengandalka...


CERAMAH
ARSIP
 ► 2012 (17)
 ► 2011 (33)
 ▼ 2010 (31)
o November (1)
o Oktober (7)
o September (11)
o Agustus (12)

Sabtu, 28 Agustus 2010


PASCA PANEN JAGUNG
04.15 Tatang Kostaman 6 comments

PENDAHULUAN
Pasca panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi,
kesalahan dalam penanganan panen dan pasca panen dapat mengakibatkan kerugian yang sangat
besar bahkan produk kehilangan nilai ekonomi. Karena itu penanganan pasca panen secara benar perlu
mendapat prioritas dalam proses produksi usahatani
Menurut para ahli dalam proses produksi jagung, energi yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi
sekitar 32% dari total energi yang dibutuhkan sedangkan untuk penanganan panen dan pasca panen
mencapai 72%. Hal ini menunjukan bahwa penanganan panen dan pasca panen secara benar
membutuhkan curahan kerja yang cukup besar, sebagai gambaran energi yang dibutuhkan dalam
proses produksi jagung sebagai berikut:
- Pembajakan 16%
- Pemeliharaan dan penanaman 12%
- Pemanenan 6%
- Pengeringan 60%
- Transportasi 6%
KEGIATAN PASCA PANEN JAGUNG
Pasca panen adalah tahapan kegiatan sejak pemungutan hasil di lapangan sampai siap untuk
dipasarkan, sedangkan penanganan pasca panen merupakan tindakan yang disiapkan atau dilakukan
pada hasil pertanian agar hasil pertanian siap dan aman untuk dikonsumsi atau diolah lebih lanjut oleh
industri.
PENGARUH KEGIATAN PASCA PANEN
TERHADAP MUTU JAGUNG
Kerusakan jagung akibat penanganan pasca panen yang salah dapat terjadi pada setiap tahapan
kegiatan karena Jagung membutuhkan penanganan yang cepat setelah panen. Beberapa kegiatan pasca
panen yang berpengaruh terhadap mutu jagung sbb.
Tabel 1. Kegiatan Pasca Panen yang Berpengaruh Terhadap Kerusakan Jagung

Kegiatan Kadar air Butir Rusak Butir warna Kotoran


lain
Pemanenan V V V V
Pengangkutan - - - V
Pengeringan V V V V
Pemipilan V V - V
Penundaan V V V -
Penyimpanan V V V V
Keterangan:
V = berpengaruh
- = tidak berpengaruh
BENTUK KERUSAKAN BIJI JAGUNG
a. Rusak Fisik
Berupa kerusakan endosferm, terutama disebabkan sering terjadinya perubahan kadar air, perubahan
kadar air disebabkan oleh cuaca seperti panas, hujan, pergantian siang dan malam. Butir retak dalam
proses selanjutnya dapat menjadi butir pecah, juga dapat disebabkan oleh proses pemipilan dengan
menggunakan alat pemukul atau mesin perontok yang kurang sempurna.
b. Rusak Bilogis
Disebabkan oleh kegiatan selama penyimpanan seperti hama, jamur, dan mikroba. Padaserangan hama
sebagian endosferm dimakan dan sisanya berupa butir berbetuk biji cacat. Biji cacat mudah mengalami
oksidasi asam lemak, menghasilkan asam lemak bebas dan memberikan bau tidak enak. Hama tikus
merupakan sumber kontaminasi jagung yang berupa bulu dan kotoran sehingga mutu jagung menjadi
rendah
c. Rusak Kimia
Disebabkan adanya dekomposisi kimia selama penyimpanan, seperti penurunan kadar karbohidrat,
protein, dan lemak karena metabolisme baik oleh serangga dan mikroba maupun oleh biji-bijian yang
disimpan. Rusak kimia tidak dapat diamati secara visual.
PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN JAGUNG
WAKTU PANEN
Umur panen jagung tergantung dari masing-masing varitas yang ditanam, tetapi biasanya 2 bulan
setelah 50% keluar rambut. Umur panen pada beberapa varietas jagung sbb
Tabel 2. Umur Panen Potensi Hasil Dan Rata-Rata Hasil Berbagai Varietas Jagung

Varietas Umur Potensi Hasil Rata- rata


(Ton/ha) Hasil (Ton/ha)
C5 95-105 - 8,0
C6 98-105 - 10-10,3
C7 95-105 10-12,4 8,1
Pioneer 10 93-117 10-11 7,66
Pioneer 11 96-124 10-12 7,66
Pioneer 12 92-120 10-12 8,105
Pioneer 13 90-115 10-11 8,027
Pioneer 14 89-112 10-11 7,578
CPI -1 97 - 6,2
CPI- 2 97 8-9 6,2
IPB 4 100-105 - 6,6
Semar 1 95-100 8-9 5,3-6,4
Semar 2 91 - 5,0-6,1
Semar 3 94 8-9 5,3
Secara visual, jagung sudah siap dipanen bila :
 Batang, daun dan kelobot berubah menjadi kuning atau telah mengering
 Klobot kering berwarna kuning dan bila dikupas biji mengkilap.
 Bila biji ditekan dengan kuku tidak berbekas.
 Terdapat bintik hitam pada bagian biji yang melekat pada tongkol

CARA PANEN
- Panen dilakukan pada kadar air 17-18%
- Sebelum dipanen dapat dilakukan pemangkasan batang bagian atas untuk menurunkan kadar air
tongkol disertai dengan pengupasan klobot sebagian atau seluruhnya
- Cara panen jagung yang matang fisiologis adalah dengan memutar tongkol berikut kelobotnya, atau
dapat dilakukan dengan mematahkan tangkai buah jagung. Pada lahan yang luas dan rata pemanenan
sangat cocok bila menggunakan alat mesin
PERLAKUAN HASIL
Pemisahan Tongkol
Pemisahan tongkol dilakukan untuk memisahkan tongkol yang baik dan kurang baik. Dengan tujuan
- Menghindari Penularan Hama Penyakit
- Menjaga Kualitas Jagung Pipilan Yang Dihasilkan
- Memudahkan penanganan selanjutnya
Pengupasan
Jagung dikupas pada saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai.
Pengupasan dilakukan untuk menjaga agar kadar air di dalam tongkol dapat diturunkan dan kelembaban
di sekitar biji tidak menimbulkan kerusakan biji atau mengakibatkan tumbuhnya cendawan. Pengupasan
dapat memudahkan atau memperingan pengangkutan selama proses pengeringan.

Pengeringan
Pengeringan merupakan kegiatan kritis selama urutan pemanenan pengeringan yang kurang baik
mengakibatkan turunnya mutu jagung
Tujuan pengeringan
- Menurunkan kadar air biji sehingga aktivitas biologis terhenti dan mikroorganisme serta serangga tidak
bisa hidup di dalamnya
- Meningkatkan daya simpan biji jagung
- Pengangkutan lebih ringan, sehingga biaya pengangkutan dapat dikurangi
- Khusus untuk jagung yang akan digunakan sebagai benih, pengeringan dapat meningkatkan Viabilitas
benih (tingkat pertumbuhan benih)
- Meningkatkan nilai ekonomi jagung
- Menghindari kontaminasi biji jagung dari cendawan Aspergilus flavus yang dapat meningkatkan aflatoxin
ambang batas Aspergilus flavus menurut FAO 30 (pbb)
Cara pengeringan
1. Pengeringan alami
 Pengeringan dapat dilakukan dengan bentuk tongkol berkelobot, tanpa kelobot, dan pipilan.
 Untuk menurunkan kadar air dari 38% menjadi 12-14% pada ketiga bentuk jagung tersebut
dibutuhkan waktu masing-masing 91 jam, 87 jam dan 57 jam

 Menggunakan alas atau lantai atau digantung

 Kadar Air berkisar 9-12%

2. Pengeringan melalui Pengasapan


- Dilakukan dengan cara memberikan asap
- Jarak jagung dengan tongkol dari sumber asap 80 cm
- Lama pengasapan 7 hari
- Penurunan kadar air dari 29% menjadi 14%
3. Pengeringan dengan mesin
- Menggunakan mesin pengering
- Panas pengeringan 38-430 C
- Kadar air 12-13%
Keuntungan Penggunaan Mesin Pengering
1. Mengemat tenaga manusia terutama musim penghuja
2. Dapat digunakan setiap saat

3. Dapat dilakukan pengaturan suhu sesuai kadar air yang diinginkan

4. Pengeringan dapat dilakukan sekaligus atau bertahap

Pengeringan awal
Tujuan
- Menurunkan Kadar air dari kering panen menjadi 18-20%
- Memudahkan pemipilan
- Mempercepat pemipilan
- Mengurangi butir rusak, terkelupas kulit terluka dan cacat akibat pemipilan
Pengeringan akhir
- tujuan menurunkan kadar air dari 18-20% menjadi 12-14%
- dilakukan terhadap jagung yang sudah dipipil
Pemipilan
Tujuan Memisahkan biji dari tongkol
Dilakukan jika Tongkol kering dan
Setelah dijemur sampai kering ( Kadar air bji 18%-20%). jagung dipipillPemipilan dapat
menggunakan tangan atau alat pemipil jagung bila jumlah produksi cukup besar. Pada dasarnya
“memipil” jagung hampir sama dengan proses perontokan gabah, yaitu memisahkan biji-biji dari tempat
pelekatan. jagung melekat pada tongkolnya, maka antara biji dan tongkol perlu dipisahkan.
Tradisional
- Kerusakan rendah
- Dapat memilih yang rusak
- Kapasitas rendah
Mekanis
- Kerusakan biji relatif lebih besar
- Kapasitas produksi relatif tinggi
- Kehilangan hasil relatif lebih besar

PENYORTIRAN DAN PENGGOLONGAN


Setelah jagung terlepas dari tongkol, biji-biji jagung harus dipisahkan dari kotoran atau apa saja
yang tidak dikehendaki, sehingga tidak menurunkan kualitas jagung. Yang perlu dipisahkan dan dibuang
antara lain sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, kotoran selama petik ataupun pada waktu
pengumpilan. Tindakan ini sangat bermanfaat untuk menghindari atau menekan serangan jamur dan
hama selama dalam penyimpanan. Disamping itu juga dapat memperbaiki peredaran udara. Untuk
pemisahan biji yang akan digunakan sebagai benih terutama untuk penanaman dengan mesin penanam,
biasanya membutuhkan keseragaman bentuk dan ukuran buntirnya. Maka pemisahan ini sangat penting
untuk menambah efisiensi penanaman dengan mesin. Ada berbagai cara membersihkan atau
memisahan jagung dari campuran kotoran. Tetapi pemisahan dengan cara ditampi seperti pada proses
pembersihan padi, akan mendapatkan hasil yang baik.
PENGEMASAN
Tujuan
- Memudahkan penanganan (pemindahan dan penyimpanan)
- Perlindungan dari cuaca diharapkan pengemasan dapat melindungi biji jagung dari cuaca luar yang
merugikan misalnya kelembaban udara yang tinggi, bocoran hujan.
- Perlindungan dari gangguan hama selama penyimpanan
- Perlindungan dari gangguan cendawan
Bahan kemasan yang dapat digunakan
- Kantung plastik
- Kertas
- Karung atau wadah yang kaku
Persyaratan Bahan
- Mudah didutup
- Relatif murah
- Dapat digunakan berulang ulang
- Dapat menghemat ruangan

PENYIMPANAN

Tempat Penyimpanan
- Letak gudang strategis, arah bangunan membujur dari barat ke timur sehingga luas
dinding yang tertimpa sinar dapat dikurangi dan gudang tetap dalam kondisi dingin.
- Guna menghindari serangan hama, gudang dibersihkan.
- Kontruksi gudang perlu diperhatikan dari kemungkinan kebocoran, sirkulasi udara yang
cukup dan keamanan.
- Ventilasi gudang harus cukup sehingga suhu dalam tetap stabil dan merata.
- Tempat penyimpanan berlantai dilengkapi lantai palsu dengan tinggi minimal 15 cm,
sehingga jagung tidak kontak langsung dengan lantai.
- Hindari celah pada dinding yang dapat dijadikan persembunyian hama.
- Sekeliling gudang bersih dari semak agar tidak dimanfaatkan tikus untuk memanjat, dan
gudang tidak lembab.
Penyimpanan untuk benih :
 Untuk bentuk tongkol berkelobot, gantungkanlah di para-para dengan pengasapan tiap hari.
 Untuk bentuk pipilan, setelah dicampur dengan abu kering, bungkus rapat-rapat dengan plastik kedap
udara, kemudian simpanlah dalam wadah dan ditutup. Wadah dapat berupa semacam silo kayu atau
drum. Jika kadar air biji 10%, maka campuran abu tidak diperlikan.
Penyimpanan untuk konsumsi :
Untuk bentuk pipilan dengan kadar air 12%, bungkus secara rapat dengan plastik kedap udara atau
kaleng. Atau bungkus dengan plastik yang dilapisi karung dan disimpan dalam tempat bersih dan kering.
HAMA JAGUNG PASCA PANEN
a. Kumbang Sitophilus (bubuk gabah).
Imago dari kumbang ini dapat hidup rata-rata 4 atau 5 bulan, dan selama itu induk dapat meletakkan telur
300-400 butir. Telur diletakkan satu persatu dalam bulir jagung yang telah digerek dan seluruh
perkembangan larva dan pupa terjadi dalam bulir jagung tersebut. Perkembangan telur, larva dan pupa
membutuhkan waktu 26 hari.
b. Kumbang Rhyzopertha (bubuk gabah).
Imago dari kumbang ini dapat mnyerang bulir jagung yang masih utuh. Perkembangan larva dan pupa
terjadi dalam bulir jagung.
c. Ulat Sitotraga (ngengat gabah)
Ulat ini sudah dapat menyerang jagung di lapang yang kemudian akan berkembang biak di gudang.
Larva muda menggerek bulir dan hidup dalam bulir tersebut.
d. Ulat Corcyra (ngengat beras kelabu).
Imago dari ulat ini dapat hidup 1 - 2 minggu dengan produksi telur sekitar 400 butir. Larvanya berukuran
panjang sampai dengan 17 mm. Pupa berwarna coklat dan terbungkus dalam kokon.

PENGENDALIAN HAMA JAGUNG PASCA PANEN


- Usahakan agar jagung yang akan disimpan bebas dari hama dan penyakit.
- Kadar air jagung yang akan disimpan maksimal 12%.
- Usahakan tempat penyimpanan jagung kedap udara.
- Apabila dipandang perlu lakukanlah cara pengendalian dengan menggunakan insektisida, yaitu untuk :
 Penyemprotan bangunan dan karung tempat penyimpanan.
 Pencampuran dengan insektisida.
 Fumigasi
- Insektisida yang dapat untuk menekan hama jagung pasca panen tertera pada tabel 2

Tabel 2 Insektisida untuk menekan hama jagung pasca panen.


Bahan aktif Formulasi Dosis
Pirimofis metil a Silosan 25 EC 0,5 gr b.a./m2
Metakrifos a Damfin 950 EC 1 gr b.a./m2
Tetraklorvinfos a Gardono 24 EC 1 - 2 gr b.a./m2
Metil bromida + Brom-0-Gas 16 - 32 gr/m3
Klopikrin b Dowfum MC-2 16 - 32 gr/m3
Haltox 16 - 32 gr/m3
Metabrom 980 16 - 32 gr/m3
Methylbrom 16 - 32 gr/m3
Alluminium fosfida b Detia Gas EX-B 3 - 6 gr/m3
Gustixin 3 - 6 gr/m3
Phostoxin tablet 3 - 5 tablet /ton

a Sasarannya bangunan dan karung


b Sasarannya karung saja

STANDAR PRODUKSI
Ruang Lingkup
Standar produksi tanaman jagung meliputi: standar klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh,
cara uji, syarat penandaan, pengemasan dan rekomondasi.
Diskripsi
Standar mutu jagung di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-03920-1995.
KLASIFIKASI DAN STANDAR MUTU
Berdasarkan warnanya, jagung kering dibedakan menjadi jagung kuning jagung putih dan jagung
campuran
- Jagung kuning adalah jagung yang sekurang-kurangnya 90% bijinya berwarna kuning
- Jagung putih adalah jagung yang sekurang- kurangnya 90% bijinya berwarna putih)
- Jagung campuran yang tidak memenuhi syarat-syarat jagung putih dan jagung kuning.
a) Syarat Umum
1. Bebas hama dan penyakit.
2. Bebas bau busuk, asam, atau bau asing lainnya.
3. Bebas dari bahan kimia, seperti: insektisida dan fungisida.
4. Memiliki suhu normal.
b) Syarat Khusus

No Komponen Persyaratan Mutu (% Maks)


I II III IV
1 Kadar air (%) Maks 14 14 15 17
2 Butir Rusak 2 4 6 8
3 Warna lain 1 3 7 10
4 Butir Pecah 1 2 3 3
5 Kotoran 1 1 2 2
Untuk mendapatkan standar mutu yang disyaratkan maka dilakukan beberapa pengujian
diantaranya:
a. Penentuan adanya hama dan penyakit, baru dilakukan dengan cara organoleptik kecuali adanya bahan
kimia dengan menggunakan indera pengelihatan dan penciuman serta dibantu dengan peralatan dan
cara yang diperbolehkan.
b. Penentuan adanya rusak, butir warna lain, kotoran dan butir pecah dilakukan dengan cara manual dengan
pinset dengan contoh uji 100 gram/sampel. Persentase butir-butir warna lain, butir rusak, butir pecah,
kotoran ditetapkan berdasarkan berat masing-masing komponen dibandingkan dengan berat contoh
analisa x 100 %
c. Penentuan kadar air biji ditentukan dengan moisture tester electronic atau “Air Oven Methode” (ISO/r939-
1969E atau OACE 930.15). Penentuan kadar aflatoxin adalah racun hasil metabolisme cendawan
Aspergilus flavus, Aflatoxin disini adalah jumlah semua jenis aflatoxin yang terkandung dalam biji-biji
kacang tanah.
Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung maksimum 30 karung dari
tiap partai barang, kemudian dari tiap-tiap karung diambil contoh maksimum 500 gram. Contoh-contoh
tersebut diaduk/dicampur sehingga merata, kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil secara
diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh seberat 500 gram. Contoh ini disegel
dan diberi label untuk dianalisa, berat contoh analisa 100 gram.
PENGEMASAN
Pengemasan dengan karung harus mempunyai persyaratan bersih dan dijahit mulutnya, berat
netto maksimum 75 kg. dan tahan mengalami “handling” baik waktu pemuatan maupun pembongkaran.
Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan bahan yang aman yang tidak luntur
dan jelas terbaca antara lain:
a) Produce of Indonesia.
b) Daerah asal produksi.
c) Nama dan mutu barang.
d) Nama perusahaan/pengekspor.
e) Berat bruto.
f) Berat netto.
g) Nomor karung.
h) Tujuan.

PENGENDALIAN AFLATOXIN
Aflatoksin menjadi istilah yang akrab dan selalu terdengar apabila kita berada di Iingkungan
pemasaran jagung Aflatoxin menjadi salah satu penyebab utama mengapa jagung tidak dapat
dipasarkan Aflatoxin ditemukan sekitar tahun 1960 di Inggris dimana lebih dari seratus ribu ekor ayam
kalkun mati disebabkan oleh penyakit misterius Pada tahun 1961, Lancaster dkk menemukan penyebab
kematian tersebut, yang ternyata disebabkan oleh keracunan mikroorganisme Asperglillus flavus yang
mencemari bungkil kacang tanah impor yang merupakan bahan baku pakan ternak tersebut. Tahun 1962,
Nesbitt dkk dapat mengisolasi dan memurnikan racun Aspergillus flavus dan racun tersebul diberi nama
aflatoxin yang merupakan hasil metrabolisme sekunder dari jamur tersebut.
Penemuan - penemuan selanjutnya menyatakan bahwa Aspergillus flavus ditemukan juga pada
hasil komoditas pertanian lainnya seperti kacang-kacangan, jagung, padi dan berbagai produk lain
bahkan pada jamu. Aflatoxin perlu dihindari karena akumulasi zat di atas ambang batas normal akan
rnenyebabkan toksigenik (keracunan), mutagenik (mutasi gen), teratogenik (penghambatan pada
pertumbuhan janin) dan karsinogenik (kanker pada jaringan tubuh).
Sebuah studi kasus dilakukan oleh Winamo (1988) pada pengeringan jagung rakyat di Indonesia.
Jagung beserta klobot yang baru dipanen pada kadar air kering panen ternyata telah mengandung
aflatoxin sebesar 3 ppb (sangat rendah). Penelian lanjut dilakukan pada jagung tersebut setelah disimpan
selama l - 14 hari secara sederhana di lumbung desa/petani. Hasil dan penelitian tersebut menyatakan
bahwa aflatoxin berkembang hingga 21 ppb. Apabila penyimpanan dilakukan sampai dengan 2 bulan,
maka aflatoxin berkembang sampai dengan 73 ppb Pengupasan klobot pada jagung yang telah disimpan
selama 2 bulan menghasilkan jagung dengan aflatoxin 63 ppb. Pada jagung yang telah dikupas tersebut
selanjutnya diperlakukan pengeringan secara mekanis dan konvensional. Pengeringan secara mekanis
menghasilkan jagung pipil kering dengan aflatoxin sebesar 110 ppb. Hal yang lebih parah terjadi pada
pengeringan yang dilakukan secara konvesional dimana hasil pengeringan tersebut menghasilkan jagung
dengan kadar aflatoxin 187 ppb.
Dari metode pengeringan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan aflatoxin tidak dapat
dikendalikan oleh metode pengeringan mekanis apabila jagung tersebut pada awalnya telah
mengandung aflatoxin dalam kadar yang cukup tinggi, Perkembangan aflatoxin lebih ditentukan oleh
rentang waktu yang digunakan untuk pengeringan dimana semakin lambat proses pengeringan akan
semakin tinggi kandungan aflatoxin.
Setelah dipelajari lebih lanjut maka cara yang baik untuk menghasilkan Jagung pipilan kering yang
baik adalah dengan mempersingkat waktu pengolahan pasca panen jagung tersebut. Berikut ini dua
metode pengeringan yang berhasil menekan perkembangan aflatoxin sampai ketingkat yang sangat
rendah.
1. Pengeringan Bertahap.
Pengeringan ini dilakukan melalui dua tahap. Pengeringan tahap pertama dilakukan dalam bentuk
tongkol sehingga kadar air turun rnenjadi 18%. Selanjutnya Jagung tersebut dipipil/dirontok. Pengeringan
tahap kedua dilakukan dalam bentuk biji hasil pipilan sehingga kadar air menjadi 14%. Pengeringan
bertahap yang rnenghasilkan jagung dengan kadar air 14% dalam waktu tiga hari hanya menaikkan
kadar aflatoxin menjadi 30 ppb.
2. Pengeringan Langsung
Jagung hasil panen langsung dipipil/dirontok. Jagung hasil pemipilan tersebut langsung dikeringkan
selama satu sampai dua hari sehlngga kadar air mencapai 14%. Dengan pengeringan yang demikian
akan diperoleh Jagung pipilan kering dengan kadar aflatoxin < 3 ppb.
Posted in: Tanaman Pangan

6 KOMENTAR:

Aryo Adhi Condro says:


21 November 2013 13.11 Reply

haha memang kadar air yg tinggi pada jagung mengundang kapang untuk datang dan menyebabkan
keluarnya aflatoxin

Syam (Alamgiir) says:


13 April 2016 14.40 Reply

Info yg sangat bermanfaat

Taufik Phmetermurah says:


9 Agustus 2016 08.39 Reply
Cek kadar air pada jagung bisa dengan menggunakan Grain Moisture Meter TK100S.
http://www.phmetermurah.com/moisture-meter/jual-grain-moisture-meter-tk100s/

Penggunaan lebih gampang dan lebih efisien.

Commercial hand blender says:


3 Desember 2018 18.55 Reply

Commercial Hand Blender Quickly mix batters, drinks, and more with an immersion blender! Available in
a variety of sizes and power options, Central is here to help you complete your kitchen.

Coc Crut says:


15 Februari 2019 15.22 Reply

thxs

San Antonio Animal Shows says:


1 Maret 2019 21.44 Reply

Just pure brilliance from you here. I have never expected something less than this from you and you have
not disappointed me at all. I suppose you will keep the quality work going on.
If you want to learn more visit San Antonio petting zoo and animal show venue recognized by Wikipedia,

POSTING KOMENTAR

LINK KE POSTING INI

Buat sebuah Link

CARI BLOG INI


Top of Form

ADMIN

TATANG KOSTAMAN
LIHAT PROFIL LENGKAPKU
PENGUNJUNG

425,739
PENGIKUT
TEMAN ONLINE

Copyright © 2011 Ketahanan Pangan dan Penyuluhan | Powered by Blogger


Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Grants For Single
Moms

Anda mungkin juga menyukai