( palawija)
Tim Pengampu :
1. Suharno
2. Sari Megawati
3. Sumanto
JAGUNG
Panen
Waktu panen sebaiknya dilakukan pada hari-hari cerah, jangan pada saat hujan
agar supaya penanganan jagung setelah dipanen yaitu pengeringan tidak mendapat
hambatan.
Cara panen
• Pemanenan jagung yang sederhana dan umum dilakukan dan hasilnya sangat
baik adalah dipuntir dengan tangan atau sabit dengan memotong tangkai buah.
Sekaligus memotong batang dan bagian tanaman lainnya dan ditinggal
dilapangan dan kemudian dibenamkan kedalam tanah sebagai bahan pupuk.
• Memenuhi persyaratan mutu yang akan dipasarkan, kadar air jagung yang
memenuhi standar mutu perdagangan adalah 14%.
• Untuk biji yang akan disimpan, kadar air sebaiknya 13%, dimana jamur tidak
tumbuh dan respirasi biji rendah. Oleh karena itu disarankan agar pengeringan
dilakukan segera dalam waktu 24 jam setelah panen
Cara Pengeringan
• Alat pemipil yang lebih maju yaitu yang disebut corn sheller yang dijalankan
dengan motor
Penyimpanan
Jagung pipilan dapat disimpan dalam karung plastik, kantong plastik, kaleng,
jirigen dan sebagainya. Penyimpanan jagung dengan cara tersebut pada kadar air
maksimum 14%. Kadar air jagung diatas 14% merupakan kondisi yang baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan cendawan, yang dapat memproduksi bermacam-
macam toksin antara lain aflatoksin serta hama yang senantiasa menyebabkan
kerusakan. Cendawan Aspergillus flavus berkembang dengan baik dan
memproduksi aflatoksin pada kadar air diatas 18%
Alur Penganan Panen dan Pascapanen Jagung
KEDELAI
Panen
• Panen kedelai hendaknya dilakukan pada saat mutu fisiologi benih maksimal,
atau sekitar 95% polong telah berwarna coklat (warna polong masak) dan
sebagian besar daun sudah rontok (Harnowo et al. 2007).
• Perlu diperhatikan umur kedelai yang akan dipanen yaitu sekitar 75-110 hari,
tergantung pada varietas dan ketinggian tempat. Perlu diperhatikan, kedelai
yang akan digunakan sebagai bahan konsumsi dipetik pada usia 75-100 hari,
sedangkan untuk dijadikan benih dipetik pada umur 100-110 hari, agar
kemasakan biji betul-betul sempurna dan merata
TUJUAN
• Menurunkan kadar air biji kedelai hasil perontokan, dari 17-20% menjadi 158
I. K. Tastra 11% agar memenuhi standar mutu benih kedelai di Indonesia
(Departemen Pertanian 2007).
Peran Pengeringan
• Menyelamatkan kedelai hasil panen agar biji tidak rusak dan memenuhi
standar mutu benih (Departemen Pertanian 2007).
• Kedelai brangkasan hasil panen secara biologis masih hidup dan tetap
melakukan respirasi sehingga biji kedelai mudah rusak jika dikumpulkan
dalam tumpukan selama penundaan proses pengeringan. Penundaan proses
pengeringan menyebabkan susut mutu 4%, dan susut tercecer 6% (Purwadaria
1989).
Teknik Pengeringan
• Pengeringan dapat dilakukan dengan cara melewatkan udara panas dan kering
ke dalam tumpukan kedelai brangkasan sampai kadar air siap dirontok, atau ke
dalam tumpukan biji sampai kadar air biji siap disimpan.
• Jika panen pada musim hujan dan tidak memiliki mesin pengering (dryer)
sedangkan intensitas sinar matahari sangat rendah, maka kedelai brangkasan
dapat diselamatkan dengan cara menghamparkan setipis mungkin (tebal 10
cm) dalam suatu bangsal yang dapat dibuat dari atap terpal/plastik. Dengan
cara ini kedelai brangkasan diharapkan cukup mendapatkan aerasi secara
alami.
PERONTOKAN KEDELAI
Sortasi benih kedelai secara manual (menampi dan menyilir searah hembusan
angin) membutuhkan waktu lama dan mahal. Biaya sortasi benih kedelai sekitar
Rp 550/kg dengan kapasitas 40 kg/hari tenaga wanita, sedang untuk benih kedelai
konsumsi sekitar Rp 150/kg (Ana et al. 2001).
THANK YOU