TOT JAGUNG
ANGKATAN II
2012
BBPP LEMBANG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan jagung terus meningkat, baik untuk pangan dan pakan maupun
sebagai bahan baku industri. Pada saat produksi dalam negeri tidak memadai, impor
terpaksa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Pada tahun 2005 Indonesia mengimpor
jagung sebanyak 1,80 juta ton dan pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 2,20 juta ton
kalau produksi nasional tidak segera dipacu.
Luas areal panen jagung nasional dewasa ini baru sekitar 3,60 juta hektar
dengan produktivitas 3,60 t/ha, sementara di tingkat penelitian telah mencapai 5,0 – 10,0
t/ha, bergantung pada kondisi lahan, lingkungan setempat, dan teknologi yang
diterapkan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa produksi jagung masih dapat
ditingkatkan melalui inovasi teknologi.
Dari aspek teknis, teknologi yang diperlukan untuk mendukung pengembangan
jagung, antara lain, varietas hibrida dan komposit yang lebih unggul (termasuk
penggunaan bioteknologi), diantaranya memiliki sifat toleran kemasaman tanah dan
kekeringan. Dukungan teknologi lainnya adalah : teknologi produksi benih sumber dan
sistem perbenihannya, teknologi budidaya yang efisien dengan pendekatan pengelolaan
tanaman terpadu (PTT), dan teknologi pascapanen untuk meningkatkan kualitas dan
nilai tambah produk.
Waktu panen menentukan mutu biji jagung. Pemanenan yang terlalu awal
menyebabkan banyaknya butir muda sehingga kualitas dan daya simpan biji rendah.
Sebaliknya, pemanenan yang terlambat menyebabkan penurunan kualitas dan
peningkatan kehilangan hasil akibat cuaca yang tidak menguntungkan atau serangan
hama dan penyakit di lapangan.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan pembelajaran umum
Setelah berlatih, peserta mampu melaksanakan panen dan pasca panen jagung
dengan baik dan benar.
D. Peserta : Petani
E. Pelatih :
Alumni TOT Jagung Angkatan II
G. Metode :
Ceramah, Tanya jawab,
Diskusi, Penugasan,
Curah pendapat, Praktek
G. Waktu : 3 JP @ 45 menit
BAB II
PANEN JAGUNG
2. Masak Lunak
Keadaan biji mulai agak keras sebab telah terisi zat pati/tepung sehingga sering
disebut masak tepung. Dalam kondisi seperti ini biji mudah dipecahkan dan isinya
serupa tepung basah.
Ciri-ciri lainnya adalah sebagai berikut :
a) Ujung daun bagian bawah mulai nampak kering.
b) Pembentukan zat makanan dipusatkan ke arah tongkol sehingga tongkol
senakin berkembang dan beratnya makin bertambah.
c) Biji jagung pada tingkat masak lunak ini sering digunakan untuk sayur atau
direbus seperti jagung manis (sweet corn).
3. Masak Tua
Keadaan biji ditandai dengan warna kulit mengkilap dan terang, biji sudah keras.
Hal ini menunjukkan bahwa kandungan amilum/pati mencapai puncak atau
optimal.
Adapun keadaan tanaman sebagian besar telah mengering tetapi sebagian kecil
seperti pangkal pelepah daun dan pangkal buah warnanya masih nampak hijau
walaupun kelobot sudah kering.
Biji jagung yang telah masak dapat segera dilakukan pemungutan hasil. Tentu saja
pemungutan hasil ini sesuai dengan rencana semula, yakni bahwa penanaman
jagung sampai menghasilkan, akan dipetik dan dimanfaatkan hasilnya setelah biji
masak.
Tanda tanda jagung siap dipanen adalah sebagai berikut :
Umur tanaman jagung telah mencapai maksimal, yaitu setelah pengisian biji
mencapai jumlah optimal. Setiap varietas akan berbeda-beda, antara 7 – 8
minggu setelah berbunga.
Kadar air di dalam biji antara 30 – 35 %.
Daun telah menguning bahkan sebagian besar mulai kering.
Kelobot atau pembungkus biji sudah kering atau kuning.
Apabila pembungkus dibuka, maka terlihat biji mengkilat dan keras,
Kalau digores dengan kuku tidak akan membekas pada biji.
Umur panen jagung ± 86 – 96 hari, jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn)
dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1 – 2 cm), jagung untuk
direbus/ dibakar dipanen ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan
ternak, jagung untuk benih, untuk dibuat tepung, dll., dipanen jika sudah matang
fisiologis.
Cara Pemanenan
Teknik panen jagung umumnya dilakukan secara manual dengan tangan.
Tata cara panen jagung adalah sebagai berikut :
1. Tentukan tanaman (pohon) yang bertongkol matang fisiologis (tua).
2. Petik tongkol dengan tangan hingga terlepas dari batangnya.
3. Lakukan pemetikan tongkol-tongkol lainnya pada tanaman yang terdapat di areal
kebun.
Hal yang penting diperhatikan dalam pemanenan jagung adalah keadaan cuaca
cerah (terang). Hasil panen jagung per satuan luas lahan amat tergantung pada
potensi hasil varietas, kesuburan tanah, dan teknik budidaya yang dipraktekkan.
Potensi hasil jagung varietas unggul bersari bebas dapat mencapai lebih dari 4 ton
Cara
panen dan prosesing sama seperti pada jenis komposit, berbeda dalam hal :
Tongkol yang terserang penyakit dibuang
Tongkol tidak terisi penuh bijinya diproses untuk benih
BAB III
PASCA PANEN JAGUNG
B. Pengeringan
Setelah pemipilan biji jagung dijemur sampai kering, pengeringan dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu secara alami (tradisional) dengan menggunakan sinar matahari
selama 7 – 8 hari sampai kadar airnya mencapai 12%, selanjutnya pengeringan secara
buatan yaitu dengan menggunakan mesin pengering dengan suhu 38 – 43 0C sehingga
kadar air turun menjadi 12 %, mesin pengering dapat digunakan setiap saat dan dapat
dilakukan pengaturan suhu sesuai dengan kadar air yang diinginkan.
C. Pengemasan
Untuk mempertahankan kualitas, biji jagung yang sudah dikeringkan dipisahkan dari
bahan kotoran lainnya.Biasanya biji yang dipilih seragam baik bentuk maupun
ukurannya.
Setelah biji bersih dari kotoran dilakukan pengemasan sesuai tujuan pasar, umumnya
kemasan yang digunakan berupa karung dengan berat antara 25 – 50 kg, sedangkan
untuk eceran menggunakan kantong plastik,
D. Penyimpanan
Prinsip penyimpanan adalah jagung tetap kering dan tidak diserang hama gudang,
penyimpanan dalam bentuk biji sebaiknya dalam wadah yang memiliki pori udara
lancar sehingga jagung tidak lembab.
BAB V
PENUTUP
Jagung yang siap dipanen biasanya ditandai dengan daun dan batang tanaman mulai
mengering dan berwarna kecoklatan. Selain itu, juga dapat diketahui dari adanya lapisan
hitam pada pangkal biji jagung (black layer).
Apabila pada pangkal biji sudah ditumbuhi lebih dari 50% lapisan hitam, maka
tanaman sudah masak fisiologis. Petani di sejumlah daerah memanen jagung setelah umur
panen tercapai (daun dan batang jagung telah berwarna coklat).
Pemanenan bergantung pada lokasi, jenis bahan, dan ketersediaan teknologi. Panen
tongkol umum dilakukan petani pada lahan tadah hujan atau lahan kering. Perbedaannya,
pada lahan kering, petani langsung memanen jagung bersama tongkolnya dengan kelobot
relatif basah karena dipanen pada musim hujan. Kadar air biji pada kondisi tersebut berkisar
antara 30 – 35% dan adakalanya mencapai 40%. Pemanenan tongkol pada lahan sawah tadah
hujan, kadar air biji sudah agak rendah, yaitu 25 – 30%. Tongkol kemudian diangkut ke
tempat pengumpulan untuk dianginkan-anginkan beberapa saat, lalu dikupas, dan
dikeringkan. Batang tanaman ditebang untuk dijadikan pakan atau tetap dibiarkan di
lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Aksi Agraris Kanisius (AAK), 1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius, Yogyakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, 2008. Panduan
Umum Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Jagung.
Rahmat Rukmana, 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius, Yogyakarta.
Warisno, 1998. Jagung Hibrida. Kanisius, Yogyakarta.