Anda di halaman 1dari 64

LATAR BELAKANG

 Irigasi di Indonesia telah dikembangkan seluas 7.2 Ha


 Sebagian DI umur layanan habis
 Kompetisi penggunaan air,
 Penurunan fungsi daerah aliran sungai (DAS),
penurunan karakter hidrologis, banjir meningkat,
debit andalan berkurang dan bertambahnya sedimen.
 Managemen pemanfaatan air irigasi, kinerja
pengelolaan irigasi (OP dan rehabilitasi) belum
maksimal.
LATAR BELAKANG
 Operasi Pemeliharaan rendah:
o pekerjaan pemeliharaan tertunda.
o pembiayaan OP tidak pernah memenuhi angka kebutuhan
nyata OP (AKNOP), sesuai amanat UU No.7/2004 dan PP
No. 20/2006.
o Institusi, kualitas dan kuantitas sumber daya manusia
(SDM) yang kurang memadai.
o Fungsi sarana dan prasarana irigasi menurun ,
o periode pembagian air 2 mingguan,
o sistem informasi, pengelolaan data, perhitungan neraca air,
pembagian air, operasi pintu secara manual,
LATAR BELAKANG
 Isu perubahan iklim dan pemanasan global perlu
perlu perubahan paradigma baru.
 Penyempurnaan sistem pengelolaan irigasi untuk
mendapatkan sistem irigasi yang lebih efektif dan
efisien.
 Berupa Modernisasi Irigasi.
POKOK MASALAH
Yang menjadi pokok masalah sehingga diperlukan
modernisasi irigasi di Indonesia adalah :
 Sinergi pengelolaan OP antar 3 strata pemerintahan belum
optimal
 Sistem pengelolaan irigasi sudah tidak efektif, tidak
efisien, dan tidak sustainable, disebabkan:
 Penurunan fungsi DAS yang memperburuk karakter
hidrologis
 Infrastruktur yang habis umur layanan dan kinerja rendah
 Sistem pengelolaan irigasi tidak memadai.
Maksud dan Tujuan Modernisasi Irigasi
 Maksud modernisasi irigasi di Indonesia adalah
mewujudkan sistem pengelolaan irigasi dalam
memenuhi tingkat layanan (level of service) irigasi
yang telah ditetapkan sebelumnya secara efektif,
efisien, dan berkelanjutan.
 Tujuan modernisasi irigasi di Indonesia adalah
mendukung produktivitas usaha tani guna
meningkatkan produksi pertanian dalam rangka
ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan petani.
Definisi Modernisasi Irigasi
 Untuk mewujudkan modernisasi irigasi di Indonesia,
perlu diperhatikan definisi dari institusi irigasi
international:
 ICID: The process of improving an existing project to
meet New project criteria. It includes changes to the
existing facilities operasional procedures, management,
and institutional aspects. These changes are designed to
enhance the the economic and social benefits of the
project. Unlike rehabilitation, modernization is not
renovation of the project features in need of repair.
Definisi Modernisasi Irigasi
 FAO : Modernization irrigation are combined strategy of
institutional, managerial and technological change with
the objective to change from a supply to service oriented
mode of operation. (Hans W. Wolter, 1997)
Ruang Lingkup (Pilar Modernisasi)

 Peningkatan keandalan penyediaan air irigasi


 Perbaikan sarana dan prasarana irigasi
 Penyempurnaan sistem pengelolaan irigasi
 Penguatan institusi pengelola irigasi
 Pemberdayaan sumber daya manusia pengelola irigasi
SASARAN UTAMA
Peningkatan eficiency irigasi
Peningkatan tingkat layanan irigasi
(Improvement level of service)
Indikator Modernisasi Irigasi
Sebagai indikator dalam modernisasi irigasi tersebut
diatas adalah sebagai berikut:
Peningkatan produktifitas air (kg GKG/m3
air)
Peningkatan tingkat layanan air irigasi (
kecukupan, keandalan, keadilan,keluwesan)
 Peningkatan efisiensi irigasi
 Pengurangan biaya OP
Indikator Modernisasi Irigasi
 Peningkatan pengembalian biaya OP (OM cost
recovery)
 Peningkatan keberlanjutan pembiayaan (financial
sustainability)
 Berkurangnya perselisihan
 Berkurangnya kerusakan lingkungan (environment
degradation)
Perkembangan Kebijakan Irigasi
Periode Waktu Kebijakan
Awal Pelita I 1967 Rehabilitasi dan
Upgrading
Awal Pelita IV 1987 Statement Policy
Irigasi1987, OP irigasi
Reformasi Irigasi 1999 Sistem pengelolaan irigasi
partisipatif
Reformasi lanjutan 2012 Keberlanjutan irigasi:
Modernisasi
Modernisasi Irigasi di Dunia

 Perkembangan irigasi di dunia -pangan.


 dekade 50’an -80’an meningkat dengan cepat
 periode setelahnya perkembangan irigasi menurun
dengan cepat pula karena beberapa alasan (i) dengan
meningkatnya jumlah penduduk maka persaingan
penggunaan air juga semakin meningkat, (ii)
kerusakan lingkungan, (iii) biaya pembangunan
sistem irigasi dan O&P sistem semakin lama semakin
meningkat, berkurangnya dana O&P
 sebagian sistem irigasi yang dibangun pada awal masa
pembangunan irigasi pada dekade tahun 50 dan 60’an
telah habis umur teknisnya.
Modernisasi Irigasi di Indonesia

Dipicu oleh:

Perlunya keberlanjutan sistem irigasi


Hasil dari IKMI dikategorikan dalam 3 bagian:

 Nilai >80 predikat memadai : modernisasi bisa langsung


diterapkan
 Nilai 50 sampai 80 predikat cukup: modernisasi ditunda,
dilakukan penyempurnaan sistem irigasi 1- 2 tahun
 Nilai <50 predikat kurang: modernisasi ditunda, dilakukan
penyempurnaan sistem irigasi 2-4 tahun
 Nilai kurang 30 predikat sangat kurang: modernisasi tidak
perlu dilakukan pada daerah tersebut, atau dilakukan
penyempurnaan yang fundamental.
 Keluwesan dan toleransi diberikan terhadap daerah irigasi
yang umur layanan habis.
 Tingkat layanan Irigasi (LOS)

Indikator tingkat Irigasi Irigasi modern


No
layanan konvensional
Minimal Lanjutan
1 Indek Pertanaman 120% padi, 140-160% padi, 160-200% padi,
palawija 20% 50% palawija palawija 50%
2 Kehilangan air 40-60% 30-40% 10-30%
3 Selang alokasi air 10-15 hari 3-7 hari 1-3 hari
4 Produktivitas air 0,5 kg GKG/m3 0,6-0,7 kg 0,8-1,0 kg
GKG/m3 air GKG/m3 air
5 Penyediaan Air: Kurang Cukup Baik
kecukupan, keandalan,
keadilan, keluwesan
6 Sistem pengaliran air Orientasi pasok Orientasi Semi- Orientasi
kebutuhan kebutuhan
penuh
Tingkat layanan Irigasi (LOS)
Indikator tingkat Irigasi Irigasi modern
No
layanan konvensional Minimal Lanjutan
7 Pengendalian muka Pengendalian Pengendalian Pengendalian
air hulu hulu hilir sebagian
8 Metoda penggunaan Dominan irigasi Fasilitasi irigasi Fasilitasi irigasi
air: Permukaan, permukaan permukaan, permukaan,
Curah, Tetes curah, tetes curah, tetes
sebagian penuh
9 Penggunaan air Kontinyu Kontinyu dan Intermittent
Intermittent penuh
sebagian
10 Hak guna air Belum ada Ada sebagian Ada penuh
11 IPAIR Diterapkan Diterapkan Diterapkan
sebagian penuh penuh
12 Drainase Luas sawah gagal Luas sawah Luas sawah
panen karena gagal panen gagal panen
banjir tidak karena banjir karena banjir 0-
diketahui 20-30% 20%
Pilar I: Peningkatan keandalan
penyediaan air irigasi
Pilar I: Peningkatan keandalan penyediaan air
irigasi

Perlu penambahan pasokan air dengan membangun


prasarana tampungan air, bendungan, waduk
lapangan, waduk tunggu, dam parit.
Melakukan kegiatan konservasi di DAS Hulu dengan
upaya vegetatif teknik sipil
Partisipasi: harmonisasi hubungan hulu dan hilir
Konsistensi dalam penataan ruang
Pilar I: Peningkatan keandalan
penyediaan air irigasi
 Diupayakan kehilangan air total 20%:
1. Pisik: lining saluran sebagian, ketelitian alat ukur, presisi
pintu.
2. Manajemen: operasi pintu tepat waktu, unit kebutuhan
air yang nyata, perhitungan jeda waktu pembangian air,
sistem golongan, genangan dangkal, intermitent.

 Diberikan Hak Guna Pakai Air Irigasi dan Hak Guna Usaha
Air Irigasi
Pilar II: Perbaikan sarana dan prasarana
irigasi - Saluran
Menciptakan saluran stabil secara nyata (stable
channel)
Perkuatan penahan tanah
Perkuatan tebing; seperti; talang tumpu (elevated
flume), angker, beton, pasangan batu kali,
perkuatan tanah, membrane plastik n sintetik
(geotextile.
Saluran
 Mengatasi kebocoran: Kelonggaran dalam
memberi lining agar kehilangan air berkurang.

 Pengambilan tidak resmi: Pengawasan ketat,


petani difasilitasi, sosialisasi rutin.
Pengendalian sedimen
 Sedimen trap jangan terlalu panjang dan mahal
lumpur diusahakan jangan terlalu banyak sampai
ke dalam sawah petani:
 1)Butiran sedimen>0,088 mm ditangkap di
sedimen trap,
 2)Dibangun bangunan pengeluar sedimen
(Sediment Excluder )yaitu penangkap lumpur di
saluran.
Tipe tabung pusaran (Vortex Tube) dan Type
terowongan penyaring sedimen
(Tunnel Sediment Excluder)
Bangunan bagi
 Perbaikan bangunan bagi:1)harus dibuat rumah
pelindung pintu,2)Dilengkapi sanggar tani, 3)papan
pasten dimanfatkan.
 dibuat 2 type:
 Tipe diatur: pintu bagi, bangunan ukur, dan bangunan
pengatur.
 Kombinasi: seperti tipe diatur plus 3 syarat
proporsional: elevasi sama, bentuk ambang sama,
lebar bukaan sebanding dengan luasan
Bangunan bagi
Dibuat numbak, untuk kesamaan mendapat
energi kecepatan datang.

Dalam satu bangunan bagi harus ada keseragaman


hidraulik pintu: semua overflow atau semua
underflow
Bangunan bagi tipe diatur
Bangunan bagi tipe kombinasi
diatur dan proporsional
Pintu pengatur dan pintu bagi
 1)Semua pintu skot balk yang lebih 1,50 m diganti
pintu sorong baja atau kombinasi ambal tetap dan
pintu aliran tetap overflow (seperti aliran pada skot
balok).
 2) Luas layanan> 2.000 Ha dilengkapi dengan
elektromekanik.
 3)Sebagian pintu otomatis
Pintu pengatur tipe sorong lama:
aliran bawah
Pintu Pengatur modern aliran atas:
kombinasi pintu sorong dan ambal
tetap

Kombi na s i Sorong da n Amba l Te ta p


Bangunan pengukur debit
 Dengan alternatif
 1)Alat ukur biasa yang dilengkapi sensor muka air
elektronik yang bisa menterjemahkan debit sesaat,
dan mengetahui akumulasi air.
 2)Alat ukur tipe baling-baling
Peningkatan Bangunan Ukur yang
ada Skema Peningkatan Alat Ukur
yang ada menjadi Alat ukur
Volumetrik

Alat ukur Peningkatan dengan


Pembacaan muka air dan
yang ada waktu menggunakan
sensor elekrik (h, t)

Perumusan
debit Q = f(h)

Akumulatif debit
atau volume air
V = f(Q,t)
Alat ukur debit tipe Dethridge
Pengembangan tersier

Semua lahan petani mempunyai asses tiga hal: a.


Saluran pembawa, b. Saluran pembuang, c. Jalan
usaha tani.
Fasilitas lain
 Rumah pengamat, Juru, penjaga pintu bendung
disediakan secara memadai.
 Mobil untuk seksi dan pengamat, sepeda motor
untuk juru, sepeda untuk penjaga pintu air
disediakan secara memadai.
 Sistem komputer dan internet antar juru, pengamat,
seksi, dan pusat.
 Kantor diperbaiki, fasilitas dipenuhi
 Peralatan Unit Pemeliharaan Khusus (UPK): Mobil
pick up, material, peralatan, tenaga
Konsep SOM (Service Oriented Management)
(MASSCOTE, FAO 2007)

EFEKTIFITAS
SISTEM
TERGANTUNG
PADA
FLEKSIBILTAS
OPERASIONAL

ADA 3 DASAR
ALIRAN :
• AIR
• INFORMASI
• UANG

DK KALSIM 38
OMIS Version 7.00

Unsur Pokok dalam Operasional Irigasi

MUSIM TANAM
Selang
Pemantauan

Selang
Operasional

Implementasi
WAKTU

Rencana Penyesuaian Laporan


Awal MT pada Evaluasi
MT berjalan dgn
Rencana Awal
menggunakan
using weather
Duga Cuaca
forecast

DK KALSIM 1
OMIS Version 7.00

Pencatat
Sadap Tersier Hujan Luasan Irigasi
Otomatis

Data
Debit Pintu

Pintu Alir Data Data Alir Data Luasan


SUNGAI Hujan Tanam/Indeks
SALURAN Basah

Bendung

INSTRUKSI
Bukaan Pintu PUSAT
OPERASIONAL
Alir Data
PENGELOLAAN
Alir Data AIR
Data Debit

Alir Informasi
DK KALSIM 3
OMIS Version 7.00

Sistem
Sistem
Sistem Aturan Sistem
Budidaya
saluran Kelembagaan Pengelolaan Pemantauan
Tanaman

Pengelola Sistem
Pangkala
Irigasi n Data

Alir Informasi
Sistem
Analisis
Modul Tugas
Data Pengelolaan

Grafik Laporan

DK KALSIM 2
Real time
Real allocation
Real losses
 Proses pengelolaan irigasi modern:

1. Cara baca data: gabungan otomatis, semi otomatis,


manual.
2. Transfer data: telemetry
3. Perhitungan neraca air: komputerisasi
4. Transfer perintah bukaan pintu: link komputer
5. Operasi pintu: elektromekanik dan otomatis
 Monev

 Kecukupan (Sufficiency)
 Keandalan (releability)
 Keadilan (equity)
 Keluwesan (flexibility)
Operasional jaringan irigasi
 Data debit, hidrologi, cuaca dan hujan dilaporkan
lewat telemetri otomatis, setiap hari ke pusat
komputer lewat link komputer.
 Data langsung diolah menghitung ETo.
 Data hujan digunakan menghitung Hujan efeketif
dan Kebutuhan Air Irigasi tiap hari
Operasional jaringan irigasi
 Data debit digunakan menghitung alokasi air
setiap hari
 Data tanaman (jenis dan umur) dilaporkan setiap
lokasi, lewat sms atau handphone kepada juru,
kemudian diinput ke komputer juru yang link
dengan komputer pusat.
 CWR (Crop Water Requirement) = ETc +
Kebutuhan air lainnya
 IWR (Irrigation Water Requirement) = CWR-He
(Hujan Efektif)
Operasional jaringan irigasi
a.Kepastian aliran (reliability) cukup
b.Keadilan aliran (equity) cukup, setiap petak
yang direncanakan dapat air secara adil
c.Pola pengaturan aliran air upstream control
atau downstream control
d.Pemberian air ke petak tersier semi-demand
supply / on demand supply
Penggunaan Air
 Penggunaan air untuk padi secukupnya sesuai
dengan kebutuhannya
 Dapat menggunakna sistem SRI atau PTT
dengan genangan dangkal berselang atau
kontinyu
Monitoring Kehilangan Air
 Diusulkan sekecil mungkin kehilangan air (20%)
 Setiap tahun diselidiki kehilangan dengan sistem
ponding,
 Apabila ada kehilangan air yang besar sekalian
diperbaiki untuk menanggulangi penyebabnya
Pelaksanaan Operasi
 Pelaksana operasi irigasi berdasar pelayanan
berbasis real time dan on demand
 Pemberian air pada tanaman sesuai
consumptive use
 Modernisasi sebagai proses pola pengaliran air
Upstream Control (murah)
Monitoring dan Evaluasi
 Indek pertanaman (IP)
 Produktivitas tanaman.
 Volume air yang masuk
 Membuat laporan efisiensi air, dan
 Efisiensi manfaat air (EMA) – Kg GKG/m3 air
 Kinerja pengelolaan irigasi
Pemeliharaan jaringan irigasi
 Konsistensi AKNOP
 Berdasar aset managemen
 Sama dengan irigasi konvesional, tetapi
ditambah :
 Pemeliharaan peralatan elektronik, komputer,
peralatan komunikasi, telemetri, power supply
 Pemeliharaan kendaraan
 Pilar IV: Penguatan institusi
pengelola irigasi
Teknologi

pola pikir pola pikir

lingkungan Strategi lingkungan

pembiayan Institusi dan


irigasi manusia

TIGA RANAH PELAKSANAAN MODERNISASI IRIGASI


Pola Institusi pengelola irigasi: 5 pemain
KELEMBAGAAN IRIGASI
Menteri
Badan-
Gubernur
Pelaksana-
Bupati REGULATOR
DEVELOPER Proyek-
Walikota Pembangunan

KOORDINATOR
(Komisi irigasi) USER:
Petani
Perkotaan
UNIT DI Energi
PJT II Industri
OPERATOR USER Perkebun
Pilar IV: Penguatan institusi pengelola irigasi
 Regulator: pembuat regulasi yang kuat dan kosisten
pengawasan dan pembinaan. Pusat, dinas propinsi, dan
dinas kabupaten, atau Balai Besar Wilayah Sungai.

 Koordinator: komisi irigasi, yang kuat dan intensip

 Developer: penyempurnaan fisik secara bertahap dan


periodik. Institusi ini bisa oleh BWS, BBWS, atau UPT
daerah.
Pilar IV: Penguatan institusi pengelola irigasi
 Operator: unit pelayanan yang tersendiri, yang khusus
melayani pengelolaan irigasi dalam daerah irigasi, sejak
dari bangunan utama sampai pintu sadap tersier
 User: Institusi pemanfaat air (P3A) harus makin diperkuat,
mengingat blok tersier yang menjadi tanggung jawab P3A
akan juga akan mengikuti modernisasi. Perkuatan P3A,
akan diteruskan sampai GP3A dan IP3A karena periode
operasi pintu mengarah ke harian (real time basis)
Perbaikan institusi dalam
modernisasi irigasi
 Membangun konsep modernisasi dan human capital
 Menerbitkan kebijakan tentang modernisasi irigasi
dan konsep pemberdayaan berbasis human capital
 Menciptakan system pembiayaan pengembangan dan
pengelolaan irigasi modern, melahirkan dana
pengelolaan irigasi dengan menerapkan IPAIR sebagai
partisipasi petani.
.
Perbaikan institusi dalam
modernisasi irigasi
 Melakukan sosialisasi tentang institusi irigasi
pembelajar berbasis human capital bagi para pelaku.
 Membentuk unit pelaksana manajemen pengetahuan
di masing-masing kabupaten yang mempunyai DI
modernisasi.
 Melakukan sosialisasi pengembangan dan pengelolaan
irigasi dengan mengaktifkan kembali penyuluh
pengairan seperti tertuang dalam Permen PU
No.65/PRT/1993. Disebut Unit penyuluh irigasi (UPI)
Perbaikan institusi dalam
modernisasi irigasi
 Dibentuk Unit Pemeliharaan Khusus (UPK), unit kecil
yang merespon cepat terhadap kerusakan
(mobil,bahan,alat, manusia selalu siap)
 Dibentuk Brigade Pengamanan Irigasi (BPI), sebagai
Pejabat Penyidik PNS, untuk pengamanan irigasi.
 UPI,UPK,BPI unit kompak mengatasi pengamanan
irigasi
Petugas OP status PNS
 Status PNS: kasi OP, pengamat, juru, pob, staf
 Jabatan jafung terampil
 Keharusan mengikuti pelatihan (mempunyai civil
efek)
 Keharusan sertifikasi ketrampilan
 Sistem insentive: diberikan bersama P3A kalau
melebihi EMA standar (0,5 kg GKG/m3 air)
 Jenjang karier yang jelas
 Kecukupan kuantitas
 Uniform
Petugas OP status honor
 Diberikan untuk: PPA, pekarya.
 Diciptakan sistem managemen SDM: pengadaan,
pengupahan, ikatan kerja
 Dapat KSO dengan P3A
 Keharusan mengikuti pelatihan (mempunyai civil
efek)
 Sistem insentive: diberikan bersama P3A kalau
melebihi EMA standar (0,5 kg GKG/m3 air)
 Kecukupan kuantitas
 Uniform
CUKUP SEKIAN

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai