Dokumen ini ditujukan untuk memenuhi tugas besar matakuliah Evaluasi Nilai
Gizi
Kelompok 1:
Nurfrida Umi Latifah (173020156)
Mariana Keusumawardani (173020168)
Novia Salsabila (173020192)
Bagas Tri Hadiprayitno (173020194)
Muhammad Fauzan S (173020195)
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................1
BAB 2......................................................................................................................2
MANAJEMEN KEBUTUHAN...............................................................................2
2.1 Peramalan..................................................................................................2
BAB 3......................................................................................................................7
PROSES PENGOLAHAN.......................................................................................7
3.1 Diagram Alir..............................................................................................7
3.2 Stasiun Kerja.............................................................................................8
BAB 4......................................................................................................................9
OPC DAN MPPC.....................................................................................................9
4.1 Tabel Spesifikasi Mesin............................................................................9
4.2 Routing Sheet............................................................................................9
4.3 OPC.........................................................................................................12
4.4 MPPC......................................................................................................17
BAB 5....................................................................................................................19
TATA LETAK FASILITAS..................................................................................19
BAB 6....................................................................................................................20
SUMBER DAYA MANUSIA...............................................................................20
BAB 7....................................................................................................................21
PENGENDALIAN PRODUKSI DAN PERSEDIAAN........................................21
I
KOMODITI 1
SEREALIA
1.1 JAGUNG
Pemanenan Pasca Panen Penyimpanan
Panen Jagung
Mutu hasil panen jagung akan baik bila jagung dipanen pada tingkat
kematangan yang tepat (matang optimal). Sebagai tanda jagung siap
panen/ matang optimal antara lain : bila kelobot telah berwarna
kuning, biji telah keras dan warna biji mengkilap, jika ditekan dengan
ibu jari tidak lagi ditemukan bekas tekanan pada biji tersebut, pada
keadaan seperti ini kadar air sudah mencapai sekitar 35%. Cara lain
untuk menentukan tingkat kematangan jagung adalah terbentuknya
lapisan berwarna hitam pada butiran (black layer tissue formation),
terbentuk dalam selang waktu lebih kurang tiga hari bersamaan
dengan tercapainya berat kering maksimum pada butiran.
Waktu panen sebaiknya dilakukan pada hari-hari cerah, jangan pada
saat hujan agar supaya penanganan jagung setelah dipanen yaitu
pengeringan tidak mendapat hambatan. Pemanenan jagung yang
sederhana dan umum dilakukan dan hasilnya sangat baik adalah
dipuntir dengan tangan atau sabit dengan memotong tangkai buah.
Sekaligus memotong batang dan bagian tanaman lainnya dan
ditinggal dilapangan dan kemudian dibenamkan kedalam tanah
sebagai bahan pupuk. Jagung sebaiknya dipanen dalam bentuk
tongkol lengkap dengan kelobotnya, bila dipanen tanpa kelobot
resiko kerusakan butir-butir jagung tambah besar. Segera setelah
dipanen pisahkan jagung yang tidak sehat/terinfeksi penyakit
dilapangan supaya penyebaran hama dan penyakit dapat dicegah.
Penyimpanan
Penyimpanan diatas Para-para
Tongkol berkelobot dapat disimpan pada para-para yang
ditempatkan dibawah atap rumah ataupun diatas dapur. Para-para
diatas dapur dapat menjamin jagung tetap baik dalam waktu yang
cukup lama karena asap dari kayu-kayu yang dibakar didapur
meninggalkan residu bersifat anti bakteri, jamur maupun serangga.
Pada cara ini sijumlah jagung berkelobot (15-20 buah) diikat menjadi
satu kemudian digantung dengan mengaturnya secara bersusun
diatas para-para. Cara ini memungkinkan sirkulasi asap yang
mengandung formaldehid, phenol dan cresol secara merata.
Penyimpanan cara ini sebaiknya dilengkapi dengan kawat anti tikus
atau perangkap tikus lainnya.
Penyimpanan dalam Karung Plastik atau tempat penyimpanan
lainnya.
1
Jagung pipilan dapat disimpan dalam karung plastik, kantong plastik,
kaleng, jirigen dan sebagainya. Penyimpanan jagung dengan cara
tersebut pada kadar air maksimum 14%. Kadar air jagung diatas
14% merupakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan cendawan, yang dapat memproduksi bermacam-
macam toksin antara lain aflatoksin serta hama yang senantiasa
menyebabkan kerusakan. Cendawan Aspergillus flavus berkembang
dengan baik dan memproduksi aflatoksin pada kadar air diatas 18%.
Penyimpanan jagung untuk benih sebaiknya dengan kadar air lebih
kecil dari 14%, dan cara penyimpanannya yaitu didalam kantong-
kantong kecil dan nantinya dimasukan lagi kekantong plastik agak
besar untuk kemudian dimasukan kedalam kaleng dimana dilengkapi
dengan sejumlah kapur tohor. Kaleng harus mempunyai tutup yang
rapat. Penyimpanan untuk benih paling baik pada kadar air 9% dan
pada suhu penyimpanan 21oC. Pada kondisi ini penyimpanan dapat
lebih lama dan proses penuaan diperlambat. Penyimpanan benih
jagung dengan kadar air 13-14%, menggunakan kaleng tertutup
rapat dapat mempertahankan daya tumbuh jagung selama 5 bulan.
2
Struktur Bahan dan Standar Mutu
Struktur Bahan
Mutu adalah sejumlah sifat karakteristik dari suatu komoditi yang membedakan
suatu produk dan mempunyai nilai pasti dan mencerminkan tingkat penerimaan
konsumen. Tidak semua sifat-sifat yang dimililiki suatu produk digunakan sebagai
komponen mutu dalam standar mutu, hanya yang berkaitan dengan tingkat
penerimaan konsumen dan untuk menentukan harga dalam perdagangan.
1. Persyaratan Kualitatif
2. Biji jagung harus bebas dari hama dan penyakit.
3. Biji jagung harus bebas dari bau busuk, masam, apek, atau bau asing
lainnya.
4. Biji jagung harus bebas dari tanda-tanda adanya bahan kimia yang
membahayakan, baik secara visual maupun secara organoleptik.
5. Persyaratan Kuantitatif
3
1. Kadar air : Jumlah kandungan air didalam butiran jagung dan dinyatakan
dalam persentase bobot basah
2. Butir rusak : Biji jagung yang dinyatakan rusak karena biologis, khemis,
mekanis, fisis, maupun enzimatis seperti berkecambah, busuk, berbau tidak
disukai, berubah bentuk maupun berubah warna karena sebab-sebab diatas.
3. Butir warna lain : Biji-biji jagung yang berwarna lain seperti tercampur
dengan varietas lain.
4. Butir pecah : Butir jagung sehat yang pecah selama pengolahan yang
mempunyai ukuran yang sama atau lebih kecil dari 6/10 bagian butir utuh.
5. Kotoran : Benda-benda yang terdapat dalam contoh yang diperiksa seperti
batu, tanah, biji-bijian lain, sisa tanaman lainya, termasuk butir pecah, atau
termasuk butir retak.
1. Persyaratan kualitatif adalah bebas hama dan penyakit, bebas bau busuk,
asam atau bau asing lainnya dan bebas dari bahan kimia seperti insektisida
dan fungisida
2. Persyaratan Kuantitatif adalah kelas mutu biji jagung
5 Kotoran (% maks) 1 1 2
4
Vitamin C 5,5mg 6%
Vitamin D 0µg –
Vitamin E 0,09mg 1%
Vitamin K 0,4µg 0%
Vitamin B1 (Thiamine) 0,09mg 8%
Vitamin B2 (Riboflavin) 0,06mg 4%
Vitamin B3 (Niacin) 1,68mg 11%
Vitamin B5 (Panthothenic acid) 0,79mg 16%
Vitamin B6 (Pyridoxine) 0,14mg 11%
Vitamin B9 (Folat) 23µg 6%
Vitamin B12 0µg –
Kalsium 3mg 0%
Zat Besi 0,45mg 6%
Magnesium 26mg 7%
Fosfor 77mg 11%
Potassium (Kalium) 218mg 5%
Sodium 1mg 0%
Seng (Zinc) 0,62mg 6%
5
meliputi ani-ani dan sabit. Sedangkan alat dan mesin pemanen padi
modern meliputi reaper, reaper binder dan combine harvester. Penggunaan
combine harvester kini telah banyak diaplikasikan oleh petani, hal ini
terbantu dengan dikeluarkannya Keputusan Direktur Jenderal Hortikultura
Nomor: 299/Kpts/SR.130/D/12/2016 yang mengatur pengelolaan dan
penyaluran bantuan pemerintah tahun anggaran 2017.
Padi yang telah dipanen kemudian perlu dipisahkan antara gabah
dan malainya dengan cara dirontokkan menggunakan beberapa metode
yaitu diinjak/iles, pukul/gedig, banting/gebot, pedal thresher, dan mesin
perontok [7]. Thresher sebagai salah satu alat perontok padi modern terdiri
dari 2 tipe berdasarkan posisi pemotongan, apabila dipotong bawah
menggunakan pedal thresher dan apabila dipotong tengah atau atas
menggunakan power thresher. Setelah didapatkan gabah dari proses
perontokan, proses pascapanen selanjutnya adalah pembersihan
padi/penampian dari kotoran. Proses penampian dapat dilakukan sebelum
atau sesudah proses pengeringan, apabila proses pascapanen dari padi
menggunakan combine harvester maka proses penampian tidak perlu
dilakukan karena produk dari mesin combine harvester sudah dalam
kondisi bersih dari kotoran dan gabah hampa, namun bila tidak
menggunakan combine harvester maka proses pembersihan padi perlu
dilakukan untuk memperoleh gabah bersih. Prinsip penampian adalah
menggunakan hembusan angin baik secara alami maupun dengan aliran
angin buatan(artificial wind).
Pengeringan diperlukan untuk mengurangi kadar air dari gabah, hal
ini dikarenakan standar kadar air maksimum gabah untuk disimpan adalah
14%. Air yang berada pada gabah sangat beresiko menyebabkan
pertumbuhan mikroorganisme yang dapat merusak kualitas gabah.
Terdapat dua cara pengerigan yaitu pengeringan alami (paparan sinar
matahari langsung) dan pengeringan buatan (mekanis). Pengeringan alami
biasanya dilakukan dengan cara menyebarkan gabah diatas terpal dan
ditempatkan di areal terbuka. Tipe pengering mekanis bermacam-macam
bergantung terhadap kebutuhan, contoh batch dryer, recirculated dryer,
continuous dryer, dan lain sebagainya.
Gabah yang bersih dan kering kemudian disimpan baik dalam
keadaan curah (tanpa dikemas) atau di kemas. Penyimpanan gabah dalam
keadaan curah memerlukan sebuah bangunan khusus yang berfungsi
sebagai penampung gabah dengan karakteristik dan rancangbangun yang
telah diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan penyimpanan, secara garis
besar bangunan simpan curah dibedakan menjadi dua yaitu bunker dan
silo.
Sedangkan untuk penyimpanan dengan pengemasan, gabah dapat
dikemas dengan mengunakan pengemas berbahan goni atau plastik.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih kemasan
yaitu kemasan harus dapat melindungi gabah dari efek pengangkutan dan
penyimpanan, kemasan tidak boleh mengandung bahan kimia berbahaya
yang dapat mencemari gabah dan tidak boleh membawa organisme
penganggu (hama), kemasan harus berasal dari material yang kuat dan
6
mampu menahan beban tumpukan, dan mampu mempertahankan
keseragaman dari kualitas gabah.
Standar Mutu
Berdasarkan BSNI(1987), persyaratan mutu kualitatif gabah
terdiri dari empat karakter yaitu : 1. bebas hama dan penyakit; 2.
7
bebas dari busuk, asam dan bau lainnya; 3. bebas bahan kimia dan
sisa pupuk, insektisida dan fungisida; dan 4. gabah tidak boleh
panas. Gabah dikatakan bebas dari hama dan penyakit apabila
secara visual tidak ditemui adanya hama serangga (termasuk di
dalamnya bangkai serangga atau hama dikatagorikan sebagai
benda asing), ulat dan lain sebagainya. Persyaratan mutu gabah
berpedoman pada standar mutu gabah berdasarkan SNI (Tabel
1).
Tabel 1. Standar Mutu Gabah
Gabah hampa 1 2 3
8
Pengolahan beserta Diagram Alir
9
Komposisi Gizi Hasil Olahan (Zat Gizi Makro dan Mikro)
Sumber :
Jurnal Nasional
http://repository.unpas.ac.id/30037/4/BAB%20II
%20Tinjauan.doc
http://tekpan.unimus.ac.id/wp-
content/uploads/2013/07/Teknologi-Pengolahan-Beras-Teori-
dan-Praktek.pdf
Jurnal Internasional
KOMODITI 2
KACANG-KACANGAN
2.1 KACANG TANAH
Pemanenan
Melihat pohon atau batang dari tanaman Kacang Tanah apabila masih
seger itu tandanya belum boleh di panen, nah kalau yang sudah tuwa batangnya
atau batangnya mulai mengeras baru boleh dipanen.
10
Dengan melihat dari perubahan daun apabila mulai menguning dan
sebabian mulai berguguran ini juga sudah siap dipanen.
Cara yang terakhir yaitu dengan mencabut tanaman Kacang Tanah tersebut
dan melihat dari polong, apabila sudah buncit atau terisi penuh dan bila dipijit
terasa keras itu tandannya Tanaman kacang tanah sudah siap di panen.
Pascapanen
Penyimpanan
Bisa juga penyimpanan dalam bentuk biji kering, yaitu setelah melakukan
penjemuran polong – polong selanjutnya pengambilan biji – biji dari kulitnya,
dengan cara mengupasnya dengan tangan atau alat lainnya yang bias digunakan
untuk pengupasan biji dari kulit Kacang tanah.
Struktur bahan
Kacang tanah kaya dengan lemak, mengandungi protein yang tinggi, zat
besi, vitamin E dan kalsium, vitamin B kompleks dan Fosforus, vitamin A dan K,
lesitin, kolin dan kalsium. Kandungan protein dalam kacang tanah adalah jauh
lebih tinggi dari daging, telur dan kacang soya.
11
Stan
dar mutu
· Untuk mendapatkan hasil kacang tanah yang sesuai dengan syarat, maka
harus dilakukan beberapa pengujian, yaitu:
b. Penentuan adanya butir rusak, butir warna lain, kotoran dan butir belah
dilakukan dengan cara manual dengan pinset. Presentase butir warna lain, butir
12
rusak, butir belah, butir keriput, dan kotoran ditetapkan berdasarkan berat masing-
masing komponen dibandingkan dengan berat 100 %.
d. Penentuan kadar air biji harus ditentukan dengan alat mouture tester
electronic yang telah dikalibrasi atau dengan distilasi dengan toulen (AOAC
9254). Untuk mengukur kadar air, kacang tanah polong harus dikupas dahulu
kulitnya, selanjutnya biji kacang tanahnya diukur kadar airnya.
Perlakuan
Cara lain yang dapat digunakan untuk mematahkan dormansi pada kacang
tanah, diantaranya adalah dengan perlakuan KNO3 0,2% (Cahyono 2001,
Nurussintani et al. 2013). Hasil penelitian Hapsari dan Rejeki (dalam proses
publikasi), perlakuan perendaman dengan air saja atau pemanasan di oven pada
suhu 40˚C selama 5 dan 7 hari dapat meningkatkan kecepatan tumbuh dan indeks
vigor benih pada benih kacang tanah yang terindikasi mengalami dormansi.
Jurnal
Kandungan gizi
Air 4,26g –
Gula 0g 0%
Serat 9g 22%
Vitamin A 0g 0%
Vitamin C 0g 0%
Vitamin D 0g 0%
13
Vitamin E 6,6mg 44%
Kalsium 62mg 6%
Sodium 18mg 1%
Informasi Gizi
Per porsi
Energi 394 kj
94 kkal
Lemak 8,06g
Kolesterol 0mg
14
Protein 4,01g
Karbohidrat 3,13g
Serat 1g
Gula 1,48g
Sodium 73mg
Kalium 104mg
15