PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1.2. Teknik pemanenan kedelai
Pemanenan kedelai sebaiknya dilakukan pada kadar air rendah
(17%-20%), karena mempunyai beberapa keuntungan yaitu sebagai berikut
:
Rantai kegiatan penanganan pasca panen lebih pendek sehingga
menghemat waktu, tenaga dan biaya.
Jumlah susut pasca panen keseluruhan yang mungkin terjadi lebih rendah
dari pemanenan pada kadar air tinggi yaitu susut panen pada kadar air
rendah mencapai 6%, sedangkan pada kadar air tinggi dapat mencapai
13%.
Pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar hasilnya
segera dapat dijemur. Kedelai dipanen dengan dua cara yaitu
2.1.3. Dengan cara mencabut
Perlu diperhatikan keadaan tanahnya yaitu ringan dan berpasir dengan
memegang batang pokok, tangan dalam posisi tepat di bawah ranting dan
cabang yang berbuah. Pencabutan harus hati-hati karena kedelai yang tua
mudah rontok. Pada dasarnya panen dengan cara mencabut tidak dianjurkan,
karena butil akar yang mengandung rezobium ikut terbuang.
2.1.4. Dengan cara memotong
Yaitu menggunakan sabit yang tajam agar pekerjaan bisa dilakukan
dengan cepat dan jumlah buah yang rontok akibat goncangan bisa ditekan.
Cara ini juga bisa meningkatkan kesuburan tanah karena akar dengan bintil-
bintil menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut.
2.1.5. Pengeringan brangkasan
Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen segera dijemur, tidak
ditunda terlalu lama. Dalam proses pengeringan ini dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu secara alami dan menggunakan para-para. Pengeringan secara
alami brangkasan kedelai dijemur langsung di bawah sinar matahari. Dapat
dilakukan dengan dijemur diatas tikar, anyaman bambu, atau menggunakan
alas plastik, sebaiknya dipilih yang berwarna gelap/hitam untuk mempercepat
pengeringan. Pengeringan dilakukan selama 3-7 hari bila cuacanya baik,
3
semua buah yang masih menempel pada batang diusahakan di jemur di
tempat penjemuran. Agar kedelai kering sempurna, pada saat penjemuran
hendaknya dilakukan pembalikan berulang kali, hal ini menguntungkan
karena dengan pembalikan banyak polong pecah dan biji terlepas dari
polongnya. Sedangkan biji kedelai yang digunakan untuk benih dijemur
secara terpisah.
Penjemuran dilakukan sampai kadar air 10% – 15% dan di pagi hari
pukul 10.00 sampai 12.00 siang. Brangkasan kedelai yang baru dipanen tidak
boleh ditumpuk dalam timbunan besar, terutama pada musim hujan, untuk
mencegah kerusakan biji karena kelembaban yang tinggi. Pengeringan
dengan para-para dilakukan terutama bila panenan dilaksanakan waktu
musim hujan. Para-para dibuat bertingkat, kemudian brangkasan kedelai
ditebar merata di atas para-para tersebut. Dari bawah dialirkan udara panas
dengan cara membakar sekam, untuk menurunkan kadar air. Brangkasan
dianggap cukup kering bila kadar airnya telah mencapai kurang lebih 18%.
2.1.6. Perontokan/pembijian.
Ada beberapa cara memisahkan biji dari kulit polongan yaitu dengan
cara: Memukul-mukul tumpukan brangkasan kedelai secara langsung dengan
kayu/karet ban dalam sepeda/ kain untuk menghindarkan terjadinya biji
pecah. Brangkasan kedelai sebelum dipukul-pukul dimasukkan ke dalam
karung atau dihamparkan dengan tebal 20 cm.
Menggunakan alat mekanis (power thresher) yang biasa digunakan
untuk merontokkan padi. Pada waktu perontokan dikurangi hingga mencapai
kurang lebih 400 rpm. Brangkasan kedelai yang dirontokkan dengan alat ini
hendaknya tidak terlalu basah. Kadar air yang tinggi dapat mengakibatkan biji
rusak dan peralatan tidak dapat bekerja dengan baik. Setelah biji terpisah,
brangkasan disingkirka
2.1.7. Pembersihan biji kedelai.
Biji yang terpisah kemudian ditampi agar terpisah dari kotoran-
kotoran lainnya. Biji yang luka dan keriput dipisahkan. Pembersihan juga bisa
4
dilakukan dengan menggunakan mesin pembersih (winower), mesin ini
merupakan kombinasi antara ayakan dengan blower.
5
Proses pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan pada umumnya
merupakan proses yang sederhana, dan peralatan yang digunakan cukup
dengan alat-alat yang biasa dipakai di rumah tangga, kecuali mesin pengupas,
penggiling, dan cetakan.
6
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penangan pasca panen pada tanaman sangatlah penting dilakukan
dengan sebaik-baiknya agar kualitas produk tetap terjaga. Pada proses
pemasaran, nilai suatu produk di tentukan oleh cara kita menangani produk
tersebut setelah panen dengan berbagai macam teknik dan cara yang tepat,
tergantung dari jenis produk yang kita kelola. Pasca panen sendiri bertujuan
untuk meningkatkan nilai suatu produk dengan nilai jual yang tinggi, l hal
ini tidk dapat di pisahkan dengan kedaan produk itu sendiri, mulai dari
kondisi, jenis produk hingga pengemasannya. Pasca panen meliputi segala
kegiatan mulai dari panen, pengankutan sampai dengan menghasilkan
produk setengah jadi yang siap dipasarkan. Kesimpulan utama dari kegiatan
penanganan dan pengelolaan tanaman yaitu agar dapat diperoleh hasil
tanaman yang baik, dalam arti memenuhi harapan atau memuaskan petani
penanamnya, baik memuaskan bagi kepentingan pemenuhan kebutuhan
keluarga sendiri maupun memuaskan bagi kepentingan pemenuhan
kebutuhan umum atau pasar.
7
DAFTAR PUSTAKA