Anda di halaman 1dari 13

ACARA IV

PENILAIAN UNJUK KERJA PERONTOK PADI (THERSER)

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Padi atau beras sangat penting bagi perekonomian Indonesia, selain
merupakan bahan makanan pokok bangsa Indonesia, juga merupakan sumber
pendapatan bagi sebagian besar petani, oleh karena itu perhatian akan padi atau
padi tidak ada henti-hentinya. Kebutuhan padi semakin meningkat karena jumlah
penduduk bertambah, keadaan tersebut mendorong pemerintah untuk mencari
terobosan baru guna meningkatkan produksi padi yang bersifat massal yaitu
dengan menerapkan berbagai sistim di berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Tanaman padi tidak mengenal musim sehingga tanaman ini dapat ditanam kapan
saja. Selain itu tanaman ini dapat tumbuh pada dataran rendah maupun dataran
tinggi.
Upaya penggunaan alat atau mesin perontok padi di Indonesia ditujukan
untuk memperoleh produksi yang berdaya hasil tinggi dan sesuai dengan kondisi
ekosistem, sosial, budaya serta minat masyarakat. Sejalan dengan berkembangnya
kondisi sosial ekonomi masyarakat, cara penanganan pasca panen juga berbeda-
beda. Meningkatnya produksi padi yang dihasilkan petani setiap periode musim
tanam, akibat dari penggunaan benih varietas unggul yang begitu maju, tetapi
apabila tidak diimbangi oleh kemajuan di sektor agroindustri (pengolahan hasil
pertanian), maka hal ini akan mengalami kendala yang berarti baik untuk jangka
pendek maupun jangka panjang terhadap program peningkatan produksi padi.
Penanganan pasca panen yaitu perontokan padi sawah merupakan kunci
keberhasilan peningkatan produksi. Upaya untuk melaksanakan pasca panen yaitu
merontokkan padi bersifat dinamis, sepanjang waktu, diikuti dengan peningkatan
rata-rata produktivitas padi secara nasional. Penanganan pasca panen yang benar
akan mengurangi resiko kerugian akibat dari hilangnya produksi pada saat pasca
panen. Penggunaan mesin perontok padi merupakan cara dilakukan petani untuk
mengurangi produksi yang hilang saat melakukan perontokan bulir padi.
Kontribusi penanganan pascapanen terhadap peningkatan produksi padi dapat
dilihat dari penurunan kehilangan hasil dan tercapainya mutu gabah atau beras
yang sesuai dengan persyaratan mutu (Setyono, 2000)

2. Tujuan Praktikum
a. Mengetahui klasifikasi dan spesifikasi Teknik perontok padi (thresher)
b. Mengetahui komponen, cara kerja, dan cara mengoperasikan alat perontok
padi (thresher)
c. Mengethaui kemampuan kerja dari perontok padi (thresher)

B. DASAR TEORI
Proses pengolahan padi pasca panen yang terpenting adalah proses perontokan
(Harbi A 2012). Perontokan adalah proses melepaskan butiran gabah dari jerami
dengan cara menyisir atau membanting pada benda yang lebih keras atau dengan
menggunakan mesin perontok (Herawati H 2008).
Thresher adalah alat perontok benih padi. Perontokan merupakan bagian integral
dari proses penanganan pasca panen padi, dimana padi yang telah layak dipanen
dirontokkan untuk memisahkan bulir-bulir padi jeraminya. Prinsip kerja thresher ini
adalah dengan memukul bagian tangkai padi (jerami) sehingga bulir-bulir terlepas.
Dalam mempersiapkan banyak hasil tanaman untuk dipasarkan, biji-biji perlu
dipisahkan dari tangkai tempat tumbuhnya. Semua tanaman padi-padian dengan biji
yang kecil, biji harus dipipil dari tongkolnya, kacang tanah harus dirontokkan atau
dipetik dari batangnya, dan biji kapas harus dipisahkan dari rambutnya. Untuk
memisahkan biji dari bahan pengikatnya pada berbagai tanaman diperlukan jenis
mesin yang berbeda-beda. Adapun besarnya daya threser yang di butuhkan dalam
perontokan padi di pengaruhi oleh ukuran.
Besarnya daya threshers (mesin perontok benih padi) yang diperlukan dalam
proses perontokan padi dipengaruhi oleh ukuran, bentuk dan stuktur jaringan pada
bulir-bulir yang akan dirontokkan. Mekanisme perontokan padi yang memisahkan
gabah dengan tangkainya terutama terdiri atas selinder yang berputar dan cekungan-
cekungan. Suatu penyalur pemukul biasanya ditempatkan didepan silinder dan ujung
atas dari penyalur pengangkat untuk membantu penyaluran dalam pemasakan bulir-
bulir ke mekanisme perontokan. Gabah akan dipisahkan dari batangnya atau jerami
melalui blower yang menghasilkan angin. Angin ini bisa menjadikan suatu daya untuk
dapat memisahkan antara padi dan jerami. Padi yang penuh isinya akan dikeluarkan
dibawah thresher dan jerami serta gabah yang kosong akan dipisah dari gabah yang
diisi. Alat pengatur untuk pengubah kecepatan (Rpm) yang disesuaikan dengan jenis
padi.
Panen padi di Indonesia secara umum dilakukan dnegan du acara yaitu : (a) secara
manual, tanaman padi di potong pendek menggunakan sabit selanjutnya dirontok
menggunakan gebot, dan (b) secara mekanis, padi dipotng pendek atau dipotonng
panjang menggunakan perkakas sabit atau menggunakan mesin reaper atau
menggunakan mesin sabit mower untuk dirontok secara mekanis menggunaka
thresher (H.K. Purwodinata, K. Sulistiaji, 2003).
Perontokan padi dapat dilakukan dengan menggunakan mesin perontok padi. Jenis
mesin perontok padi yang saat ini digunakan juga bervariasi seperti thresher, power
thresher dengan berbagai tipe termasuk alat perontok multiguna. Alat perontok
multiguna tersebut dideskripsikan dapat merontokkan bijibijian, seperti padi dan
kedelai (Iqbal, dkk, 2018).
Menurut Sulistiaji (2007) ada bermacam-macam jenis dan merk mesin perontok
padi dapat dijumpai di Indonesia mulai dari kapasitas kecil, sedang, hingga kapasitas
besar (mobile thresher) di pasaran dikenal beberapa jenis thresher, yaitu :
1. Pedal Thresher dan Thresher Lipat
2. Thresher dengan tipe drum (silinder) tertutup
3. Thresher dengan tipe drum (silinder) terbuka
4. Thresher dengan tipe drum (silinder) terbuka yang telah dimodifikasi
5. Thresher mobil tipe aksia;
6. Thresher modifikasi untuk varietas padi ulet.
Mulsanti, dkk., (2007) yang menyatakan bahwa kapasitas mesin perontok
dipengaruhi oleh kecepatan putar silinder perontok. Makin tinggi kecepatan
perputaran silinder perontok, makin tinggi pula kapasitas kerja mesin. Berdasarkan
syarat unjuk kerja mesin perontok padi oleh BSN (2008), kapasitas perontokan
minumum sebesar 500 kg/jam dengan menggunakan kecepatan putaran silinder 600 ±
700 rpm. Menurut BSN (2008), persamaan yang dapat digunakan untuk mengetahui
kapasitas perontokan adalah sebagai berikut:
Bg
K¿ x 3600
t
Keterangan:
K = Kapasitas perontokan (g/jam).
Bg = Berat gabah yang dihasilkan (g).
t = Waktu yang dibutuhkan (detik).
Penentuan efisiensi perontokan dilakukan dengan menghitung jumlah gabah yang
terontok dan jumlah gabah yang tidak terontok pada saat melakukan perontokan.
Tujuan dari menghitung efisiensi perontokan adalah untuk mengetahui perbandingan
antara bobot gabah yang terlepas dari malai dan gabah yang tidak terlepas dari malai
yang hasilnya dapat dinyatakan dalam persen. Menurut BSN (1989) persamaan yang
dapat digunakan untuk mengetahui efisiensi perontokan sesuai dengan prosedur di
atas adalah sebagai berikut:
BGR
ηp= X 100%
BGR +BGRT
Keterangan:
ηp = Efisiensi perontokan (%).
BGR = Butir gabah terontok (g).
BGRT = Butir gabah tak terontok (g).
Mulsanti, dkk., (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi kecepatan putar silinder
perontok, maka kehilangan padi karena tidak terontok akan semakin berkurang.
Hasbullah dan Indaryani (2009) menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab susut
perontokan padi yaitu gabah terlempar keluar alas perontokan petani, gabah yang
masih melekat pada jerami, dan gabah terbawa kotoran.

C. METODOLOGI
1. Waktu dan Tempat
a. Waktu : Selasa, 13 Oktober 2020
b. Tempat : Ngampilan NGI/357 Kota Yogyakarat

2. Alat dan Bahan


a. Perontok padi (thresher)
b. Padi
c. Roll meter
d. Stopwatch
e. Timbangan
f. Karung
g. Tachometer
h. Moisture tester
i. Timbangan analitik

3. Cara kerja
a. Mengamati dan mencatat spesifikasi alat peorntok padi.
b. Menimbang dua karung yang berisi padi.
c. Menyiapkan, menghidupkan mesin, menempatkan bak penampung gabah di
lubang pengeluaran utama.
d. Melakukan perontokan memggunakan thresher dengan memasukka padi
melalui inlet.
e. Mencatat waktu yang diperlukan untuk merontokkan padi
f. Menampung, mengumpulkan, dan menimbang seluruh hasil yang keluar dari
semua lubang pengeluaran.
g. Mengambil sejumlah sampel dari pengeluaran utama untuk di ukur kandungan
airnya menggunakan moisture tester.
h. Mengambil sampel dari setiap hasil yang keluar dari semua lubang
pengeluaran.
i. Menimbang dan memilah sejumlah sampel, masing-masing meliputi gabah
utuh, gabah rusak, gabah tidak terontk, dan jerami.
j. Menimbang hasil pilihan dan menghitung kemampuan kerja perontok padi
(thresher) tersebut.

D. HASIL PENGAMATAN
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Spesifikasi Alat Mesin Perontok Padi (Thresher)
No Spesifikasi Alat Perontok Padi
(Thresher)
1 Jenis Perontok Padi
2 Merek

3 Model/ tipe ER-50


4 Negara pembuat Indonesia
5 Mesin / motor penggerak
Merek/model Honda
Tipe/nomor seri 8-6010
Jumlah silinder 1
Volume silinder (cc) 197
HP/RPM 3/500
Bahan Bakar Bensin
Kapasitas tangka (L) 5
6 Dimensi threser
Panjang (cm) 111
Lebar (cm) 105
Tinggi (cm) 124
Berat tanpa mesin (kg) 100
7 Kapasitas teoritis (kg/jam) 650
8 System pemasukan bahan Thrown in
9 Bagian-bagian alat:

Keterangan dan fungsi:


Hopper
Tempat pemasukan bahan (padi) Sebagai pelindung
Tutup
Lubang keluar gabah hampa Menampung gabah utuh yang keluar dari mesin yang telah di rontok Lubang keluar jerami
Pengeluaran gabah kosong
Merontokkan gabah yang masuk Melindungi Mesin Menggerakan roda pully Menampung bahan bakar Membersihkan gabah
Penampung bahan yang dirontok
Sumber catu daya
Pengeluaran jerami
Lubang keluar gabah yang terontok Sumber tenaga yang menggerakkan mesin
Silinder & gerigi perontok
Melindungi agar bahan tidak
Pelindung pully
berceceran
V-belt
Tempat bahan bakar
Kipas penghembus

Pully mesin
Pengeluaran utama
Mesin

14 Pully drum/silinder

Sumber: Praktikum Mekanisasi Pertanian 2019


Tabel 6.2 Hasil Pengamatan Keadaan Bahan
No. Keterangan
1 Jenis Tanaman Padi (Oryza Sativa L)
2 Varietas IR 64
3 Kadar Air
- Gabah 15,5%
- Jerami -
Sumber: Praktikum Mekanisasi Pertanian 2019

Table 6.3 Hasil Pengamatan Unjuk Kerja Alat Perontok Padi (threser)
No Keterangan Jumlah
1 Berat Gabah (A) (Kg) 115,74
2 Waktu (Tp) (jam) 0,3167
3 Lubang Pengeluaran Utama
Outlet Utama (X) (Kg) 66,86
Gabah Utuh (X1) (g) 82
Gabah Rusak (X2) (g) 1
Gabah Tidak Rontok (X3) (g) 0,5
Kotoran/Jerami (X4)(g) 0,5
4 Lubang Pengeluaran Gabah Hampa
Outlet gabah hampa/rusak (Y) (Kg) 5,3
Gabah Utuh (Y1) (g) 0,5
Gabah Rusak (Y2) (g) 10
Gabah Tidak Rontok (Y3) (g) 8
Kotoran/Jerami (Y4) (g) 31,5
5 Lubang Pengeluaran Jerami
Outlet jerami (Z) (Kg) 43,58
Gabah Utuh (Z1) (g) 0
Gabah Rusak (Z2) (g) 2
Gabah Tidak Rontok (Z3) (g) 4
Kotoran/Jerami (Z4) (g) 13
6 Sampel (g)
Lubang Pengeluaran Utama (X’) 84
Lubang Pengeluaran Gabah Hampa (Y’) 50
Lubang Pengeluaran Jerami (Z’) 19
Sumber: Praktikum Mekanisasi Pertanian 2020.
1. Perhitungan Presentase dan Nilai Aktual
a. Outlet Utama (X)
1) Gabah Utuh (X1)
X1 82
Persentase = 1
x 100 %= x 100 %=97,62 %
X 84

persentase 97,62
Nilai Aktual = x X= x 66,86=65,268 kg
100 100

2) Gabah Rusak (X2)


X2 1
Persentase = 1
x 100 %= x 100 %=1,2 %
X 84

persentase 1,2
Nilai Aktual = x X= x 66,86=0,802 kg
100 100

3) Gabah Tak Terontok (X3)


X3 0,5
Persentase = 1
x 100 %= x 100 %=0,6 %
X 84

persentase 0,6
Nilai Aktual = x X= x 66,86=0,401 kg
100 100

4) Kotoran atau Jerami (X4)


X4 0,5
Persentase = 1 x 100 %= x 100 %=0,6 %
X 84

persentase 0,6
Nilai Aktual = x X= x 66,86=0,401 kg
100 100

b. Outlet Gabah Hampa (Y)


1) Gabah Utuh (Y1)
Y1 0,5
Persentase = 1
x 100 %= x 100 %=1 %
Y 50

persentase 1
Nilai Aktual = x Y= x 5,3=0,053 kg
100 100
2) Gabah Rusak (Y2)
Y2 10
Persentase = 1
x 100 %= x 100 %=20 %
Y 50

persentase 20
Nilai Aktual = x Y= x 5,3=1,06 kg
100 100

3) Gabah Tak Terontok (Y3)


Y3 8
Persentase = 1
x 100 %= x 100 %=16 %
Y 50

persentase 16
Nilai Aktual = x Y= x 5,3=0,848 kg
100 100

4) Kotoran atau Jerami (Y4)


Y4 31,5
Persentase = 1 x 100 %= x 100 %=63 %
Y 50

persentase 63
Nilai Aktual = x Y= x 5,3=3,34 kg
100 100

c. Outlet Jerami (Z)


1) Gabah Utuh (Z1)

Z1 0
Persentase = 1
x 100 %= x 100 %=0 %
Z 19

persentase 0
Nilai Aktual = x Z= x 43,58=0 kg
100 100
2) Gabah Rusak (Z2)
Z2 2
Persentase = 1
x 100 %= x 100 %=10,52 %
Z 19

persentase 10,52
Nilai Aktual = x Z= x 43,58=4,59 kg
100 100

3) Gabah Tak Terontok (Z3)


Z3 4
Persentase = 1
x 100 %= x 100 %=21,05 %
Z 19

persentase 21,05
Nilai Aktual = x Z= x 43,58=9,1 8
100 100
k
4) Kotoran atau Jerami (Z4)
Z4 13
Persentase = 1 x 100 %= x 100 %=68,42 %
Z 19

persentase 68,42
Nilai Aktual = x Z= x 43,58=29,82 kg
100 100

2. Perhitungan Faktor Teknis Dalam Perontokan


a) Kapasitas Perontokan (Kp)
B
Kp =
Tp
X +X
= 1 2
Tp
66,070
=
0,316
= 209,082 Kg/ Jam
b) Efesiensi Perontokan (Ep)
H
Ep = ⟮ 1− ⟯ x 100 %
A
X +Y +Z
= 〔 1− 3 3 3 ⟯ x 100 %
A
10,429
= ⟮ 1− ⟯ x 100 %
115,74
= 90,98%
c) Rendemen (Tr)
B
Tr = x 100 %
A
X +X
= 1 2 x 100 %
A
66,070
= x 100 %
115,74
= 57,084%
d) Presentase Kehilangan Hasil
G
Kehilangan Hasil = x 100 %
A
Y 1+Y 2+Y 3 + Z 1+ Z 2 +Z 3
= x 100 %
A
15,731
= x 100 %
115,74
= 13,591%
e) Presentase Gabah Rusak
E
Gabah Rusak = x 100 %
F
X2
= 1 x 100 %
X
0,082
= x 100 %
84
= 0,097%
f) Kemurnian Gabah
M
Kemurnian Gabah = x 100 %
F
X1
= 1 x 100 %
X
65,268
= x 10 0 %
84
= 77,7%
g) Persentase gabah tak terontok
H
Gabah tak terontok = x 100 %
A
X +Y +Z
= 3 3 3 x 100 %
A
10,429
= x 100 %
115,74
= 9,010%
Untuk memudahkan menghitung Perhitungan Faktor Teknis Dalam Perontokan,
silakan manteman cek keterangannya.
Keterangan :
A = Total berat padi yang dirontok per unit waktu tertentu (Kg)
B = Berat gabah (utuh dan rusak) yang diperoleh dari lubang
pengeluaran utama (Kg)
Tp = Total waktu selama perontokan (jam)
E = Berat gabah rusak dari sejumlah sample tertentu yang diambil dari
outlet utama dari gabah (Kg)
F = Jumlah betat total dari sejumlah sample tertentu yang diambil dari
outlet utama dari gabah (Kg)
G = Jumlah berat gabah (utuh dan rusak) dan gabah yang tidak terontok
yang keluar dari semua lubang outlet kecuali outlet utama gabah
(Kg)
H = Berat gabah yang tidak terontok dari semua lubang pengeluaran
per unit waktu tertentu
M = Berat gabah utuh yang diperoleh dari lubang pengeluaran utama
per unit waktu tertentu
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2008. Standar Nasional Indonesia (SNI)


Mesin Perontok Padi, Cara Uji Unjuk Kerja. http//BSNI.go.id. Diakses
pada tanggal 8 Oktober.

Hasbullah, R., dan Indaryani, R. 2009. Penggunaan Teknologi Perontokan untuk


Menekan Susut dan Mempertahankan Kualitas Gabah. Jurnal
Keteknikan Pertanian Vol. 23, No.2, Oktober 2009.

Iqbal, dkk. 2018. Uji Unjuk Kerja Alat Dan Mesin Perontok Multiguna. Jurnal
Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.6. Universitas
Hasanuddin Makassar

Mulsanti, I.W., Wahyuni, S., dan Setyono, A. 2007. Pengaruh Kecepatan Putar
Silinder Mesin Perontok Terhadap Mutu Benih Padi. Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi.

Setyono, A. 2000. Teknologi Penanganan Pascapanen Padi. Balai Penelitian


Tanaman Padi: Sukamandi.

Sulistiaji, Koes. 2007. Buku Alat Dan Mesin Panen Padi Dan Perontokan Padi Di
Indonesia. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai