Anda di halaman 1dari 21

Melakukan Panen dan pascapanen

( palawija)

Tim Pengampu :
1. Suharno
2. Sari Megawati
3. Sumanto
JAGUNG
Panen

Sebagai tanda jagung siap panen/matang optimal antara lain

• Kelobot telah berwarna kuning


• Biji telah keras dan warna biji mengkilap
• Jika ditekan dengan ibu jari tidak lagi ditemukan bekas tekanan pada biji
tersebut, pada keadaan seperti ini kadar air sudah mencapai sekitar 35%.
• Terbentuknya lapisan berwarna hitam pada butiran (black layer tissue
formation), terbentuk dalam selang waktu lebih kurang tiga hari bersamaan
dengan tercapainya berat kering maksimum pada butiran
Waktu panen

Waktu panen sebaiknya dilakukan pada hari-hari cerah, jangan pada saat hujan
agar supaya penanganan jagung setelah dipanen yaitu pengeringan tidak mendapat
hambatan.
Cara panen

• Pemanenan jagung yang sederhana dan umum dilakukan dan hasilnya sangat
baik adalah dipuntir dengan tangan atau sabit dengan memotong tangkai buah.
Sekaligus memotong batang dan bagian tanaman lainnya dan ditinggal
dilapangan dan kemudian dibenamkan kedalam tanah sebagai bahan pupuk.

• Jagung sebaiknya dipanen dalam bentuk tongkol lengkap dengan kelobotnya,


bila dipanen tanpa kelobot resiko kerusakan butir-butir jagung tambah besar.\

• Segera setelah dipanen pisahkan jagung yang tidak sehat/terinfeksi penyakit


dilapangan supaya penyebaran hama dan penyakit dapat dicegah.
PENGERINGAN

Pengeringan adalah proses penurunan kadar air sampai mencapai nilai


tertentu sehingga siap untuk diproses selanjutnya dan aman untuk disimpan dan
mutu produk yang dihasilkan tinggi.
Tujuan Pengeringan

• Memenuhi persyaratan mutu yang akan dipasarkan, kadar air jagung yang
memenuhi standar mutu perdagangan adalah 14%.

• Untuk menghindari kerusakan-kerusakan seperti kerusakan karena biji


terangsang pertunbuhannya, dan kerusakan karena mikroba yang terangsang
perkembangannya.

• Untuk biji yang akan disimpan, kadar air sebaiknya 13%, dimana jamur tidak
tumbuh dan respirasi biji rendah. Oleh karena itu disarankan agar pengeringan
dilakukan segera dalam waktu 24 jam setelah panen
Cara Pengeringan

1. Pengeringan awal biasanya dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah


pekerjaan pemipilan jagung, sebab pemipilan tanpa dilakukan pengeringan
terlebih dahulu dapat menyebabkan butir rusak, terkelupas kulit, terluka atau
cacat, dan pengerjaannya lambat. Pengeringan awal ini dilakukan sampai
kadar air sekitar 17-18%.

2. Cara pengeringan dapat dibedakan atas pengeringan konvensional, dan


pengeringan buatan. Pada sistem konvensional, jagung pada batangnya
dibiarkan dilapang sampai kering secara alami.

3. Pengeringan konvensional lainnya adalah dengan cara pengasapan. Cara ini


bisa digunakan untuk mengamankan hasil jagung dimusim penghujan
Pemipilan

• Pemipilan adalah pemisahan biji jagung dari tongkolnya. Pemipilan


dapatdilakukan bila tongkol sudah kering dan kadar air biji tidak lebih dari
18%, yaitubila dipipil dengan tangan lembaga tidak tertinggal pada janggel

• Alat pemipil yang lebih maju yaitu yang disebut corn sheller yang dijalankan
dengan motor
Penyimpanan

1. Penyimpanan diatas para-para

Tongkol berkelobot dapat disimpan pada para-para yang ditempatkan dibawah


atap rumah ataupun diatas dapur. Para-para diatas dapur dapat menjamin jagung
tetap baik dalam waktu yang cukup lama karena asap dari kayu-kayu yang
dibakar didapur meninggalkan residu bersifat anti bakteri, jamur maupun
serangga. Pada cara ini sijumlah jagung berkelobot (15-20 buah) diikat menjadi
satu kemudian digantung dengan mengaturnya secara bersusun diatas para-para
Penyimpanan

2. Penyimpanan dalam karung plastik atau tempat penyimpanan lainnya.

Jagung pipilan dapat disimpan dalam karung plastik, kantong plastik, kaleng,
jirigen dan sebagainya. Penyimpanan jagung dengan cara tersebut pada kadar air
maksimum 14%. Kadar air jagung diatas 14% merupakan kondisi yang baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan cendawan, yang dapat memproduksi bermacam-
macam toksin antara lain aflatoksin serta hama yang senantiasa menyebabkan
kerusakan. Cendawan Aspergillus flavus berkembang dengan baik dan
memproduksi aflatoksin pada kadar air diatas 18%
Alur Penganan Panen dan Pascapanen Jagung
KEDELAI
Panen
• Panen kedelai hendaknya dilakukan pada saat mutu fisiologi benih maksimal,
atau sekitar 95% polong telah berwarna coklat (warna polong masak) dan
sebagian besar daun sudah rontok (Harnowo et al. 2007).

• Perlu diperhatikan umur kedelai yang akan dipanen yaitu sekitar 75-110 hari,
tergantung pada varietas dan ketinggian tempat. Perlu diperhatikan, kedelai
yang akan digunakan sebagai bahan konsumsi dipetik pada usia 75-100 hari,
sedangkan untuk dijadikan benih dipetik pada umur 100-110 hari, agar
kemasakan biji betul-betul sempurna dan merata

• Untuk mendapatkan mutu benih yang baik, memperkecil risiko pecahnya


polong di lapang, serta menghindari benih bercendawan, panen kedelai
sebaiknya dilakukan segera setelah kadar air biji di bawah 18%.
Cara Panen

• Menggunakan sabit tajam atau bergerigi dengan memotong pangkal batang.

• Menggunakan alat panen dengan penggerak traktor tangan.

• Menggunakan Combine dimana proses pemotongan batang kedelai,


perontokan kedelai brangkasan dan pembersihan dilakukan dalam satu
kesatuan
Pengeringan

TUJUAN

• Menurunkan kadar air biji kedelai hingga mencapai 17–20% untuk


memudahkan proses perontokan kedelai brangkasan.

• Menurunkan kadar air biji kedelai hasil perontokan, dari 17-20% menjadi 158
I. K. Tastra 11% agar memenuhi standar mutu benih kedelai di Indonesia
(Departemen Pertanian 2007).
Peran Pengeringan

• Menyelamatkan kedelai hasil panen agar biji tidak rusak dan memenuhi
standar mutu benih (Departemen Pertanian 2007).

• Kedelai brangkasan hasil panen secara biologis masih hidup dan tetap
melakukan respirasi sehingga biji kedelai mudah rusak jika dikumpulkan
dalam tumpukan selama penundaan proses pengeringan. Penundaan proses
pengeringan menyebabkan susut mutu 4%, dan susut tercecer 6% (Purwadaria
1989).
Teknik Pengeringan
• Pengeringan dapat dilakukan dengan cara melewatkan udara panas dan kering
ke dalam tumpukan kedelai brangkasan sampai kadar air siap dirontok, atau ke
dalam tumpukan biji sampai kadar air biji siap disimpan.

• Dengan cara penjemuran dengan sinar matahari.

• Dengan mesin pengering buatan (artificial dryer). Mesin pengering beragam


jenis, namun pada umumnya yang digunakan jenis box dryer (Pengering tipe
bak).

• Jika panen pada musim hujan dan tidak memiliki mesin pengering (dryer)
sedangkan intensitas sinar matahari sangat rendah, maka kedelai brangkasan
dapat diselamatkan dengan cara menghamparkan setipis mungkin (tebal 10
cm) dalam suatu bangsal yang dapat dibuat dari atap terpal/plastik. Dengan
cara ini kedelai brangkasan diharapkan cukup mendapatkan aerasi secara
alami.
PERONTOKAN KEDELAI

• Perontokan dapat dilakukan secara manual maupun menggunakan


mesinmperontok. Umumnya varietas kedelai berbiji kecil/sedang lebih tahan
terhadap gaya impak dibandingkan dengan varietas kedelai berbiji besar.
Untuk itu, putaran mesin perontok untuk kedelai berbiji besar harus lebih kecil
(400-450 rpm) dari kedelai berbiji kecil (450-500 rpm).
SORTASI BENIH KEDELAI

Sortasi benih kedelai secara manual (menampi dan menyilir searah hembusan
angin) membutuhkan waktu lama dan mahal. Biaya sortasi benih kedelai sekitar
Rp 550/kg dengan kapasitas 40 kg/hari tenaga wanita, sedang untuk benih kedelai
konsumsi sekitar Rp 150/kg (Ana et al. 2001).
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai