Anda di halaman 1dari 16

PANEN DAN PASCA PANEN JAGUNG

Oleh:
BALAI PENYULUHAN PERTANIAN KECAMATAN
SUMBANG

DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN


KABUPATEN BANYUMAS
2021
I. PENDAHULUAN

Jagung merupakan produk musiman yang


mudah rusak, untuk itu perlu diterapkan teknologi
pasca panen yang tepat agar komoditi jagung tetap
tersedia sepanjang tahun, tidak mudah rusak dan lebih
tahan disimpan.Masalah utama dalam penanganan
pasca panen jagung di tingkat petani adalah masih
tingginya kehilangan hasil mulai dari panen sampai
pasca panen. Penanganan pasca panen yang tepat
diperlukan untuk mendapatkan jagung yang bermutu
tinggi dan menekan kehilangan hasil. Penanganan yang
kurang baik akan menyebabkan kerusakan biji sehingga
menurunkan mutu dan harga jagung. Teknologi
penanganan pasca panen dapat menekan tingkat
kehilangan kuantitatif dan kualitatif, serta menentukan
derajat pencapaian peningkatan mutu
II. PANEN
Teknik panen umumnya dilakukan secara
manual dengan tangan. Tata cara panen jagung adalah
sebagai berikut :

1
1. Tentukan tanaman (pohon) yang bertongkol matang
fisiologis (tua)
2. Petik tongkol dengan tangan hingga terlepas dari
batangnya
3. Lakukan pemetikan tongkol-tongkol lainnya pada
tanaman yang terdapat diareal kebun
Tata cara panen yang baik sangat menentukan
terhadap mutu hasil yang diperoleh dan akan menekan
kehilangan hasil akibat pemanenan. Pemanenan yang
terlalu cepat akan menyebabkan kuantitas hasil yang
diperoleh rendah dan pemanenan yang terlambat akan
menyebabkan sebahagian hasil akan hilang akibat
serangan jamur, serangga dan binatang pengerat.
Panen tongkol jagung umumnya dilakukan
setelah mencapai stadium tua (matang fisiologis),
karena biji-bijinya akan dikeringkan. Panen jagung
stadium tua dapat dilakukan pada saat kadar air jagung
tinggi  dan kadar air rendah.  Panen jagung kadar air
tinggi dilakukan segera saat tongkol menunjukkan
stadium matang fisiologis.

2
Panen jagung juga dapat dilakukan pada kadar
air rendah, yaitu dengan membiarkan dulu tongkol
masak (kering)  diladang, dibagian pucuknya dipotong 
agar kadar air biji saat panen mencapai 20 – 24 %.
Waktu panen  yang terlalu awal atau tongkol
belum mencapai matang fisiologis  dapat menurunkan
kualitas produksi, yaitu persentasi butir muda cukup
tinggi  dan daya simpannya rendah . Sebaliknya panen
jagung yang terlalu  tua menyebabkan kerusakan akibat
deraan lingkungan dan serangan hama. Panen pada
musim hujan sering menyebabkan biji jagung 
berjamur, sehingga memudahkan kontaminasi
aflatoksin oleh jamur (cendawan) Aspergillus sp.
Alat dan mesin yang digunakan dalam proses
pemanenan jagung meliputi alat pemanen jagung / corn
harvester (modern). Mutu hasil panen jagung akan baik
bila jagung dipanen pada tingkat kematangan yang
tepat (matang optimal). Sebagai tanda jagung siap
panen/ matang optimal antara lain : bila kelobot telah
berwarna kuning, biji telah keras dan warna biji
mengkilap, jika ditekan dengan ibu jari tidak lagi

3
ditemukan bekas tekanan pada biji tersebut, pada
keadaan seperti ini kadar air sudah mencapai sekitar
35%. Cara lain untuk menentukan tingkat kematangan
jagung adalah terbentuknya lapisan berwarna hitam
pada butiran (black layer tissue formation), terbentuk
dalam selang waktu lebih kurang tiga hari bersamaan
dengan tercapainya berat kering maksimum pada
butiran.Waktu panen sebaiknya dilakukan pada hari-
hari cerah, jangan pada saat hujan agar supaya
penanganan jagung setelah dipanen yaitu pengeringan
tidak mendapat hambatan.
Pemanenan jagung yang sederhana dan umum
dilakukan dan hasilnya sangat baik adalah dipuntir
dengan tangan atau sabit dengan memotong tangkai
buah. Sekaligus memotong batang dan bagian tanaman
lainnya dan ditinggal dilapangan dan kemudian
dibenamkan kedalam tanah sebagai bahan pupuk.
Jagung sebaiknya dipanen dalam bentuk tongkol
lengkap dengan kelobotnya, bila dipanen tanpa kelobot
resiko kerusakan butir-butir jagung tambah besar
III. PASCA PANEN

4
Proses pascapanen jagung terdiri atas
serangkaian kegiatan yang dimulai dari pemetikan dan
pengeringan tongkol, pemipilan tongkol, pengemasan
biji, dan penyimpanan sebelum dijual ke pedagang
pengumpul. Semua proses tersebut apabila tidak
tertangani dengan baik akan menurunkan kualitas
produk karena berubahnya warna biji akibat terinfeksi
cendawan, jagung mengalami pembusukan, tercampur
benda asing yang membahayakan kesehatan. Selama ini
proses pasca panen jagung kurang mendapat perhatian,
padahal proses tersebut sangat mempengaruhi kualitas
dan kuantitas jagung yang dihasilkan.
Tahapan dalam proses pasca panen jagung yaitu
1. Pengeringan
Pengeringan adalah proses penurunan kadar
air sampai mencapai nilai tertentu sehingga siap
untuk diproses selanjutnya dan aman untuk
disimpan dan mutu produk yang dihasilkan tinggi.
Disamping itu tujuan pengeringan adalah memenuhi
persyaratan mutu yang akan dipasarkan, kadar air
jagung yang memenuhi standar mutu perdagangan

5
adalah 14%. Untuk biji yang akan disimpan kadar
air sebaiknya 13%, dimana jamur tidak tumbuh dan
respirasi biji rendah. Oleh karena itu disarankan
agar pengeringan dilakukan segera dalam waktu 24
jam setelah panen.
Jagung dapat dikeringkan dalam bentuk
tongkol berkelobot, tongkol tanpa kelobot, atau
jagung pipilan. Pengeringan jagung idealnya dalam
dua tahap. Pengeringan awal biasanya dilakukan
dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan
pemipilan jagung, sebab pemipilan tanpa dilakukan
pengeringan terlebih dahulu dapat menyebabkan
butir rusak, terkelupas kulit, terluka atau cacat, dan
pengerjaannya lambat. Pengeringan awal ini
dilakukan sampai kadar air sekitar 17-18%. Pada
keadaan ini jagung akan mudah dipipil dan tidak
menimbulkan kerusakan. Bila jagung sudah berupa
jagung pipilan dapat dikeringkan sampai kadar air
13% sehingga tahan untuk disimpan. Waktu
pengeringan dengan memanfaatkan sinar matahari
sebaiknya dari pukul 08.00-11.30, dan lamanya

6
pengeringan sekitar 3 hari bila cuaca cerah.
Gunakan alas jemur seperti tikar, lantai jemur,
terpal dan sebagainya. Cara pengeringan dengan
menggunakan sinar matahari dianggap baik karena
kadar air jagung tidak turun secara drastis, sehingga
tidak menimbulkan kerusakan dan selain itu cara ini
adalah yang termurah
2. Pemipilan
Pemipilan adalah pemisahan biji jagung dari
tongkolnya. Pemipilan dapat dilakukan bila tongkol
sudah kering dan kadar air biji tidak lebih dari 18%,
yaitu bila dipipil dengan tangan lembaga tidak
tertinggal pada janggel. Pipilan jagung pada kadar
air tersebut lebih mudah dan kerusakan mekanis
dapat ditekan. Alat pemipil yang lebih maju yaitu
yang disebut corn sheller yang dijalankan dengan
motor. Jagung dalam kondisi masih bertongkol
dimasukkan kedalam lubang pemipil (hopper) dan
karena ada gerakan dan tekanan, pemutaran yang
berlangsung dalam corn sheller maka butir-butir biji
akan terlepas dari tongkol, butir-butir tersebut

7
langsung akan keluar dari lubang pengeluaran untuk
selanjutnya ditampung dalam wadah atau karung.
3. Penyortiran
Setelah jagung terlepas dari tongkol, biji-biji
jagung harus dipisahkan dari kotoran atau apa saja
yang tidak dikehendaki, sehinggga tidak
menurunkan kualitas jagung. Yang perlu dipisahkan
dan dibuang antara lain sisa-sisa tongkol, biji kecil,
biji pecah, biji hampa, kotoran selama petik ataupun
pada waktu pengumpilan. Tindakan ini sangat
bermanfaat untuk menghindari atau menekan
serangan jamur dan hama selama dalam
penyimpanan.
Disamping itu juga dapat memperbaiki
peredaran udara. Untuk pemisahan biji yang akan
digunakan sebagai benih terutama untuk penanaman
dengan mesin penanam, biasanya membutuhkan
keseragaman bentuk dan ukuran buntirnya. Maka
pemisahan ini sangat penting untuk menambah
efisiensi penanaman dengan mesin. Ada berbagai
cara membersihkan atau memisahan jagung dari

8
campuran kotoran. Tetapi pemisahan dengan cara
ditampi seperti pada proses pembersihan padi, akan
mendapatkan hasil yang baik. Untuk cara mekanis
dapat dilakukan dengan menggunakan
blower/winowwer. Prinsip kerja blower/winowwer
adalah menghembuskan udara pada pipilan jagung
sehingga kotoran-kotoran, jagung berukuran kecil,
dan hampa akan terpisah satu sama lain.  
4. Penyimpanan
Dalam proses penyimpanan, biji jagung
masih mengalami proses pernafasan dan
menghasilkan karbondioksida, uap air, dan panas.
apabila kondisi ruang simpan tidak terkontrol maka
akan terjadi kenaikan konsentrasi air di udara
sekitar tempat penyimpanan, sehingga memberikan
kondisi ideal bagi pertumbuhan serangga dan
cendawan perusak biji. pengaruh negatif lanjutan
dari kenaikan suhu dan konsentrasi uap jenuh udara
adalah meningkatnya proses respirasi dengan akibat
sampingan makin meningkatnya suhu udara di

9
ruang penyimpanan, yang akan mempercepat proses
degradasi biji.
Penyimpanan jagung dapat berlangsung
lama tanpa menurunkan kualitas biji apabila terjadi
keseimbangan kondisi simpan antara kelembaban
udara relatif lingkungan dengan kandungan air biji
pada kondisi suhu tertentu. penelitian menunjukkan
bahwa pada suhu ruang simpan 28ºc, kelembaban
udara nisbi 70%, dan kadar air 14%, biji jagung
masih mempunyai daya tumbuh 92% setelah
disimpan selama enam bulan, sedangkan pada suhu
simpan 38ºc daya tumbuh benih menurun menjadi
81%.
IV. REKOMENDASI TEKNIS
Teknologi penanganan pasca panen dapat
menekan tingkat kehilangan kuantitatif dan kualitatif,
serta menentukan derajat pencapaian peningkatan mutu.
Tahapan dalam Panen dan Pasca Panen Jagung yaitu :

1. Pemanenan

10
Saat panen yang paling tepat adalah pada
stadium tongkol setengah tua, yaitu tongkol
berukuran maksimum , berbiji penuh, padat  dan
bila biji ditekan tampak bekas melekuk. Ciri-ciri
jagung siap dipanen pada saat matang fisiologis
adalah  sebagai berikut: a). Tongkol berumur 7-8
minggu setelah keluar bunga. b). Kelobot tongkol
sudah berwarna kuning atau putih kekuning-
kuningan. Panen dapat menggunakan alsintan
maupun dengan cara sederhana menggunkan
tangan atau sabit.
2. Pengeringan
Jagung dapat dikeringkan dalam bentuk tongkol
berkelobot, tongkol tanpa kelobot, atau jagung
pipilan. Pengeringan jagung idealnya dalam dua
tahap. Pengeringan awal biasanya dilakukan
dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan
pemipilan jagung, sebab pemipilan tanpa
dilakukan pengeringan terlebih dahulu dapat
menyebabkan butir rusak, terkelupas kulit, terluka
atau cacat, dan pengerjaannya lambat.

11
Pengeringan awal ini dilakukan sampai kadar air
sekitar 17-18%. Pada keadaan ini jagung akan
mudah dipipil dan tidak menimbulkan kerusakan.
Bila jagung sudah berupa jagung pipilan dapat
dikeringkan sampai kadar air 13% sehingga tahan
untuk disimpan.
3. Pemipilan
Pemipilan dapat dilakukan bila tongkol sudah
kering dan kadar air biji tidak lebih dari 18%,
yaitu bila dipipil dengan tangan lembaga tidak
tertinggal pada janggel. Pipilan jagung pada kadar
air tersebut lebih mudah dan kerusakan mekanis
dapat ditekan. Alat pemipil yang lebih maju yaitu
yang disebut corn sheller yang dijalankan dengan
motor.
4. Sortasi
Setelah jagung terlepas dari tongkol, biji-biji
jagung harus dipisahkan dari kotoran atau apa
saja yang tidak dikehendaki, sehinggga tidak
menurunkan kualitas jagung. Yang perlu
dipisahkan dan dibuang antara lain sisa-sisa

12
tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, kotoran
selama petik ataupun pada waktu pengumpilan.
Tindakan ini sangat bermanfaat untuk
menghindari atau menekan serangan jamur dan
hama selama dalam penyimpanan.
5. Penyimpanan
Dalam proses penyimpanan, biji jagung masih
mengalami proses pernafasan dan menghasilkan
karbondioksida, uap air, dan panas. penyimpanan
jagung dapat berlangsung lama tanpa
menurunkan kualitas biji apabila terjadi
keseimbangan kondisi simpan antara kelembaban
udara relatif lingkungan dengan kandungan air
biji pada kondisi suhu tertentu. penelitian
menunjukkan bahwa pada suhu ruang simpan
28ºc, kelembaban udara nisbi 70%, dan kadar air
14%, biji jagung masih mempunyai daya tumbuh
92% setelah disimpan selama enam bulan,
sedangkan pada suhu simpan 38ºc daya tumbuh
benih menurun menjadi 81%

13
Avriliana Sukowati,SP
Penyuluh Pertanian Pertama
BPP Kecamatan Sumbang
30 November 2021

DAFTAR PUSTAKA

http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/77019/PANEN-
DAN-PASCAPANEN--JAGUNG/
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/88312/
PENANGANAN-PASCA-PANEN-JAGUNG-
MENGGUNAKAN-ALSINTAN/
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/94656/
Penanganan-Panen-Dan-Pasca-Panen-Pada-Tanaman-
Jagung-/
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/84135/PASCA-
PANEN-JAGUNG/

14
15

Anda mungkin juga menyukai