Dokumen ini ditujukan untuk memenuhi tugas besar matakuliah Evaluasi Nilai
Gizi
Kelompok 1:
Nurfrida Umi Latifah (173020156)
Mariyana Kesuma Wardani (173020168)
Novia Salsabila (173020192)
Bagas Tri Hadiprayitno (173020194)
Muhammad Fauzan S (173020195)
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................1
BAB 2......................................................................................................................2
MANAJEMEN KEBUTUHAN...............................................................................2
2.1 Peramalan..................................................................................................2
BAB 3......................................................................................................................7
PROSES PENGOLAHAN.......................................................................................7
3.1 Diagram Alir..............................................................................................7
3.2 Stasiun Kerja.............................................................................................8
BAB 4......................................................................................................................9
OPC DAN MPPC.....................................................................................................9
4.1 Tabel Spesifikasi Mesin............................................................................9
4.2 Routing Sheet............................................................................................9
4.3 OPC.........................................................................................................12
4.4 MPPC......................................................................................................17
BAB 5....................................................................................................................19
TATA LETAK FASILITAS..................................................................................19
BAB 6....................................................................................................................20
SUMBER DAYA MANUSIA...............................................................................20
BAB 7....................................................................................................................21
PENGENDALIAN PRODUKSI DAN PERSEDIAAN........................................21
I
KOMODITI 1
SEREALIA
1.1 JAGUNG
Pemanenan Pasca Panen Penyimpanan
Panen Jagung
Mutu hasil panen jagung akan baik bila jagung dipanen pada tingkat
kematangan yang tepat (matang optimal). Sebagai tanda jagung siap
panen/ matang optimal antara lain : bila kelobot telah berwarna
kuning, biji telah keras dan warna biji mengkilap, jika ditekan dengan
ibu jari tidak lagi ditemukan bekas tekanan pada biji tersebut, pada
keadaan seperti ini kadar air sudah mencapai sekitar 35%. Cara lain
untuk menentukan tingkat kematangan jagung adalah terbentuknya
lapisan berwarna hitam pada butiran (black layer tissue formation),
terbentuk dalam selang waktu lebih kurang tiga hari bersamaan
dengan tercapainya berat kering maksimum pada butiran.
Waktu panen sebaiknya dilakukan pada hari-hari cerah, jangan pada
saat hujan agar supaya penanganan jagung setelah dipanen yaitu
pengeringan tidak mendapat hambatan. Pemanenan jagung yang
sederhana dan umum dilakukan dan hasilnya sangat baik adalah
dipuntir dengan tangan atau sabit dengan memotong tangkai buah.
Sekaligus memotong batang dan bagian tanaman lainnya dan
ditinggal dilapangan dan kemudian dibenamkan kedalam tanah
sebagai bahan pupuk. Jagung sebaiknya dipanen dalam bentuk
tongkol lengkap dengan kelobotnya, bila dipanen tanpa kelobot
resiko kerusakan butir-butir jagung tambah besar. Segera setelah
dipanen pisahkan jagung yang tidak sehat/terinfeksi penyakit
dilapangan supaya penyebaran hama dan penyakit dapat dicegah.
Penyimpanan
Penyimpanan diatas Para-para
Tongkol berkelobot dapat disimpan pada para-para yang
ditempatkan dibawah atap rumah ataupun diatas dapur. Para-para
diatas dapur dapat menjamin jagung tetap baik dalam waktu yang
cukup lama karena asap dari kayu-kayu yang dibakar didapur
meninggalkan residu bersifat anti bakteri, jamur maupun serangga.
Pada cara ini sijumlah jagung berkelobot (15-20 buah) diikat menjadi
satu kemudian digantung dengan mengaturnya secara bersusun
diatas para-para. Cara ini memungkinkan sirkulasi asap yang
mengandung formaldehid, phenol dan cresol secara merata.
Penyimpanan cara ini sebaiknya dilengkapi dengan kawat anti tikus
atau perangkap tikus lainnya.
Penyimpanan dalam Karung Plastik atau tempat penyimpanan
lainnya.
1
Jagung pipilan dapat disimpan dalam karung plastik, kantong plastik,
kaleng, jirigen dan sebagainya. Penyimpanan jagung dengan cara
tersebut pada kadar air maksimum 14%. Kadar air jagung diatas
14% merupakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan cendawan, yang dapat memproduksi bermacam-
macam toksin antara lain aflatoksin serta hama yang senantiasa
menyebabkan kerusakan. Cendawan Aspergillus flavus berkembang
dengan baik dan memproduksi aflatoksin pada kadar air diatas 18%.
Penyimpanan jagung untuk benih sebaiknya dengan kadar air lebih
kecil dari 14%, dan cara penyimpanannya yaitu didalam kantong-
kantong kecil dan nantinya dimasukan lagi kekantong plastik agak
besar untuk kemudian dimasukan kedalam kaleng dimana dilengkapi
dengan sejumlah kapur tohor. Kaleng harus mempunyai tutup yang
rapat. Penyimpanan untuk benih paling baik pada kadar air 9% dan
pada suhu penyimpanan 21oC. Pada kondisi ini penyimpanan dapat
lebih lama dan proses penuaan diperlambat. Penyimpanan benih
jagung dengan kadar air 13-14%, menggunakan kaleng tertutup
rapat dapat mempertahankan daya tumbuh jagung selama 5 bulan.
2
Struktur Bahan dan Standar Mutu
Struktur Bahan
Mutu adalah sejumlah sifat karakteristik dari suatu komoditi yang membedakan
suatu produk dan mempunyai nilai pasti dan mencerminkan tingkat penerimaan
konsumen. Tidak semua sifat-sifat yang dimililiki suatu produk digunakan sebagai
komponen mutu dalam standar mutu, hanya yang berkaitan dengan tingkat
penerimaan konsumen dan untuk menentukan harga dalam perdagangan.
1. Persyaratan Kualitatif
2. Biji jagung harus bebas dari hama dan penyakit.
3. Biji jagung harus bebas dari bau busuk, masam, apek, atau bau asing
lainnya.
4. Biji jagung harus bebas dari tanda-tanda adanya bahan kimia yang
membahayakan, baik secara visual maupun secara organoleptik.
5. Persyaratan Kuantitatif
3
1. Kadar air : Jumlah kandungan air didalam butiran jagung dan dinyatakan
dalam persentase bobot basah
2. Butir rusak : Biji jagung yang dinyatakan rusak karena biologis, khemis,
mekanis, fisis, maupun enzimatis seperti berkecambah, busuk, berbau tidak
disukai, berubah bentuk maupun berubah warna karena sebab-sebab diatas.
3. Butir warna lain : Biji-biji jagung yang berwarna lain seperti tercampur
dengan varietas lain.
4. Butir pecah : Butir jagung sehat yang pecah selama pengolahan yang
mempunyai ukuran yang sama atau lebih kecil dari 6/10 bagian butir utuh.
5. Kotoran : Benda-benda yang terdapat dalam contoh yang diperiksa seperti
batu, tanah, biji-bijian lain, sisa tanaman lainya, termasuk butir pecah, atau
termasuk butir retak.
1. Persyaratan kualitatif adalah bebas hama dan penyakit, bebas bau busuk,
asam atau bau asing lainnya dan bebas dari bahan kimia seperti insektisida
dan fungisida
2. Persyaratan Kuantitatif adalah kelas mutu biji jagung
5 Kotoran (% maks) 1 1 2
4
Vitamin C 5,5mg 6%
Vitamin D 0µg –
Vitamin E 0,09mg 1%
Vitamin K 0,4µg 0%
Vitamin B1 (Thiamine) 0,09mg 8%
Vitamin B2 (Riboflavin) 0,06mg 4%
Vitamin B3 (Niacin) 1,68mg 11%
Vitamin B5 (Panthothenic acid) 0,79mg 16%
Vitamin B6 (Pyridoxine) 0,14mg 11%
Vitamin B9 (Folat) 23µg 6%
Vitamin B12 0µg –
Kalsium 3mg 0%
Zat Besi 0,45mg 6%
Magnesium 26mg 7%
Fosfor 77mg 11%
Potassium (Kalium) 218mg 5%
Sodium 1mg 0%
Seng (Zinc) 0,62mg 6%
5
1.2 PADI
Pemanenan Pasca Panen Penyimpanan
Pascapanen padi adalah serangkaian tahapan kegiatan yang
meliputi pemungutan (pemanenan) malai, perontokan gabah, penampian,
pengeringan, pengemasan, penyimpanan, dan pengolahan sampai siap
dipasarkan atau dikonsumsi.
Proses pascapanen padi diawali dengan pemanenan padi yang penentuan
pelaksanaanya didasarkan pada umur tanam dan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu varietas, iklim, dan tinggi tempat sehingga umur
panen padi bervariasi dan bperbedaannya berkisar 5-10 hari. Ciri – ciri
padi yang siap dipanen yaitu ketika 90-95% dari bulir padi sudah bernas
atau sudah berubah warna dari kuning hingga kuning keemasan. Umur
panen adalah 30-35 hari setelah berbunga merata atau setelah 135-145 hari
setelah tanam, dengan kadar air bulir padi pada musim panas berkisar 22-
23% dan 24-26% di musim hujan. Ketika tiba masa panen, petani akan
menggunakan alat dan mesin pertanian yang di kategorikan menjadi
konvensional dan modern. Alat dan mesin pemanen padi konvensional
meliputi ani-ani dan sabit. Sedangkan alat dan mesin pemanen padi
modern meliputi reaper, reaper binder dan combine harvester.
Padi yang telah dipanen kemudian perlu dipisahkan antara gabah
dan malainya dengan cara dirontokkan menggunakan beberapa metode
yaitu diinjak/iles, pukul/gedig, banting/gebot, pedal thresher, dan mesin
perontok. Thresher sebagai salah satu alat perontok padi modern terdiri
dari 2 tipe berdasarkan posisi pemotongan, apabila dipotong bawah
menggunakan pedal thresher dan apabila dipotong tengah atau atas
menggunakan power thresher. Setelah didapatkan gabah dari proses
perontokan, proses pascapanen selanjutnya adalah pembersihan
padi/penampian dari kotoran. Proses penampian dapat dilakukan sebelum
atau sesudah proses pengeringan, apabila proses pascapanen dari padi
menggunakan combine harvester maka proses penampian tidak perlu
dilakukan karena produk dari mesin combine harvester sudah dalam
kondisi bersih dari kotoran dan gabah hampa, namun bila tidak
menggunakan combine harvester maka proses pembersihan padi perlu
dilakukan untuk memperoleh gabah bersih. Prinsip penampian adalah
menggunakan hembusan angin baik secara alami maupun dengan aliran
angin buatan(artificial wind).
Pengeringan diperlukan untuk mengurangi kadar air dari gabah, hal
ini dikarenakan standar kadar air maksimum gabah untuk disimpan adalah
14%. Air yang berada pada gabah sangat beresiko menyebabkan
pertumbuhan mikroorganisme yang dapat merusak kualitas gabah.
Terdapat dua cara pengerigan yaitu pengeringan alami (paparan sinar
matahari langsung) dan pengeringan buatan (mekanis). Pengeringan alami
biasanya dilakukan dengan cara menyebarkan gabah diatas terpal dan
ditempatkan di areal terbuka. Tipe pengering mekanis bermacam-macam
bergantung terhadap kebutuhan, contoh batch dryer, recirculated dryer,
continuous dryer, dan lain sebagainya.
6
Gabah yang bersih dan kering kemudian disimpan baik dalam
keadaan curah (tanpa dikemas) atau di kemas. Penyimpanan gabah dalam
keadaan curah memerlukan sebuah bangunan khusus yang berfungsi
sebagai penampung gabah dengan karakteristik dan rancangbangun yang
telah diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan penyimpanan, secara garis
besar bangunan simpan curah dibedakan menjadi dua yaitu bunker dan
silo.
Sedangkan untuk penyimpanan dengan pengemasan, gabah dapat
dikemas dengan mengunakan pengemas berbahan goni atau plastik.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih kemasan
yaitu kemasan harus dapat melindungi gabah dari efek pengangkutan dan
penyimpanan, kemasan tidak boleh mengandung bahan kimia berbahaya
yang dapat mencemari gabah dan tidak boleh membawa organisme
penganggu (hama), kemasan harus berasal dari material yang kuat dan
mampu menahan beban tumpukan, dan mampu mempertahankan
keseragaman dari kualitas gabah.
7
Standar Mutu
Berdasarkan BSNI(1987), persyaratan mutu kualitatif gabah
terdiri dari empat karakter yaitu : 1. bebas hama dan penyakit; 2.
bebas dari busuk, asam dan bau lainnya; 3. bebas bahan kimia dan
sisa pupuk, insektisida dan fungisida; dan 4. gabah tidak boleh
panas. Gabah dikatakan bebas dari hama dan penyakit apabila
secara visual tidak ditemui adanya hama serangga (termasuk di
dalamnya bangkai serangga atau hama dikatagorikan sebagai
benda asing), ulat dan lain sebagainya. Persyaratan mutu gabah
berpedoman pada standar mutu gabah berdasarkan SNI (Tabel
1).
Tabel 1. Standar Mutu Gabah
Gabah hampa 1 2 3
8
Gabah varietas lain (maks) 2 5 10
Pupuk merupakan salah satu bahan yang sering digunakan dalam dunia
pertanian yang berfungsi untuk membantu menyuburkan tanaman budi daya.
Ada banyak jenis pupuk yang sering digunakan oleh petani, misalnya saja
kompos dan pupuk urea.
9
Nilai nutrisi per 100 g (3,5 oz)
10
Energi 1527 kJ (365 kcal)
Karbohidrat 79 g
- Gula 0.12 g
Lemak 0.66 g
Protein 7.13 g
Air 11.62 g
Kalsium 28 mg (3%)
Magnesium 25 mg (7%)
11
Zink 1.09 mg (11%)
12
Komposisi Gizi Hasil Olahan (Zat Gizi Makro dan Mikro)
Tabel 6. Kandungan Zat Gizi Nasi dari Beras Giling per 100 gram
Air (g %) 57
Protein (g %) 2,1
Lemak (g %) 0,1
Karbohidrat (g %) 40,6
Dalam Tabel 2 terlihat bahwa perbandingan berat beras dan nasi berkisar
antara 1 : 2 untuk nasi liwet dan 1 : 3 untuk ketupat, sedangkan nasi kukus
berada diantaranya, yaitu 1 : 2,25. Faktor konversi mentah-masak ini ternyata
tidak berbeda dengan yang ditemukan dalam penyelidikan makanan keluarga
Indonesia yang pernah dilakukan.
13
Penurunan kadar beberapa zat gizi dalam beras sesudah dimasak menjadi
nasi dapat dilihat lebih djelas dalam Tabel 3 dan Tabel 4, yang
memperlihatkan kadar zat gizi atas dasar berat kering. Ternyata bahwa
kadar protein, kalsium dan besi hampir tidak berubah, phosphor turun
sedikit, dan yang turun melonjak ialah vitamin B1. Semula diduga bahwa
dalam proses memasak beras mendjadi nasi ada beberapa bagian protein
yang hilang, maka penentuan protein juga dilakukan pada beras yang telah
14
dicuci selain pada nasi. Tabel 5 menunjukkan bahwa penurunan kadar
protein yang amat kecil itu terjadi terutama waktu beras dicuci.
15
Pencucian: satu volume beras dicuci dengan satu volume air, dilakukan
tiga kali.
RINGKASAN :
Penggunaan panas dalam proses pemasakan bahan pangan sangat
berpengaruh pada nilai gizi bahan pangan. Proses perebusan dapat
menurunkan nilai gizi karena bahan pangan yang langsung terkena air
rebusan akan menurunkan zat gizi terutama vitamin-vitamin larut air
(seperti vitamin B kompleks dan vitamin C) dan juga protein.
Perebusan dapat menurunkan kadar protein dalam bahan pangan,
ini karena pengolahan dengan menggunakan suhu tinggi akan
menyebabkan denaturasi protein sehingga terjadi koagulasi dan
menurunkan solubilitas atau daya kemampuan larutnya. Pemanasan
protein dapat menyebabkan terjadinya reaksi-reaksi baik yang diharapkan
maupun yang tidak diharapkan. Reaksi-reaksi tersebut diantaranya
denaturasi, kehilangan aktivitas enzim, perubahan kelarutan dan hidrasi,
perubahan warna, derivatisasi residu asam amino, cross-linking,
pemutusan ikatan peptida, dan pembentukan senyawa yang secara sensori
aktif. Reaksi ini dipengaruhi oleh suhu dan lama pemanasan, pH, adanya
oksidator, antioksidan, radikal, dan senyawa aktif lainnya khususnya
senyawa karbonil. Reaksi yang terjadi pada saat pemanasan protein
tersebut dapat merusak kondisi protein, sehingga kadar protein dapat
menurun.
Berdasarkan tabel diatas, kadar zat gizi beras lima varietas padi
unggul ternyata tidak berbeda sekali, kecuali kadar protein beras C4-63
16
yang tinggi yaitu 9%. Pengolahan padi menjadi beras setengah giling,
beras tumbuk, dan beras tumbuk parboil, tidak banyak mempengaruhi
kadar zat gizi. Memasak beras menjadi nasi tidak menyebabkan banyak
kehilangan zat-zat gizi, kecuali vitamin B1.
Sumber :
Jurnal Nasional
http://repository.unpas.ac.id/30037/4/BAB%20II
%20Tinjauan.doc
http://tekpan.unimus.ac.id/wp-
content/uploads/2013/07/Teknologi-Pengolahan-Beras-Teori-
dan-Praktek.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/160700-ID-kadar-
zat-gizi-beras-dan-nasi-lima-varit.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/20747-ID-
pengaruh-proses-pemasakan-terhadap-komposisi-zat-gizi-
bahan-pangan-sumber-protei.pdf
Jurnal Internasional
https://media.neliti.com/media/publications/74101-EN-the-use-
of-biotechnology-in-the-characte.pdf
KOMODITI 2
KACANG-KACANGAN
2.1 KACANG TANAH
Pemanenan
17
Melihat pohon atau batang dari tanaman Kacang Tanah apabila masih
seger itu tandanya belum boleh di panen, nah kalau yang sudah tuwa batangnya
atau batangnya mulai mengeras baru boleh dipanen.
Cara yang terakhir yaitu dengan mencabut tanaman Kacang Tanah tersebut
dan melihat dari polong, apabila sudah buncit atau terisi penuh dan bila dipijit
terasa keras itu tandannya Tanaman kacang tanah sudah siap di panen.
Pascapanen
Penyimpanan
Bisa juga penyimpanan dalam bentuk biji kering, yaitu setelah melakukan
penjemuran polong – polong selanjutnya pengambilan biji – biji dari kulitnya,
dengan cara mengupasnya dengan tangan atau alat lainnya yang bias digunakan
untuk pengupasan biji dari kulit Kacang tanah.
Struktur bahan
Kacang tanah kaya dengan lemak, mengandungi protein yang tinggi, zat
besi, vitamin E dan kalsium, vitamin B kompleks dan Fosforus, vitamin A dan K,
lesitin, kolin dan kalsium. Kandungan protein dalam kacang tanah adalah jauh
lebih tinggi dari daging, telur dan kacang soya.
18
Standar mutu
· Untuk mendapatkan hasil kacang tanah yang sesuai dengan syarat, maka
harus dilakukan beberapa pengujian, yaitu:
b. Penentuan adanya butir rusak, butir warna lain, kotoran dan butir belah
dilakukan dengan cara manual dengan pinset. Presentase butir warna lain, butir
rusak, butir belah, butir keriput, dan kotoran ditetapkan berdasarkan berat masing-
masing komponen dibandingkan dengan berat 100 %.
19
d. Penentuan kadar air biji harus ditentukan dengan alat mouture tester
electronic yang telah dikalibrasi atau dengan distilasi dengan toulen (AOAC
9254). Untuk mengukur kadar air, kacang tanah polong harus dikupas dahulu
kulitnya, selanjutnya biji kacang tanahnya diukur kadar airnya.
Perlakuan
Cara lain yang dapat digunakan untuk mematahkan dormansi pada kacang
tanah, diantaranya adalah dengan perlakuan KNO3 0,2% (Cahyono 2001,
Nurussintani et al. 2013). Hasil penelitian Hapsari dan Rejeki (dalam proses
publikasi), perlakuan perendaman dengan air saja atau pemanasan di oven pada
suhu 40˚C selama 5 dan 7 hari dapat meningkatkan kecepatan tumbuh dan indeks
vigor benih pada benih kacang tanah yang terindikasi mengalami dormansi.
Kandungan gizi
Air 4,26g –
Gula 0g 0%
Serat 9g 22%
Vitamin A 0g 0%
Vitamin C 0g 0%
Vitamin D 0g 0%
20
Vitamin B6 0,3mg 23%
Kalsium 62mg 6%
Sodium 18mg 1%
21
Kandungan gizi olahan kacang tanah (selai)
Informasi Gizi
Per porsi
Energi 394 kj
94 kkal
Lemak 8,06g
Kolesterol 0mg
Protein 4,01g
Karbohidrat 3,13g
Serat 1g
Gula 1,48g
Sodium 73mg
Kalium 104mg
Evaluasi Gizi
(tinggal 20% dari kadar thiamin awal), coklat muda (14%), coklat (10%) dan
coklat tua
(3%) (Santosa et al. 1993). Setelah disangrai, biji kacang tanah tersebut harus
segera
22
bahan pemanis, pengemulsi, dan lain-lain jumlahnya maksimum 10%.
Jurnal
23
terang atau panas dan tidak hujan agar hasilnya dapat
2. Pasca panen
kedelai.
a. Pengeringan
b. Melakukan penyortiran
c. Penyimpanan
24
Perlakuan
1. Panen
25
pungut saja. Panen kedelai sebaiknya pada saat
2. Pasca panen
kedelai.
a. Pengeringan
b. Melakukan penyortiran
c. Penyimpanan
26
pada tempat yang kering.
Struktur Bahan
Standar Mutu
Persyaratan
Jenis Uji
No. (komponen Satuan Mutu Mutu Mutu
mutu) Mutu I
II III IV
27
5 Kotoran % maks 0 maks 1 maks 2 10
maks 5
Perlakuan
Susu kedelai juga mengandung seng (zinc) yang penting untuk sistem
kekebalan tubuh.
Kedelai tinggi akan kandungan asam lemak, seperti omega-3, yang dapat
membantu mengurangi kadar lemak darah (kolesterol total dan trigliserida),
sehingga mengurangi risiko penyakit jantung koroner dan serangan jantung.
28
Kandungan gizi sari kedelai
Susu kedelai mengandung protein yang hampir sama banyaknya dengan susu sapi,
tapi dengan kalori yang lebih rendah.
Vitamin D penting untuk kesehatan tulang. Banyak susu kedelai yang dijual telah
ditambahkan dengan vitamin D.
Susu kedelai juga mengandung seng (zinc) yang penting untuk sistem kekebalan
tubuh.
Kedelai tinggi akan kandungan asam lemak, seperti omega-3, yang dapat
membantu mengurangi kadar lemak darah (kolesterol total dan trigliserida),
sehingga mengurangi risiko penyakit jantung koroner dan serangan jantung.
Gizi yang terkandung dalam kedelai setelah pengolahan, kadarnya bisa tetap
atau sedikit berkurang. Tapi, khasiat dan nilai gizi (berhubungan dengan daya cerna
dalam tubuh) akan makin meningkat.
Jurnal
29
Barnes, S. “Soy isoflavones and cancer”. p. 49–53. In : K. Descheemaeker and I.
Debruyne (ed.) Soy and health 2000. Garant. Leuven. Belgium. 2001.
KOMODITI III
UMBI-UMBIAN
a. Panen
Tanaman ubi jalar dapat dipanen bila ubi-ubinya sudah tua (matang
fisiologis). Ciri fisik ubi jalar matang, antara lain: bila kandungan
tepungnya sudah maksimum, ditandai dengan kadar serat yang rendah dan
bila direbus (dikukus) rasanya enak serta tidak berair.
Panen ubi jalar yang ideal dimulai pada umur 3 bulan, dengan
penundaan paling lambat sampai umur 4 bulan. Panen pada umur lebih
30
dari 4 bulan, selain resiko serangan hama boleng cukup tinggi, juga tidak
akan memberikan kenaikan hasil ubi.
2. Cara Panen
e. Bersihkan ubi dari tanah atau kotoran dan akar yang masih
menempel.
f. Lakukan seleksi dan sortasi ubi berdasarkan ukuran besar dan kecil
ubi secara terpisah dan warna kulit ubi yang seragam. Pisahkan ubi
utuh dari ubi terluka ataupun terserang oleh hama atau penyakit.
3. Prakiraan Produksi
b. Pasca Panen
1. Pengumpulan
31
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan
mudah dijangkau oleh angkutan.
3. Penyimpanan
32
tempat (ruang) penyimpanan bersuhu rendah antara 27-30 derajat C (suhu
kamar) dengan kelembapan udara antara 85-90 %.
33
Standar Mutu Ubi Jalar
1. syarat umum : ubi jalar tidak boleh mempunyai bau asing, ubi jalar harus
bebas dari hama dan penyakit, ubi jalar harus bebas dari bahan kimia
seperti insektisida dan fungisida, ubi jalar harus memiliki keseragaman
warna, bentuk maupun ukuran umbinya, ubi jalar harus sudah mencapai
masak fisiologis optimal dan ubi jalar harus dalam kondisi bersih.
2. Syarat khusus
34
Tabel 1. Spesifikasi Persyaratan Khusus Komoditas Ubi jalar
Jumlah
Ubi Jalar Putih Ubi Jalar Merah Ubi Jalar Kning
Komposisi
Kalori (kal) 123,0 123,0 136,0
35
Protein (g) 1,8 1,8 1,1
Lemak (g) 0,7 0,7 0,4
Karbohidrat (g) 27,9 27,9 32,3
Kalsium (mg) 30,0 30,0 57,0
Fosfor (mg) 49,0 49,0 52,0
Zat Besi (mg) 0,7 0,7 0,7
Natrium (mg) - - 5,0
Kalium (mg) - - 393,0
Niacin (mg) - - 0,6
Vitamin A(SI) 60,0 7700,0 900,0
Vitamin B1 (mg) 0,90 0,90 0,10
Vitamin C (mg) 22,0 22,0 35,0
Air (g) 68,5 68,5 -
Serat kasar (g) 0,9 0,9 1,4
Abu (g) 0,4 0,4 0,3
Kadar gula (g) 0,4 0,4 0,3
36
Komponen Besaran (%)
Pati 46,2
Gula 22,4
Hemiselulosa 3,6
Selulosa 2,7
Pektin 0,47
Seperti sifat ubi pada umumnya, karbohidrat dalam ubi jalar
berpotensi mengalami perubahan selama penyimpanan, perubahan pati
menjadi gula selama penyimpanan dan komposisi karbohidrat tersebut
menentukan rasa ubi (eating quality) dan sifat kecernaannya. Studi
mengenai aktivitas enzim amilase yang mengubah pati menjadi gula pada
ubi segar dan ubi yang disimpan, telah banyak dilakukan dan umumnya
menunjukkan bahwa aktivitas tersebut berbeda pada galur ubi jalar yang
berbeda maupun pada kultivar yang berbeda. Glukosa, sukrosa dan
fruktosa merupakan gula-gula utama dari hasil perombakan pati,
komposisi dari gula-gula tersebut berpengaruh terhadap rasa. Fruktosa
umumnya memberikan rasa lebih manis dibanding glukosa maupun
sukrosa (Zhang et al., 2002).
37
Pengolahan Beserta Diagram Alir
Ubi jalar
Peeling
Kulit
Pencucian
Air Air
bersih Penimbangan
kotor
Reduksi Ukuran
Na-Metabisulfit 0,2%
(b/v) (ubi jalar:air = Perendaman air
1:3)
Air Air
Pencucian
bersih 38 kotor
Penirisan
Pengeringan T=70oC t= 5-6 jam
Penggilingan
Tepung
Kemasan Pengemasan
Tepung Dalam
Kemasan
Komposisi zat gizi hasil olahan (zat gizi makro dan mikro) Tepung
ubi jalar ungu memiliki kandungan karbohidrat lebih tinggi jika
dibandingkan dengan ubi jalar putih. Hal tersebut dikarenakan kadar air
pada tepung ubi jalar putih berkurang hingga mencapai 7% akibat proses
pengeringan, sesuai pernyataan Antarlina (1998) dalam Widjanarko
39
(2008). Selain kandungan karbohidrat, kandungan nutrisi lain juga
meningkat seiring dengan penurunan kadar air. Kandungan nutrisi tepung
ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 2.
Air (%) 7
Protein (%) 5,12
Lemak (%) 0,5
Abu (%) 2,13
Karbohidrat (%) 85,26
Serat (%) 1,95
Kalori (cal/100 g) 366,89
Sumber: Antarlina (1998) dalam Widjanarko (2008)
40
dikeringkan hingga kadar airnya mencapai 9-12%. Kemudian
digiling dan diayak sehingga menghasilkan tepung ubi jalar.
Jumlah
Ubi Jalar Putih Ubi Jalar Merah Ubi Jalar Kuning
Komposisi
Kalori (kal) 123,0 123,0 136,0
Protein (g) 1,8 1,8 1,1
Lemak (g) 0,7 0,7 0,4
Karbohidrat (g) 27,9 27,9 32,3
Kalsium (mg) 30,0 30,0 57,0
Fosfor (mg) 49,0 49,0 52,0
Zat Besi (mg) 0,7 0,7 0,7
Natrium (mg) - - 5,0
Kalium (mg) - - 393,0
41
Niacin (mg) - - 0,6
Vitamin A(SI) 60,0 7700,0 900,0
Vitamin B1 (mg) 0,90 0,90 0,10
Vitamin C (mg) 22,0 22,0 35,0
Air (g) 68,5 68,5 -
Serat kasar (g) 0,9 0,9 1,4
Abu (g) 0,4 0,4 0,3
Kadar gula (g) 0,4 0,4 0,3
42
peningkatan kadar serat 1,5%, peningkatan kadar kalori 366,89 cal/100mg.
Tepung ubi jalar ungu bentuknya seperti tepung biasa dan warnanya
putih keunguan setelah terkena air akan berwarna ungu tua. Dalam
pembuatan tepung ubi jalar perlu diperhatikan proses pengeringannya
sehingga dapat dihasilkan tepung yang berkualitas.
Nasional : https://jurnal.ugm.ac.id/agritech/download/955126
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/metana/article/download/12580/9
473
Internasional : https://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/download/304/315
https://ojs.umrah.ac.id/index.php/zarah/article/view/209
43
3.2 Kentang
Ada berbagai macam cara memanen kentang mulai dari yang paling
sederhana sampai yang modern. Panen kentang yang sederhana dengan menggali
umbi dengan tangan dan menempatkannya dalam wadah kecil. Panen kentang
yang modern menggunakan peralatan untuk memisahkan umbi dari tanah dan
menempatkannya dalam wadah pengumpul atau truk. Mekanisasi dapat
mengurangi kebutuhan tenaga kerja dan digunakan pada skala produksi
yangbesar. Tanaman yang akan dipanen menggunakan mesin, pada bagian atasnya
harus dihancurkan dengan mesin pemotong tajuk atau dengan bahan kimia
pengering daun. Kegiatan ini dilakukan saat satu atau dua minggu sebelum panen.
Penghancuran daun cenderung memperkuat jaringan peridermis umbi yang belum
matang sehingga meningkatkan ketahanannya terhadap kemungkinan kerusakan
sebelum panen (Rahardi, 1993).
Penanganan pasca panen bertujuan agar mutu sayuran tetap baik seperti
pada saat dipanen. Menurut Kitinoja dan Kader (1993) pasca panen dimulai sejak
komoditas dipisahkan dari tanaman (dipanen) dan berakhir bila komoditas
tersebut dikonsumsi. Kegiatan pasca panen kentang meliputi : pencucian,
pemilihan (sortasi), pengkelasan (grading), pengemasan, dan penyimpanan.
1.Pencucian
44
Umbi kentang yang telah dipanen, dibersihkan dengan cara
memasukkannya kedalam bak air. Pencucian bertujuan untuk
menghilangkan kotoran, residu pestisida, dan sumber-sumber kontaminasi.
Biasanya ditambahkan suatu bahan kimia yaitu klorin kedalam air
pencucian yang bertujuan untuk mengendalikan mikroorganisme. Klorin
efektif bila larutan dijagapada pH netral. Perlakuan klorin dengan
konsentrasi 100-150 ppm dapat membantu mengendalikan patogen selama
proses lebih lanjut. Setelah itu, bahan dikeringkan dengan cara meniriskan
dan memberikan udara (Muchtadi, D., 1996).
3.Pengemasan
4.Penyimpanan
45
5.Pengangkutan
1. Struktur Kentang
46
Kentang memiliki kadar air cukup tinggi, yaitu sekitar 80 persen.
Itulah yang menyebabkan kentang segar mudah rusak, sehingga harus
disimpan dan ditangani dengan baik. Pengolahan kentang menjadi
kerupuk, tepung, dan pati, merupakan upaya untuk memperpanjang
daya guna umbi tersebut. Pati kentang mengandung amilosa dan
amilopektin dengan perbandingan 1:3. Dari tepung dan pati kentang,
selanjutnya dihasilkan berbagai produk pangan olahan dengan
beragam citarasa yang enak dan penampilan menarik.
47
Gambar 1-4 menunjukkan amilum pada kentang. Gambar 1-2 merupakan
amilum majemuk. Gambar 3 merupakan amilum sederhana. Gambar 4
merupakan amilum setengah majemuk. Gambar 5 merupakan irisan
melintang umbi kentang bagian luar. Pada gambar 5 nampak adanya sel
gabus, protein seperti kristal dan butir pati.
Amilum merupakan salah satu bagian dari sel yang bersifat non
protoplasmik yang ada di dalam plastida. Perkembangan amilum dimulai
dengan terbentuknya hilus/hilum, kemudian diikuti oleh pembentukan
lamela yang semakin banyak. Kandungan amilum umbi kentang semakin
meningkat dari minggu ke –13. Kandungan klorofil mengalami
peningkatan maksimal pada usia 7 minggu setelah itu mengalami
penurunan. Amilum pada kentang merupakan amilum setengah majemuk
diadelf. Amilum setengah majemuk diadelf adalah butir amilum yang
mempunyai lebih dari satu hilum yang masing-masing dikelilingi lamela
dan di luarnya dikelilingi lamela bersama
48
Salah satu cara yang coba digunakan untuk mendapatkan keripik
kentang dengan tekstur yang renyah walaupun menggunakan jenis kentang
dengan kadar pati rendah dan kadar air tinggi, adalah dengan melakukan
perendaman dalam kalsium (Ca).Perendaman dalam larutan kapur sirih
menyebabkan tekstur menjadi keras, mengurangi rasa sepat, getir dan cita
rasa yang menyimpang. Kalsium dapat mempertinggi kekerasan gel karena
adanya ikatan kalsium dengan gugus karboksil melalui jembatan kalsium.
Umbi kentang keseluruhan mengandung metoksil sebesar 1,55% dalam
setiap 100 gram umbi kentang. Pektin dengan metoksil rendah lebih
rendah dari 7% dapat membentuk gel bila ada ion-ion logam bervalensi
dua. Kalsium yang bervalensi dua akan berikatan secara menyilang
diantara dua gugus karboksil pada pektin. Bila ikatan-ikatan ini terdapat
dalam jumlah besar, maka akan terbentuk jaringan-jaringan kalsium
pektat. Larutan garam kalsium dalam bahan akan membentuk kalsium
pektat yang tidak larut dalam air. Zat gizi juga dapat tercuci keluar oleh air
yang digunakan untuk memasak, misalnya merebus kentang dapat
menyebabkan migrasi vitamin B dan C ke air rebusan.
Kandungan gizi kentang terdiri dari nutrisi makro maupun mikro. Nutrisi
makro berarti nutrisi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah besar. Karbohidrat,
lemak, dan protein termasuk dalam nutrisi makro. Sedangkan vitamin dan mineral
tergolong nutrisi mikro, yang artinya dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit.
49
b. Zat gizi mikro
KENTANG
50
Pengupasan (Peeling) Kulit kentang
Pengirisan (Slicing)
Pencucian II (Spray
Washing)
Penirisan (Draining)
Penggorengan (Frying)
Uap air
Cooling
Pengemasan (Packing)
51
52
2. Pencucian I (Washing & Destoning)
3. Pengupasan (Peeling)
4. Pengirisan (Slicing)
6. Penirisan (Draining)
53
7. Penggorengan (Frying)
Color sorter dilakukan pada hasil kentang yang telah digoreng. Hal
ini bertujuan untuk melihat hasil dari penggorengan apakah gosong atau
rusak dan tidak sesaui persyaratan yang telah ditentukan.
54
12. Pengemasan (Packing)
55
Kandungan gula reduksi yang tinggi menyebabkan terjadinya
proses pencoklatan (browning) juga dapat karena adanya reaksi antar
komponen bahan pangan selama pengolahan (pencoklatan non enzimatis).
Selama penggorengan, adanya suhu tinggi memacu terjadinya reaksi
maillard yaitu reaksi antara gula reduksi dan protein pada suhu tinggi yang
menyebabkan terjadinya warna coklat pada produk goreng.
Amilosa merupakan fraksi yang larut dalam air panas dan
mempunyai struktur rantai lurus dengan ikatan alfa-1,4-Dglukosa
(Winarno, 1984). Amilosa dalam kentang tidak lekat bila mengalami
pemanasan. Amilosa berfungsi sebagai pelindung terhadap dehidrasi
maupun mengurangi penyerapan minyak yang terlalu banyak saat proses
penggorengan keripik kentang (Hartati et al., 2003). Minyak yang terserap
akan berdampak positif terhadap flavor yang khas, kerenyahan produk dan
mengempukkan produk, tetapi juga dapat berdampak negatif terhadap
berkurangnya tingkat penerimaan konsumen karena penampilan produk
yang berminyak. Selain itu, absorpsi minyak yang tinggi akan
menyebabkan produk lebih mudah mengalami ketengikan.
56
Dari table diatas ini terjadi peningkatan jumlah kalori setelah
dilakukan proses penggorengan, selain itu kadar lemak pada kentang setelah
dilakukan proses penggorengan semakin tinggi. Kandungan karbohidrat pada
kentang segar lebih rendah dari kandungan kentang yang sudah di goreng.
Dari semua kandungan gizi lemak lah yang paling banyak peningkatannya
karena kentang menyerap minyak dari proses penggorengan. Lemak pada
kentang segar sangat sedikit setelah di goreng minyak akan terserap kentang
sehingga kandungan lemak akan meningkat. Banyaknya minyak yang terserap
tergantung pada suhu pemanasa, suhu pemanasan kurang lebih sekitar 175°C
selama kurang lebih 15 menit agar minyak yang terserap tidak terlalu banyak.
a. Jurnal Nasional
https://www.google.com/search?
client=firefoxbd&q=jurnal+nasional+tentang+kentang
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eugenia/article/viewFile/3954/3
466
b. Jurnal Internasional
https://www.researchgate.net/publication/326660069_Phenolic_compo
unds_in_native_potato_Solanum_tuberosum_L_cooking_water_with_
potential_antioxidant_activity/fulltext/5b5bc408a6fdccf0b2fca3c1/Phe
nolic-compounds-in-native-potato-Solanum-tuberosum-L-cooking-
water-with-potential-antioxidant-activity.pdf
57
58